Prasasti Pelem: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Menambah referensi
Tag: Dikembalikan VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Added {{More citations needed}}, {{Uncategorized}}, and {{Catatan kaki}} tags()
 
(3 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Catatan kaki|date=Oktober 2024}}
'''Prasasti Pelem''' yang secara administrasi ditemukan di Dusun Tugu, Desa Pelem, Kecamatan Purwosari, [[Kabupaten Bojonegoro]]<nowiki/>merupakan salah satu temuan prasati tertua di [[Bojonegoro]]. Prasasti itu kini dijadikan tugu di perempatan jalan desa setempat. Terdapat sejumlah baris tulisan yang masih menggunakan aksara jawa kuno.
{{More citations needed|date=Oktober 2024}}
 
'''Prasasti Pelem''' yang secara administrasi ditemukan di Dusun Tugu, Desa Pelem, Kecamatan Purwosari, [[Kabupaten Bojonegoro]]<nowiki/>merupakan salahdiduga merupakan satuhasil temuan prasati tertua di [[Bojonegoro]]. Prasasti itu kini dijadikan tugu di perempatan jalan desa setempat. Terdapat sejumlahempat baris tulisan yang masih menggunakan aksara jawa kuno. Namun, tulisan tersebut sudah tidak bisa terbaca lagi karena sudah aus termaan usia. Prasasti ditemukan di Sungai Gandong, Desa Pelem, sekitar 33 tahun silam.
'''Hasil Penelitian Prasasti Pelem'''
 
Dalam kajian dan penelitian yang dilakukan Bumi Budaya, menemukan sejumlah fakta tentang Prasasti Pelem. Prasasti terletak di [[Pelem, Purwosari, Bojonegoro|Desa Pelem, Bojonegoro]] itu, menyimpan beberapa informasi menarik, meskipun bait-bait tentang ''sambandha'' atau bahkan ''sapatha'', hampir secara keseluruhan sudah pudar dan tidak dikenali lagi.
 
Jenis batu yang digunakan adalah batu sedimen klastik, berwarna kuning pucat (krem), yang biasa ditemukan di sekitar aliran Sungai Bengawan. Posisi terkini, Prasasti Pelem berada tepat di gapura Lorong dukuh Tugu, dan secara koordinat (DMS), lokasi prasasti berada di 7°14’13”S, 111°42’19”E. Dengan kondisi yang cukup terawat dan bebas dari gangguan cuaca dan pengrusakan.
 
Pada bagian bawah, masih dapat dikenali beberapa huruf atau aksara jawa kuno, sehingga dari sisi ''paleografi'', diduga kuat bahwa prasasti Pelem di buat pada rentang waktu abad 10 – 11 Masehi, dimana waktu itu, wilayah Bojonegoro secara umum menjadi wilayah kekuasaan [[Medang|Kerajaan Medang]] (masa peralihan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur) yang dipimpin oleh [[Mpu Sindok]] (Sri Maharaja Rake Hino Dyah Sindok Sri Isanawikrama Dharmottunggadewawijaya).
 
Untuk diketahui bahwa Mpu Sindok merupakan Raja Jawa yang memperkenalkan wangsa baru setelah wangsa Sailendra dan wangsa Sanjaya, yaitu wangsa Isana. Wangsa Isana diduga kuat merupakan wangsa yang berhasil mengelola dua sungai besar, Bengawan dan Brantas, dengan sangat baik, untuk kemudian mencapai masa kejayaannya saat diteruskan oleh raja [[Airlangga|Erlangga]] ([[Kerajaan Kahuripan|Kahuripan]]).
 
Patut untuk dilibatkan di sini adalah sebuah lencana prasasti era [[Majapahit]] yaitu Prasasti Kamban. Prasasti ini merupakan salinan (replika) prasasti era Mpu Sindok yang dibuat oleh Majapahit. Yang menginformasikan bahwa di tahun 941 Masehi, Mpu Sindok memberikan wilayah Kamban sebagai daerah perdikan (Swatantra). Secara toponimi, nama Kamban mirip dengan [[Ngambon, Bojonegoro|Ngambon]], nama desa yang sekarang tepat berada di selatan desa Pelem.
 
Dengan demikian, prasasti Pelem Bojonegoro, kemungkinan menjadi prasasti asli dari prasasti Kamban, walau masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk memastikan dugaan itu. Apapun, prasasti Pelem paling tidak dapat memberikan sebuah informasi yang menguatkan sejarah klasik Bojonegoro, bahwa di pergantian millennium yang kedua, anak-anak Sungai Bengawan yang sebagian besar ber-hulu di Gunung Pandan, merupakan wilayah yang paling strategis bagi kerajaan Medang di masa peralihan.
 
Keberadaan prasasti sudah lama diketahui berada di tebing Kali Gandong, sungai kecil sebelah barat desa Pelem, namun menurut keterangan dari Pak Sunadi (75 tahun), di tahun 1980an, dengan alasan keamanan, prasasti ini di pindah ke perempatan dukuh Tugu, Desa Pelem.
 
Pak Sunadi, seorang sesepuh desa sekaligus orang yang berperan dalam pemindahan itu mengatakan bahwa dibutuhkan delapan orang untuk bersama-sama mengangkat batu prasasti berukuran cukup besar itu dan memindahkannya sejauh ±400 meter dari lokasi awal ke perempatan jalan desa.
 
== Referensi ==
{{reflist}}
 
1. https://beritajatim.com/gaya-hidup/pesan-temuan-prasasti-tertua-di-bojonegoro-sudah-tak-terbaca/
 
[[Kategori:Prasasti di Jawa Timur]]
 
{{Uncategorized|date=Oktober 2024}}