Niyāma: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Faredoka (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Faredoka (bicara | kontrib)
 
(15 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Seealso|0=Ketuhanan dalam Buddhisme}}
[[Berkas:Buddha 00004.JPG|thumb|upright|Buddha sebagai penemu Dhamma, bukan pencipta Dhamma.]]
 
{{Buddhisme|dhamma}}
{{Buddhisme Theravada}}
Dalam [[Buddhisme]], '''Lima Niyāma''' ([[Pāli|Pali]]: ''pañcaniyāma, pañcaniyāmadhamma, pañcavidhaniyāma''), juga dikenal sebagai '''Hukum Alam''', adalah salah satu konsep aliran [[Theravāda]] mengenai hukum keteraturan yang bekerja di seluruh alam semesta.<ref>{{Cite book|title=Ikhtisar Ajaran Buddha|last=Hansen|first=Upa. Sasanasena Seng|date=September 2008|publisher=Insight Vidyasena Production|isbn=|location=Yogyakata|pages=|url-status=live}}</ref><ref>{{Cite book|last=Nasiman|first=Nurwito|date=2017|title=Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti Kelas 10|location=Jakarta|publisher=Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia|isbn=978-602-427-074-2|pages=175|url-status=live}}</ref> Daftar ini menunjukkan cakupan universal hukum [[Kemunculan Bersebab]] (''paṭiccasamuppāda'') dan ruang lingkup Hukum Alam sebagai tanggapan terhadap klaim [[teisme]].<ref name=":5" /> Lima Niyāma tersebut adalah:
 
# '''Utu Niyāma''': keteraturan musim.
Baris 25 ⟶ 24:
 
== Buddhisme ==
{{Seealso|0=Ketuhanan dalam Buddhisme}}
[[Komentar (Theravāda)|Kitab komentar]] [[Buddhisme]] aliran [[Theravāda]] dari abad ke-5 hingga ke-13 M memuat "''pañcavidha niyāma"'', lima Niyāma, dalam teks-teks berikut:
 
* Dalam kitab ''Aṭṭhasālinī'' (272-274), kitab komentar yang dikaitkan dengankarya [[Buddhaghosa]] untuk ''kitab [[Dhammasaṅgaṇī'']], kitab pertama [[Abhidhamma Piṭaka]] aliran Theravāda;<ref>''Aṭṭhasālinī: Buddhaghosa’s Commentary on the Dhammasaṅgani.'' ed. E. Muller, PTS 1979 (orig. 1897) p.272, para. 562; trans. Pe Maung Tin as The Expositor PTS London 1921 vol.II p.360.</ref>
* Dalam ''Sumaṅgala-Vilāsinī'' (DA 2.431), kitab komentar karya [[Buddhaghosa]] mengenaiuntuk [[Dīgha Nikāya]];<ref>''Sumaṅgala-Vilāsinī, Buddhaghosa’s Commentary on the Dīgha Nikāya.'' ed. W. Stede PTS 1931 p.432.</ref>
* Dalam ''Abhidhammāvatāra'' (PTS hal. 54), ringkasan syair [[Abhidhamma Piṭaka|Abhidhamma]] karya [[Buddhadatta]], ''bhikkhu'' penafsir sezaman Buddhaghosa.<ref>''Abhidhammāvatāra in Buddhadatta’s Manuals.'' ed. AP Buddhadatta PTS 1980 (orig. 1915) p.54.</ref>
* ''Komentar Internal Abhidhammamātika'' (hal. 58). Abhidhamma-mātika adalah sebuah matriks abstrak untuk Abhidhamma, dengan daftar pasangan dan rangkap tiga istilah yang darinya keseluruhan teks secara teoritis dapat direkonstruksi. Penggalan tentang Niyāma berasal dari komentar internal pada ''mātika'' yang terkait dengan ''kitab Dhammasaṅgaṇī'' ("Niyāma''Niyāma"'' tampaknya tidak disebutkan dalam matriks itu sendiri, tetapi hanya dalam lampiran ini); dan disusun di [[India Selatan]] oleh Coḷaraṭṭha Kassapa (pada abad ke-12-13).
* ''Abhidhammāvatāra-purāṇatīkā'' (hal. 1.68). Disusun di [[Agama Buddha|Sri Lanka]] oleh Vācissara Mahāsāmi sekitar abad ke-13 atau [[Sariputta|Sāriputta]] sekitar abad ke-12. Kitab ini berisi komentar kata demi kata yang tidak lengkap atas teks ''Abhidhammāvatāra Nāmarūpa-parichedo'' (sebuah kitab [[Ṭīkā|''ṭīka'']]).
 
[[Buddhisme]] tidak membenarkan bahwa alam semesta diatur oleh sesosok dewa tertinggi atau Tuhan Yang Maha Kuasa. Niyāma merupakan hukum abadi impersonal yang bekerja tanpa [[Tuhan pribadi|pribadi]] pengatur tertinggi. Hukum ini bekerja sebagai hukum sebab akibat dan membuat segala sesuatu bergerak sebagaimana dinyatakan oleh ilmu pengetahuan modern, seperti ilmu [[fisika]], [[kimia]], [[biologi]], [[astronomi]], [[psikologi]], dan sebagainya. Timbul tenggelamnya bulan, turunnya hujan, tumbuhnya tanaman, hingga berubahnya musim disebabkan oleh hukum ini.<ref>{{Cite book|last=Nasiman|first=Nurwito|date=2017|title=Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti Kelas 10|location=Jakarta|publisher=Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia|isbn=978-602-427-074-2|pages=176|url-status=live}}</ref>
 
Diperkenalkannya istilah "''pañca-niyāma''" dalam [[kitab komentar]] bukan untuk menggambarkan bahwa alam semesta etis secara intrinsik, namun sebagai daftar yang menunjukkan cakupan universal hukum [[Kemunculan Bersebab]] (''paticca-samuppādapaṭiccasamuppāda''). Tujuan awalnya, menurut [[Ledi Sayadaw]], bukanlah untuk meninggikan atau merendahkan hukum [[Karma dalam Buddhisme|karma]], namun untuk menunjukkan ruang lingkup Hukum Alam sebagai alternatiftanggapan terhadap klaim [[teisme]].<ref name=":5">''Manuals of Buddhism''. Bangkok: Mahamakut Press 1978. Niyama-Dipani was trans. (from Pāli) by Beni M. Barua, rev. and ed. C.A.F. Rhys Davids, n.d.</ref>
 
Lima Niyāma dalam set ini adalah:
# '''Utu Niyāma''', "keteraturan musim", yaitu berbunga dan berbuahnya pohon-pohon sekaligus (''ekappahāreneva'') di daerah-daerah tertentu di bumi pada periode-periode tertentu, bertiup atau berhentinya angin, derajat panas matahari, banyaknya curah hujan, beberapa bunga seperti bunga teratai mekar pada siang hari dan menutup pada malam hari, dan seterusnya;
# '''Bīja Niyāma''', "keteraturan benih atau bibit", yaitu benih yang menghasilkan jenisnya sendiri seperti benih jelai yang menghasilkan jelai;
# '''Kamma Niyāma''', "keteraturan ''kamma''", yaitu perbuatan yang baik akan menghasilkan akibat yang baik dan perbuatan yang buruk akan menghasilkan akibat yang buruk. Keteraturan ini dicontohkan oleh syair [[Dhammapada]] ayat 127 yang menjelaskan bahwa akibat dari suatu perbuatan tidak dapat dihindari;
# '''Citta Niyāma''', "keteraturan kesadaran/pikiran", yaitu urutan proses aktivitas-aktivitas pikiran sebagai momen-pikiran sebelumnya yang menyebabkan dan mengkondisikan momen-pikiran berikutnya dalam suatu hubungan sebab-akibat;
# '''Dhamma Niyāma''', "keteraturan ''dhamma'' (fenomena)", yaitu peristiwa-peristiwa seperti guncangan sepuluh ribu sistem dunia pada saat [[Bodhisatwa|Bodhisatta]] dikandung dalam rahim ibu-Nya dan pada saat kelahiran-Nya. Di akhir pembahasan syair kitab komentar ''Sumaṅgalavilāsinī,'' dijelaskan bahwa ''dhammaniyāma'' merupakan definisi untuk istilah ''dhammatā'' dalam teks ''Mahāpadāna Sutta'' (D ii.12) (Bdk. S 12.20 untuk pembahasan penggunaan kata ''dhammaniyamatā'' dalam sutta)
 
C.A.F. [[Rhys Davids]] adalah sarjana barat pertama yang tertarik pada daftar "''pañcavidha niyāma"'' dalam bukunya tahun 1912, "''Buddhism''". Alasan Davids menjelaskan istilah "''Niyāma''" adalah untuk menekankan bahwa menurut ajaran Buddha, kita berada dalam sebuah "alam semesta moral", artinya suatu perbuatan membawa akibat yang adil sesuai dengan tatanan moral alami, sebuah situasi yang ia sebut sebagai "kosmodik" yang berbeda dengan teodisi [[Kekristenan|Kristen]].<ref>''Buddhism: a study of the Buddhist norm'' London: [[Williams and Norgate]] 1912, pp.118–9.. Reprint by Read Books, 2007, [https://books.google.com/books?id=LljcZ_LBeL0C&pg=PA119&dq=Bija+Niyama&lr= Books.Google.com]</ref><ref>Padmasiri De Silva, ''Environmental philosophy and ethics in Buddhism.'' Macmillan, 1998, page 41. [https://books.google.com/books?id=M4T3C6ndfZIC&pg=PA41&dq=Bija+Niyama#PPA41,M1 Books.Google.com]</ref>
 
Dalam skema Rhys Davids, Niyāma dijabarkan menjadi:
Baris 56:
Skema ini serupa dengan skema yang diajukan oleh Ledi Sayadaw.<ref>''Niyama-Dipani'' (online see below)</ref> Sangharakshita, seorang sarjana Buddhis Barat, menggunakan skema Niyāma dari Rhys David dan menjadikannya sebagai aspek penting dalam pengajarannya.<ref>''The Three Jewels Windhorse'' 1977 (originally published 1967) Windhorse pp.69–70; and in the lecture ‘Karma and Rebirth’, in edited form in ''Who is the Buddha?'' Windhorse 1994, pp.105–8.</ref>
 
[[Ashin Kheminda]], seorang ''bhikkhu'' misionaris asal [[Indonesia]], menjelaskan Niyāma dengan skema berikut:<ref>{{Cite book|last=Kheminda|first=Ashin|date=2020|title=Kamma: Pusaran Kelahiran & Kematian Tanpa Awal|location=Jakarta|publisher=Dhammavihari Buddhist Studies|isbn=|pages=46|url-status=live}}</ref>
 
# '''Utu Niyāma''': hukum kepastian atau keteraturan musim yang mengatur kepastian pergantian musim dan perubahan-perubahan temperatur di alam semesta.
Baris 67:
 
==== Kamma sebagai asal mula makhluk ====
PadaDalam AbhiṇhapaccavekkhitabbaṭhānasuttaAbhiṇhapaccavekkhitabbaṭhāna Sutta, [[Aṅguttara Nikāya]] 5.57, Buddha menyampaikan bahwa di antara kelima hukum alam tersebut, perbuatan (''kamm''a'')'' sebagaimana diatur oleh hukum kepastian perbuatan (''kammaniyāma'') bertindak sebagai properti, warisan, asal mula, keluarga, dan perlindungan suatu makhluk.<ref>{{Cite web|last=Anggara|first=Indra|title=AN 5.57: Abhiṇhapaccavekkhitabbaṭhānasutta|url=https://suttacentral.net/an5.57/id/anggara|website=SuttaCentral|access-date=2023-06-26}}</ref>
 
{{Verse translation|... Sabbe sattā
Baris 88:
 
==== Keterhubungan hukum-hukum ====
Setiap hukum tidak berjalan sendiri, artinya satu hukum dapat bekerja bersamaan dengan hukum-hukum lainnya. Oleh karena ''kamma'' didefinisikan sebagai [[Kesadaran (Buddhisme)|kesadaran]] baik (''kusalacitta'') atau kesadaran buruk (''akusalacitta'') dengan eksistensi [[Faktor mental|faktor-mental]] (''cetasika'') [[Kehendak (Buddhisme)|kehendak]] (''cetanā''), maka ''kamma-niyāma'' yang mengatur kepastian perbuatan juga melibatkan ''citta-niyāma'' yang mengatur kesadaran terciptanya perbuatan.
 
{{Verse translation|Manopubbaṅgamā
dhammā
Baris 95 ⟶ 96:
 
Manasā ce paduṭṭhena bhāsati vā karoti vā;
Tato naṃ dukkhamanveti cakkaṃ'va vahato padaṃ.|Tiga [[Gugusan (Buddhisme)|gugusan]] nonmateri (''cetasika'')
memiliki kesadaran (''citta'') sebagai pelopor,
memiliki kesadaran sebagai yang terkemuka (pemimpin),
Baris 101 ⟶ 102:
 
Apabila dengan kesadaran yang kotor, seseorang berbicara atau berbuat;
Dari sana penderitaan mengikuti dia, seperti roda mengikuti kaki lembu.|attr1=[[Dhammapada]] 1}}
 
Dengan begitu, [[Buddhisme]] tidak setuju bahwa suatu kejadian disebabkan hanya karena satu hal. Misalnya, ketika manusia sudah semakin jahat dan tidak menyayangi alam (diatur oleh Kamma Niyāma'')'', maka akan terjadi perubahan pada alam seperti perubahan suhu (diatur oleh Utu Niyāma'')'', tumbuhan mati (diatur oleh Bija Niyāma), dan ketidaktenangan batin (diatur oleh Citta Niyāma).
 
== Hinduisme ==