Salahuddin Ayyubi di Mesir: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Manggadua (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Manggadua (bicara | kontrib)
 
(6 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 5:
 
=== Politik ===
Kekuasaan di Kekhalifahan Fathimiyah pada akhirnya berada di tangan [[khalifah]]. Namun, selama bertahun-tahun, kekuasaan sejati telah beralih ke jabatan [[wazir (kekhalifahanKekhalifahan Fathimiyah)|wazir]]. Awalnya, wazir dimaksudkan untuk menjadi kepala administrator negara, yang melayani sesuai keinginan dan keinginan khalifah. Hal ini berubah dengan naiknya [[Badr al-Jamali]] (1074–1094) ke posisi tersebut. Badr dan para penerusnya, yang sebagian besar berasal dari militer, menggabungkan jabatan wazir dengan jabatan "panglima tentara" dan memegang kekuasaan penuh atas nama khalifah. Para "wazir pedang" ini pada saat yang sama adalah menteri utama yang bertanggung jawab atas semua administrasi sipil, kepala tentara, yang bertanggung jawab atas semua masalah peradilan sebagai kepala ''[[kadi|qāḍī]]'', dan bahkan untuk semua masalah keagamaan komunitas Isma'ili sebagai kepala misionaris (''dāʿī al-duʿāt'').[1]{{sfn|Canard|1965|pp=857–858}} Ketika kekuasaan wazir tumbuh melampaui kekuasaan khalifah, mereka bahkan mengambil gelar "raja" (''al-malik'') diikuti dengan julukan.{{sfn|Canard|1965|p=858}}
 
Kekuasaan yang tersisa yang mungkin dimiliki khalifah hancur ketika khalifah dewasa terakhir, [[al-Hafiz]], meninggal pada tahun 1149. Kematian ini memulai periode ketidakstabilan dan intrik lainnya, yang berpuncak pada pembunuhan banyak laki-laki dalam keluarga kerajaan Fathimiyah pada tahun 1153. Pembunuhan ini memicu pemberontakan oleh gubernur Armenia di Mesir Tengah, [[Tala'i bin Ruzzik]], yang dibantu oleh [[Sitt al-Qusur]], saudara perempuan khalifah muda [[al-Fa'iz Binasrillah|al-Fa'iz]].<ref>{{Harvnb|Lev|1999|p=53}}</ref> Ibnu Ruzzik dengan cepat mengonsolidasikan kekuasaannya atas Mesir (mencegah intervensi apa pun yang mungkin direncanakan Nuruddin) dan memerintah secara efektif. Di bawah Ibnu Ruzzik, Mesir mendapatkan kembali beberapa ukuran pengaruh internasional, berhasil mempertahankan diri dari gangguan angkatan laut, menyerang pengiriman oposisi di [[Mediterania Timur]], dan terlibat dalam negosiasi dengan Nuruddin mengenai jihad terpadu melawan Negara-negara [[Tentara Salib]]. Tentara Salib di [[Kerajaan Yerusalem]] tidak menyadari sifat halus posisi mereka dan berusaha untuk membangun hubungan fungsional dengan Ibnu Ruzzik, yang berpuncak dengan gencatan senjata antara kedua negara dengan Mesir membayar sejumlah besar tahunan ke [[Yerusalem]] sebagai salah satu syarat.<ref>{{Harvnb|Lev|1999|p=55}}</ref> Pada tahun 1161, Ibnu Ruzzik dibunuh dan dengan dia meninggal stabilitas di Mesir. Putra Ibnu Ruzzik menggantikannya tetapi dengan cepat digulingkan oleh gubernur Arab di Mesir bagian atas, [[Syawar]], pada tahun 1163. Pada tahun yang sama Syawar sendiri segera digulingkan oleh seorang abdi dalem bernama [[Dirgham]]. Syawar melarikan diri dari Mesir dan mencari bantuan dari Nuruddin di [[Suriah]]. Kekacauan internal tahun 1163 meluas ke kancah internasional ketika raja baru Yerusalem, [[Amaury I dari Yerusalem|Amalric I]], melancarkan kampanye hukuman di Mesir sebagai tanggapan atas kegagalan Mesir membayar upeti tahunan mereka. Kampanye Amalric dihentikan bukan oleh militer Fathimiyah, melainkan [[banjir Sungai Nil]] yang melumpuhkan pasukannya saat mereka mengepung kota [[BilbaysBilbeis]] di Mesir utara.<ref>{{Harvnb|Maalouf|1984|p=161}}</ref><ref>{{Harvnb|Möhring|2005|p=23}}</ref>
 
=== Sosial ===
Doktrin resmi negara Fathimiyah adalah [[Ismailiyah|Isma'ilisme]], sekte [[Syiah|Islam Syiah]] yang dianut oleh Fathimiyah.{{sfn|Canard|1965|p=859}} Menurut kepercayaan Ismailiyah, khalifah juga merupakan imam, [[ahlul bait|pewaris]] [[Muhammad|Nabi Muhammad]] yang dipilih dan dibimbing secara ilahi, dalam suksesi langsung dan tak terputus melalui [[Ali bin Abi Thalib]].{{sfn|Canard|1965|p=857}} Klaim Fathimiyah tentang keturunan Ali telah ditentang selama abad ke-10, baik oleh [[Sunni]] [[Abbasiyah]] tetapi juga oleh banyak Syiah, yang menolak legitimasi mereka dan mengklaim bahwa mereka adalah penipu.{{sfn|Canard|1965|pp=850–852}} Sebagian besar orang Mesir menolak Ismailisme dan mempraktikkan Islam Sunni.<ref>{{Harvnb|Lev|1999|pp=116–117}}</ref> Ketegangan semakin memburuk karena para khalifah terus-menerus kehilangan kekuasaan, termasuk kekuasaan untuk mendukung agama negara mereka. Ke dalam kekosongan yang berkembang ini melangkah Islam Sunni, yang berkembang pesat di utara Mesir terutama di sekitar kota [[Aleksandria]].<ref>{{Harvnb|Lev|1999|p=16}}</ref> Sekitar tahun 1070, orang kuat militer [[Nasir al-Dawla bin Hamdan]] telah mencoba untuk menggulingkan dinasti dan mengembalikan kekuasaan Sunni atas Mesir.{{sfn|Canard|1965|p=857}} Gengsi kekhalifahan semakin menurun setelah serangkaian perpecahan yang sangat memecah belah dalam agama Ismailiyah itu sendiri, atas suksesi [[imamah]]/kekhalifahan: perpecahan [[Isma'ilisme Nizari|Nizari]] tahun 1094 dan perpecahan [[Isma'ilisme Hafizi|Hafizi]] tahun 1130/32.{{sfn|Canard|1965|p=858}}
 
Selain tekanan agama yang meningkat ini, sifat kehidupan politik Mesir yang tidak stabil memaksa para elit di setiap bidang (administrasi, puisikebujanggaan, hukum, dll.) ke dalam lingkaran sosial yang erat yang sering rentan terhadap pembersihan ketika faksi-faksi yang bersaing merebut kekuasaan. Hal ini mengakibatkan kematian banyak orang paling berbakat di Mesir, yang berkontribusi pada jatuhnya negara Fathimiyah.
 
=== Ekonomi ===
Baris 21:
 
== Penguasa Mesir ==
Setelah Kekhalifahan Fathimiyah tumbang, Salahuddin kini menjadi penguasa Mesir, meskipun masih menjadi bawahan Nuruddin yang jauh. Nuruddin, pada gilirannya, tidak merasa puas dengan Salahuddin karena sejumlah alasan. Alasan terbesarnya adalah ketidaksenangannya dengan besarnya pembayaran upeti Salahuddin, yang ia harapkan jauh lebih besar. Masalah ini diperparah oleh fakta bahwa Nuruddin telah berusaha untuk memajukan Syirkuh, bukan Salahuddin dan, dengan kematian Ayyub, Nuruddin merasa bahwa ia tidak memiliki kendali atas penguasa yang lebih muda itu dan menjadi semakin yakin bahwa Salahuddin akan berusaha untuk menjadi independen. Sejauh mana Salahuddin mungkin sengaja membayar Nuruddin terlalu rendah tidak diketahui, tetapi kemungkinan besar makam Firaun akhirnya mengering setelah begitu banyak digunakan oleh wazir sebelumnya. SaladinSalahuddin terus secara aktif menghindari pertemuan pribadi dengan Nuruddin, yang mungkin telah menyingkirkannya dari kekuasaan.
 
Tidak diragukan lagi bahwa tindakan Salahuddin tampak mencurigakan saat ia melanjutkan reformasinya di seluruh masyarakat Mesir, termasuk penghapusan banyak pajak yang bertentangan dengan hukum Islam, dan mulai membangun angkatan laut yang tangguh. Namun, Nuruddin tidak sendirian dalam menghadapi bawahan yang ambisius. Ketika Ayyubiyah lainnya mengumpulkan kekuasaan di Mesir, mereka juga ingin mendapatkan wilayah, kekayaan, dan kejayaan. Di antara mereka adalah keponakannya Taqi al-Din Umar, yang memperluas wilayah kekuasaan SaladinSalahuddin ke arah barat hingga ke perbatasan Kekaisaran Almohad pada tahun 1173, dan saudaranya Turanshah, yang menyerbu Yaman dan menggulingkan pemimpinnya yang sesat pada tahun 1174.<ref>{{Harvnb|Lev|1999|pp=97–101}}</ref><ref>{{Harvnb|Shaddad|2002|pp=48–49}}</ref> Manuver ini menyebabkan Nuruddin mengirim seorang auditor ke Mesir untuk menetapkan jumlah pembayaran yang tepat pada tahun 1173, sebuah tanda ketidakpercayaan yang jelas. Dengan meningkatnya ketegangan, tahun 1174 terbukti menjadi tahun yang krusial bagi Salahuddin. Di awal tahun, ketika saudaranya yang ambisius berangkat ke [[Yaman]], Salahuddin menemukan konspirasi untuk mengembalikan kekuasaan Fathimiyah dan menangani para konspirator dengan cepat dan brutal.
 
Sementara itu, kesabaran Nuruddin tampaknya akhirnya habis dan ia mulai mengumpulkan pasukan untuk invasi ke Mesir. Nuruddin tiba-tiba jatuh sakit dan meninggal, meninggalkan sejumlah penerus langsung yang tidak cukup umur atau tidak memiliki keterampilan untuk menggantikannya.<ref>{{Harvnb|Maalouf|1984|pp=174–175}}</ref> Dengan Mesir sebagai basis kekuatannya yang aman, Salahuddin tidak membuang waktu untuk maju ke [[Damaskus]], di mana penduduk menyambutnya dengan tangan terbuka pada tahun 1174. Sejak saat itu, perhatiannya akan difokuskan pada Suriah.
 
== Rujukan ==
{{reflist|2}}
 
== Sumber ==
{{refbegin}}
* {{EI2 | last = Canard | first = Marius | authorlink = Marius Canard | title = Fāṭimids | volume = 2 | pages = 850–862| doi =10.1163/1573-3912_islam_COM_0218}}
* {{Daftary-The Ismailis|edition=Second}}
* {{cite book|last=Ehrenkreutz|first=Andrew S.|title=Saladin|publisher=State University of New York Press|location=Albany|year=1972|isbn=0-87395-095-X}}
* {{cite book | last = Halm | first = Heinz | author-link = Heinz Halm | title = Kalifen und Assassinen: Ägypten und der vordere Orient zur Zeit der ersten Kreuzzüge, 1074–1171 | trans-title = Caliphs and Assassins: Egypt and the Near East at the Time of the First Crusades, 1074–1171 | language = de | publisher = C.H. Beck | location = Munich | year = 2014 | isbn = 978-3-406-66163-1 }}
*{{cite book|last= Maalouf |first= Amin |others= trans. Jon Rothschild |title= Les croisades vues par les Arabes |trans-title=The Crusades Through Arab Eyes |year= 1984 |orig-year= 1983 |publisher= Al Saqi Books |location= London |isbn= 978-0-86356-023-1 |oclc= 12081005 }}
*{{cite book|last= Möhring |first= Hannes |others= trans. David S. Bachrach, intro. Paul M. Cobb |title= Saladin, der Sultan und seine Zeit, 1138&ndash;1193 |trans-title=Saladin: the Sultan and His Times, 1138&ndash;1193 |year= 2008 |orig-year= 2005 |publisher= Johns Hopkins University Press |location= Baltimore |isbn= 978-0-8018-8991-2 |oclc= 192109774 |ref= CITEREFMöhring2005 }}
*{{cite book |last= Yusuf ibn Rafi ibn Shaddād |first= Bahā' ad-Dīn |others= Richards, D.S. (trans.) |orig-year= 1228 |year= 2002 |title= The Rare and Excellent History of Saladin |publisher= Ashgate Publishing |location= Burlington, Vermont |isbn= 0-7546-3381-0 |ref= CITEREFShaddad2002 |url-access= registration |url= https://archive.org/details/rareexcellenthis00dsri }}
* {{cite book | last = Lev | first = Yaacov | title = State and Society in Fatimid Egypt | year = 1991 | location = Leiden | publisher = Brill | url = {{Google Books|I2LwgIL_bpEC|plainurl=y}} | isbn = 90-04-09344-3 |ref={{sfnref|Lev|1991}} }}
* {{cite book| last = Lev | first = Yaacov | year = 1999 | title = Saladin in Egypt | location = Leiden, Netherlands | publisher = Brill| isbn = 90-04-11221-9 | oclc = 39633589 | url = {{Google books|v22DckibeIUC|plainurl=y}} | ref ={{sfnref|Lev|1999}} }}
 
{{refend}}
 
== Bacaan lanjutan ==
*{{cite book|last= Holt |first= P.M. |others= trans. Richards, D.S. |title= The Age of the Crusades: the Near East from the eleventh century to 1517 |year= 1986 |publisher= Longman |location= New York |series= A History of the Near East |volume= 2 |isbn= 978-0-582-49303-2 |oclc= 11517525 |ref= CITEREHolt1986 }}
*{{cite book|last= Ibn al-Athir |first= Izz al-Din |others= trans. Richards, D.S. |title= The chronicle of Ibn al-Athir for the crusading period from al-Kamil fi'l-tarikh |year= 2008 |publisher= Ashgate Publishing |location= Burlington, Vermont |volume= 2 |isbn= 978-0-7546-4077-6 |oclc= 74356392 |ref= CITEREFal-Athir2008 }}
{{Topik Fathimiyah}}
[[Kategori:Salahuddin Ayyubi]]
[[Kategori:Kesultanan Ayyubiyah]]