Kota Payakumbuh: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Palingyess (bicara | kontrib) |
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(6 revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan) | |||
Baris 51:
| situs = {{URL|payakumbuhkota.go.id}}
}}
'''Kota Payakumbuh''' ({{lang-min|Payokumbuah}}; [[Jawi]], ڤايوكومبواه) adalah sebuah [[kota]] yang berada di [[provinsi]] [[Sumatera Barat]], [[Indonesia]]. Kota Payakumbuh<ref>{{Cite book|last=Efendi|first=Feni|date=2021|title=Pajacombo : Literatur Tentang Tanah Payau|location=Payakumbuh|publisher=Penerbit Fahmi Karya|isbn=978-623-96797-1-2|url-status=live}}</ref> merupakan daerah kantong (''enclave'')' dari Kabupaten [[Kabupaten Lima Puluh Kota|Lima Puluh Kota]]. Pada pertengahan tahun [[2021]], jumlah penduduk kota Payakumbuh sebanyak 141.171 [[jiwa]].'''<ref name="DUKCAPIL" />'''
Berbagai penghargaan telah diraih oleh Pemerintah Kota Payakumbuh sejak beberapa tahun terakhir. Dengan pertumbuhan ekonomi 6,38 % dan meningkat menjadi 6,79% pada tahun 2011. Payakumbuh merupakan salah satu daerah dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Sumatera Barat dan juga dikenal dengan branding Kota Randang (Payakumbuh City of Randang)<ref>{{Cite book|last=Efendi|first=Feni|last2=Susanti|first2=Ipil|last3=Weriantoni|date=2024|title=Pajacombo: Varian Rendang di Kota Payakumbuh dan Potensi Ekonomi Pembangunan|location=Payakumbuh|publisher=Penerbit Fahmi Karya|isbn=978-623-8646-04-3|url-status=live}}</ref>. Inovasi dalam bidang sanitasi, pengelolaan sampah, pasar tradisional sehat, pembinaan pedagang kaki lima dan drainase perkotaan mengantarkan kota ini meraih penghargaan Inovasi Managemen Perkotaan (IMP) pada 2012, Indonesia Green Regional Award (IGRA), Kota Sehat Wistara dan sederet pengharaan lainnya.
Baris 63:
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Pajakoembah TMnr 3728-847.jpg|jmpl|Payakumbuh pada tahun 1883–1889 ([[litografi]] berdasarkan lukisan oleh [[Josias Cornelis Rappard]])|kiri]]
Kota Payakumbuh<ref>{{Cite book|last=Efendi|first=Feni|last2=Weriantoni|date=2024|title=Pajacombo: Potensi Wisata Genealogi di Payakumbuh untuk Menelusuri Jejak Leluhur dalam Sudut Pandang Ekonomi, Sosial, dan Memori Kolektif|location=Payakumbuh|publisher=Penerbit Fahmi Karya|isbn=978-623-8646-12-8|url-status=live}}</ref> terutama pusat kotanya dibangun oleh [[Hindia Belanda|pemerintah kolonial Hindia Belanda]]<ref>{{Cite book|last=Efendi|first=Feni|last2=Yanuarita|first2=Prima|date=2023|title=Pajacombo: dalam Album Foto Djoesa Anas|location=Payakumbuh|publisher=Penerbit Fahmi Karya|isbn=978-623-88775-2-2|url-status=live}}</ref><ref>{{Cite book|last=Efendi|first=Feni|date=2023|title=Pajacombo: Potret di Zaman Hindia Belanda|location=Payakumbuh|publisher=Penerbit Fahmi Karya|isbn=978-623-96797-7-4|url-status=live}}</ref>. Sejak keterlibatan [[Belanda]] dalam [[Perang Padri]], kawasan ini berkembang menjadi depot atau kawasan gudang penyimpanan dari hasil tanam kopi dan terus berkembang menjadi salah satu daerah administrasi distrik pemerintahan kolonial Hindia Belanda waktu itu.<ref>Abdullah, Taufik, (2009), ''Schools and Politics: The Kaum Muda Movement in West Sumatra (1927-1933)'', Equinox Publishing, ISBN 978-602-8397-50-6.</ref>
Menurut [[Tambo Minangkabau|tambo]] setempat, dari salah satu kawasan di dalam kota ini terdapat suatu [[nagari]] tertua yaitu nagari [[Aie Tabik, Payakumbuh Timur, Payakumbuh|Aie Tabik]] dan pada tahun 1840, [[Belanda]] membangun jembatan [[batu]] untuk menghubungkan kawasan tersebut dengan pusat kota sekarang.<ref>Reimar Schefold, P. Nas, Gaudenz Domenig, (2004), ''Indonesian Houses: Tradition and transformation in vernacular architecture'', Vol. 1, Illustrated, ISBN 978-9971-69-292-6.</ref> Jembatan itu sekarang dikenal juga dengan nama [[Jembatan Ratapan Ibu]].
Baris 74:
Kota Payakumbuh sebagai [[pemerintah daerah]] berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1956 tanggal [[19 Maret]] [[1956]], yang menetapkan kota ini sebagai ''kota kecil''.<ref>http://www.legalitas.org {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20100612195200/http://legalitas.org/ |date=2010-06-12 }} [http://www.legalitas.org/incl-php/buka.php?d=1900+56&f=uu8-1956.htm Undang-undang Nomor 8 tahun 1956] (diakses pada 27 Juni 2010)</ref> Kemudian ditindaklanjuti oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 tahun 1970 tanggal [[17 Desember]] [[1970]] menetapkan kota ini menjadi daerah otonom pemerintah daerah tingkat II Kotamadya Payakumbuh. Disusul Radiogram Mendagri nomor SDP.9/6/181 menegaskan, hari peresmian Kota Payakumbuh dilaksanakan pada tanggal 17 Desember 1970 dan saban tahun diperingati sebagai Hari Jadi Kota Payakumbuh. Selanjutnya wilayah administrasi pemerintahan terdiri atas 3 wilayah [[kecamatan]] dengan 73 [[kelurahan]] yang berasal dari 7 jorong dan terdapat di 7 ka[[nagari]]an yang ada waktu itu, dengan pembagian kecamatan [[Payakumbuh Barat, Payakumbuh|Payakumbuh Barat]] dengan 31 Kelurahan, kecamatan [[Payakumbuh Timur, Payakumbuh|Payakumbuh Timur]] dengan 14 kelurahan dan kecamatan [[Payakumbuh Utara, Payakumbuh|Payakumbuh Utara]] dengan 28 kelurahan.
Sebelum tahun 1970, Payakumbuh adalah bahagian dari Kabupaten Lima Puluh Kota dan sekaligus ibu kota kabupaten tersebut. Pada tahun [[2008]], sesuai dengan perkembangannya maka dilakukan pemekaran wilayah kecamatan, sehingga kota Payakumbuh memiliki 5 wilayah kecamatan, dengan 8 kanagarian dan 76 wilayah kelurahan<ref>{{Cite book|last=Efendi|first=Feni|date=2022|title=Pajacombo: dalam Catatan dan Ingatan|location=Payakumbuh|publisher=Penerbit Fahmi Karya|isbn=978-623-99418-1-9|url-status=live}}</ref>. Pada tahun 2014 dan 2016 terjadi penggabungan beberapa kelurahan yang wilayahnya kecil dengan sedikit penduduk, sehingga jumlah kelurahan menyusut menjadi 48 kelurahan.
=== Daftar Wali Kota ===
Baris 84:
{{:Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Payakumbuh}}
{{utama|Daftar kecamatan dan kelurahan di Kota Payakumbuh}}
{{:Daftar kecamatan dan kelurahan di Kota Payakumbuh}}
Baris 134:
Untuk menjadikan kota ini sebagai sentral perdagangan selain dengan meningkatkan pasar-pasar tradisional<ref>{{Cite book|last=Efendi|first=Feni|last2=Weriantoni|date=2024|title=Pajacombo: Potensi Ekonomi Pasar-Pasar di Payakumbuh dan Juga Dampak Sosialnya|location=Payakumbuh|publisher=Penerbit Fahmi Karya|isbn=978-623-89016-9-2|url-status=live}}</ref> yang ada selama ini, pemerintah setempat bersama masyarakatnya mencoba membangun sistem pergudangan untuk mendukung aktivitas perdagangan yang modern. Saat ini kota Payakumbuh telah memiliki sebuah pasar modern yang terletak di jantung kotanya.
Sementara industri-industri yang ada di kota ini baru berskala kecil<ref>{{Cite book|last=Efendi|first=Feni|date=2023|title=Pajacombo: Sentral Ekonomi, Sosial, dan Pembangunan|location=Payakumbuh|publisher=Penerbit Fahmi Karya|isbn=978-623-88538-3-0|url-status=live}}</ref>, namun telah mampu berproduksi untuk memenuhi permintaan pasar luar negeri, diantaranya sulaman bordir dan songkok/peci.<ref>payakumbuhkota.go.id [http://payakumbuhkota.go.id/?lang=ina&action=profil&tipe=potensi Perdagangan] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20100402171804/http://www.payakumbuhkota.go.id/?lang=ina&action=profil&tipe=potensi |date=2010-04-02 }} (diakses pada 3 Juli 2010)</ref>
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Moskee in Pajakoemboeh TMnr 10016544.jpg|jmpl|220px|Masjid di Payakumbuh pada tahun 1920-an]]
Baris 143:
Olahraga pacu kuda juga merupakan pertunjukan yang paling diminati oleh masyarakat kota ini dan biasa setiap tahunnya diselenggarakan pada gelanggang pacuan kuda yang bernama ''Kubu Gadang'' yang sekarang menjadi bahagian dari komplek GOR M.Yamin.
Kota Payakumbuh memiliki beberapa pertunjukan tradisional, diantaranya tarian-tarian daerah yang bercampur dengan gerakan [[silat]] serta diiringi dengan nyanyian dan biasa ditampilkan pada waktu acara adat atau pergelaran seni yang disebut dengan ''[[randai]]''.<ref>Phillips, Nigel, (1981), ''Sijobang: sung narrative poetry of West Sumatra'', Cambridge University Press, ISBN 978-0-521-23737-6.</ref> Salah satu kelompok randai yang terkenal diantaranya dari daerah [[Padang Alai, Payakumbuh Timur, Payakumbuh|Padang Alai]], yang bernama ''Randai Cindua Mato''. Selain itu, Kota Payakumbuh terus bergiat menetapkan Objek-objek yang Diduga Cagar Budaya (ODCB) sebagai Cagar Budaya<ref>{{Cite book|last=Efendi|first=Feni|date=2023|title=Pajacombo: dalam Narasi Cagar Budaya|location=Payakumbuh|publisher=Penerbit Fahmi Karya|isbn=978-623-99418-6-4|url-status=live}}</ref>.
Masyarakat kota Payakumbuh juga terkenal dengan alat musik jenis ''Talempong'', yaitu sama dengan alat musik [[gamelan]] di pulau [[jawa]], yang biasa ditampilkan dalam upacara adat, majlis perkawinan dan lain sebagainya. Selain itu alat musik lain yang masih dijumpai di kota ini adalah ''Saluang'', yaitu sejenis alat musik tiup atau sama dengan seruling.
Adapun kuliner yang paling terkenal di Payakumbuh yaitu [[rendang]]<ref>{{Cite book|last=Ardy|first=Novit|date=2023|title=Marandang: Wisata Gastronomi Kampung Rendang Payakumbuh|location=Payakumbuh|publisher=Penerbit Fahmi Karya|isbn=978-623-96797-0-5|url-status=live}}</ref> yang sudah memiliki lebih dari 30 varian. Sedangkan pindik dari [[Tiakar, Payakumbuh Timur, Payakumbuh|Tiakar]] juga telah menjadi makanan khas daerah ini. Begitupun gulai hijau itiak dari [[Aie Tabik, Payakumbuh Timur, Payakumbuh|Air Tabit]] juga menjadi buruan pelancong jika datang ke Payakumbuh.
== Pariwisata ==
|