Parade kuda kosong: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(39 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Kuda kosong''' atau ''' Helaran kuda kosong''' adalah budaya dan tradisi turun temurun di Cianjur. BudayaPertunjukan asliyang darisering disebutkan sebagai tradisi asli Cianjur ini, biasanya di adakandiselenggarakan satu tahun sekali. Biasanya di gelar bertepatan dengan hari jadi Kota Cianjur pada tanggal 12 Juli, yang pelaksanaan nyapelaksanaannya sering di satukandisatukan dengan perayaan hari Kemerdekaan [[Republik Indonesia]], yaitu pada 17 Agustus setiap tahunnya.<ref>[http://www.kabarcianjur.com/2012/07/kuda-kosong-ramaikan-pawai-pembangunan.html www.kabarcianjur.com]</ref>
 
== Latar Sejarah dan Tradisi (Perbedaan Narasi)==
Pawai “kuda kosong” yang sejak dulu digelar pada setiap upacara kenegaraan Cianjur, punya maksud untuk mengenang sejarah perjuangan para Bupati Cianjur tempo dulu.<ref>{{Cite web |title=www.cianjurcybercity.com|url=http://www.cianjurcybercity.com/2009/01/20/budaya-pawai-kuda-kosong-3c.html |title=www.cianjurcybercity.com |access-date=2012-09-25 |archive-date=2012-06-22 |archive-url=https://web.archive.org/web/20120622092430/http://www.cianjurcybercity.com/2009/01/20/budaya-pawai-kuda-kosong-3c.html |archive-date=2012-06-22|dead-url=yes |access-date=2012-09-25}}</ref> yangDari sejaksumber-sumber duluyang digelartersedia padamengenai setiapkisah upacaraini kenegaraandapat Cianjur,dikelompokkan punyamenjadi maksuddua untukversi, mengenang sejarah perjuangan para Bupati Cianjur tempo dulu.yaitu Narasiversi kisah Kudayang Kosongberasal cenderung bertitik berat pada sumberdari cerita lisan secaradan turunversi temurun.naskah Saat Cianjur dijabat Bupati R.Ababad. WiraKeduanya Tanumemiliki seorangnarasi Dalemyang Pamoyanancukup R.A.Aberbeda. Wiratanudatar II, bupati diwajibkan menyerahkan upeti hasil palawija kepada Sunan Mataram di Jawa Tengah.
 
=== Versi Cerita Lisan ===
Dalem Pamoyanan R.A.A. Wiratanudatar II yang dianggap sakti mandragunalah yang rutin ditugaskan untuk menyerahkan upeti tadi. Jenis upeti adalah sebutir beras, lada, dan sebutir cabai. Sambil menyerahkan tiga butir hasil palawija itu, Kangjeng Dalem Pamoyanan selalu menyatakan bahwa rakyat Cianjur miskin hasil pertaniannya. Biar miskin, rakyat Cianjur punya keberanian besar dalam perjuangan bangsa, sama seperti pedasnya rasa cabai dan lada.
Narasi kisah Kuda Kosong cenderung bertitik berat pada sumber cerita lisan secara turun temurun. Saat Cianjur dijabat Bupati R.A. Wira Tanu seorang Dalem Pamoyanan R.A.A. Wiratanudatar II, bupati diwajibkan menyerahkan upeti hasil palawija kepada Sunan Mataram di Jawa Tengah.<ref>{{Cite web|title=Parade Kuda Kosong: Merawat Tradisi dan Warisan Budaya Cianjur|url=https://www.travelercianjur.info/2024/10/parade-kuda-kosong-merawat-tradisi-dan.html|website=Traveler Cianjur|language=id|access-date=2024-10-31}}</ref>
 
Dalam versi cerita lisan tersebut, Dalem Pamoyanan R.A.A. Wiratanudatar II yang dianggap sakti mandragunalah yang rutin ditugaskan untuk menyerahkan upeti tadi. Jenis upeti adalah sebutir beras, lada, dan sebutir cabai. Sambil menyerahkan tiga butir hasil palawija itu, Kangjeng Dalem Pamoyanan selalu menyatakan bahwa rakyat Cianjur miskin hasil pertaniannya. Biar miskin, rakyat Cianjur punya keberanian besar dalam perjuangan bangsa, sama seperti pedasnya rasa cabai dan lada.<ref>{{Cite web|title=Parade Kuda Kosong: Merawat Tradisi dan Warisan Budaya Cianjur|url=https://www.travelercianjur.info/2024/10/parade-kuda-kosong-merawat-tradisi-dan.html|website=Traveler Cianjur|language=id|access-date=2024-10-31}}</ref>
Karena pandai diplomasi, Kangjeng Sunan Mataram memberikan hadiah seekor kuda kepada Dalem Pamoyanan. Seekor kuda jantan diberikan untuk sarana angkutan pulang dari Mataram ke Cianjur. Penghargaan besar Sunan Mataram terhadap Kangjeng Dalem Pamoyanan membuat kebanggan tersendiri bagi rahayat Cianjur waktu itu.
 
Konon, karena pandai diplomasi, Kangjeng Sunan Mataram memberikan hadiah seekor kuda kepada Dalem Pamoyanan. Seekor kuda jantan diberikan untuk sarana angkutan pulang dari Mataram ke Cianjur. Penghargaan besar Sunan Mataram terhadap Kangjeng Dalem Pamoyanan membuat kebanggan tersendiri bagi rahayat Cianjur waktu itu.<ref>{{Cite web|title=Parade Kuda Kosong: Merawat Tradisi dan Warisan Budaya Cianjur|url=https://www.travelercianjur.info/2024/10/parade-kuda-kosong-merawat-tradisi-dan.html|website=Traveler Cianjur|language=id|access-date=2024-10-31}}</ref>
 
Jiwa pemberani rakyat Cianjur seperti yang pernah disampaikan Kanjeng Dalem Pamoyanan kepada Sultan Mataram membuahkan kenyataan. Sekitar 50 tahun setelah peristiwa seba itu, ribuan rakyat Cianjur ramai-ramai mengadakan perlawanan perang gerilya terhadap penjajah Belanda. Dengan kepemimpinan Dalem Cianjur Rd. Alith Prawatasari, barisan perjuang di setiap desa gencar melawan musuh, sampai-sampai Pasukan Belanda sempat ngacir ke Batavia (sekarang Jakarta).
 
Berdasarkan ceritatuturan rakyat (''folklore'')lisan yang disampaikan oleh beberapa narasumber sesepuh di Cianjur, konon setelah peristiwa pertemuan perwakilan Pamoyanan dengan Sultan Mataram, maka Pamoyanan (Cianjur) dianggap bebas membayar upeti.<ref>{{Cite web|last=Selamet|first=Ikbal|title=Asal Usul Kuda Kosong dan Cerita Diplomasi Cianjur-Kerajaan Mataram|url=https://www.detik.com/jabar/budaya/d-6884868/asal-usul-kuda-kosong-dan-cerita-diplomasi-cianjur-kerajaan-mataram|website=detikjabar|language=id-ID|access-date=2024-10-01}}</ref> Namun, dalam keterangan versi naskah kuno ''Babad Cikundul'' justru disebutkan bahwa sejak saat itu pihak Pamoyanan wajib membayar upeti setiap tahunnya. Bahkan ketika berangkat untuk menyerahkan upeti kepada Mataram, sering kali satu rombongan dengan [[Dipati Ukur]], bupati Bandung.<ref>{{Cite web|date=2024-07-13|title=Cianjur Tidak Pernah Bebas Bayar Upeti ke Mataram – iNurwansah|url=https://inurwansah.my.id/2024/07/13/cianjur-tidak-pernah-bebas-bayar-upeti-ke-mataram/|language=id|access-date=2024-10-01}}</ref>
 
=== Versi Naskah ''Babad Cikundul'' ===
Kuda kosong sebagai sebuah tradisi disebutkan dalam naskah ''Babad Cikundul'' atau dalam judul lain ''Babad Menak Sunda'' koleksi Perpustakaan Nasional RI yang diteliti oleh Asep Saeful Azhar, Aditia Gunawan, dan Yukeu Yuliani M. (2023)<ref name=":2">{{Cite web|title=BABAD MENAK SUNDA (121b PLT 15)|url=https://bintangpusnas.perpusnas.go.id/konten/BKXYH901/babad-menak-sunda-121b-plt-15|website=bintangpusnas.perpusnas.go.id|language=en|access-date=2024-12-23}}</ref>, dan judul lain ''Sejarah Cikundul'' hasil penelitian Sigit Widyanto dkk. (1999)<ref>{{Cite book|last=Kebudayaan;|first=Indonesia Departemen Pendidikan dan|date=1999|url=https://repositori.kemdikbud.go.id/13355/1/Sejarah%20cikundul%20kajian%20sejarah%20dan%20nilai%20budaya.pdf|title=Sejarah Cikundul Kajian Sejarah dan Nilai Budaya|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan|language=Indonesia|url-status=live}}</ref>. Aspek metafisika Kuda Kosong dalam ''Babad Cikundul'' disebutkan dalam ''pada'' ke-35 dan 36 yang menyebutkan bahwa dalam setiap acara perayaan selalu menggunakan koda kosong. Kuda itu didandani dengan berbagai hiasan dan dipercayai ditunggangi oleh leluhur, yaitu Eyang Surya Kancana.
{| class="wikitable"
|-
! Bahasa Sunda<ref name=":2" />
! Terjemahan<ref>{{Cite book|last=Nurwansah|first=Ilham|last2=Rijal Nasrullah|first2=Ahmad|date=2024|url=https://press.perpusnas.go.id/ProdukDetail.aspx?id=1091|title=Babad Menak Sunda (121b PLT 15): Alih Bahasa|url-status=live}}</ref>
|-
|
[35] Kaula nurutkeun tauladan,<br>
ngan ngeunahkeun kana dangding,<br>
kitu asal pusakana,<br>
malah-malah eunggeus galib,<br>
baheula nini aki,<br>
nu asal pancer Cikundul,<br>
ari anu kariyaan,<br>
sumawon mungguh bupati,<br>
kudu baé maké kuda kosong téa.<br>
|
[35] Saya mengikuti teladan,<br>
menyesuaikan ke dalam ''dangding'',<br>
demikan asal pusakanya,<br>
malah sudah dianggap lumrah,<br>
dahulu nenek kakek,<br>
yang berasal dari keturunan Cikundul,<br>
jika ada acara perayaan,<br>
demikian juga bupati,<br>
harus selalu menggunakan kuda kosong,<br>
|-
|
[36] Kuda téh dirarahaban,<br />
dipayungan jeung diaping,<br />
leumpang hareupeun jampana,<br />
atawa tukangeun jalmi,<br />
/hlm.6/ saur nini aki,<br />
baris tunggangan karuhun,<br />
éyang Surya Kancana,<br />
Malah saur ibu Uti,<br />
mun teu kitu rajeun sok meunang cilaka.</br>
|
[36] Kuda itu dihias,<br />
dipayungi dan dipandu,<br />
berjalan di depan tandu,<br />
atau di belakang dokar.<br />
Menurut kisah nenek-kakek,<br />
(kuda itu) akan ditunggangi oleh leluhur,<br />
(yaitu) Eyang Surya Kancana,<br />
malah kata ibu Uti,<br />
jika tidak begitu, akan mendapatkan celaka</br>
|}
 
Kisah perjalanan utusan dari Pamoyanan Cianjur ke keraton Mataram memang disebutkan dalam naskah Babad Cikundul, namun tidak ada narasi bahwa Sultan Mataram memberikan seekor kuda kepada utusan dari Pamoyanan, melainkan dua benda, yaitu: '''''pisalin sapangadeg''''' (sepasang pakaian [adat Jawa]), dan '''''pendok emas''''' (hiasan keris warangka berbahan emas).
 
{| class="wikitable"
|-
! Bahasa Sunda<ref name=":2" />
! Terjemahan<ref>{{Cite book|last=Nurwansah|first=Ilham|last2=Rijal Nasrullah|first2=Ahmad|date=2024|url=https://press.perpusnas.go.id/ProdukDetail.aspx?id=1091|title=Babad Menak Sunda (121b PLT 15): Alih Bahasa|url-status=live}}</ref>
|-
|
[96] Sénapati maparin pisalin,<br>
sapangadeg jeung hiji pendok mas,<br>
Arya Kidul langkung atoh,<br>
geus kaidinan mundur,<br>
di jalanna nya kitu deui,<br>
lilana tilu bulan nepi ka Cianjur,<br>
barang datang dikukusan,<br>
jeung dibura ku nini paraji,<br>
ngumpulkeun pangajian.<br>
|
[96] Senapati memberikan pakaian untuk ganti,<br>
sepasang dan ''pendok'' keris berbahan emas.<br>
Arya Kidul sangat gembira.<br>
setelah diizinkan pulang,<br>
di jalannya seperti tadi,<br>
tiga bulan lamanya sampai ke Cianjur.<br>
ketika tiba diasapi wewangian,<br>
dan disembur air oleh nenek paraji,<br>
mengumpulkan kesadaran,<br>
|}
 
Selain itu, alih-alih bebas membayar upeti, justru sejak itulah Cianjur wajib membayar upeti kepada Mataram sebagai tanda tunduk ke dalam wilayah kekuasaan Kesultanan Mataram. Bahkan ketika berangkat untuk menyerahkan upeti kepada Mataram, sering kali satu rombongan dengan [[Dipati Ukur]], bupati Bandung.<ref>{{Cite web|date=2024-07-13|title=Cianjur Tidak Pernah Bebas Bayar Upeti ke Mataram – iNurwansah|url=https://inurwansah.my.id/2024/07/13/cianjur-tidak-pernah-bebas-bayar-upeti-ke-mataram/|language=id|access-date=2024-10-01}}</ref>
 
{| class="wikitable"
|-
! Bahasa Sunda<ref name=":2" />
! Terjemahan<ref>{{Cite book|last=Nurwansah|first=Ilham|last2=Rijal Nasrullah|first2=Ahmad|date=2024|url=https://press.perpusnas.go.id/ProdukDetail.aspx?id=1091|title=Babad Menak Sunda (121b PLT 15): Alih Bahasa|url-status=live}}</ref>
|-
|
[99] Ti harita kaluar upeti,<br>
ti Cianjur ka ratu Mataram,<br>
tapi hanteu pati gedé,<br>
ngadeuheus unggal taun,<br>
ka Mataram pertanda ngabdi,<br>
sok rajeun sasarengan,<br>
jeung Dipati Ukur,<br>
ari datang ka Mataram,<br>
perbupati ngadeuheus ka jero puri,<br>
hémpak sila di latar.<br>
|
[99] Sejak saat itu keluar upeti,<br>
dari Cianjur kepada Raja Mataram,<br>
tetapi tidaklah besar,<br>
datang setiap tahun,<br>
kepada Mataram menjadi abdi,<br>
sering kali bersama-sama,<br>
dengan Dipati Ukur,<br>
jika tiba ke Mataram, para bupati,<br>
datang ke dalam keraton,<br>
duduk bersila di latar,<br>
|}
 
== Perlengkapan Parade ==
 
=== Aksesoris kuda ===
Peralatan yang digunakan sebagai aksesoris kuda adalah aksesoris kepala dan kaki, penutup badan kuda, serta bunga yang wana-warni.<ref name=":0">https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/dashboard/media/Buku%20Penetapan%20WBTb%202018.pdf. Hal. 141</ref> Penambahan [[bunga]] warna-warni pada badan kuda sebagai pemanis agar terlihat lebih cantik dan menarik.<ref name=":1">{{Cite web|title=DOKUMENTASI BUDAYA “KUDA KOSONG” CIANJUR RANCANG BANGUN BIBLIOGRAFI BERANOTASI SEBAGAI LITERASI DOKUMENTASI BUDAYA, KESENIAN|url=https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:7tGKhxSIJhkJ:https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/8919/i20.pdf?sequence=1&isAllowed=y+&cd=21&hl=id&ct=clnk&gl=id|website=webcache.googleusercontent.com|access-date=2020-09-16}}</ref><ref>{{Cite web|title=Parade Kuda Kosong: Merawat Tradisi dan Warisan Budaya Cianjur|url=https://www.travelercianjur.info/2024/10/parade-kuda-kosong-merawat-tradisi-dan.html|website=Traveler Cianjur|language=id|access-date=2024-10-31}}</ref>
 
=== Payung ===
Baris 30 ⟶ 143:
 
== Perayaan ==
Pementasan kuda kosong, biasanya diadakan setahun sekali, yaitu pada acara kenegaraan, seperti menyambut hari jadi kota Cianjur, yang bertepatan dengan parade atau Pawai Pembangunan, yang di ikuti oleh berbagai elemen di kota cianjur, dan mempertunjukan beberapa atraksi kendaraan hias, produk - produk unggulan Cianjur, kesenian daerah, khusus nya kesenian asli [[Cianjur]], seperti calung, pencak silat [[Maen po]],qasidah, drumband, dll. Arak - arakan atau pawai ini mengelilingi kota cianjur, yang biasanya dimulai dari depan Pendopo kabupaten cianjur, terus melintasi beberapa jalan protokol. dan Kuda kosong selalu menempati barisan pertama parede tersebut.<ref>{{Cite web|title=Parade Kuda Kosong: Merawat Tradisi dan Warisan Budaya Cianjur|url=https://www.travelercianjur.info/2024/10/parade-kuda-kosong-merawat-tradisi-dan.html|website=Traveler Cianjur|language=id|access-date=2024-10-31}}</ref>
 
== Pelestarian budaya ==