Partai Komunis Indonesia: Perbedaan antara revisi
[revisi terperiksa] | [revisi terperiksa] |
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
k v2.05b - Perbaikan untuk PW:CW (Referensi sebelum tanda baca) |
||
(7 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 16:
| membership_year = 1960
| membership = 3.000.000–4.000.000
| ideology = [[Komunisme]]<br>[[Marxisme–Leninisme]]<br>[[Maoisme]]<ref>{{Cite journal|last=Lin|first=Hongxuan|last2=Galway|first2=Matthew|date=2023-09|title=“Heirs to What Had Been Accomplished”: D. N. Aidit, the PKI, and Maoism, 1950–1965|url=https://www.cambridge.org/core/journals/modern-intellectual-history/article/heirs-to-what-had-been-accomplished-d-n-aidit-the-pki-and-maoism-19501965/BE78BB30F384953AD5FFA3C55F31BA7F|journal=Modern Intellectual History|language=en|volume=20|issue=3|pages=883–911|doi=10.1017/S1479244322000282|issn=1479-2443}}</ref>
| international = [[Internasionale Ketiga|Komintern]] (sampai 1943)
| colors = {{Color box|#FF0000}} Merah
Baris 29:
| flag = Flag of the Communist Party of Indonesia.svg
| state = Indonesia
| anthem = {{lang|id|Pujaan Kepada Partai
{{lang|id|Internasionale}}<br>({{small|[[The Internationale]]}}){{parabr}}[[File:Internationale-ind.ogg|175px]]
}}
'''Partai Komunis Indonesia''' ('''PKI''') adalah sebuah [[partai komunis]] di [[Hindia Belanda]], kemudian [[Indonesia]]. Partai ini merupakan partai komunis nonpemerintah terbesar di dunia sebelum [[Pembantaian di Indonesia 1965–1966|dibubarkan dengan kekerasan pada tahun 1965]]. Partai ini memiliki dua juta anggota pada pemilu tahun 1955, dengan 16 persen suara nasional dan hampir 30 persen suara di [[Jawa Timur]].<ref name="The Indonesian Counter-Revolution">{{Cite web|title=The Indonesian Counter-Revolution|url=https://jacobin.com/2019/01/unmasked-graves-review-indonesia-genocide-communist-party|website=jacobin.com|access-date=2024-06-26|archive-date=2024-03-31|archive-url=https://web.archive.org/web/20240331142013/https://jacobin.com/2019/01/unmasked-graves-review-indonesia-genocide-communist-party|dead-url=no}}</ref> Selama sebagian besar periode setelah Kemerdekaan Indonesia hingga pemberantasan PKI pada tahun 1965, PKI merupakan partai resmi yang beroperasi secara terbuka di negara ini.<ref name="Bevins">{{cite news|last=Bevins|first=Vincent|date=20 October 2017|title=What the United States Did in Indonesia|url=https://www.theatlantic.com/international/archive/2017/10/the-indonesia-documents-and-the-us-agenda/543534/|work=The Atlantic|access-date=22 October 2017|archive-date=2019-04-28|archive-url=https://web.archive.org/web/20190428190633/https://www.theatlantic.com/international/archive/2017/10/the-indonesia-documents-and-the-us-agenda/543534/|dead-url=no}}</ref>
Baris 63 ⟶ 64:
Pada Mei 1925, Komite Exec dari Komintern dalam rapat pleno memerintahkan komunis di Indonesia untuk membentuk sebuah front [[Anti-imperialisme|anti-imperialis]] bersatu dengan organisasi nasionalis non-komunis, tetapi unsur-unsur ekstremis didominasi oleh [[Alimin]] & [[Musso]] menyerukan revolusi untuk menggulingkan pemerintahan kolonial Belanda.<ref name="SINAGA_10">Sinaga (1960) p10</ref> Dalam sebuah konferensi di [[Prambanan]], [[Jawa Tengah]], serikat buruh perdagangan yang dikontrol komunis memutuskan revolusi akan dimulai dengan pemogokan oleh para pekerja buruh kereta api yang akan menjadi sinyal pemogokan yang lebih umum dan luas untuk kemudian revolusi akan bisa dimulai. Hal ini akan mengarah pada PKI yang akan menggantikan pemerintah kolonial.<ref name="SINAGA_10"/>
Pada November [[1926]] PKI memimpin pemberontakan melawan pemerintahan kolonial di [[Jawa Barat]] dan [[Sumatera Barat]]. PKI mengumumkan terbentuknya sebuah [[republik]]. Bersama Alimin, Musso yang merupakan salah satu pemimpin PKI di era tersebut sedang tidak berada di Indonesia. Ia sedang melakukan pembicaraan dengan [[Tan Malaka]] yang tidak setuju dengan langkah pemberontakan tersebut. Pemberontakan ini akhirnya dihancurkan dengan brutal oleh penguasa kolonial. Ribuan orang dibunuh dan sekitar 13.000 orang ditahan, 4.500 dipenjara, sejumlah 1.308 yang umumnya kader-kader partai diasingkan, dan 823 dikirim ke [[Boven Digul]], sebuah kamp tahanan di [[Papua]]
Rencana pemberontakan itu sendiri sudah dirancang sejak lama. Yakni di dalam perundingan rahasia aktivis PKI di Prambanan. Rencana itu ditolak tegas oleh [[Tan Malaka]], salah satu tokoh utama PKI yang mempunyai banyak massa terutama di Sumatra. Tan Malaka memprediksi bahwa pemberontakan akan gagal, karena menurutnya basis kaum proletar Indonesia adalah rakyat petani bukan buruh seperti di Uni Soviet. Penolakan tersebut membuat [[Tan Malaka]] di cap sebagai pengikut [[Leon Trotsky]] yang juga sebagai tokoh sentral perjuangan [[Revolusi Rusia]]. Walau begitu, beberapa aksi PKI justru terjadi setelah pemberontakan di [[Jawa]] terjadi. Semisal [[Pemberontakan Silungkang]] di [[Sumatra]].
Pada masa awal pelarangan ini, PKI berusaha untuk tidak menonjolkan diri, terutama karena banyak dari pemimpinnya yang dipenjarakan. Pada [[1935]] pemimpin PKI Musso kembali dari pengasingan di [[Moskwa]], [[Uni Soviet]], untuk menata kembali PKI dalam gerakannya di bawah tanah. Namun Musso hanya tinggal sebentar di Indonesia. Kemudian PKI bergerak di berbagai front, seperti misalnya [[Gerindo]] dan serikat-serikat buruh. Di Belanda, PKI mulai bergerak di antara mahasiswa-mahasiswa Indonesia di kalangan organisasi nasionalis, [[Perhimpoenan Indonesia]], yang tak lama kemudian berpihak pada PKI
== Kebangkitan pascaperang ==
Baris 97 ⟶ 98:
Sebelum pemilihan 1955, PKI disukai [[Sukarno]] untuk rencana 'demokrasi terpimpin' dan merupakan pendukung aktif Sukarno.<ref>''Indonesians Go to the Polls: The Parties and their Stand on Constitutional Issues'' by Harold F. Gosnell. In ''Midwest Journal of Political Science'' May, 1958. p. 189</ref> Pada [[Pemilu 1955]], PKI menempati tempat ke empat dengan 16% dari keseluruhan suara. Partai ini memperoleh 39 kursi (dari 257 kursi yang diperebutkan) dan 80 dari 514 kursi di [[Konstituante]].
Pada Juli 1957, kantor PKI di [[Jakarta]] diserang dengan [[granat]]. Pada bulan yang sama PKI memperoleh banyak kemajuan dalam pemilihan-pemilihan di beberapa kota. Pada September 1957, [[Masjumi]] yang merasa tersaingi oleh PKI secara terbuka menuntut supaya PKI dilarang
Pada 3 Desember 1957, serikat-serikat buruh yang pada umumnya berada di bawah pengaruh PKI, mulai menguasai perusahaan-perusahaan milik Belanda. Penguasaan ini merintis nasionalisasi atas perusahaan-perusahaan yang dimiliki oleh asing. Perjuangan melawan para [[kapitalis]] asing memberikan PKI kesempatan untuk menampilkan diri sebagai sebuah partai nasional.
Baris 160 ⟶ 161:
== Perkembangan pasca-1965 ==
Meskipun mendapat perlawanan secara sporadis, PKI berdiri dengan lumpuh setelah pembunuhan 1965-1966. Sebagai hasil dari pembunuhan massal ini, kepemimpinan partai lumpuh di semua tingkat, meninggalkan banyak mantan pendukung dan kekecewaan simpatisan, tanpa pemimpin lagi, dan tidak terorganisir. Pada bulan September 1966, sisa-sisa partai politbiro mengeluarkan pernyataan kritik diri, mengkritik kerja sama sebelumnya dengan rezim Sukarno. Setelah pembunuhan Aidit dan Njoto, Sudisman, pemimpin PKI di tingkat keempat sebelum Oktober 1963, mengambil alih kepemimpinan partai. Dia berusaha untuk membangun kembali partai atas dasar saling keterkaitan tiga kelompok anggota, tetapi hanya berdampak sedikit kemajuan sebelum akhirnya ia ditangkap pada Desember 1966
Beberapa kader PKI telah mengungsi di sebuah wilayah terpencil di selatan [[Blitar]], [[Jawa Timur]] menyusul tindakan kekerasan terhadap partai. Di antara para pemimpin yang hadir di Blitar adalah anggota Politbiro [[Rewang]], teoretikus partai [[Oloan Hutapea]], dan pemimpin Jawa Timur [[Ruslan Widjajasastra]]. Blitar merupakan daerah tertinggal dengan PKI yang memiliki dukungan kuat di kalangan kaum tani. Pihak militer tidak menyadari bahwa PKI telah mampu mengkonsolidasikan dirinya di sana. Para pemimpin PKI ini bergabung dengan Letkol Pratomo, mantan komandan Distrik Militer Pandeglang di [[Jawa Barat]], yang membantu memberikan pelatihan militer untuk Komunis lokal di Blitar. Namun pada Maret 1968 kekerasan meletus di Blitar, petani lokal menyerang para pemimpin dan kader [[Nahdatul Ulama]], sebagai balasan atas [[Nahdatul Ulama]] yang telah memainkan peran dalam penganiayaan antikomunis. Sekitar 60 kader NU tewas. Namun ilmuwan politik Australia [[Harold Crouch]] berpendapat bahwa itu tidak mungkin bahwa pembunuhan kader NU di Blitar telah dilakukan atas perintah dari para pemimpin PKI di Blitar. Militer menyadari daerah kantong PKI di Blitar tersebut dan menghancurkannya pada pertengahan tahun 1968.<ref>Harold Crouch, 227.</ref>
|