Tradisi Dhammakaya: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Faredoka (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Faredoka (bicara | kontrib)
-language=en-US +language=id
 
(43 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Bedakan|Mahā Nikāya}}
{{Bedakan|Mahā Nikāya}}{{Buddhisme|aliran}}'''Tradisi Dhammakaya''' atau '''Gerakan Dhammakaya''' (juga disebut '''Thammakaai'''{{sfn|Taylor|2016|pp=37{{en dash}}9}}), dikenal sebagai '''Majelis Agama Buddha Mahanikaya Indonesia''' meskipun tidak mewakili seluruh ordo [[Mahā Nikāya]] Thai,<ref>{{Cite web|last=RI|first=Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha-Kementerian Agama|title=Waisak Mahanikaya Indonesia, Nyoman Jadi Baik Bangun Bangsa {{!}} Ditjen Bimas Buddha Kemenag RI|url=https://bimasbuddha.kemenag.go.id/waisak-mahanikaya-indonesia-nyoman-jadi-baik-bangun-bangsa-berita-443.html|website=Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha - Kementerian Agama RI|language=ID|access-date=2024-09-16}}</ref> adalah tradisi kontroversial dalam Buddhisme Thailand yang didirikan oleh Luang Pu Sodh Candasaro pada awal abad ke-20. Tradisi ini dikaitkan dengan beberapa kuil yang merupakan turunan dari Wat Paknam Bhasicharoen di Bangkok.
{{Untuk|kuil utama tradisi ini|Wat Phra Dhammakaya}}
[[Berkas:Dhammakaya logo.png|jmpl|Logo dan simbol yang digunakan oleh tradisi Dhammakaya yang menggambarkan posisi ''dhammakaya'' ("tubuh Dharma") dan kuil [[Wat Phra Dhammakaya]].]]
{{Buddhisme|aliran}}
{{Buddhisme Theravada|tradisi}}
{{Bedakan|Mahā Nikāya}}{{Buddhisme|aliran}}'''Tradisi Dhammakaya''' atau '''Gerakan Dhammakaya''' (juga disebut '''Thammakaai'''{{sfn|Taylor|2016|pp=37{{en dash}}9}}), dikenal sebagai '''Majelis Agama Buddha Mahanikaya Indonesia''' meskipun tidak mewakili seluruh ordo [[Mahā Nikāya]] Thai,<ref>{{Cite web|last=RI|first=Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha-Kementerian Agama|title=Waisak Mahanikaya Indonesia, Nyoman Jadi Baik Bangun Bangsa {{!}} Ditjen Bimas Buddha Kemenag RI|url=https://bimasbuddha.kemenag.go.id/waisak-mahanikaya-indonesia-nyoman-jadi-baik-bangun-bangsa-berita-443.html|website=Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha - Kementerian Agama RI|language=ID|access-date=2024-09-16}}</ref> adalah sebuah tradisi kontroversial dalam [[Buddhisme di Thailand|Buddhisme Thailand]] yang didirikan oleh Luang Pu Sodh Candasaro pada awal abad ke-20. Tradisi ini dikaitkan dengan beberapa kuil yang merupakan turunan dari Wat Paknam Bhasicharoen di Bangkok.
[[Berkas:Golden image of Luang Pu Sodh Candasaro.jpg|jmpl|Patung yang menggambarkan Luang Pu Sodh Candasaro, pendiri utama tradisi Dhammakaya.]]
[[Berkas:The Dhammakaya Cetiya Earth Day 2022.jpg|jmpl|250x250px|Kuil [[Wat Phra Dhammakaya]], kuil utama tradisi ini.]]Tradisi ini dibedakan dari tradisi Buddhisme [[Theravāda]] di [[Buddhisme di Thailand|Thailand]] lainnya melalui ajarannya tentang konsep Dhammakaya dan praktik meditasi Dhammakaya (Vijja Dhammakaya), sebuah metode yang oleh para ahli dikaitkan dengan tradisi [[Yogavacara]] (dalam aliran [[Vajrayana]]), yang sudah ada sejak sebelum masa reformasi Buddhisme Thailand pada abad ke-19. Tradisi Dhammakaya dikenal karena mengajarkan bahwa ada "Diri Sejati" (''atta'') yang terhubung dengan [[Nirwana]], yang secara khusus dikritik pada tahun 1990-an sebagai dugaan kontradiksi terhadap ajaran tradisional Buddhisme Theravāda tentang [[Tanpa atma|''anatta'' (bukan-Diri)]].
[[Berkas:Wat Phra Dhammakaya monks meet soldiers.jpg|jmpl|250x250px|Para biksu tradisi Dhammakaya bertemu dengan para tentara yang sedang melakukan pemeriksaan di [[Wat Phra Dhammakaya]].]]
Beberapa ahli Theravāda, seperti Bhante Payutto, para ahli agama, para biksu, dan akademisi Thailand, telah mengkritik pandangan yang dipegang oleh gerakan ini. Di Indonesia, biksu-biksu Theravāda arus utama, seperti Bhikkhu Jotidhammo, Bhikkhu Dhammakaro, dan Bhikkhu Dhammadhiro, juga telah menyatakan bahwa ajaran tradisi ini kontroversial dan menyimpang dari ajaran Theravāda. [[Saṅgha Theravāda Indonesia]] juga telah memberikan pernyataan resmi bahwa mereka tidak bekerjasamabekerja sama dengan tradisi ini.
 
Tradisi Dhammakaya dipandang oleh para pengikutnya sebagai bentuk kebangkitan kembali Buddhisme yang dipelopori oleh Luang Pu Sodh Candasaro. Para sarjana Studi Buddhisme telah menggambarkan aspek-aspek praktiknya sebagai sesuatu yang memiliki karakteristik apologetika agama dan [[modernisme Buddhis]]. Ciri-ciri tradisi tersebut meliputi pengajaran meditasi dalam kelompok, pengajaran meditasi secara bersamaan kepada para biarawanbiksu dan umat awam, dan penekanan pada penahbisan seumur hidup.
Tradisi ini dibedakan dari tradisi Buddhisme [[Theravāda]] di [[Buddhisme di Thailand|Thailand]] lainnya melalui ajarannya tentang konsep Dhammakaya dan praktik meditasi Dhammakaya (Vijja Dhammakaya), sebuah metode yang oleh para ahli dikaitkan dengan tradisi [[Yogavacara]] (dalam aliran [[Vajrayana]]), yang sudah ada sejak sebelum masa reformasi Buddhisme Thailand pada abad ke-19. Tradisi Dhammakaya dikenal karena mengajarkan bahwa ada "Diri Sejati" (''atta'') yang terhubung dengan [[Nirwana]], yang secara khusus dikritik pada tahun 1990-an sebagai dugaan kontradiksi terhadap ajaran tradisional Buddhisme Theravāda tentang [[Tanpa atma|''anatta'' (bukan-Diri)]].
 
Beberapa ahli Theravāda, seperti Bhante Payutto, para ahli agama, para biksu, dan akademisi Thailand, telah mengkritik pandangan yang dipegang oleh gerakan ini. Di Indonesia, biksu-biksu Theravāda arus utama, seperti Bhikkhu Jotidhammo, Bhikkhu Dhammakaro, dan Bhikkhu Dhammadhiro, juga telah menyatakan bahwa ajaran tradisi ini kontroversial dan menyimpang dari ajaran Theravāda. [[Saṅgha Theravāda Indonesia]] juga telah memberikan pernyataan resmi bahwa mereka tidak bekerjasama dengan tradisi ini.
 
Tradisi Dhammakaya dipandang oleh para pengikutnya sebagai bentuk kebangkitan kembali Buddhisme yang dipelopori oleh Luang Pu Sodh Candasaro. Para sarjana Studi Buddhisme telah menggambarkan aspek-aspek praktiknya sebagai sesuatu yang memiliki karakteristik apologetika agama dan modernisme Buddhis. Ciri-ciri tradisi tersebut meliputi pengajaran meditasi dalam kelompok, pengajaran meditasi secara bersamaan kepada para biarawan dan umat awam, dan penekanan pada penahbisan seumur hidup.
 
== Sejarah ==
Baris 12 ⟶ 17:
{{Main|Tantric Theravada}}
 
Para sarjana berteori bahwa Tradisi Dhammakaya berakar pada tradisi Yogavacara (juga dikenal sebagai [[Theravāda TantrikEsoteris]]—sinkretisme Theravāda dengan [[agama rakyat]] Thailand; bedakan dari aliran [[Yogacara]] dalam Buddhisme Mahāyāna),{{sfn|Newell|2008|pp=256–7}}{{sfn|Williams|2008|p=327, n.73}}<ref>{{cite journal|last=Crosby|first=Kate|year=2000|title=Tantric Theravada: A Bibliographic Essay on the Writings of Francois Bizot and others on the Yogavacara Tradition|journal=Contemporary Buddhism|volume=1|issue=2|pages=141–198|doi=10.1080/14639940008573729|s2cid=145379175}}</ref> yang berkembang pada masa pra-modern dan pra-kolonial. Turunan dari tradisi ini mungkin terkait dengan {{ill|Wat Rajasittharam|th|วัดราชสิทธารามราชวรวิหาร}},{{sfn|Crosby|Skilton|Gunasena|2012}} kuil bekas tempat tinggal {{ill|Somdet Suk|th|สมเด็จพระอริยวงษญาณ_(สุก_ญาณสังวร)}} (awal abad ke-19), "pewaris ajaran guru meditasi [[Ayutthaya]],"{{sfn|Sasson|2012|p=121}}{{refn|NamedDinamakan afterberdasarkan Thaibiksu monksThailand from thedari [[AyutthayaKerajaan KingdomAyutthaya]]. TheirPengaruh influencemereka stretchedmeluas ashingga far aske [[Sri Lanka]], weretempat akebangkitan revivalmeditasi ofBuddhis Buddhistterjadi meditation took placepada in thetahun 1750s-an.{{sfn|Crosby|Skilton|Gunasena|2012}}|group=note}} dan kuil tempat Luang Pu Sodh biasa berlatih sebelum ia mengembangkan meditasi Dhammakaya.{{sfn|Newell|2008|p=263}}{{sfn|Crosby|Skilton|Gunasena|2012}}
 
Menurut teolog Rory Mackenzie, gagasan Yogavacara kemungkinan besar memberikan pengaruh pada sistem meditasi Dhammakaya, meskipun hal ini belum terbukti secara pasti.{{sfn|Mackenzie|2007|pp=112–113, 224n15}} Menurut sarjana Studi Buddhis Catherine Newell, "tidak diragukan lagi bahwa meditasi Dhammakaya didasarkan pada tradisi Yogavacara yang lebih luas." Dia menyajikan bukti kesamaan sistem Dhammakaya Luang Pu Sodh dengan sistem meditasi Somdet Suk.{{sfn|Newell|2008|pp=256–7}} Dia dan sarjana studi Asia Phibul Choompolpaisal meyakini bahwa asaltradisi usul Yogavacaraini kemungkinan besar berasal dari garis tradisi Yogavacara.{{sfn|Newell|2008|pp=256–7}}{{sfn|Skilton|Choompolpaisal|2017|page=87 n.10}} Jika memang demikian, maka metode meditasi tradisi ini akan menjadi versi ''eksoteris'' (diajarkan secara terbuka) dari apa yang awalnya merupakan tradisi esoteris (bersifat khusus, rahasia, dan terbatas).{{sfn|Mackenzie|2007|p=95}}
 
Teori alternatif lmenyatakanmenyatakan bahwa asal usulnya berasal dari Buddhisme Tibet atau bentuk lain dari Buddhisme Mahāyāna.{{sfn|Bowers|1996}}{{sfn|Fuengfusakul|1998|pp=90–1}} Menurut Mackenzie, ada kemungkinan, namun tidak begitu mungkin, bahwa seseorang yang mengetahui metode meditasi Tibet bertemu dan berbagi pengetahuan tentang metode tersebut dengan Luang Pu Sodh pada awal tahun 1910-an.{{sfn|Mackenzie|2007|pp=112–113, 224n15}} Ada kesamaan antara kedua sistem meditasi tersebut, kata Mackenzie, begitu pula dengan konsep seperti ''chakra'' (pusat psiko-fisik tantra), "bola kristal", dan ''Vajra''.{{sfn|Mackenzie|2007|pp=112–113, 224n15}} Meskipun kesamaan ini diterima secara luas, belum ada bukti yang tampak terkait praktik-praktik Buddhisme Tibet yang bercampur dengan sistem Dhammakaya. Gagasan-gagasan Yogavacara kemungkinan besar merupakan pengaruh pada sistem meditasi Dhammakaya, tetapi ini juga belum terbukti, kata Mackenzie.{{sfn|Mackenzie|2007|pp=112–113, 224n15}} Newell mengakui bahwa Crosby meragukan hubungan tersebut karena kedua sistem menggunakan terminologi yang berbeda.{{sfn|Newell|2008|pp=257 with footnote 62}}
 
Ada kemungkinan lain bahwa Luang Pu Sodh mengembangkan pendekatannya berdasarkan pengalaman cenayangnya sendiri.{{sfn|Mackenzie|2007|pp=112–113, 224n15}}
Baris 24 ⟶ 29:
=== Meditasi Dhammakaya ===
{{See also|Meditasi Dhammakaya}}
[[Berkas:Buddha topview.jpg|jmpl|Ilustrasi meditasi Dhammakaya yang menggambarkan pusat tubuh sebagai posisi tubuh Dharma (''dhammakay''a).]]
Meditasi merupakan praktik terpenting dari semua kuil utama dalam gerakan Dhammakaya. Sistem meditasi dalam tradisi ini membedakannya dari Buddhisme [[Theravāda]] arus utama.{{sfn|Newell|2008|p=235, Quote: "What sets the Dhammakaya temples apart from mainstream Thai Buddhism and what gives them their name is their meditation system, famously "rediscovered" by Sot Chandassaro Bhikkhu in 1916."}} Menurut Suwanna Satha-Anand, tradisi ini percaya bahwa meditasi dan pencapaian Dhammakaya adalah satu-satunya jalan menuju Nirwana.<ref name="Satha-Anand 1990">{{cite journal|last1=Satha-Anand|first1=Suwanna|date=1 January 1990|title=Religious Movements in Contemporary Thailand: Buddhist Struggles for Modern Relevance|journal=Asian Survey|volume=30|issue=4|pages=395–408|doi=10.2307/2644715|jstor=2644715}}</ref> Selain itu, teknik ini diklaim dalam tahap lanjutannya dapat menghasilkan ''abhiññaabhiññā'', atau kekuatankemampuan mentalbatin luar biasa, dan memungkinkan meditator untuk mengunjungi kehidupan lampau dan alam eksistensi alternatif, di mana seseorang dapat mempengaruhimemengaruhi keadaan kehidupan saat ini.{{sfn|Newell|2008|p=241}}{{sfn|Zehner|1990|pp=406–407}}
 
Hal yang dianggap penting dalam proses ini adalah "pusat tubuh", yang dijelaskan dengan tepat oleh Luang Pu Sodh sebagai titik yang berjarak dua jari di atas pusar setiap orang: teknik apa pun yang digunakan seseorang untuk bermeditasi, pikiran hanya dapat mencapai tingkat wawasankebijaksanaan yang lebih tinggi melalui pusat ini. Pusat ini juga diyakini memainkan peran mendasar dalam kelahiran dan kematian seseorang.{{sfn|Fuengfusakul|1998|p=84}} Bagian tengah tubuh juga digambarkan sebagai "ujung napas", titik terdalam di perut tempat napas bergerak maju mundur.{{sfn|Cholvijarn|2019|pp=149, 268, 388}}
Meditasi merupakan praktik terpenting dari semua kuil utama dalam gerakan Dhammakaya. Sistem meditasi dalam tradisi ini membedakannya dari Buddhisme [[Theravāda]] arus utama.{{sfn|Newell|2008|p=235, Quote: "What sets the Dhammakaya temples apart from mainstream Thai Buddhism and what gives them their name is their meditation system, famously "rediscovered" by Sot Chandassaro Bhikkhu in 1916."}} Menurut Suwanna Satha-Anand, tradisi ini percaya bahwa meditasi dan pencapaian Dhammakaya adalah satu-satunya jalan menuju Nirwana.<ref name="Satha-Anand 1990">{{cite journal|last1=Satha-Anand|first1=Suwanna|date=1 January 1990|title=Religious Movements in Contemporary Thailand: Buddhist Struggles for Modern Relevance|journal=Asian Survey|volume=30|issue=4|pages=395–408|doi=10.2307/2644715|jstor=2644715}}</ref> Selain itu, teknik ini diklaim dalam tahap lanjutannya dapat menghasilkan ''abhiñña'', atau kekuatan mental, dan memungkinkan meditator untuk mengunjungi kehidupan lampau dan alam eksistensi alternatif, di mana seseorang dapat mempengaruhi keadaan kehidupan saat ini.{{sfn|Newell|2008|p=241}}{{sfn|Zehner|1990|pp=406–407}}
 
Hal yang dianggap penting dalam proses ini adalah "pusat tubuh", yang dijelaskan dengan tepat oleh Luang Pu Sodh sebagai titik yang berjarak dua jari di atas pusar setiap orang: teknik apa pun yang digunakan seseorang untuk bermeditasi, pikiran hanya dapat mencapai tingkat wawasan yang lebih tinggi melalui pusat ini. Pusat ini juga diyakini memainkan peran mendasar dalam kelahiran dan kematian seseorang.{{sfn|Fuengfusakul|1998|p=84}} Bagian tengah tubuh juga digambarkan sebagai "ujung napas", titik terdalam di perut tempat napas bergerak maju mundur.{{sfn|Cholvijarn|2019|pp=149, 268, 388}}
 
==== Tahap ''samatha'' ====
Ada beberapa teknik yang dapat digunakan oleh praktisi dalam memfokuskan perhatian pada bagian tengah tubuh.{{sfn|Fuengfusakul|1998|pp=82–4}}{{sfn|Zehner|2005|p=2325}}{{sfn|Harvey|2013|p=389}}
 
Para praktisi dapat memvisualisasikan sebuah gambaran mental di pusat tubuh–biasanya berupa bola kristal atau gambar Buddha yang bening.{{sfn|Tanabe|2016|p=127}} Pendekatan ini telah dibandingkan dengan teknik meditasi pada objek terang, seperti yang dijelaskan dalam kitab [[Visuddhimagga]].{{sfn|Fuengfusakul|1998|p=84}}{{sfn|Newell|2008|p=238}} Para praktisi kemudian memvisualisasikan gambar ini di depan mereka, dan kemudian menggerakkan gambar mental tersebut ke dalam melalui tujuh landasan pikiran hingga mencapai pusat. Setelah rintangan mental diatasi, gambar visual yang dibayangkan diubah.{{sfn|Scott|2009|p=80}}
 
Para praktisi juga dapat menggunakan mantra (bahasa Thai: บริกรรมภาวนา, translit. borikam-phavana), secara tradisional ''Sammā-Arahaṃ'',<ref name="Hutter 2016">{{Cite encyclopedia|editor-last1=Hutter|editor-first1=M.|editor-last2=Loseries|editor-first2=A.|editor-last3=Linder|editor-first3=J.|last1=Hutter|first1=M.|encyclopedia=Theravāda-Buddhismus und Tibetischer Buddhismus|title=Buddhismus in Thailand und Laos|trans-title=Buddhism in Thailand and Laos|date=2016|publisher=Kohlhammer|isbn=978-3-17-028499-9|url=https://books.google.com/books?id=717EDQAAQBAJ|language=de|access-date=16 June 2021|archive-date=29 May 2021|archive-url=https://web.archive.org/web/20210529161047/https://books.google.com/books?id=717EDQAAQBAJ|url-status=live}}</ref>{{sfn|Newell|2008|p=238}} yang mengacu pada Buddha yang telah 'dengan sempurna' (''sammā'') mencapai 'kesempurnaan dalam pengertian Buddhis' (''arahaṃ''),{{sfn|Rhys Davids|Stede|1921|loc=entries on ''Sammā'' and ''Arahant''|pp=76, 695}}{{sfn|Harvey|2013|p=389}} seperti yang dapat ditemukan dalam ''chanting'' tradisional Tiratanavanda. Bacaan ini adalah varian dari bacaan Buddhanussati, yaitu mengingat kembali sifat-sifat Buddha. Mantra ini juga telah digunakan oleh para biksu dari Thailand Utara.{{sfn|Newell|2008|p=238}} Sebagai alternatif, praktisi juga dapat menempatkan perhatian mereka langsung pada pusat tubuh,{{sfn|Mackenzie|2007|p=113}} dan bahkan dapat melakukan hal tersebut tanpa memvisualisasikan atau menggunakan mantra, menurut publikasi Dhammakaya.<ref>{{cite book|year=2016|url=http://interhq.org/download/book/english/start_meditation_today%20_en.pdf|title=Start Meditation Today|publisher=[[Dhammakaya Foundation]]|isbn=978-974-87855-4-7|edition=3rd|pages=53–4|access-date=29 December 2018|archive-url=https://web.archive.org/web/20180727114832/http://interhq.org/download/book/english/start_meditation_today%20_en.pdf|archive-date=27 July 2018|url-status=live}}</ref>
Baris 38 ⟶ 43:
Tahap pertama dari jalan ini disebut oleh Luang Pu Sodh sebagai 'awal dari jalan' ({{lang-th|ปฐมมรรค|translit=pathommamak}}).{{sfn|Fuengfusakul|1998|p=84}}{{sfn|Zehner|2005|p=2325}}{{sfn|Mackenzie|2007|p=102}} Setelah itu, Luang Pu Sodh biasanya akan menjelaskan tingkat pencapaian dalam hal tubuh bagian dalam ({{lang-pi|''kāya''}}) di dalam setiap manusia,{{sfn|Newell|2008|p=83}} yang semakin halus, dan muncul berpasangan.{{sfn|Mackenzie|2007|pp=103, 107, 113}} Secara keseluruhan, setiap manusia diyakini terdiri dari sembilan jenis tubuh,{{sfn|Fuengfusakul|1998|p=87|loc=Diagram 4}}{{sfn|Newell|2008|pp=240–1}} yang masing-masing memiliki bentuk normal dan halus.<ref>{{harvnb|Mackenzie|2007|p=103}}: <q>... as with the previous bodies, these bodies have both a normal and refined form.</q></ref>
 
Empat pasang tubuh pertama ini disamakan dengan pencapaian meditasi ''jhāna'' sebagaimana dalam pandangan ortodoks.{{sfn|Mackenzie|2007|pp=102–3}} Berikutnya adalah keadaan Dhammakaya perantara ‘perubahan garis keturunan’ ({{lang-pi|gotrabhū|italic=yes}}):{{sfn|Mackenzie|2007|p=103}}{{sfn|Newell|2008|p=240}} keadaan ini adalah keadaan peralihan antara belum tercerahkan dan [[empat tahap kemuliaan]].{{sfn|Fuengfusakul|1998|pp=85, 87|loc=Diagram 4}} Empat pasangan batin terakhir ini disebut ''Dhammakaya'', dan disamakan dengan empat tahap kemuliaan, yang mengarah ke tahap pencerahan akhir (arahat).{{sfn|Newell|2008|pp=240–1}}{{sfn|Harvey|2013|p=390}}
 
==== Tahap ''vipassanā'' ====
Dalam meditasi Dhammakaya, tahap ''vipassanā'' (kebijaksanaan) dilakukan setelah praktisi mencapai Dhammakaya dan mereka dapat memperoleh wawasankebijaksanaan tentang realitas kehidupan melalui pengamatan proses fisik dan mental mereka sendiri.{{sfn|Tanabe|2016|p=128}} Hal ini dilakukan dengan merenungkan [[Trilaksana|tiga tanda keberadaan]] tubuh batin duniawi yang lebih rendah.{{sfn|Cholvijarn|2019|pp=58–59}} Pada tahap ini, diyakini praktisi dapat memahami kelahiran, kematian, dan penderitaan pada tingkat yang lebih dalam,<!--85--> ketika mereka melihat hakikat sebenarnya dari fenomena ini melalui pencapaian meditasi.<!--88-->{{sfn|Fuengfusakul|1998|pp=85, 88}} Pengetahuan yang lebih tinggi dan kebijaksanaan transendental dalam tahap ''vipassanā'' adalah "melampaui pencapaian Dhammakaya" dari tahap ''samatha'' dalam tradisi meditasi Dhammakaya.{{sfn|Mackenzie|2007|p=216 note 24}}
 
=== Diri Sejati ===
{{See also|Ātman (Buddhism)Anatta|Nirwana|Atman}}
 
==== Nirwana sebagai Diri Sejati ====
Menurut tradisi Dhammakaya, Sang Buddha telah menemukan bahwa Nirwana adalah Diri Sejati ({{lang-pi|attā''atta''|link=no|italic=yes}}). Tradisi ini menyebut Diri Sejati ini sebagai Dhammakāya, esensi spiritual.{{sfn|Scott|2009|p=52}}{{sfn|Mackenzie|2007}} Tradisi ini percaya bahwa hakikat Buddha dan Nirwana ini ada sebagai realitas literal dalam diri setiap individu.{{sfn|Fuengfusakul|1993|p=173}}{{sfn|Zehner|1990|p=414}}{{sfn|Mackenzie|2007|p=31}} Ajaran tanpa-diri ({{lang-pi|anattā''anatta''|italic=yes|link=no}}) dianggap oleh tradisi ini sebagai sarana untuk melepaskan apa yang bukan diri, untuk mencapai Diri Sejati.{{sfn|Harvey|2013|p=390}} Menurut sarjana studi Buddhis Paul Williams,{{blockquote|"Meditasi [Dhammakaya] melibatkan realisasi, saat pikiran mencapai keadaan paling murni, dari "Tubuh Dhamma" (''dhammakaya'') yang tak bersyarat dalam bentuk sosok Buddha yang bercahaya, cemerlang, dan jernih, bebas dari segala kekotoran dan berada di dalam tubuh praktisi. Nirwana adalah Diri Sejati, dan ini juga merupakan ''dhammakaya''."{{sfn|Williams|2008|p=126}}}}
 
==== Penafsiran kontroversial ====
[[Berkas:Alms offering at Wat Phra Dhammakaya during lockdown.jpg|jmpl|250x250px|Para biksu sedang melakukan [[pindapata]] ketika kuil utama mereka sedang dalam pemeriksaan atas dugaan pelanggaran ''Article 44'' terkait kejahatan keamanan nasional.]]
Beberapa kepercayaan dan praktik tradisi Dhammakaya–seperti tentang Nirwana, “Diri Sejati”, dan meditasi–telah dikritik karena dianggap menentang atau menolak ajaran dan praktik [[Theravāda]] arus utama oleh lembaga dan cendekiawan Buddhis tradisional Thailand.{{refn|See {{harvnb |Scott |2009 |pp=3, 82, 129–130, 140}}: "... critique of the Dhammakaya Temple's wealth and alleged heretical teachings and practices ..." (p. 3); "... high ranking monastic officials who alleged that Phra Dhammachayo had violated the monastic code of conduct by teaching heretical views on nirvana". (pp. 129–130); ff.; {{harvtxt|Scott |2008 |pages=231, 248}}; {{harvtxt|Taylor|2016|pp=55–57}} ; and {{harvnb|Mackenzie|2007|pp=16{{en dash}}7, 50{{en dash}}2, 175–9}}: "Thailand's highly regarded scholar monk, Phra Dhammapitaka [Prayudh Payutto] sought to identify Wat Phra Dhammakaya's position as heretical by commenting, 'In all Buddhist scriptures, both the Tipitaka and the commentaries, there is no evidence that nibbana is atta. But there is much evidence that nibbana is anatta ...'" (p. 51); "... his understanding of the Pali scriptures clearly demonstrates to the Thai that the movement is heretical in its beliefs" (p. 16)}}<ref name="Hackett2008p231">{{cite book|year=2008|url=https://books.google.com/books?id=ZHHXAAAAMAAJ|title=Proselytization Revisited: Rights Talk, Free Markets and Culture Wars|publisher=Equinox|isbn=978-1-84553-227-7|editor=Rosalind I. J. Hackett|pages=231, 248|access-date=15 December 2018}}</ref><ref name="Malikhao2017p18">{{cite book|author=Patchanee Malikhao|year=2017|url=https://books.google.com/books?id=zLXHDgAAQBAJ&pg=PA18|title=Culture and Communication in Thailand|publisher=Springer|isbn=978-981-10-4125-9|pages=18–19|access-date=7 December 2018|archive-url=https://web.archive.org/web/20220506230601/https://books.google.com/books?id=zLXHDgAAQBAJ&pg=PA18|archive-date=6 May 2022|url-status=live}}</ref> Sebagian besar ajaran Buddhisme Theravāda Thailand menolak ajaran Dhammakaya yang menyatakan bahwa Diri Sejati adalah diri yang tidak ada dan bersikeras bahwa bukan diri yang absolut adalah ajaran sejati Sang Buddha.{{sfn|Seeger|2010|p=71, n.39–40|ps=, at the height of the controversy the spiritual leader of this movement, with regard to Phra Thammachayo, it was claimed that he was "spreading teachings that have been regarded as unorthodox from a Theravāda doctrinal point of view. Severe criticism has particularly been directed against the movement's wide use of miracles ([[Pali|P.]] ''pāṭihāriya'') and their teaching that ''nirvāṇa'' ([[Pali|P.]] ''nibbāna''), the [[soteriological]] goal of Buddhism, has the characteristic of a Higher Self ([[Pali|P.]] attā), which is in conflict with traditional Theravāda's view that "all and everything is no-self" ([[Pali|P.]] ''sabbe dhammā anattā''), including ''nibbāna''." ... (These teachings have been) "criticized heavily by a number of acknowledged Thai scholars, academics, monks and social critics who are concerned about the integrity and longevity of original Buddhism".}} Kontroversi mengenai hakikat sejati ''anatta'' sudah ada sejak tahun 1939, ketika Patriark Tertinggi ke-12 Thailand menerbitkan sebuah buku yang menyatakan bahwa Nirwana adalah "Diri Sejati".{{sfn|Williams|2008|p=126}} Perselisihan ini muncul lagi pada tahun 1990-an ketika seorang biksu sarjana monastik bernama Phra Prayudh Payutto menerbitkan sebuah buku yang mengkritik ajaran tradisi Dhammakaya tentang Nirwana.{{sfn|Scott|2009|p=138}}<ref>พระธรรมปิฎก (ป. อ. ปยุตฺโต) (1996). กรณีธรรมกาย : เอกสารเพื่อพระธรรมวินัย. กรุงเทพฯ: มูลนิธิพุทธธรรม. {{ISBN|974-575-455-2}}. (in Thai)</ref>{{sfn|Mackenzie|2007|p=51}}{{sfn|Fuengfusakul|1998|p=88}} Phra Payutto menyatakan, dalam bukunya ''The Dhammakaya Case'', bahwa ajaran "Nibbāna [Nirwana] adalah Diri yang Lebih Tinggi atau Diri Sejati (''atta'')" dari Dhammakaya "menghina" ajaran kanonis dan pasca-kanonis Buddhisme. Ia melanjutkan bahwa ajaran Theravāda yang historis menekankan Nirwana dalam konteks ''anatta'' (seperti dalam "''sabbe dhamma anatta"''), dan "Nirwana sebagai ''atta''" bukanlah penafsiran yang dapat diterima.{{sfn|Seeger|2009|pp=13–15 with footnotes, context: 1–31}} Namun, Phra Payutto juga dikritik oleh sejumlah akademisi dan jurnalis Thailand karena dianggap "dogmatis" dan mempromosikan intoleransi agama.{{sfn|Seeger|2010|page=72|ps=, "For his criticism of Wat Phra Thammakai and Santi Asok, Phra Payutto has himself repeatedly been criticized not only by proponents of these movements but also by a number of Thai academics. He was accused of 'being narrow-minded' (Thai: ''mi naeu khwamkhit khapkhaep''), 'attached to the scriptures', 'a dogmatist' and 'a purist' who tries 'to prevent religious freedom and thus promot[es] religious intolerance'."}} Meskipun beberapa cendekiawan mengkritik ajaran Dhammakaya tentang Nirwana di masa lalu, kritik-kritik ini hampir tidak menarik perhatian publik hingga tahun 1990-an ketika Phra Payutto menerbitkan bukunya. Menurut cendekiawan agama Rachelle Scott, perkataan Phra Payutto secara luas dianggap berwibawa dalam Buddhisme Theravāda Thailand, dan dengan demikian melegitimasi interpretasi Dhammakaya tentang Nirwana sebagai kontroversial.{{sfn|Scott|2009|p=146-149}}
 
Baris 60 ⟶ 66:
== Kontroversi di Indonesia ==
 
=== TahunPernyataan tahun 2014 ===
Aliran [[Theravāda]] arus utama di [[Indonesia]], seperti [[Saṅgha Theravāda Indonesia]] dan Majelis Agama Buddha Theravāda Indonesia, sudah menyatakan bahwa tradisi Dhammakaya kontroversial.<ref name=":0">{{Cite web|last=Magabudhi|first=PP|date=2013-12-24|title=Ajaran Dhammakaya yang Kontroversial|url=https://magabudhi.or.id/ajaran-dhammakaya-yang-kontroversial|website=Majelis Agama Buddha Theravada Indonesia|access-date=2024-09-17}}</ref><ref name=":1">{{Cite web|last=Soemitro|first=Sutar|date=2013-12-24|title=BuddhazineDhammakaya {{!}}yang Kontroversial|url=https://buddhazine.com/dhammakaya-yang-kontroversial/|website=Buddhazine|language=id|access-date=2024-09-16}}</ref> Pada tahun 2014, Saṅgha Theravāda Indonesia telah menyatakan pernyataan resmi bahwa tidak ada kerjasama dengan Dhammakaya.<ref>{{Cite web|last=Magabudhi|first=PP|date=2014-01-05|title=Keluarkan Pernyataan Resmi, Sangha Theravada Indonesia Nyatakan Tidak Ada Kerjasama dengan Dhammakaya|url=https://magabudhi.or.id/keluarkan-pernyataan-resmi-sangha-theravada-indonesia-nyatakan-tidak-ada-kerjasama-dengan-dhammakaya|website=Majelis Agama Buddha Theravada Indonesia}}</ref>[[Berkas:Head of a Buddha image.jpg|jmpl|Corak [[Rupang Buddha|''rupang'' Buddha]] khas yang digunakan oleh kuil-kuil tradisi ini di Thailand dan cabang-cabangnya di seluruh dunia.]]Tradisi Dhammakaya telah dua kali menggelar acara ''[[pabbajjā]]'' yang bekerja sama dengan Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Sriwijaya (STABN), Serpong, [[Tangerang]]. Selain itu, tradisi tersebut juga telah mendirikan pusat di Tangerang yang selama ini dikenal sebagai daerah dengan banyak penganut Theravada. Tradisi ini juga dikabarkan tengah berupaya untuk menyebarkan ajarannya ke [[Kabupaten Temanggung|Temanggung]], Jawa Tengah yang juga merupakan daerah dengan banyak penganut Theravada di Indonesia. Sejumlah penganut Theravada arus utama merasa khawatir dengan kehadiran tradisi Dhammakaya karena sifatnya yang agresif dalam menarik minat masyarakat, terlebih lagi karena dianggap memiliki ajaran yang berbeda dengan ajaran Buddha pada umumnya.<ref name=":02">{{Cite web|last=Magabudhi|first=PP|date=2013-12-24|title=Ajaran Dhammakaya yang Kontroversial|url=https://magabudhi.or.id/ajaran-dhammakaya-yang-kontroversial|website=Majelis Agama Buddha Theravada Indonesia|access-date=2024-09-17}}</ref>
 
Biksu yang memegang jabatan Ketua Umum Saṅgha Theravāda Indonesia tahun 2013, Bhikkhu Jotidhammo, menganggap adanya [[kultus]] individu terhadap pimpinan Wat Phra Dhammakaya. Ia berharap agar Dhammakaya tidak merekrut umat-umat yang sudah bernaung di bawah binaan [[Sangha]] yang ada:<ref name=":0" />
Baris 84 ⟶ 90:
 
=== Tahun-tahun berikutnya ===
 
 
Pada tahun 2017, Bhikkhu Dhammadhiro, salah satu [[biksu]] senior [[Saṅgha Theravāda Indonesia]], juga telah menerjemahkan buku "''Korani Thammakay''" yang ditulis oleh Phra Phromkhunabhorn (Bhante Payutto) dengan judul ''"Kasus Dharmakaya''"<ref>{{Cite book|last=Phromkhunabhorn|first=Phra|last2=Dhammadhiro Mahāthera|first2=Bhikkhu|date=2017|url=https://pustaka.dhammacitta.org/ebook/theravada/Kasus%20Dharmakaya.pdf|title=Kasus Dharmakaya: Kajian untuk Mempelajari Agama Buddha dan Membangun Masyarakat Thai|location=Tangerang Selatan|publisher=Yayasan Sammasayambhu|isbn=978-602-60452-0-1|url-status=live}}</ref> terkait tradisi ini. Pada bagian pengantar penerjemah, Bhikkhu Dhammadhiro menyatakan:
 
Baris 89 ⟶ 97:
Kalaupun peradilan atas ajaran lembaga ini tidak dapat dituntaskan oleh pihak yang berwenang, lembaga Dharmakāya dengan ajaran menyimpangnya tidak lagi berkembang di tengah-tengah masyarakat dengan mudah karena hebohnya berita tentang kasus ini menjadikan masyarakat luas sadar akan keberadaannya sebenarnya dan lambat laun menghentikan dukungan mereka.<br/><br/>Bagaimanapun, lembaga ini memiliki sumber pendanaan yang kuat terkait dengan propaganda persembahan dana yang dilakukan sebelumnya dan hasil keuntungan yang didapat dari pengelolaan dana ke dunia bisnis tertentu."}}
 
Kendati demikian, pada tahun 2022, Majelis Agama Buddha Mahanikaya Indonesia yang secara resmi menaungi tradisi Dhammakaya mengadakan acara pelantikan kepengurusan yang dihadiri oleh [[Kementerian Agama Republik Indonesia]].<ref>{{Cite web|last=RI|first=Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha-Kementerian Agama|title=Hadiri Pelantikan MBMI, Nyoman Organisasi Harus Dipandang Sebuah Milik nan Menjadi Panggilan Hati {{!}} Ditjen Bimas Buddha Kemenag RI|url=https://bimasbuddha.kemenag.go.id/hadiri-pelantikan-mbmi-nyoman-organisasi-harus-dipandang-sebuah-milik-nan-menjadi-panggilan-hati-berita-862.html|website=Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha - Kementerian Agama RI|language=ID|access-date=2024-09-16}}</ref> Majelis ini juga sudah diakui oleh [[Perwakilan Umat Buddha Indonesia]] (Walubi).<ref>{{Cite web|last=WALUBI|title=Majelis|url=https://www.walubi.or.id/majelis-2/majelis/|website=WALUBI - Perwakilan Umat Buddha Indonesia}}</ref><ref>{{Cite web|last=WALUBI|title=MBMI (Majelis Agama Buddha Mahanikaya Indonesia)|url=https://www.walubi.or.id/majelis-2/majelis/13-mbmi/|website=WALUBI - Perwakilan Umat Buddha Indonesia}}</ref> Berbagai kegiatan keagamaan tradisi ini juga diadakan dari tahun ke tahun, seperti penanaman pohon di kawasan [[Borobudur|Candi Borobudur,]];<ref>{{Cite web|last=RI|first=Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha-Kementerian Agama|title=MBMI dan KLHK RI Lakukan Penanaman 500 Pohon di Kawasan Candi Borobudur {{!}} Ditjen Bimas Buddha Kemenag RI|url=https://bimasbuddha.kemenag.go.id/mbmi-dan-klhk-ri-lakukan-penanaman-500-pohon-di-kawasan-candi-borobudur-berita-1258.html|website=Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha - Kementerian Agama RI|language=ID|access-date=2024-09-16}}</ref> ''[[pabbajja]]'' samanera,<ref sementaraname=":2">{{Cite dinews|last=WALUBI|date=20-12-2022|title=KCBI CandiDukung Pelaksanaan Pabbajja Samanera Sementara MBMI Borobudur, Meditation 2022|url=https://www.walubi.or.id/berita-harian/20/12/3587/2022/|work=WALUBI - Perwakilan Umat Buddha Indonesia|access-date=2024-09-18}}</ref><ref>{{Cite web|last=Kontributor|date=2022-12-17|title=500 Calon Bhikku Berbagai Negara Ikuti Pabbaja Samanera di Candi Borobudur|url=https://kemenag.go.id/nasional/500-calon-bhikku-berbagai-negara-ikuti-pabbaja-samanera-di-candi-borobudur-heo7il|website=Kementerian Agama Republik Indonesia|access-date=2024-09-17}}</ref><ref>{{Cite web|date=2023-12-24|title=Blessing in Harmony Borobudur, InJourney Kolaborasi dengan MBMI Hadirkan Pabbajja Samanera - PT Taman Wisata Candi|url=https://injourneydestination.id/2023/12/24/blessing-in-harmony-borobudur-injourney-kolaborasi-dengan-mbmi-hadirkan-pabbajja-samanera/|website=injourneydestination.id|language=en-USid|access-date=2024-09-16}}</ref><ref>{{Cite web|last=antaranews.com|date=2023-11-24|title=MBMI targetkan 500 peserta Pabbajja Samanera Candi Borobudur|url=https://www.antaranews.com/berita/3839355/mbmi-targetkan-500-peserta-pabbajja-samanera-candi-borobudur|website=Antara News|language=id|access-date=2024-09-16}}</ref> disertai praktik [[pradaksina]]<ref name=":4">{{Cite news|last=WALUBI|date=20-12-2022|title=500 Peserta Pabbajja Samanera Sementara MBMI Lakukan Pradaksina Di Candi Borobudur|url=https://www.walubi.or.id/berita-harian/20/12/3545/2022/|access-date=18-09-2024}}</ref> dan [[pindapata]], di Candi Borobudur yang didukung oleh Keluarga Cendekiawan Buddhis Indonesia (KCBI)<ref name=":3">{{Cite news|last=WALUBI|date=20-12-2022|title=500 Samanera Dalam Program Pabbajja Samanera Sementara MBMI Jalani Prosesi Pindapatta Di Candi Borobudur|url=https://www.walubi.or.id/berita-harian/20/12/3574/2022/|work=WALUBI - Perwakilan Umat Buddha Indonesia|access-date=2024-09-18}}</ref> dan meraih dua rekor [[Museum Rekor Indonesia|MURI]] sebagai "Pelatihan Pabbajja dengan Peserta Terbanyak";<ref>{{Cite web|last=Surahman|date=2022-12-28|title=Buddhazine {{!}} Pabbajja Samanera di Borobudur Pecahkan Dua Rekor Muri Sekaligus|url=https://buddhazine.com/pabbajja-samanera-di-borobudur-pecahkan-dua-rekor-muri-sekaligus/|website=Buddhazine|language=id|access-date=2024-09-18}}</ref> hingga perayaan hari raya [[Asada (Buddhisme)|Asada]] di [[Tugu Pahlawan]] Surabaya yang bekerjasamabekerja sama dengan [[Majelis Buddhayana Indonesia|Keluarga Buddhayana Indonesia]].<ref>{{Cite news|last=Sudrajat|first=Rahmat|date=2024-09-01|title=Umat Buddha Nyalakan 10.000 Lilin di Tugu Pahlawan Surabaya, Sebarkan Cahaya Perdamaian untuk Indonesia dan Dunia|url=https://radarsurabaya.jawapos.com/surabaya/775042283/umat-buddha-nyalakan-10000-lilin-di-tugu-pahlawan-surabaya-sebarkan-cahaya-perdamaian-untuk-indonesia-dan-dunia|work=RadarSurabaya JawaPos|access-date=17-09-2024}}</ref><ref>{{Cite web|last=Agency|first=ANTARA News|title=Peringatan Hari Asadha di Surabaya - ANTARA News Jawa Timur|url=https://jatim.antaranews.com/foto/817399/peringatan-hari-asadha-di-surabaya|website=Antara News|access-date=2024-09-16}}</ref><ref>{{Cite web|date=2024-09-04|title=Light of Peace Indonesia 2024, Peringatan Asadha 2568 BE & HUT ke-79 RI di Tugu Pahlawan Surabaya – Yayasan Dana Paramita Majapahit|url=https://dpm.or.id/2024/09/04/light-of-peace-indonesia-2024-peringatan-asadha-2568-be-hut-ke-79-ri-di-tugu-pahlawan-surabaya/|language=id-ID|access-date=2024-09-16}}</ref>
 
== Catatan ==