Pengguna:Manggadua/Sandbox: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Manggadua (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Manggadua (bicara | kontrib)
 
(38 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 10:
 
= Articles =
[[al-Ma'mun al-Bata'ihi]]
{{Infobox military conflict
{{Lowercase title}}
| conflict = Invasi Fathimiyah kedua ke Mesir
{{Infobox officeholder
| partof = Perluasan [[Kekhalifahan Fathimiyah]] dan konfliknya dengan [[Kekhalifahan Abbasiyah]]
| imagename = al-Ma'mun al-Bata'ihi
| image_sizenative_name =
| native_name_lang = ar
| alt =
| captionimage =
| dateimage_size = 5 April 919 – Juli 921
| place image_upright = [[Mesir]]
| alt =
| coordinates = <!--Use the {{coord}} template -->
| map_typecaption =
| office = [[Wazir (Kekhalifahan Fathimiyah)|Wazir]] [[Kekhalifahan Fathimiyah]]
| map_relief =
| term_start = 12 Desember 1121 (de facto)<br>13 Februari 1122 (penunjukan resmi)
| map_size =
| term_end = 3 Oktober 1125
| map_marksize =
| monarch = [[al-Amir bi-Ahkam Allah]]
| map_caption =
| predecessor = [[al-Afdhal Syahansyah]]
| map_label =
| successor = Tidak ada <small>(lowong sampai 1130)</small>
| result = Kegagalan invasi Fathimiyah
| birth_date =
| combatant1 = [[Kekhalifahan Fathimiyah]]
| birth_place =
| combatant2 = [[Kekhalifahan Abbasiyah]]
| death_date = 19/20 Juli 1128
| commander1 = [[al-Qa'im (Khalifah Fathimiyah)|al-Qa'im bi-Amr Allah]]
| death_place = Kairo
| commander2 = [[Dhuka al-Rumi]]<br>[[Takin al-Khazari]]<br>[[Mu'nis al-Muzaffar]]
| strength1father = Fatak
| children = [[Musa bin al-Ma'mun al-Bata'ihi|Musa]] dan tiga putra lainnya
| strength2 =
| casualties1 =
| casualties2 =
| campaignbox =
}}
'''Abu Abdallah Muhammad bin Fatak''', lebih dikenal dengan nama '''al-Ma'mun al-Bata'ihi''', adalah seorang pejabat senior [[Kekhalifahan Fathimiyah]] pada awal abad ke-12, pada masa pemerintahan [[al-Amir bi-Ahkam Allah|al-Amir]].
'''Invasi Fathimiyah kedua ke Mesir''' terjadi pada tahun 919-921, menyusul [[Invasi Fathimiyah ke Mesir (914–915)|kegagalan upaya pertama]] pada tahun 914-915. Ekspedisi tersebut kembali dikomandoi oleh pewaris takhta [[Kekhalifahan Fathimiyah]], [[Al-Qa'im (Khalifah Fathimiyah)|al-Qa'im bi-Amr Allah]]. Seperti pada upaya sebelumnya, Fathimiyah merebut [[Aleksandria]] dengan mudah. Namun, sementara garnisun [[Abbasiyah]] di Fustat lebih lemah dan memberontak karena kekurangan bayaran, al-Qa'im tidak mengeksploitasinya untuk serangan langsung ke kota tersebut, seperti yang telah gagal pada tahun 914. Sebaliknya, pada bulan Maret 920, [[angkatan laut Fathimiyah]] dihancurkan oleh armada [[Abbasiyah]] di bawah [[Tsamal ad-Dulafi]], dan bala bantuan Abbasiyah di bawah [[Mu'nis al-Muzaffar]] tiba di Fustat. Meskipun demikian, pada musim panas tahun 920, al-Qa'im berhasil merebut [[Oasis Faiyum|Oasis Fayyum]], dan pada musim semi tahun 921, memperluas kekuasaannya atas sebagian besar [[Mesir Hulu]] juga, sementara Mu'nis menghindari konfrontasi terbuka dan tetap berada di Fustat. Selama waktu itu, kedua belah pihak terlibat dalam pertempuran diplomatik dan propaganda, dengan Fathimiyah khususnya mencoba mempengaruhi penduduk Muslim ke pihak mereka, tetapi tidak berhasil. Ekspedisi Fathimiyah dikutuk untuk gagal ketika armada Tsamal merebut Aleksandria pada bulan Mei/Juni 921; ketika pasukan Abbasiyah bergerak menuju Fayyum, al-Qa'im terpaksa meninggalkannya dan melarikan diri ke barat melintasi gurun.
 
Asal usulnya tidak jelas, tetapi ayahnya telah memegang jabatan militer tinggi, dan dengan demikian al-Bata'ihi termasuk dalam elit Fathimiyah Mesir. Pada tahun 1107, pada usia sekitar 21 tahun, ia dipilih sebagai kepala staf [[Wazir (Kekhalifahan Fathimiyah)|wazir]] [[al-Afdhal Syahansyah]], penguasa ''de facto'' negara tersebut. Dalam kapasitas ini al-Bata'ihi melakukan reformasi pajak yang menaikkan pendapatan dan memastikan pembayaran [[Tentara Fathimiyah|militer]]. al-Afdhal dibunuh pada tahun 1121, secara resmi oleh [[Hassasin|agen]] sekte [[Isma'ilisme Nizari]] saingan, yang menentang [[Isma'ilisme Musta'li]] Fathimiyah resmi dan tidak mengakui al-Amir sebagai khalifah dan [[Imamah|imam]]. Namun, baik Khalifah al-Amir dan al-Bata'ihi diduga terlibat dalam pembunuhan tersebut oleh beberapa sumber. Al-Amir mengangkat al-Bata'ihi ke jabatan wazir yang kosong, sehingga terjalinlah kemitraan antara khalifah dan wazir yang membawa kembali khalifah ke hadapan publik, sementara wazir tetap memegang tampuk pemerintahan negara secara ''de facto''.
== Latar belakang ==
[[Dinasti Fathimiyah]] berkuasa di [[Ifriqiyah]] pada tahun 909, ketika mereka menggulingkan dinasti [[Aghlabiyyah]] yang berkuasa dengan dukungan dari [[Kutama]] [[Berber]]. Berbeda dengan para pendahulu mereka, yang puas untuk tetap menjadi dinasti regional di pinggiran barat [[Kekhalifahan Abbasiyah]], Fathimiyah memegang pretensi ekumenis: sebagai [[Imamah dalam doktrin Ismailiyah|imam]] dari sekte [[Syiah]] [[Ismailiyah|Isma'ili]], dan mengklaim keturunan dari [[Fatimah Az-Zahra|Fatimah]], putri [[Muhammad]] dan istri [[Ali bin Abi Thalib]], mereka menganggap Abbasiyah [[Sunni]] sebagai perampas kekuasaan dan bertekad untuk menggulingkan mereka dan mengambil tempat mereka. Jadi, pada awal 910, imam Fathimiyah, Abdallah, mendeklarasikan dirinya sebagai khalifah dengan [[laqab|nama kerajaan]] [[Abdullah al-Mahdi Billah|al-Mahdi Billah]] ({{memerintah|909|934}}).{{sfn|Kennedy|2004|pp=313–314}}
 
Sebagai wazir, al-Bata'ihi terkenal karena kemampuan, keadilan, dan kedermawanannya. Ia merayakan hari raya yang mewah, di mana al-Amir berkesempatan untuk memainkan peran utama, dan menugaskan beberapa bangunan, yang paling penting dan satu-satunya yang masih ada adalah [[Masjid Al-Aqmar]] di [[Kairo]]. Al-Bata'ihi juga memburu agen dan simpatisan Nizari; {{transl|ar|al-Hidaya al-Amiriyya}}, yang dikeluarkan pada tahun 1122, menolak klaim Nizari dan menegaskan legitimasi Musta'li Isma'ilisme. Selama masa jabatannya, Fathimiyah menjadi lebih terlibat langsung di [[Yaman]], sering kali mengabaikan sekutu [[dinasti Sulayhiyah|Sulayhiyah]] mereka, Ratu [[Arwa al-Sulayhi|Arwa]]. Di [[Levant]], upaya untuk melakukan serangan terhadap Tentara Salib gagal, dengan kekalahan angkatan laut di tangan [[Perang Salib Venesia]] pada tahun 1123 diikuti oleh lenyapnya [[Tirus, Lebanon|Tirus]] pada tahun 1124. Kegagalan ini, ditambah dengan kemarahan khalifah terhadap kekuasaan al-Bata'ihi, menyebabkan pemecatan dan pemenjaraannya oleh al-Amir pada tahun 1125. Dia kemudian dipenjarakan hingga Juli 1128, ketika al-Amir memerintahkan eksekusinya. Putranya, [[Musa bin al-Ma'mun al-Bata'ihi|Musa]], menulis sebuah biografi yang bertahan dalam bentuk fragmen dan merupakan sumber utama bagi karier al-Bata'ihi.
Sejalan dengan visi kekaisaran ini, setelah pembentukan kekuasaan mereka di Ifriqiyah, tujuan berikutnya dari Kekhalifahan Fathimiyah adalah [[Mesir]], pintu gerbang ke [[Levant]] dan [[Irak]], tempat kedudukan para pesaing Abbasiyah mereka.{{sfn|Lev|1988|p=192}} [[Invasi Fathimiyah ke Mesir (914–915)|Invasi pertama pada tahun 914–915]] di bawah pewaris takhta Fathimiyah [[al-Qa'im (Khalifah Fathimiyah)|al-Qa'im bi-Amr Allah]] merebut [[Kirenaika]], [[Aleksandria]] dan [[Oasis Faiyum|Oasis Fayyum]], tetapi gagal merebut [[Fustat]]. Setelah kedatangan bala bantuan dari [[Bilad asy-Syam|Suriah]] dan Irak di bawah [[Mu'nis al-Muzaffar]], al-Qa'im mundur ke Ifriqiyah. Setelah mundur, Kirenaika kembali jatuh.{{sfn|Lev|1988|pp=187–188}}{{sfn|Halm|1991|pp=182–187}}
 
=== PemulihanBiografi Kirenaika ===
Al-Ma'mun al-Bata'ihi lahir pada tahun 478 H (1085/6 M) atau tahun 479 H (1086/7 M),{{sfn|Halm|2014|p=373 (note 52)}} tetapi pertama kali disebutkan pada tahun 1107, ketika ia diangkat untuk menggantikan [[Taj al-Ma'ali Mukhtar]] sebagai kepala staf [[Wazir (Kekhalifahan Fathimiyah)|wazir]] [[al-Afdhal Syahansyah]].{{sfn|Halm|2014|pp=132, 163}} Asal usulnya tidak pasti.{{sfn|Dunlop|1960|p=1091}} Sebuah biografi (''Sirat al-Ma'mun'') yang ditulis oleh salah seorang putranya, [[Musa bin al-Ma'mun al-Bata'ihi|Musa]], bertahan hanya dalam fragmen yang dikutip dalam karya-karya lain, yang tidak mencakup asal-usul keluarga,{{sfn|Halm|2014|pp=133, 164, 165}}{{sfn|Kaptein|1993|pp=7–8}} tetapi yang memastikan bahwa karier politik al-Bata'ihi didokumentasikan dengan sangat baik.{{sfn|Halm|2014|pp=164–165}}{{sfn|Bloom|2007|p=139}} Sumber-sumber abad pertengahan menegaskan bahwa ayah al-Bata'ihi, Abu Shuja Fatak, menikmati kehormatan tinggi dari al-Afdhal: ia menerima gelar Nur al-Dawla ({{lit.|Cahaya Negara}}) dan ketika ia meninggal pada tahun 1118, doa pemakaman dibacakan oleh Khalifah [[al-Amir bi-Ahkam Allah|al-Amir]]. Fatak kemungkinan adalah seorang komandan militer berpangkat tinggi.{{Sfn|Brett|2017|p=237}}{{sfn|Halm|2014|p=133}} {{transl|ar|[[Nisbah]]}} (julukan yang menunjukkan afiliasi seseorang) {{transl|ar|al-Bata'ihi}} mungkin menunjukkan asal usul keluarga di rawa-rawa [[Batihah]] di [[Irak (wilayah)|Irak]],{{sfn|Halm|2014|p=133}} tetapi cerita tentang [[miskin jadi kaya|orang miskin yang menjadi kaya]] beredar tentang al-Bata'ihi sebagai putra seorang agen Fathimiyah di Irak yang datang ke Kairo setelah menjadi yatim piatu dan bekerja keras untuk mencapai kesuksesan{{sfn|Dunlop|1960|p=1091}} tidak lebih dari sekadar legenda saleh.{{sfn|Halm|2014|pp=132–133}} Al-Bata'ihi memiliki dua saudara laki-laki, [[Haydara al-Mu'taman|Haydara]] dan Ja'far, yang menjadi wakil dan pembantu utamanya,{{sfn|Halm|2014|p=132}} dan empat orang putra.{{sfn|Halm|2014|p=150}}
Meskipun gagal, Fathimiyah segera mulai membuat rencana untuk serangan kedua ke Mesir, dimulai dengan merebut kembali Kirenaika. Hal ini dicapai dengan penyerahan ibu kota daerah, [[Barqa]], setelah pengepungan selama 18 bulan, pada bulan April 917.{{sfn|Halm|1991|p=188}} Hukuman yang dijatuhkan kepada penduduk kota itu sangat berat, dan banyak yang melarikan diri ke Aleksandria. Gubernur Abbasiyah di Mesir, [[Dzuka ar-Rumi]], memperkuat garnisun kota terakhir.{{sfn|Halm|1991|p=188}}
 
=== Layanan di bawah al-Afdhal ===
Fathimiyah tampaknya memiliki simpatisan di Mesir, karena orang Mesir, sejak awal abad ke-9, mulai membenci pemerintahan dari Bagdad; Dhuka dipaksa untuk mengeksekusi beberapa orang karena berkorespondensi dengan al-Mahdi dan putranya, al-Qa'im.{{sfn|Brett|2001|pp=146–147}} Pada tahun 904, al-Mahdi dan keluarganya telah mencari perlindungan di Mesir setelah pelarian mereka dari Suriah, dan tetap bersembunyi dengan simpatisan di Fustat selama sekitar satu tahun.{{sfn|Halm|1991|pp=86–89}} Selain itu, keberhasilan gerakan misionaris Isma'ili yang pro-Fathimiyah ({{transl|ar|[[dakwah|daʿwa]]}}) dibuktikan dengan peningkatan yang nyata dalam prasasti pro-Syiah, atau khususnya Isma'ili, di antara batu nisan Mesir dalam beberapa dekade setelah sekitar tahun  {{circa|912}}.{{sfn|Bloom|1987|pp=9–16}}
Pada saat itu, Kekhalifahan Fathimiyah secara ''de facto'' diperintah bukan oleh khalifah di bawah umur al-Amir, tetapi oleh al-Afdhal, dengan gelar wazir, panglima tertinggi, kepala {{transl|ar|[[qadi]]}}, dan kepala {{transl|ar|[[da'i]]}}, posisi seperti [[sultan]] yang diwarisi dari ayahnya, [[Badr al-Jamali]] ({{memerintah|1074|1094}}).{{sfn|Brett|2017|pp=207–209, 228, 237}} Lebih jauh lagi, al-Amir sendiri adalah keponakan al-Afdhal melalui ibunya, dan pada waktunya menikah dengan salah satu putri al-Afdhal.{{sfn|Halm|2014|pp=131–132}} Untuk membantunya dalam pemerintahan, al-Afdhal awalnya mengandalkan salah satu {{transl|ar|[[ghulam]]}} (budak militer) miliknya, Mukhtar Taj al-Ma'ali, dan saudara-saudaranya, tetapi pada tahun 1107 perilaku mereka yang semakin angkuh dan rakus menyebabkan kejatuhan dan pemenjaraan mereka. Al-Bata'ihi menggantikan Mukhtar di jabatannya, dan menerima gelar militer {{transl|ar|[[al-Qa'id]]}} ('Panglima').{{sfn|Halm|2014|p=132}}{{Sfn|Brett|2017|p=237}}
 
==== InvasiReformasi Mesiradministrasi ====
[[Gambar:The story of Cairo (1906) (14782234955).jpg|jempol|kanan|alt=Peta hitam-putih lama Kairo|Tata letak Kairo era [[Kekhalifahan Fathimiyah|Fathimiyah]], yang direkonstruksi oleh [[Stanley Lane-Poole]], menunjukkan perkiraan tata letak kota dan lokasi istana]]
[[GambarGold dinar of al-Qaim, AH 322-334.jpg|jempol|kanan|300px|[[Dinar emas]] [[Al-Qa'im (Khalifah Fathimiyah)|al-Qa'im bi-Amr Allah]], khalifah Fathimiyah pada tahun 934–946. Sebagai pewaris takhta ayahnya, ia memimpin dua invasi awal Fathimiyah ke [[Mesir]]]]
Semakin sakit dan tidak sehat, al-Afdhal sangat bergantung pada al-Bata'ihi,{{sfn|Halm|2014|p=132}} yang segera meluncurkan serangkaian reformasi.{{sfn|Halm|2014|p=133}} Memang, kecepatan pelaksanaannya dapat menunjukkan, menurut sejarawan Michael Brett, bahwa ia telah mempersiapkan dan mengusulkannya terlebih dahulu kepada al-Afdhal, itulah sebabnya ia kemudian dipilih untuk jabatan tingginya.{{Sfn|Brett|2017|p=238}} Reformasi pertama muncul dari perbedaan antara tahun lunar [[kalender Hijriah|Hijriah]], yang digunakan untuk tujuan pajak, dan [[tahun matahari]], yang menentukan waktu panen sebenarnya dan lebih lama sebelas hari. Perbedaan tersebut berarti bahwa setiap 33 tahun, seluruh panen tahun nominal hilang karena tahun lunar lebih maju dari tahun matahari. Pada bulan Agustus/September 1107 al-Bata'ihi memerintahkan {{transl|ar|tahwil}} ('konversi'), yang menyelaraskan tahun perhitungan 499 H (1105/6 M) dengan tahun sebenarnya 501 H (1107/8 M)—kesenjangan beberapa tahun mengindikasikan bahwa penyesuaian yang diperlukan ini telah diabaikan dalam jangka waktu yang cukup lama di masa lalu.{{sfn|Halm|2014|p=133}}{{Sfn|Brett|2017|p=238}}
Invasi kedua ke Mesir diketahui sebagian besar dari sumber-sumber Sunni, yang memusuhi Fathimiyah.{{sfn|Lev|1988|p=190}} Ekspedisi dimulai pada tanggal 5 April 919, ketika al-Qa'im berangkat dari kota istana [[Raqqada]], sebagai pimpinan pasukannya.{{sfn|Halm|1991|p=188}}{{sfn|Lev|1988|p=190}}
 
Pada saat yang sama, al-Bata'ihi memerintahkan survei kadaster baru ({{transl|ar|rawk}}), yang juga seharusnya dilakukan setiap tiga puluh tahun, untuk menyesuaikan pajak tanah yang dinilai ({{transl|ar|[[kharaj]]}}) dengan kapasitas pertanian aktual dari perkebunan. Ini adalah masalah yang khususnya mempengaruhi [[Tentara Fathimiyah|tentara]], karena gajinya dalam bentuk hibah tanah ({{transl|ar|[[iqta'|iqta'at]]}}), yang hasilnya menjadi hak para prajurit sebagai imbalan untuk bertindak sebagai ''[[tax farming]]'' bagi pemerintah. Karena nilai tanah berubah seiring waktu, banyak prajurit berpangkat rendah, dengan hibah bernilai rendah, telah melihat pendapatan mereka berkurang seiring waktu, sementara perkebunan bernilai tinggi milik komandan senior biasanya menghasilkan lebih banyak pendapatan daripada yang mereka kirim sebagai pajak ke fiskal, menarik lebih banyak petani serta mendapat manfaat dari perbaikan dan investasi oleh pemegang yang lebih kaya. Reformasi Al-Bata'ihi membatalkan semua hibah tanah sebelumnya, membuat prajurit berpangkat rendah menawar harga tinggi untuk tanah yang sebelumnya dimiliki oleh prajurit berpangkat tinggi, dan bahkan meyakinkan prajurit berpangkat tinggi untuk menawar hibah bernilai rendah dengan mengizinkan mereka membayar hanya sesuai dengan penilaian mereka sendiri, yang jauh di bawah taksiran awal. Putra Al-Bata'ihi, yang menulis tentang hal itu beberapa dekade kemudian, menyatakan bahwa itu adalah keberhasilan gemilang yang berakhir dengan kepuasan umum, dan meningkatkan pendapatan negara sebesar 50.000 [[dinar emas]].{{efn|Sebagai perbandingan, pada tahun 1124 Raja [[Baudouin II dari Yerusalem]] ditebus dari tahanan dengan tebusan sebesar 80.000 dinar.{{sfn|Halm|2014|p=160}}}}{{sfn|Halm|2014|pp=134–135}}{{sfn|Brett|2017|pp=238–239}}
=== Perebutan Aleksandria dan benteng Giza oleh Dhuka ===
Barisan depan tiba di Aleksandria pada 9 Juli 919, sementara pasukan utama di bawah al-Qa'im, tiba pada bulan September/Oktober. Kedatangan pasukan ekspedisi Fathimiyah pada bulan Juli 919 mengejutkan gubernur kota, putra Dhuka, Muzaffar. Bersama para pembantunya dan banyak penduduk, ia melarikan diri tanpa memberikan perlawanan.{{sfn|Halm|1991|p=188}}{{sfn|Lev|1988|p=190}} Setelah mengakui kedaulatan Fathimiyah dan sekarang dianggap memberontak, kota itu dijarah oleh pasukan Fathimiyah.{{sfn|Halm|1991|p=188}}
 
==== Kanal Nil Baru dan observatorium ====
Situasi di Dhuka al-Rumi sangat kritis: tidak seperti invasi Fathimiyah sebelumnya, ketika sebagian besar penduduk mendukung upaya mempertahankan Fustat dan mempersenjatai diri untuk berperang, kini kepanikan menyebar, dan mereka yang mampu melarikan diri dari negara itu ke Levant.{{sfn|Lev|1988|pp=188, 190}} Pada saat yang sama, garnisun tersebut terbukti tidak mau berperang karena kekurangan gaji; bahkan, banyak perwira melarikan diri bersama unit mereka ke [[Jund Filastin|Palestina]].{{sfn|Lev|1988|p=190}}{{sfn|Halm|1991|pp=188–189}}
Terkait dengan reformasi sistem pajaknya adalah dua proyek infrastruktur utama yang dilakukan oleh al-Bata'ihi: sebuah kanal baru di [[Delta Sungai Nil|Delta Nil]] timur dan sebuah observatorium baru di dekat Kairo.{{Sfn|Brett|2017|p=239}} Setelah keluhan oleh petani pajak lokal, Ibnu al-Munajja,{{efn|Meskipun al-Afdhal memerintahkan untuk menamakannya "al-Afdhali" sesuai namanya, setelah selesai dibangun, kanal ini dikenal sebagai Kanal Ibnu al-Munajja; kanal ini masih muncul sebagai 'Abou el-Meneggueh' dalam ''[[Description de l'Égypte]]''.{{sfn|Halm|2014|pp=135–136}}}} bahwa provinsi [[Kegubernuran Syarqiyah|Syarqiyah]] menderita kekurangan air, yang mengurangi hasil pajaknya, sebuah kanal baru dibangun pada tahun 1113–1115, setelah al-Afdhal dan al-Bata'ihi memeriksa daerah itu secara langsung. Usaha itu terbukti sangat mahal, yang mengakibatkan al-Afdhal memerintahkan pemenjaraan Ibnu al-Munajja, tetapi pembukaan kanal itu dirayakan dengan sangat megah, dengan Khalifah al-Amir mengambil bagian dalam upacara tersebut secara langsung.{{Sfn|Brett|2017|p=239}}{{sfn|Halm|2014|pp=135–136}}
 
Proyek observatorium itu terkait dengan perhitungan kalender yang tepat; dua [[efemeris|tabel astronomi]] ({{transl|ar|[[zij]]}}) yang berbeda digunakan di Mesir pada saat itu, satu dihitung pada abad ke-9 oleh [[al-Khwarizmi]] dan yang lainnya pada awal abad ke-11 oleh [[Ibnu Yunus]], atas nama khalifah Fathimiyah [[Al-Hakim bi-Amr Allah|al-Hakim]] ({{memerintah|996|1021}}). Keduanya tidak sependapat, dan selanjutnya keduanya telah menyimpang dari pengamatan yang sebenarnya. Pembangunan sebuah observatorium di selatan Kairo telah dimulai pada tahun 1012, tetapi ditinggalkan setelahnya.{{sfn|Halm|2014|p=136}} Pekerjaan dimulai pada tahun 1119 di sebuah bukit di selatan pemakaman [[Kota Orang Mati (Kairo)|al-Qarafa]], tempat [[Masjid Gajah]] yang kecil berada. Peristiwa itu berubah menjadi kegagalan: biaya meroket, terutama untuk cincin perunggu yang besar dan sulit dilemparkan, yang digunakan untuk pengamatan. Bahkan ketika yang terakhir berhasil dilemparkan dan dipasang, ternyata [[Mokattam|Bukit Muqattam]] benar-benar menghalangi pandangan matahari saat matahari terbit; Seluruh peralatan harus diangkut ke situs baru di Muqattam itu sendiri.{{sfn|Halm|2014|pp=135–138}} Beberapa sarjana terlibat dengan proyek tersebut, termasuk [[al-Andalus|Andalusi]] [[Abu Ja'far bin Hasday]], {{transl|ar|[[qadi]]}} dan geometer Ibnu Abi'l-Ish dari [[County Tripoli|Tripoli]], pembuat instrumen Abu'l-Naja bin Sind dari [[Aleksandria]], dan geometer Abu Muhammad Abd al-Karim dari [[Sisilia]].{{sfn|Dunlop|1960|p=1091}} Konstruksi terganggu oleh kematian al-Afdhal pada tahun 1121, dan ketika al-Bata'ihi, setelah diangkat menjadi wazir, memerintahkannya untuk dilanjutkan, peralatan itu dengan susah payah dipindahkan ke gerbang [[Bab an-Nasr (Kairo)|Bab an-Nasr]].{{sfn|Halm|2014|p=138}} Ini juga akan tetap belum selesai: setelah kejatuhan al-Bata'ihi pada tahun 1125, Khalifah al-Amir memerintahkan bahan-bahan dibongkar dan para pekerja dan sarjana dibubarkan.{{sfn|Dunlop|1960|p=1091}}{{sfn|Halm|2014|pp=138–139}}
Seperti pada tahun 914, Dhuka memusatkan pasukannya yang sedikit di [[Giza]], di seberang [[Sungai Nil]] dari Fustat, di mana [[jembatan ponton]] memberikan akses ke [[Pulau Roda|Pulau Rawda]] dan kota itu sendiri. Di sana ia membentengi jembatan, mendirikan benteng dan perkemahan berbenteng untuk pasukannya.{{sfn|Halm|1991|pp=184, 189}} Namun, segera setelah itu, administrator fiskal baru untuk Mesir, [[al-Husayn al-Madhara'i]], tiba dengan dana yang cukup untuk membayar tunggakan pasukan reguler.{{sfn|Halm|1991|p=189}} Pada tanggal 11 Agustus, Dhuka meninggal, dan pendahulunya [[Takin al-Khazari]] dipilih untuk menggantikannya; ia tidak tiba di Fustat sampai Januari 920, di mana ia memerintahkan parit kedua digali di sekitar kamp di Giza.{{sfn|Lev|1988|p=189}}
 
=== Kewaziran ===
=== Reaksi Abbasiyah dan kemenangan angkatan laut Tsamal ===
==== Bangkit menuju kekuasaan ====
{{Location map+ | Lower Egypt
[[Gambar:Fatimid dinar - al-Amir bi-Ahkam Allah.jpg|jempol|250px|[[Dinar emas]] al-Amir, dicetak di Kairo pada tahun 514 H (1119/20 M)]]
| width = 300
al-Afdhal dibunuh oleh penyerang tak dikenal pada 11 Desember 1121, pada malam [[Idul Fitri]].{{sfn|Walker|2011}}{{sfn|Halm|2014|pp=140–141}} Perbuatan itu secara resmi disalahkan pada agen sekte [[Isma'ilisme Nizari|Isma'ili Nizari]] saingan dan [[Hassasin|Ordo Assassin]]-nya,{{efn|Daftar korban pembunuhan Nizari dari [[Alamut]] juga mengklaim bertanggung jawab atas kematian al-Afdhal.{{sfn|Halm|2014|p=141}}}}{{sfn|Halm|2014|p=141}} tetapi baik sejarawan abad pertengahan{{efn|Penulis sejarah Suriah kontemporer [[Ibnu al-Qalanisi]] secara langsung menuduh al-Amir,{{sfn|Halm|2014|p=141}} sementara sejarawan abad ke-15 [[Ibnu Taghribirdi]] mengklaim bahwa al-Amir memerintahkan pembunuhan tersebut sebagai tanggapan terhadap upaya al-Afdhal untuk meracuninya.{{sfn|Sajjadi|2015}}}} dan cendekiawan modern skeptis: mengingat kebenciannya sendiri pada peran boneka bawahan yang al-Afdhal telah serahkan padanya, al-Amir diduga sebagai penghasut sebenarnya dari pembunuhan itu.{{sfn|Walker|2011}} Sumber-sumber yang menyalahkan al-Amir atas pembunuhan al-Afdhal juga mengimplikasikan ambisi al-Bata'ihi dalam perbuatan itu, atau setidaknya menyembunyikan kematian al-Afdhal sampai al-Amir dapat tiba di istana wazir untuk menunjuk al-Bata'ihi sebagai penerus al-Afdhal.{{sfn|Halm|2014|pp=141–143}}
| caption = Situs kampanye di [[Mesir Hilir]]
| relief = 1
| places =
{{Location map~ | Lower Egypt
| marksize = 10
| label = Aleksandria
| position = left
| lat_deg = 31 | lat_min = 00 | lat_dir = N
| lon_deg = 29 | lon_min = 55 | lon_dir = E
}}
{{Location map~ | Lower Egypt
| marksize = 10
| label = Fustat
| lat_deg = 30 | lat_min = 00 | lat_dir = N
| lon_deg = 31 | lon_min = 14 | lon_dir = E
}}
{{Location map~ | Lower Egypt
| marksize = 10
| label = Oasis Fayyum
| position = left
| lat_deg = 29 | lat_min = 27.13 | lat_dir = N
| lon_deg = 30 | lon_min = 34.51 | lon_dir = E
}}
{{Location map~ | Lower Egypt
| marksize = 10
| label = Rosetta
| lat_deg = 31.200000
| lon_deg = 30.416667
}}
{{Location map~ | Lower Egypt
| marksize = 10
| label = Damanhur
| lat_deg = 31
| lon_deg = 30.470000
}}
{{Location map~ | Lower Egypt
| marksize = 10
| label = Illahun
| lat_deg = 29 | lat_min = 14 | lat_dir = N
| lon_deg = 30 | lon_min = 58 | lon_dir = E
}}
}}
Berbeda dengan tahun 914, al-Qa'im tidak melakukan tindakan apa pun untuk mengeksploitasi kelemahan garnisun Fustat dan menyerbu Giza, meskipun beberapa tokoh kunci, termasuk mantan [[wazir]] [[Thuluniyah]], [[Abu Bakr Muhammad bin Ali al-Madhara'i]], berkorespondensi dengannya.{{sfn|Lev|1988|p=190}} Sebaliknya, ia tetap berada di Aleksandria selama sisa tahun itu, karena bala bantuan terus berdatangan. Ini termasuk armada Fathimiyah, 80 kapal kuat di bawah kasim Sulayman.{{sfn|Halm|1991|p=189}}
 
Setelah mengawasi pemindahan harta karun al-Afdhal yang sangat besar ke [[Istana-istana Fatimiyah Agung|istana khalifah]],{{sfn|Halm|2014|pp=144–145}} al-Bata'ihi secara resmi diproklamasikan sebagai wazir pada 13 Februari 1122, dan diberi [[laqab|gelar kehormatan]] al-Ma'mun ('orang yang dapat dipercaya'), yang biasa ia gunakan.{{sfn|Halm|2014|p=146}} Ia menerima gelar {{transl|ar|al-Sayyid al-Ajall}} ('tuan yang paling mulia'), {{transl|ar|Taj al-Khilafah}} ('Mahkota Khilafah'), {{transl|ar|Izz al-Islam}} ('Kemuliaan Islam'), {{transl|ar|Fakhr al-Anam}} ('Kemuliaan Umat Manusia'), dan {{transl|ar|Nizam al-Din}} ('Tarekat Iman').{{sfn|al-Imad|1990|pp=169, 190}} Pengangkatan al-Bata'ihi diperlukan untuk memastikan kelangsungan pemerintahan, karena al-Amir telah dikecualikan dari urusan-urusannya dan tidak terbiasa dengan seluk-beluknya.{{sfn|Walker|2011}} Al-Bata'ihi secara formal mengambil alih kekuasaan penuh yang sama dengan yang dimiliki al-Afdhal, dan bahkan kehormatan unik yang tidak diberikan kepada kedua pendahulunya: pejabat negara yang ditunjuk olehnya mengambil alih {{transl|ar|nisbah}} al-Ma'muni, menggantikan al-Amiri setelah khalifah yang berkuasa.{{sfn|Halm|2014|pp=146–147}} Khalifah, yang merupakan seorang pengkhotbah miskin, juga mendelegasikan tugas untuk mengadakan [[Salat Jumat|khotbah Jumat]] kepada wazirnya.{{sfn|Behrens-Abouseif|1992|p=35}}
Pengadilan Abbasiyah juga memobilisasi pasukannya setelah mendengar berita invasi Fathimiyah; sekali lagi, Mu'nis al-Muzaffar dipercayakan dengan komando tinggi, meninggalkan [[Bagdad]] pada tanggal 23 Februari 920.{{sfn|Halm|1991|p=189}}
 
Namun, posisi al-Bata'ihi jauh lebih lemah vis-à-vis khalifah daripada majikan lamanya. Di bawah al-Afdhal, al-Amir dan ayahnya, [[al-Musta'li]] ({{memerintah|1094|1101}}), sebelumnya telah dikurung di istana khalifah, sementara al-Afdhal merampas sebagian besar fungsi khalifah publik untuk dirinya sendiri. Setelah kematian al-Afdhal, al-Amir sekarang menikmati peran publik yang jauh lebih menonjol, dan sejak saat itu ia memiliki suara dalam pemerintahan.{{sfn|Walker|2011}}{{sfn|Halm|2014|p=164}} Yang terpenting, al-Amir memastikan bahwa semua pendapatan pajak dan tekstil berharga akan disimpan di istana khalifah, dan didistribusikan dari sana.{{sfn|Halm|2014|p=147}} Seperti yang ditulis sejarawan Michael Brett, "Hubungan itu sendiri adalah salah satu aliansi, di mana menteri dipercayakan seperti sebelumnya dengan tanggung jawab pemerintahan, sebagai imbalannya membawa raja keluar dari pengasingannya ke mata publik".{{sfn|Brett|2017|p=253}} Perubahan keseimbangan kekuasaan tampak jelas bagi al-Bata'ihi, yang berusaha melindungi posisinya. Menurut putranya Musa, wazir meminta al-Amir menandatangani dokumen yang menyatakan janji untuk menyampaikan kecaman atau tuduhan apa pun langsung kepadanya. Dokumen tersebut berlaku hingga al-Bata'ihi meninggal, dan khalifah selanjutnya berjanji untuk mengurus keturunan wazir setelah itu.{{sfn|Halm|2014|p=147}}
Yang lebih penting, armada [[Tarsus (kota)|Tarsus]], di bawah [[Tsamal al-Dulafi]], diberi perintah untuk berlayar ke Mesir. Tsamal, dengan 25 kapalnya yang membawa [[api Yunani]], tiba tepat waktu untuk mencegah kapal-kapal Fathimiyah memasuki cabang [[Rosetta]] di Sungai Nil, dan pada 12 Maret, dekat [[Abukir]], ia menimbulkan kekalahan telak pada armada Fathimiyah, yang kapal-kapalnya didorong ke pantai oleh angin.{{sfn|Lev|1988|p=190}}{{sfn|Halm|1991|p=189}} Sebagian besar awak Fathimiyah terbunuh atau ditangkap. Para tawanan dibawa ke [[al-Maqs]] di Sungai Nil, tempat Takin membebaskan sebagian besar pelaut biasa, sementara laksamana Sulayman dan 117 perwiranya berparade di depan umum di Fustat. Kutama dan pengawal [[Afrika hitam]] ('[[Zawila]]'), sekitar 700 orang secara total, diserahkan kepada massa untuk digantung.{{sfn|Halm|1991|pp=189–190}}
 
==== Kebijakan dalam negeri ====
Pada tanggal 25 Mei, Mu'nis tiba di Fustat, dan bersama 3.000 orangnya mengambil posisi di Giza. Detasemen selanjutnya dikirim ke utara, hingga [[Damanhur]] di [[Delta Sungai Nil]] barat laut, yang dikuasai oleh [[Muhammad bin Tughj]], serta ke selatan, untuk mencegah kemungkinan kemajuan Fathimiyah ke [[Mesir Hulu]].{{sfn|Halm|1991|p=190}}
Di bawah al-Bata'ihi, jumlah dan kemegahan festival publik dan acara seremonial, banyak dibatasi oleh al-Afdhal, meningkat lagi, dengan partisipasi yang sering dan aktif dari khalifah dan pengadilan.{{sfn|Halm|2014|pp=164–165}} Al-Bata'ihi memulihkan perayaan ulang tahun [[Muhammad]] ({{transl|ar|[[Maulid Nabi Muhammad|mawlid al-nabi]]}}), [[Ali bin Abi Thalib|Ali]], [[Fatimah az-Zahra|Fatimah]], dan 'Imam Saat Ini' ({{transl|ar|al-imam al-hadir}}, yaitu, al-Amir), bahwa menurut sebuah laporan—tangan kedua dan tidak sepenuhnya dapat diandalkan—yang berasal dari karya putra al-Bata'ihi, telah dihapuskan oleh al-Afdhal.{{sfn|Halm|2014|p=164}}{{sfn|Kaptein|1993|pp=10, 20–25}} [[Idulghadir|Perayaan]] [[Khotbah Ghadir Khum|Ghadir Khumm]] juga diadakan kembali setelah hampir satu abad,{{sfn|Brett|2017|p=253}} seperti juga empat 'malam iluminasi' ({{transl|ar|layali al-waqud}}), di mana Kairo dan [[Fustat]] (Kairo Lama) diterangi dengan meriah.{{sfn|Halm|2014|pp=164–165}}{{sfn|Behrens-Abouseif|1992|p=32}} Menurut sejarawan Michael Brett, dimulainya kembali festival dan perayaan mewah mereka melayani tujuan ganda: yang ideologis, menandakan kembalinya warisan [[Bani Ali]] dari [[dinasti Fathimiyah]] dalam upaya untuk "memperbarui citranya sebagai juara Islam", dan yang politis, karena banyak festival sekarang dirayakan di Fustat serta Kairo, berfungsi untuk mengintegrasikan kota metropolitan yang lebih padat penduduknya dengan kota istana Fathimiyah, yang dalam beberapa dekade terakhir telah dijajah oleh orang-orang dari Fustat.{{sfn|Brett|2017|p=253}}
 
Semua ini memerlukan biaya yang sangat besar, dan meskipun ia melakukan reformasi saat bertugas di bawah al-Afdhal, tampaknya pengumpulan pajak masih bermasalah, dan banyak lahan yang tidak diolah tetap demikian. Jadi, pada tahun 1122 al-Bata'ihi menghapuskan semua tunggakan pajak, dengan syarat pembayaran penuh atas jumlah yang terutang di masa mendatang; dan melarang penjualan kembali lahan pajak sebelum berakhirnya kontraknya.{{sfn|Brett|2017|p=254}} Al-Bata'ihi digambarkan dalam sumber-sumber sebagai penguasa yang murah hati, adil, dan baik hati, terutama terhadap penduduk non-Muslim.{{sfn|al-Imad|1990|pp=190–191}} Ia adalah pelindung para cendekiawan,{{sfn|al-Imad|1990|p=190}} dan menugaskan Ibnu al-Sayrafi untuk menulis sejarah wazir Fathimiyah.{{sfn|al-Imad|1990|p=191}}
=== Penaklukan Fathimiyah atas Fayyum dan Mesir Hulu serta pertikaian dengan Mu'nis ===
Memang, al-Qa'im, yang terdesak oleh pasokan di Aleksandria, memutuskan untuk mengulangi manuver 914: pada tanggal 30 Juli ia meninggalkan Aleksandria dan, melewati Giza, mengambil alih Oasis Fayyum yang subur, yang dapat menyediakan perbekalan dan pangkalan operasi. Seperti sebelumnya, ia mulai mengenakan pajak kepada penduduk, seolah-olah ia adalah penguasa Mesir yang sah.{{sfn|Halm|1991|pp=184–185, 190}}
 
==== Aktivitas pembangunan ====
Di Aleksandria ia meninggalkan Fath bin Ta'laba, dengan perintah untuk membangun banyak ketapel ({{transl|ar|manjaniq}} dan {{transl|ar|'arrada}}) untuk melindungi pelabuhan kota dari serangan angkatan laut oleh armada Tsamal.{{sfn|Halm|1991|p=190}} Mu'nis tidak menentang langkah ini, karena pasukannya tidak cukup untuk menghadapi Fathimiyah dalam pertempuran terbuka, dan ia menghadapi kesulitan dalam menyediakan gaji pasukannya.{{sfn|Halm|1991|p=190}} Lebih jauh lagi, ketika komandan yang telah ia kirim ke Mesir Hulu meninggal pada musim semi 921, Kutama dengan mudah mampu mengambil alih seluruh wilayah, hingga keuskupan Koptik [[al-Ushmuniyya]].{{sfn|Halm|1991|p=190}} Hal ini tidak hanya meningkatkan daerah di bawah pajak untuk al-Qa'im, tetapi juga mengakhiri pasokan gandum Fustat dari sana.{{sfn|Halm|1991|p=190}}
[[Gambar:Cairo, moschea di al-aqmar, 04.JPG|jempol|250px|Fasad [[Masjid Al-Aqmar]], Kairo]]
Wazir baru tersebut terlibat dalam pembangunan besar-besaran. Perumahan baru dibangun di lokasi bekas ibu kota [[Dinasti Thuluniyah|Thuluniyah]], [[al-Qata'i]] yang telah lama ditinggalkan. Kota metropolitan [[Fustat]] yang luas diberi ruang terbuka baru dan galangan kapal, dan Kairo menerima [[karavanserai]] baru untuk pedagang, [[percetakan uang logam|percetakan uang]] baru ({{transl|ar|dar al-darb}}), dan istana wazir baru, {{transl|ar|Dar al-Ma'muniya}}. Selain itu, beberapa paviliun khalifah di tepi Sungai Nil dipugar.{{sfn|Brett|2017|p=253}}{{sfn|Halm|2014|pp=172–173}}
 
Sebagai bagian dari kebijakan legitimasi Bani Ali, al-Bata'ihi tercatat telah membangun atau merestorasi beberapa makam kecil yang didedikasikan untuk anggota keluarga Bani Ali, dan khususnya cabang Husayniyah yang darinya Fathimiyah sendiri mengklaim sebagai keturunan. Makam-makam ini milik Muhammad al-Ja'fari (kemungkinan putra [[imamah|imam]] Syiah abad ke-8 [[Ja'far ash-Shadiq]], ayah [[Isma'il bin Ja'far|Isma'il]] yang menamakannya Syiah Isma'ili), al-Qasim Abu Tayyib (cucu ash-Shadiq), dan putri al-Qasim, Kultsum. Dua makam lainnya milik {{transl|ar|[[Sayyid|sayyidah]]}} Atika, yang identitas pastinya tidak pasti, tetapi mungkin adalah seorang wanita bangsawan [[Makkah]] abad ke-7, dan milik {{transl|ar|sayyidah}} Zaynab.{{sfn|Williams|1985|pp=39–44}}{{sfn|Halm|2014|p=172}} Al-Bata'ihi juga diketahui telah membangun beberapa masjid kecil dan besar di seluruh Mesir, meskipun, seperti yang ditulis oleh sejarawan seni [[Jonathan M. Bloom]], "tidak jelas apakah jumlah tersebut mewakili peningkatan absolut atau hanya peningkatan kualitas dan kuantitas informasi" yang tersedia tentang aktivitasnya, karena lebih banyak, dan lebih rinci, sumber bertahan tentang masa jabatannya daripada pendahulu langsungnya.{{sfn|Bloom|2007|p=139}}
[[Gambar:Dinar of al-Muqtadir, AH 298.jpg|jempol|kanan|300px|Dinar emas [[al-Muqtadir]], [[daftar Khalifah Abbasiyah|khalifah Abbasiyah]] pada tahun 908–932]]
Selama setahun penuh, kedua belah pihak menghindari konflik terbuka, dan lebih terlibat dalam pertempuran diplomatik dan propaganda. Mu'nis menawarkan janji-janji tentang keamanan ({{transl|ar|[[aman (Islam)|aman}}), serta pengakuan Fathimiyah sebagai penguasa otonom Ifriqiyah dengan gaya Aghlabiyyah, jika al-Qa'im tunduk kepada khalifah Abbasiyah.{{sfn|Halm|1991|p=190}} Al-Qa'im menolak tawaran ini dalam sebuah surat yang menegaskan kembali klaim Fathimiyah atas kekuasaan universal sebagai pewaris sah Muhammad.{{sfn|Halm|1991|pp=190–191}} Sebuah fragmen puisi panjang yang mendesak penduduk Fustat untuk meniru "orang Barat" dan mengikuti dakwah Fathimiyah yang sah juga masih ada; Mu'nis mengirim salinannya ke Bagdad, di mana cendekiawan [[Abu Bakr bin Yahya al-Suli|al-Suli]] ditugaskan untuk menulis balasan. Tanggapannya terhadap pretensi Fathimiyah dianggap sangat berhasil sehingga Khalifah [[al-Muqtadir]] memberinya 10.000 dinar sebagai hadiah.{{sfn|Halm|1991|pp=191–192}}
 
Satu-satunya masjid yang bertahan dari yang ditugaskan oleh al-Bata'ihi adalah [[Masjid Al-Aqmar]], dibangun di [[Jalan Al-Mu'izz|jalan raya utama]] utara-selatan Kairo, dekat istana khalifah, pada tahun 1122–1125.{{sfn|Bloom|2007|p=139}}{{sfn|Williams|1983|pp=48–49}} Masjid ini terkenal terutama karena fasadnya yang mewah dan tidak biasa, "mungkin ansambel batu Fathimiyah yang paling indah yang bertahan", menurut Bloom.{{sfn|Bloom|2007|p=140}} Lokasi utama masjid, dekorasi yang rumit, dan prasasti fondasi menonjol yang menyebutkan tidak hanya khalifah yang berkuasa (al-Amir) dan wazirnya (al-Bata'ihi), tetapi juga ayah al-Amir, al-Musta'li, telah menyebabkan berbagai interpretasi modern dari motif dan prasasti dekoratif sebagai pernyataan politik dan agama yang disengaja dari ortodoksi Fathimiyah-Ismai'ili.<ref>cf. {{harvnb|Williams|1983|pp=43–48}} dan {{harvnb|Behrens-Abouseif|1992|pp=32–37}}; pandangan yang lebih skeptis dianut oleh {{harvnb|Bloom|2007|pp=139–144}} dan {{harvnb|Halm|2014|pp=170–172}}.</ref> Karena ukurannya yang kecil, Masjid Al-Aqmar kemungkinan besar ditujukan untuk digunakan oleh istana khalifah; namun tampaknya masjid ini tidak memainkan peran khusus dalam upacara-upacara Fathimiyah.{{sfn|Halm|2014|p=172}}
Al-Qa'im juga menjaga korespondensinya dengan mantan wazir al-Madhara'i, yang memberitahunya tentang kelemahan garnisun Fustat, tetapi mungkin telah memainkan permainan ganda, mencoba menunda serangan sampai pasukan Abbasiyah baru tiba.{{sfn|Halm|1991|p=191}} Pada saat yang sama, komandan Fathimiyah mengirim seruan kepada dua kota suci Islam, [[Makkah]] dan [[Madinah]], mendesak mereka untuk mengakui klaim Fathimiyah atas kedaulatan atas dunia Islam. Permintaannya diabaikan.{{sfn|Halm|1991|p=191}}{{sfn|Lev|1988|p=191}}
 
==== Tindakan anti-Nizari ====
=== Pemulihan Aleksandria dan Fayyum oleh Abbasiyah, mundurnya al-Qa'im ===
Setelah pembunuhan al-Afdhal, ancaman Nizari menjadi perhatian utama. Nizari, penganut suksesi paman al-Amir, [[Nizar bin al-Mustansir|Nizar]], sebagai khalifah dan imam menggantikan al-Musta'li, sangat memusuhi rezim di Kairo, dan telah membentuk jaringan agen yang tersebar luas.{{sfn|Walker|2011}}{{sfn|Halm|2014|p=153}} Laporan yang diterima di Kairo mengklaim bahwa pemimpin utama Nizari, [[Hassan-i Sabbah]], merayakan pembunuhan al-Afdhal dan menunggu nasib yang sama untuk al-Amir dan al-Bata'ihi.{{sfn|Halm|2014|p=152}} Sebagai tanggapan, wazir memerintahkan pemeriksaan latar belakang untuk pejabat provinsi, pedagang, dan penduduk Kairo dan [[Ashkelon]] (benteng Fathimiyah utama terakhir di [[Levant]] dan pintu masuk utama untuk Mesir); larangan lebih lanjut untuk pindah tempat tinggal diberlakukan di Kairo, dan jaringan mata-mata yang luas direkrut, termasuk banyak wanita. Upaya ini membuahkan hasil: agen-agen Nizari ditangkap dan [[penyaliban|disalib]], dan beberapa kurir yang membawa uang yang dikirim oleh Hassan-i Sabbah untuk mendanai jaringannya di Mesir berhasil dicegat.{{sfn|Halm|2014|pp=152–153}}{{sfn|Brett|2017|p=255}}
Akhirnya, pada akhir musim semi tahun 921, ketika Mu'nis mengirim salah satu perwiranya untuk menyerang Fayyum, Tsamal beserta armadanya berlayar menyusuri Sungai Nil menuju Aleksandria. Kota itu direbut dengan relatif mudah dari garnisun Kutama (Mei/Juni 921), yang meninggalkan banyak perbekalan dan peralatan mereka. Tsamal mengevakuasi penduduk kota itu ke Rosetta, lalu menyusul dengan armadanya.{{sfn|Halm|1991|p=192}}
 
Untuk lebih melemahkan gerakan Nizari, pada bulan Desember 1122 diadakan pertemuan pejabat di Kairo yang mana klaim Nizari dikecam di depan umum, dan legitimasi suksesi al-Musta'li ditegaskan, tidak lain oleh seorang wanita (yang ditampilkan duduk di balik tabir) yang diidentifikasi sebagai satu-satunya saudara perempuan Nizar. Sebuah proklamasi untuk tujuan itu, {{transl|ar|al-Hidaya al-Amiriyya}}, dikeluarkan pada kesempatan ini, dibacakan di depan umum dari mimbar-mimbar masjid, dan kemudian dikirim ke komunitas Nizari di Persia.{{sfn|Walker|2011}}{{sfn|Halm|2014|pp=154–156}}{{sfn|Brett|2017|pp=255–256}}
Pada tanggal 28 Juni, Mu'nis dan Takin, bersama dengan armada Tsamal, berangkat dengan seluruh pasukan mereka untuk menyerang Fayyum. Bersama-sama, pasukan dan armada Abbasiyah memblokade satu-satunya jalur penghubung Fayym dengan Sungai Nil di [[El Lahun|Illahun]], memisahkan al-Qa'im dan anak buahnya di oasis dari wilayah lainnya di negara itu.{{sfn|Halm|1991|pp=192–193}} Begitu pasukan Abbasiyah mulai maju ke oasis, pada tanggal 8 Juli al-Qa'im memerintahkan mundur: semua peralatan berat ditinggalkan, sementara dia dan anak buahnya berjalan melalui padang pasir menuju jalan pantai ke Barqa, sebuah perjalanan yang sulit yang menyebabkan banyak orang tewas.{{sfn|Halm|1991|p=193}}
 
==== Kebijakan luar negeri ====
== Akibat ==
[[Gambar:Siege of Tyr.jpg|jempol|250px|kanan|[[Pengepungan Tirus (1124)]] oleh Tentara Salib, dari manuskrip Prancis abad ke-13]]
Kegagalan invasi kedua ke Mesir kembali menjadi aib besar bagi Fathimiyah. Para pembela Fathimiyah mencoba menjelaskan kegagalan tersebut sebagai bagian dari rencana ilahi bagi dinasti yang dibimbing Tuhan; {{transl|ar|Sirat al-Imam al-Mahdi}} yang terpisah-pisah mengklaim bahwa al-Qa'im kembali "tanpa terkalahkan" dari Mesir, sementara juru bicara utama Fathimiyah di akhir abad itu, [[al-Qadi al-Nu'man]], bersikeras bahwa al-Mahdi, dengan pengetahuan ilahiahnya, tahu bahwa putranya akan dikalahkan, tetapi kampanye itu diperlukan untuk mengumumkan niat Fathimiyah, membuktikan semangat mereka dalam melaksanakan {{transl|ar|[[jihad]]}}, dan menyebarkan {{transl|ar|[[dakwah|da'wa]]}} mereka.{{sfn|Halm|1991|p=193}}{{sfn|Lev|1988|pp=192–193}}
Segera setelah berkuasa, pada tahun 1122, al-Bata'ihi mencapai keberhasilan kebijakan luar negeri, dengan pemulihan damai kota pelabuhan Levant di [[Tirus, Lebanon|Tirus]]. Tirus secara nominal masih milik wilayah Fathimiyah, tetapi sebenarnya diperintah oleh seorang gubernur yang diangkat oleh [[Toghtekin]], penguasa [[Sunni]] Turki di [[Damaskus]]; rezim gubernur saat ini, Mas'ud, bersifat represif, dan penduduk mengeluh ke Kairo. [[Angkatan laut Fathimiyah]] dikirim ke Tirus, Mas'ud diizinkan untuk naik ke kapal dan ditangkap, dan kota itu kembali ke kekuasaan Fathimiyah.{{sfn|Halm|2014|p=159}}{{sfn|Brett|2017|p=256}} Namun kemenangan ini berarti putusnya hubungan dengan Damaskus, dan terbukti berumur pendek. Pada musim gugur tahun yang sama, armada [[Republik Venesia|Venesia]] di bawah Doge [[Domenico Michiel]] [[Perang Salib Venesia|datang untuk mendukung]] [[negara-negara Tentara Salib]] di Levant. Saudara Al-Bata'ihi, Haydara, yang merupakan gubernur Aleksandria, berhasil menggagalkan serangan awal Venesia di Delta Nil, tetapi pada tanggal 30 Mei 1123, Venesia mengalahkan armada Fathimiyah di lepas pantai [[Ashkelon]], dan tentara Fathimiyah yang dikirim untuk menangkap [[Jaffa]] dikalahkan oleh Tentara Salib di [[Pertempuran Yibneh]]. Dengan Tirus sekarang terputus lagi dan dalam bahaya jatuh ke tangan Tentara Salib, Fathimiyah harus menerima kendali Turki yang baru; tidak didukung, kota itu [[Pengepungan Tirus (1124)|menyerah]] kepada [[Kerajaan Yerusalem]] pada bulan Juli 1124.{{sfn|Halm|2014|pp=159–160}}{{sfn|Brett|2017|pp=256–257}} Pada tahun 1123, Haydara dan al-Bata'ihi juga harus menghadapi invasi [[Luwata]] [[Berber]] dari barat. Fathimiyah berhasil mengalahkan mereka dan memaksa mereka untuk membayar upeti.{{sfn|Sajjadi|2015}}{{sfn|Halm|2014|pp=159–160}}
 
Di bawah al-Bata'ihi, Fathimiyah menjadi lebih aktif terlibat di [[Yaman]], di mana ratu [[Arwa al-Sulayhi|Arwa]] dari [[Dinasti Sulayhiyah|Sulayhiyah]] ({{memerintah|1067|1138}}) memerintah komunitas [[Isma'ilisme Musta'li|Isma'ili Musta'li]] pro-Fathimiyah terakhir yang tersisa di luar Mesir.{{sfn|Walker|2011}} Barulah pada tahun 1119 seorang utusan, [[Ali bin Ibrahim bin Najib al-Dawla]], telah dikirim untuk membawa Isma'ili Yaman ke dalam keselarasan yang lebih dekat dengan Kairo; setelah kematian al-Afdhal dan kebangkitan al-Bata'ihi, keterlibatan Fathimiyah di Yaman semakin intensif, dengan pengiriman pasukan militer. Dengan dukungan mereka, Ibnu Najib al-Dawla mulai mengejar kebijakannya sendiri, semakin mengabaikan Ratu Arwa dan kepala suku setempat yang bersekutu dengan Fathimiyah. Hal ini menyebabkan kecurigaan dan kemudian perlawanan dari para pembesar Yaman, yang menjadi terbuka setelah hilangnya sebagian besar tentara Fathimiyah dalam upaya yang gagal untuk menaklukkan [[Zabid]] pada tahun 1124. Para pembesar mulai berkonspirasi melawan Ibnu Najib al-Dawla, mengepungnya di benteng al-Janad, dan memperingatkan Kairo bahwa ia terlibat dalam propaganda Nizari dan bahkan mencetak koin dengan nama Nizar, bukan al-Amir; koin palsu untuk efek itu bahkan dikirim ke pengadilan Fathimiyah. Urusan itu berakhir setelah jatuhnya al-Bata'ihi, dengan deposisi Ibnu Najib al-Dawla dan pengembaliannya secara paksa ke Kairo, di mana ia dipermalukan di depan umum dan kemudian dijebloskan ke penjara.{{sfn|Brett|2017|pp=256, 257–258}}{{sfn|Halm|2014|pp=161–163}}
Selama beberapa tahun, Fathimiyah terus melancarkan serangan dari Barqa ke Mesir: pada tahun 922 dan 928, pasukan Fathimiyah melawan pasukan Abbasiyah di Dhat al-Himam, sekitar 60 kilometer (37 mil) di sebelah barat Aleksandria, sementara pada tahun 923, komandan Fathimiyah lainnya menyerbu salah satu oasis di Gurun Barat (kemungkinan [[Oasis Dakhla]]) dan menghancurkannya, sebelum wabah penyakit memaksanya untuk mundur.{{sfn|Halm|1991|p=194}}
 
=== Kejatuhan dan kematian ===
Terlepas dari intervensi singkat dalam konflik internal faksi militer di Mesir pada tahun 935, bagaimanapun, upaya serius penaklukan tidak dilakukan selama bertahun-tahun. Tidak sampai tahun 969, ketika keseimbangan kekuatan telah bergeser jauh lebih tegas dalam mendukung Fathimiyah, bahwa [[Penaklukan Mesir oleh Fatimiyah|invasi skala besar lainnya]] dilakukan.{{sfn|Lev|1988|p=193}} Pada saat itu, Kekhalifahan Abbasiyah, yang dilemahkan oleh perebutan kekuasaan yang konstan antara faksi birokrasi, pengadilan, dan militer yang bersaing, dan dirampas provinsi-provinsi pinggirannya untuk dinasti lokal yang ambisius, telah berhenti ada sebagai entitas politik, dengan khalifah Abbasiyah direduksi menjadi pion tak berdaya dari [[Buwaihi]].{{sfn|Kennedy|2004|pp=185–197}} Pada saat yang sama, rezim Fathimiyah telah tumbuh lebih kuat dan jauh lebih kaya, dan sekarang memiliki pasukan yang besar dan disiplin. Kali ini Fathimiyah menghadapi sedikit perlawanan, dan Mesir ditaklukkan. Pada tahun 972, istana Fathimiyah pindah ke Mesir dan mendirikan dirinya di ibu kota baru, [[Kairo]], di utara Fustat.{{sfn|Lev|1988|pp=193–196}}{{sfn|Halm|1991|pp=363–371}}
Pada tanggal 3 Oktober 1125 al-Amir tiba-tiba memerintahkan al-Bata'ihi, saudaranya Haydara al-Mu'taman, dan para pembantu utamanya untuk ditangkap.{{sfn|Walker|2011}}{{sfn|Halm|2014|p=165}} Berbagai alasan diajukan untuk ini: bahwa al-Amir tidak memaafkan al-Bata'ihi atas lenyapnya Tirus; bahwa kepala pengadilan, Ibnu Abi Usama, meyakinkan al-Amir bahwa wazir tersebut berkonspirasi dengan Ja'far, satu-satunya saudara kandung al-Amir, untuk menggulingkannya; atau bahwa al-Bata'ihi adalah penghasut sebenarnya dari mata uang palsu Nizari yang dicetak di Yaman.{{sfn|Halm|2014|p=165}}{{sfn|Brett|2017|p=257}} Yang sebenarnya terjadi adalah bahwa al-Amir mulai membenci kekuasaan wazirnya yang sangat berkuasa,{{sfn|Walker|2011}}{{sfn|Halm|2014|p=165}} yang kecenderungan untuk membesar-besarkan diri terlihat jelas dalam semangatnya untuk menamai sesuatu dengan namanya sendiri daripada nama khalifah yang berkuasa.{{sfn|Behrens-Abouseif|1992|pp=35–36}} Hal ini terutama terjadi pada observatorium yang dimulai oleh al-Afdhal: rumor beredar bahwa al-Bata'ihi ingin menggunakannya untuk memprediksi masa depan atau melakukan sihir, dan ambisinya untuk menamakannya dengan namanya sendiri dianggap sebagai bukti bahwa ia bercita-cita untuk menjadi penguasa.{{sfn|Dunlop|1960|p=1091}}{{sfn|Halm|2014|pp=138–139}} Wazir juga merupakan korban dari kebijakannya sendiri: tidak seperti Badr dan al-Afdhal, yang bergantung pada dukungan tentara, al-Bata'ihi tidak memiliki basis kekuatan sendiri, dan bergantung pada khalifah sebagai pelindungnya,{{sfn|Brett|2017|p=257}} Pada saat yang sama, kebangkitan peran publik al-Amir, yang diatur dengan mewah oleh al-Bata'ihi sendiri, hanya berfungsi untuk memperkuat otoritas dan kepercayaan diri khalifah terhadap wazirnya.{{sfn|Halm|2014|p=164}}{{sfn|Brett|2017|p=257}} Akhirnya, janji yang diminta al-Ma'mun dari khalifah, yang dimaksudkan untuk melindunginya, mungkin menjadi bumerang, karena al-Amir menganggapnya sebagai penghinaan pribadi.{{sfn|Behrens-Abouseif|1992|p=35}} Memang, setelah al-Bata'ihi dipenjara, al-Amir akan memerintah selama sisa hidupnya tanpa wazir.{{sfn|Brett|2017|p=258}} Haydara meninggal di penjara, tetapi al-Bata'ihi dieksekusi bersama dengan Ibnu Najib al-Dawla pada malam 19/20 Juli 1128.{{sfn|Halm|2014|p=165}}{{sfn|Brett|2017|p=258}}
 
== Catatan kaki ==
{{Notelist}}
 
== Referensi ==
=== Kutipan ===
{{Reflist|30em}}
 
=== Sumber ===
* {{cite journal | last = Bloom | first = Jonathan M. | author-link = Jonathan M. Bloom | title = The Mosque of Qarafa in Cairo | url = https://www.archnet.org/publications/3020 | journal = [[Muqarnas (journal)|Muqarnas: An Annual on Islamic Art and Architecture]] | volume = IV | year = 1987 | publisher = E.J. Brill | location = Leiden | issn = 0732-2992|ref={{sfnRef|Bloom|1987}} }}
* {{cite book | last = Brett | first = Michael | title = The Rise of the Fatimids: The World of the Mediterranean and the Middle East in the Fourth Century of the Hijra, Tenth Century CE | series = The Medieval Mediterranean | volume = 30 | publisher = Brill | location = Leiden | year = 2001 | isbn = 9004117415 | url = {{Google Books|BqCdfhW3nVwC|plainurl=y}}|ref={{SfnRef|Brett|2001}} }}
* {{Das Reich des Mahdi|ref={{SfnRef|Halm|1991}} }}
* {{The Prophet and the Age of the Caliphates| edition = Second|ref={{sfnRef|Kennedy|2004}} }}
* {{cite journal | last = Lev | first = Yaacov | title = The Fāṭimids and Egypt 301–358/914–969 | pages = 186–196 | journal = Arabica | year = 1988 | volume = 35 | issue = 2 | doi = 10.1163/157005888X00332|ref={{SfnRef|Lev|1988}} }}
 
[[Kategori:919]]
[[Kategori:921]]
[[Kategori:Invasi Mesir]]
[[Kategori:Konflik tahun 910-an]]
[[Kategori:Konflik tahun 920-an]]
[[Kategori:910-an di Kekhalifahan Fathimiyah]]
[[Kategori:910-an di Kekhalifahan Abbasiyah]]
[[Kategori:Sejarah militer Kekhalifahan Fathimiyah]]
[[Kategori:Sejarah militer Kekhalifahan Abbasiyah]]