Peperangan Johor–Jambi: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Pengembalian manual Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(43 revisi perantara oleh 9 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{pp-semi-indef|small=yes}}
{{Infobox military conflict
| conflict =
| partof =
| date = 1666-1681
| place = [[Jambi]] dan [[Johor]]
| result = {{ubl|'''[[Perang Johor–Jambi (1667)|Pertama; 1667]]''':<br>Kemenangan
* Jambi mengalami kerugian yang berat.
*Hancurnya Johor Lama▼
----
|territory = [[Kuala Tungkal]] dan [[Indragiri]] menjadi wilayah [[Kesultanan Jambi]] sepenuhnya▼
{{ubl|'''[[Perang Johor–Jambi (1673)|Kedua; 1673]]''':<br>Kemenangan Jambi}}
| combatant1 = [[Berkas:Flag of Johor (1855–1865).svg|25px]] [[Kesultanan Johor]] [[File:Flag of the Dutch East India Company.svg|25px]][[Perusahaan Hindia Timur Belanda|VOC]]▼
▲*Hancurnya [[:my:Johor Lama|Johor Lama]]
| combatant2 = [[Berkas:Jambi_Sultanate_Flag.jpg|25px]] [[Kesultanan Jambi]][[Berkas:Flag of Portugal (1707).svg|25px]][[Kerajaan portugal|Portugis]]▼
----
| commander1 = [[Berkas:Flag of Johor (1855–1865).svg|25px]] Laksamana Abdul Jamil<br>[[Berkas:Flag of Johor (1855–1865).svg|25px]] Sultan Abdul Jalil Shah III<br>[[Berkas:Flag of Johor (1855–1865).svg|25px]] Sultan Ibrahim Shah▼
{{ubl|'''[[Perang Johor–Jambi (1677–1679)|Ketiga; 1677–1679]]''':<br>Kemenangan Johor}}
| commander2 = [[Berkas:Jambi_Sultanate_Flag.jpg|25px]] Sultan Abdul Mahyi Sri Ingologo▼
*Kota Jambi dibakar oleh armada Johor
----
'''[[Perang Johor–Jambi (1680–1681)|Keempat; 1680–1681]]''':<br>Kemenangan Jambi
▲| territory = [[Kuala Tungkal]] dan [[Indragiri]] menjadi wilayah [[Kesultanan Jambi]] sepenuhnya
▲| combatant1 = [[Berkas:Flag of Johor (1855–1865).svg|25px|border]] [[Kesultanan Johor]]<br/ >[[File:Flag of the Dutch East India Company.svg|25px|border]] [[Perusahaan Hindia Timur Belanda|VOC]]
▲| combatant2 = [[Berkas:
▲| commander1 = [[Berkas:Flag of Johor (1855–1865).svg|25px|border]] Laksamana Abdul Jamil<br>[[Berkas:Flag of Johor (1855–1865).svg|25px|border]] Sultan Abdul Jalil Shah III<br>[[Berkas:Flag of Johor (1855–1865).svg|25px|border]] Sultan Ibrahim Shah<br>[[Berkas:Flag of Johor (1855–1865).svg|25px|border]] Datuk Bendahara Johor{{POW}}
▲| commander2 = [[Berkas:
| strenght1 = Unknown
| strenght2 = Unknown
| casualties1 = Kerugian
| casualties2 = Sebagian
}}
'''
<ref>{{Cite book|last=Ricklefs|first=author|date=2010|url=https://books.google.com/books/about/A_New_History_of_Southeast_Asia.html?id=xGjwRwAACAAJ|title=A New History of Southeast Asia|location=Bloomsmburry|publisher=Bloomsburry Academic|isbn=9780230212138|url-status=live}}</ref>
Baris 22 ⟶ 31:
Perang dilatarbelakangi setelah kejatuhan melaka portugis dan penolakan kesultanan Aceh. Johor memantapkan kembali sebagai kekuatan di sepanjang selat melaka di bawah pemerintahan Sultan Abdul Jalil Shah III (1623-1677). Pengaruh nya meluas ke daerah-daerah seperti Pahang,Sungei Ujong,Malaka,Klang,dan Kepulauan Riau.<ref>{{Cite book|last=Tan Ding|first=Eing|date=1978|title=A Potrait of Malaysia and Singapore|publisher=Oxford University Press|isbn=978-0-19-580722-6|pages=22|url-status=live}}</ref>Pada saat Perang Segitiga Jambi menjadi kawasan di Sumatera yang menjadi kekuatan politik dan ekonomi terbesar di Sumatera. Jambi dan Johor pada saat itu sudah mulai masuk dalam tahap perang dan satu kota milik jambi terbakar akan tetapi Anak Raja Jambi menikahi anak perempuan dari laksaman Abdul Jamil sehingga mereka damai.<ref>{{Cite book|last=Jim|first=Baker|date=2014-09-07|title=Crossroads:A Popular History of Malaysia and Singapore|publisher=Marshall Cavendish|isbn=978-981-4516-02-0|pages=64|url-status=live}}</ref>
== Perang Pertama (1667) ==
{{main|Perang Johor–Jambi (1667)}}
Puncak ketegangan yang telah berlangsung puluhan tahun adalah meletusnya perang besar antara Jambi-Johor tahun 1667. Dua (2) tahun sebelum perang meletus, di mana penguasa [[Jambi]] Sultan Agung wafat lalu diganti oleh putranya Raden Penulis, gelar Sultan Abdul Mahyi Sri Ingolopo (1665 – 1690). Puncak ketegangan yang telah berlangsung puluhan tahun adalah meletusnya perang besar antara [[Jambi]] dengan [[Johor]] tahun 1667. Dalam perang ini [[Jambi]] mendapat serangan pasukan [[Johor]]. [[Palembang]] ikut terlibat peperangan dengan memihak [[Johor]]. Sedangkan petualang [[Bugis]] pimpinan Daeng Mangika, ikut pula berkhianat dengan membantu[[Johor]] dan menyerang Jambi. Dalam perang ini [[Jambi]] mengalami kekalahan dan menderita banyak menderita kerugian.
Kekalahan [[Jambi]] dalam perang melawan [[Johor]] tahun 1667 menyebabkan Sultan Abdul Mahyi Sri Ingologo sangat marah karena kekalahan ini adalah penghinaan oleh Sultan Abdul Jalil Riayat Syah Johor. Dalam situasi sulit yang sedang dihadapi sultan Jambi itu, maka Belanda menawarkan kerja sama dan Jambi menerima uluran tangan [[Belanda]] tersebut. Kemarahan sultan [[Jambi]] lalu diungkapkannya dalam sebuah surat tantangan untuk Sultan [[Johor]]. Surat sultan Jambi sengaja dibuatnya dengan nama dan cap surat diletakkan di atas kepala surat. Dalam tradisi Melayu bilamana nama dan cap surat di atas kepala surat, artinya negeri yang menerima surat tersebut adalah wilayah taklukan negeri pengirim surat. Membaca surat sultan [[Jambi]] itu maka Raja Bujang atau Sultan Abdul Jalil Riayat Syah sangat murka, seolah-olah negeri Jambi lebih berkuasa dari pada Johor. Surat ini dipandang sebagai penghinaan yang menyakitkan segenap rakyat Johor yang berdaulat. Setelah pengiriman surat ini masing-masing pihak telah dapat merasakan bahwa peperangan akan terulang lagi.
==
Pada awal tahun 1673 ada usaha [[Johor]] untuk berdamai dengan [[Jambi]] melalui [[Belanda]] sebagai perantara, namun mengalami kegagalan. Karena kegagalan perdamaian ini maka [[Jambi]] dan [[Johor]] telah bersiap diri menghadapi segala kemungkinan pecah perang [[Jambi]] [[Johor]] ke II. Tidak menunggu lama dalam bulan April tahun 1673 perang [[Jambi]]-[[Johor]] memang terulang kembali dengan skala lebih besar. Belanda dan Palembang serta petualang Bugis pimpinan Daeng Mangika mendukung Jambi. Perang Jambi-Johor ke II ini, diawali dengan serangan Jambi ke pusat/jantung ibu negeri Johor di Johor Lama, yang terletak di pinggiran sungai Johor. Angkatan perang Jambi menduduki ibu negeri di Johor Lama, sultan Abdul Jalil Riayat Syah bersama pembantunya melarikan diri ke [[Pahang]] dan Datuk Bendahara Johor ditawan [[Jambi]]. Dalam perang tahun 1673 ini, [[Johor Lama]] dapat dihancurkan. Dan [[Kuala Tungkal]] dapat direbut kembali oleh [[Jambi]].
{{main|Perang Johor–Jambi (1677–1679)}}
Setahun setelah kalah perang maka [[Johor]] bangkit kembali dan mengadakan persiapan membalas kekalahannya. Pasukan [[Johor]] dibantu [[Palembang]] dan petualang Bugis pimpinan Daeng Mangika, sedangkan [[Jambi]] dibantu [[VOC]] dengan peralatan militer.
== Perang Keempat; Terakhir (1680–1681) ==
{{main|Perang Johor–Jambi (1680–1681)}}
Setelah kekalahan [[Jambi]] dalam perang ke III maka tahun 1680 – 1681 pecah perang ke [[Jambi]]-[[Johor]] ke IV. Angkatan perang [[Johor]] dibantu [[Palembang]] dan Daeng Mangika menyerang [[Jambi]]. Ketiga pasukan gabungan ini mengepung [[Jambi]] dari segala penjuru. Dalam perang ini [[Jambi]] dibantu secara penuh oleh [[Belanda]] dengan berbagai macam perlengkapan militer dan dana. Akhir dari peperangan ini ternyata serangan Johor, Palembang dan petualang Bugis dapat dipukul mundur dan Johor menderita banyak kerugian. Daerah Tungkal serta Indragiri dikuasai sepenuhnya oleh Jambi.
==Referensi==
|