Empat Kebenaran Mulia: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k link Kemelekatan (Buddhisme) |
-p. -pp. +hlm. |
||
(5 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Buddhisme|dhamma}}Dalam [[Buddhisme]], '''Empat Kebenaran Mulia''' (
[b] [https://www.britannica.com/EBchecked/topic/34073/arhat ''Arhat (Buddhism)''], '''Encyclopædia Britannica'''</ref>{{sfn|Keown|2013|pp=48–62}} Empat kebenaran tersebut adalah:<ref name=":1">{{Cite book|last=Rahula|first=Dr. Walpola Sri|date=2019-07-01|url=https://books.google.co.id/books/about/Inilah_Dhamma.html?id=X_oPEAAAQBAJ&redir_esc=y|title=Inilah Dhamma: Apa yang Buddha Ajarkan|publisher=Yayasan Dhammavihari|language=id|url-status=live}}</ref>
Baris 8:
* '''''nirodhagāminī paṭipadā''''' atau '''''magga''''' ("jalan menuju terhentinya penderitaan") adalah jalan menuju lenyapnya ''taṇhā'' dan pembebasan dari ''dukkha'' ([[Nirwana]]); [[Jalan Mulia Berunsur Delapan]].<ref>{{harvnb|Anderson|2004|pp=295–297}}, Kutipan: "This, bhikkhus, is the noble truth that is the way leading to the ending of suffering. This is the eightfold path of the noble ones: right view, right intention, right speech, right action, right livelihood, right effort, right mindfulness, and right concentration.[..] The Buddha taught the fourth truth, maarga (Pali, magga), the path that has eight parts, as the means to end suffering."</ref>{{sfn|Keown|2013|pp=58–60}}{{sfn|Norman|2003|pp=219, 222}}
Empat kebenaran ini tumbuh menjadi sangat penting dalam tradisi Buddhisme [[Theravāda]] sekitar abad ke-5 Masehi,{{sfn|Anderson|1999|pp=230–231}} yang menyatakan bahwa [[Kebijaksanaan (Buddhisme)|kebijaksanaan]] terhadap empat kebenaran itu sendiri bersifat membebaskan.{{sfn|Carter|1987|p=3179}} Aliran Theravāda menekankan Empat Kebenaran Mulia sebagai inti dari keseluruhan ajaran Buddha. Penekanan atas empat kebenaran ini kurang menonjol dalam aliran [[Mahayana]], yang melihat tujuan lebih tinggi dari kebijaksanaan ke dalam kerangka ''[[Śūnyatā|sunyata]]'' (kekosongan), dan mengikuti jalan [[Bodhisatwa]] sebagai elemen sentral dalam ajaran dan praktik mereka.{{sfn|Carter|1987|pp=3179–3180}} Tradisi Mahayana menafsirkan ulang empat kebenaran untuk menjelaskan bagaimana makhluk yang terbebaskan masih dapat "beroperasi secara menyeluruh di dunia ini".{{sfn|Makransky|1997|pp=346–347}} Dimulai dengan penjelajahan Buddhisme oleh penjajah Barat pada abad ke-19 dan perkembangan [[Modernisme Buddhis|gerakan modernis Buddhisme]], ajaran-ajaran ini sering disajikan di Barat sebagai ajaran utama Buddhisme,{{sfn|Harris|2006|pp=72–73}}{{sfn|Anderson|2001|p=196}} kadang-kadang dengan interpretasi ulang modernis baru yang sangat berbeda dari pemahaman tradisional dalam tradisi Buddhisme di Asia.{{sfn|Keown|2009|pp=60–63, 74–85, 185–187}}{{sfn|Konik|2009|p=ix}}{{sfn|Lopez|2012|pp=39–43, 57–60, 74–76, 122–124}}
== Theravāda ==
Baris 58:
=== Analisis ilmiah terhadap kitab tertua ===
Menurut para sarjana akademis, inkonsistensi dalam [[Kitab Buddhis awal|kitab-kitab awal]] dapat mengungkap perkembangan dalam [[Kitab Buddhis awal|ajaran-ajaran terdahulu]].<ref>{{Cite book|last=Vetter|first=Tilmann|date=1988|title=The Ideas and Meditative Practices of Early Buddhism|publisher=BRILL|pages=ix|url-status=live}}</ref>{{refn|group=note|name="development of teachings"}} Sementara itu, aliran [[Theravāda]] berpendapat bahwa kitab [[Sutta Piṭaka]] dalam [[Tripitaka Pali]] (salah satu versi Tripitaka) adalah "penyampaian definitif dari kata-kata [[Siddhattha Gotama|Sang Buddha]]"<ref>{{Cite book|last=Bhikku Bodhi|date=1995|title=The Middle Length Discourses of the Buddha. A New Translation of the Majjhima Nikaya|publisher=Wisdom Publications|pages=13|url-status=live}}</ref> dan [[Theravāda|Theravādin]] (penganut Theravāda) berpendapat bahwa diskursus-diskursus di dalamnya berasal langsung dari Sang Buddha sendiri melalui transmisi lisan yang tidak terputus,<ref>{{Cite journal|last=Payutto|first=P. A.|date=2002|title=What a True Buddidst Should Know about the Pali Canon|url=http://dx.doi.org/10.1163/26659077-00504007|journal=MANUSYA|volume=5|issue=4|pages=93–132|doi=10.1163/26659077-00504007|issn=0859-9920}}</ref><ref>{{Cite book|last=Sujato|first=Bhante|date=2015|url=https://ocbs.org/wp-content/uploads/2015/09/authenticity.pdf|title=The Authenticity of the Early Buddhist Texts|isbn=9781312911505|url-status=live}}</ref><ref group=web name="BS_BB">{{citation |last1=Sujato |first1=Bhante |author-link1=Bhante Sujato |last2=Brahmali |first2=Bhikkhu |title=The Authenticity of the Early Buddhist Texts |url=https://ocbs.org/wp-content/uploads/2015/09/authenticity.pdf |archive-url=https://web.archive.org/web/20151224032237/http://ocbs.org/wp-content/uploads/2015/09/authenticity.pdf |archive-date=2015-12-24 |url-status=live |year=2015 |publisher=Chroniker Press |isbn=978-1312911505}}</ref>{{refn|[[Bhante Sujato|Bhikkhu Sujato]] & Bhikkhu Brahmali,
# "Penekanan pada homogenitas fundamental dan keaslian substansial dari setidaknya sebagian besar materi bahasan yang berkaitan dengan perbedaan [[Nikāya]] (subaliran atau ordo-ordo Buddhisme)",{{refn|Pendukung dari pendapat pertama ini adalah:<br />* [[A.K. Warder]]. Menurut A.K. Warder, dalam publikasi tahu 1970 "Indian Buddhism", dari teks-teks tertua yang masih ada, inti umum dapat ditarik {{sfn|Warder|1999|loc=inside flap}} yaitu [[Bodhipakkhiyādhammā]]. Menurut Warder, c.q. penerbitnya: "This kernel of doctrine is presumably common Buddhism of the period before the great schisms of the fourth and third centuries BC. It may be substantially the Buddhism of the Buddha himself, although this cannot be proved: at any rate it is a Buddhism presupposed by the schools as existing about a hundred years after the parinirvana of the Buddha, and there is no evidence to suggest that it was formulated by anyone else than the Buddha and his immediate followers."{{sfn|Warder|1999|loc=inside flap}}<br />* [[Richard Gombrich]]: "I have the greatest difficulty in accepting that the main edifice is not the work of a single genius. By "the main edifice" I mean the collections of the main body of sermons, the four Nikāyas, and of the main body of monastic rules."{{sfn|Gombrich|1997}}|group=note}}
Baris 76:
Para sarjana telah mencatat adanya ketidakkonsistenan dalam penyajian kecerahan Sang Buddha, dan jalan menuju pembebasan Sang Buddha, dalam kitab-kitab tertua. Mereka berpendapat bahwa ketidakkonsistenan ini menunjukkan bahwa ajaran-ajaran Sang Buddha berkembang, baik selama masa hidup Sang Buddha, maupun setelahnya.<!--**START OF NOTE**-->{{refn|Lihat:
* La Vallee Possin (1937), ''Musila et Narada''; reprinted in Gombrich (2006), ''How Buddhism Began'', appendix
* Erich Frauwallner (1953), ''Geschichte der indischen Philosophie'', Band ''Der Buddha und der Jina'' (
* Andre Bareau (1963), ''Recherches sur la biographiedu Buddha dans les Sutrapitaka et les Vinayapitaka anciens'', Ecole Francaise d'Extreme-Orient
* Schmithausen, ''On some Aspects of Descriptions or Theories of 'Liberating Insight' and 'Enlightenment' in Early Buddhism''. In: Studien zum Jainismus und Buddhismus (Gedenkschrift für Ludwig Alsdorf), hrsg. von Klaus Bruhn und Albrecht Wezler, Wiesbaden 1981, 199–250.
Baris 327:
===Penjelasan akademis lainnya===
* [[Rupert Gethin|Gethin, Rupert]] (1998), ''Foundations of Buddhism'', Oxford University Press (Chapter 3 is a commentary of about 25 pages).
* [[Donald S. Lopez, Jr.|Lopez, Donald S.]] (2001), ''The Story of Buddhism'', HarperCollins (
{{Refend}}
Baris 338:
* [https://www.rigpawiki.org/index.php?title=Four_Noble_Truths Four Noble Truths], [[Rigpa (organization)|Rigpa]] Wiki
{{Buddhisme-topik}}
{{Buddha {{Buddha-stub}}
[[Kategori:Buddhisme]]
[[Kategori:Theravada]]
|