Dinasti Fathimiyah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Manggadua (bicara | kontrib)
Manggadua (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(7 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 26:
Sejak kematian [[Khalifah]] [[Ali bin Abi Thalib]] ({{memerintah|656|661}}) pada tahun 661, yang menyebabkan berdirinya [[Kekhalifahan Umayyah]], sebagian masyarakat [[Muslim]] menolak Umayyah sebagai perampas kekuasaan dan menyerukan pembentukan rezim yang dipimpin oleh anggota {{transl|ar|[[ahlul bait|ahl al-bayt]]}}, keluarga Muhammad. [[Abbasiyah]], yang mengklaim keturunan dari paman dari pihak ayah Muhammad, [[Abbas bin Abdul Muthalib]] dan dengan demikian mengklaim keanggotaan keluarga yang lebih luas, mendapat keuntungan dari ini selama kebangkitan mereka ke kekuasaan melawan Umayyah; tetapi klaim mereka ditolak oleh [[Syiah]], yang bersikeras pada hak eksklusif keturunan [[Hasan bin Ali|Hasan]] ({{died in|670}}) dan [[Husain bin Ali|Husain]] ({{died in|680}}), putra Ali dari putri Muhammad, [[Fatimah az-Zahra]].{{sfn|Brett|2017|p=18}} Sebuah garis [[Imamah dalam doktrin Ismailiyah|imam]] muncul dari keturunan Husain, yang tidak secara terbuka mengklaim kekhalifahan, namun dianggap oleh para pengikutnya sebagai wakil sejati Tuhan di bumi.{{sfn|Brett|2017|p=18}} Doktrin ini didasarkan pada penunjukan ({{transl|ar|[[nass (Islam)|nass]]}}) Ali oleh [[Muhammad]] di [[Ghadir Khumm]], dan kemudian para ulama pro-Fathimiyah berpendapat bahwa rantai imam yang ditunjuk akan terus berlanjut hingga akhir dunia; bahkan, para ulama ini berpendapat bahwa keberadaan para imam merupakan kebutuhan yang tak terelakkan.{{sfn|Brett|2001|p=31}}
 
Imam keenam ini, [[Ja'far ash-Shadiq]], menunjuk ({{transl|ar|[[nass (Islam)|nass]]}}) putranya [[Isma'il bin Ja'far|Isma'il al-Mubarak]] sebagai penggantinya, tetapi Isma'il meninggal sebelum ayahnya, dan ketika ash-Shadiq sendiri meninggal pada tahun 765, suksesi dibiarkan terbuka. Satu faksi pengikut ash-Shadiq berpendapat bahwa ia telah menunjuk putra lainnya, [[Musa al-Kadzim]], sebagai ahli warisnya. Yang lain mengikuti putra-putra lainnya, [[Muhammad al-Dibaj]] dan [[Abdallah al-Aftah|Abd Allah al-Aftah]]—karena yang terakhir meninggal segera setelah itu, para pengikutnya pergi ke kamp Musa—atau bahkan menolak untuk percaya bahwa ash-Shadiq telah meninggal, dan mengharapkan kedatangannya kembali sebagai seorang [[mesias]].{{sfn|Daftary|2007|pp=88–89}} Pengikut Musa, yang merupakan mayoritas pengikut ash-Shadiq, mengikuti garisnya hingga imam kedua belas yang konon [[Okultasi (Islam)|menghilang]] pada tahun 874. Penganut garis ini dikenal sebagai [[Syiah Dua Belas Imam|Syiah Dua Belas]].{{sfn|Brett|2017|p=18}}{{sfn|Daftary|2007|p=89}} Cabang lain percaya bahwa Ja'far ash-Shadiq diikuti oleh imam ketujuh, yang juga telah bersembunyi; maka kelompok ini dikenal sebagai Syiah Tujuh. Identitas pasti dari imam ketujuh itu diperdebatkan, tetapi pada akhir abad kesembilan umumnya telah diidentifikasikan dengan [[Muhammad bin Isma'il|Muhammad]], putra Isma'il dan cucu ash-Shadiq. Dari ayah Muhammad, Isma'il, sekte tersebut menerima namanya 'Isma'ili'.{{sfn|Brett|2017|p=18}}{{sfn|Halm|1991|pp=27–28}}{{sfn|Daftary|2007|pp=89–90}} Baik kehidupan Isma'il maupun Muhammad tidak diketahui dengan baik, dan setelah kematian Muhammad yang dilaporkan pada masa pemerintahan [[Harun ar-Rasyid]] ({{memerintah|786|809}}), sejarah gerakan Isma'ili awal menjadi tidak jelas.{{sfn|Daftary|2007|pp=90–96}}
 
=== Silsilah Fathimiyah dan kontroversinya ===
Baris 66:
 
=== Pemberontakan Abu Yazid ===
[[Gambar:Connjunt de la Skifa Kahla.jpg|jempol|kanan|Pintu masuk berbenteng menuju al-Mahdiyya saat ini]]
Antara tahun 916 dan 921, al-Mahdi membangun tempat tinggal baru, kota istana berbenteng [[Mahdia|Mahdiyya]], di tanjung berbatu di pantai Ifriqiyah.{{sfn|Halm|2014}} Ketika Al-Mahdi meninggal pada tahun 934, ia digantikan oleh putranya, al-Qa'im ({{memerintah|934|946}}), yang melanjutkan kebijakan ayahnya.{{sfn|Daftary|2007|p=145}} Upaya invasi lain ke Mesir pada tahun 935 dikalahkan oleh penguasa baru negara itu, [[Muhammad bin Tughj al-Ikhsyid]].{{sfn|Daftary|2007|p=143}}
 
Peristiwa paling menonjol dari pemerintahan al-Qa'im adalah pemberontakan Berber Zenata di bawah pengkhotbah Khawarij [[Abu Yazid]] pada tahun 943/44: hampir seluruh Ifriqiyah takluk kepada pemberontak, dan pada bulan Januari 945, pemberontak mengepung Mahdiyya sendiri.{{sfn|Halm|2014}}{{sfn|Daftary|2007|p=146}} Al-Qa'im meninggal selama pengepungan, dan digantikan oleh putranya, Abu Tahir Isma'il ({{memerintah|946|953}}). Khalifah baru menyembunyikan kematian ayahnya, turun ke medan perang, dan dalam serangkaian pertempuran mengalahkan pasukan pemberontak dan menangkap Abu Yazid pada bulan Agustus 947.{{sfn|Halm|2014}}{{sfn|Daftary|2007|pp=146–147}} Kemenangan atas pemimpin pemberontak, yang hampir menghancurkan negara Fathimiyah dan secara simbolis disebut {{transl|ar|[[Dajjal]]}} ( 'Mesias palsu') oleh dakwah Isma'ili, adalah saat ketika Abu Tahir mendeklarasikan dirinya sebagai imam dan khalifah sebagai penerus ayahnya, dengan nama [[al-Mansur Billah|al-Mansur bi-Nasr Allah]] ('Pemenang dengan Bantuan Tuhan').{{sfn|Halm|2014}}{{sfn|Daftary|2007|p=147}} Al-Mansur memindahkan istana Fathimiyah ke kota istana baru, [[El-Mansuriya|al-Mansuriyya]] dekat [[Kairouan]], tetapi meninggal segera setelah itu, dan digantikan oleh putranya, [[Muiz Lidinillah|al-Mu'izz li-Din Allah]] ({{memerintah|953|975}}).{{sfn|Halm|2014}}
 
=== Penaklukan Mesir dan pemindahan ibu kota ke Kairo ===
Al-Mu'izz adalah seorang perencana dan organisator yang sangat baik, dan negara yang diwarisinya telah mendapatkan kembali stabilitas internal, setelah kekacauan pemberontakan Abu Yazid.{{sfn|Daftary|2007|p=156}} Pemerintahan awalnya melihat keberhasilan melawan Bizantium, di mana benteng Bizantium yang tersisa terakhir padam dengan [[pengepungan Rometta|Jatuhnya Rometta]] pada tahun 965,{{sfn|Daftary|2007|pp=144–145}} serta [[Kampanye Fathimiyah di Maghreb barat (958–960)|penaklukan kembali Maghreb barat]] oleh jenderal Fathimiyah [[Jawhar al-Siqilli]] pada tahun 958–960, untuk sementara mengusir pengaruh Umayyah dari wilayah tersebut dan memperluas kekuasaan Fathimiyah ke pesisir Samudra Atlantik.{{sfn|Daftary|2007|pp=156–157}}
 
Setelah keberhasilan ini, al-Mu'izz sekali lagi beralih ke proyek penaklukan Mesir yang ditinggalkan. Persiapan militer dan politik yang cermat dilakukan, dan agen dakwah Isma'ili terlibat untuk mempromosikan tujuan Fathimiyah di Mesir dan menyuap pejabat rezim [[Dinasti Ikhsyidiyah|Ikhsyidiyah]] yang melemah.{{sfn|Canard|1965|p=853}}{{sfn|Daftary|2007|p=158}} Akibatnya, ketika tentara Fathimiyah di bawah Jawhar [[Penaklukan Mesir oleh Fatimiyah|tiba di Mesir]] pada musim panas 969, mereka menghadapi sedikit perlawanan terorganisir. Jawhar memasuki ibu kota Mesir, [[Fustat]], pada bulan Juli 969, dan mengklaim negara itu untuk tuannya.{{sfn|Daftary|2007|p=159}} Segera ia mulai membangun ibu kota baru di dekat Fustat, yang kemudian dikenal sebagai {{transl|ar|al-Qahira al-Mu'izziyya}} ('Yang Menang dari al-Mu'izz'), [[Kairo]] modern.{{sfn|Halm|2014}}
 
Jawhar memerintah Mesir selama empat tahun berikutnya sebagai raja muda al-Mu'izz, memulihkan keuangan negara.{{sfn|Daftary|2007|p=161}} Baru pada bulan Agustus 972 al-Mu'izz meninggalkan Ifriqiyah, mengangkat [[Buluggin bin Ziri]] dari suku Berber sebagai raja mudanya di sana. Pada bulan Juni 973, istana Fathimiyah tiba di Mesir dan al-Mu'izz tinggal di Kairo.{{sfn|Daftary|2007|p=162}}
 
=== Ekspansi ke Suriah ===
Segera setelah penaklukan Mesir, Jawhar telah mencoba untuk memperluas kekuasaan Fathimiyah ke [[Bilad asy-Syam|Suriah]]. Invasi Fathimiyah pertama gagal sebagian besar karena oposisi dari Qaramitah Bahrayn, yang tidak ragu untuk menyelaraskan diri dengan khalifah Abbasiyah dan mencela al-Mu'izz di depan umum. Pemimpin Qaramitah [[al-Hasan al-A'sam]] memimpin dua invasi Mesir pada tahun [[Invasi Qaramitah pertama ke Mesir|971]] dan sekali lagi, meskipun upaya al-Mu'izz untuk memenangkannya, pada tahun [[Invasi Qaramitah kedua ke Mesir|974]]. Kedua invasi itu dipukul mundur di gerbang Kairo, memaksa Qaramitah untuk mundur ke Bahrayn, dan membuka jalan bagi upaya Fathimiyah baru untuk menaklukkan Suriah.{{sfn|Daftary|2007|p=162–164}} Pada saat yang sama, sekitar 970/71, dua kota suci [[Makkah]] dan [[Madinah]], mengakui kedaulatan Fathimiyah, kemenangan simbolis penting bagi Fathimiyah.{{sfn|Canard|1965|p=854}}
 
Pada tahun 978, Khalifah [[al-Aziz Billah|al-Aziz]] ({{memerintah|975|996}}) merebut Damaskus, tetapi kekuasaan Fathimiyah di Suriah terus ditantang, baik oleh jenderal-jenderal yang kuat atau oleh Badui Palestina yang gelisah di bawah Jarrahi.{{sfn|Canard|1965|p=854}} Upaya Al-Aziz untuk merebut emirat [[Hamdaniyah]] di [[Aleppo]] membawa Fathimiyah ke dalam konflik dengan Bizantium, yang menganggap kota itu sebagai protektorat mereka.{{sfn|Canard|1965|p=855}} Upaya untuk merebut Aleppo gagal pada tahun 983, 992/3 dan 994/5,{{sfn|Canard|1965|p=854}} dan kekuasaan Fathimiyah yang efektif hanya mencapai sedikit melewati [[Tripoli, Lebanon|Tripoli]] di utara.{{sfn|Canard|1965|p=854}} Pada tahun 987, kedaulatan Fathimiyah diakui oleh [[Dinasti Yu'firi|Yu'firi]] di Yaman,{{sfn|Canard|1965|p=854}} tetapi upaya Fathimiyah untuk membujuk sesama penguasa Syiah Irak, [[Dinasti Buwaihi|Buwaihi]], untuk mengakui kedaulatan mereka, gagal; Dinasti Buwaihi menolak klaim Dinasti Fathimiyah tentang keturunan keturunan Ali.{{sfn|Canard|1965|pp=855–856}} Pemerintahan Al-Aziz juga menyaksikan transformasi dalam struktur dan sifat negara Fathimiyah: Kutama, yang telah menjadi pilar utama rezim Fathimiyah awal, kini dilengkapi oleh budak militer Turki ({{transl|ar|[[ghilman]]}}) serta tentara budak Afrika Hitam, sementara di bawah bimbingan [[Ya'qub bin Killis]], pemerintahan Fathimiyah menjadi terorganisir dan teratur.{{sfn|Halm|2014}}
 
=== Pemerintahan al-Hakim ===
Al-Aziz meninggal pada tahun 996, saat mempersiapkan kampanye besar melawan Bizantium dan Hamdaniyah. Ia digantikan oleh putranya yang berusia sebelas tahun, [[al-Hakim Biamrillah|al-Hakim]] ({{memerintah|996|1021}}).{{sfn|Halm|2014}} Awalnya di bawah pengawasan pejabat yang kuat, al-Hakim berhasil merebut tampuk kekuasaan untuk dirinya sendiri pada tahun 1000.{{sfn|Halm|2014}} Tahun-tahun awal pemerintahannya melihat kesimpulan perdamaian dengan Bizantium pada tahun 1001,{{sfn|Canard|1965|p=855}} serta pemberontakan suku besar [[Abu Rukwa]] di [[Kirenaika]] pada tahun 1005, dan [[Mufarrij bin Daghfal bin al-Jarrah|Mufarrij bin Daghfal]] di Palestina pada tahun 1012-13.{{sfn|Halm|2014}} Di utara, [[Bani Uqayl]] dari [[Mosul]] secara singkat mengakui kedaulatan Fathimiyah pada tahun 1010, dan pada tahun 1015, Aleppo melakukan hal yang sama, dengan pasukan Fathimiyah memasuki kota dan memaksakan kontrol langsung pada tahun 1017.{{sfn|Canard|1965|p=854}} Hubungan dengan [[Banu Ziri|Ziri]], yang dengan cepat mulai menjauhkan diri dari otoritas Kairo, menjadi lebih tegang di bawah al-Hakim karena perselisihan atas Kirenaika dan [[Tripoli, Libya|Tripoli]],{{sfn|Canard|1965|p=855}} dan pada 1016/7, emir Ziri yang baru, [[al-Mu'izz bin Badis]], meluncurkan pogrom terhadap Isma'ili yang tersisa di Ifriqiyah.{{sfn|Halm|2014}}
 
Sejak 1015, Kekhalifahan Fathimiyah, dan komunitas Isma'ili, dihadapkan pada kebangkitan sektarianisme: serangkaian pengkhotbah yang menyebarkan versi ekstremis Isma'ilisme muncul, mengkhotbahkan kedekatan akhir zaman, keilahian al-Hakim, dan penghapusan [[Syariah]]. Pendirian agama Fathimiyah menentang pandangan antinomian tersebut, tetapi al-Hakim tampaknya telah menoleransi, jika tidak mendorong mereka. Meskipun al-Hakim tidak pernah secara resmi menganut pandangan mereka, ajaran orang-orang seperti [[al-Darzi]] dan [[Hamza bin Ali]] mengakibatkan lahirnya agama [[Druze]].{{sfn|Halm|2014}} Pada saat yang sama, al-Hakim membuat inovasi yang aneh dalam suksesi, dengan membagi jabatannya menjadi dua: satu untuk menggantikan kekhalifahan, yaitu jabatan sekuler, dan satu untuk menggantikan sebagai imam, yaitu sebagai pemimpin komunitas Isma'ili. Lebih jauh lagi, ia menyingkirkan putranya sendiri dan mengangkat dua orang sepupunya untuk menduduki jabatan tersebut, sehingga menimbulkan permusuhan dari para elit Fathimiyah. Sebagai akibat dari persekongkolan di antara para elit tersebut, al-Hakim dibunuh dalam salah satu perjalanan malamnya di luar Kairo, dan mayatnya dibuang, dan tidak pernah ditemukan.{{sfn|Halm|2014}}
Baris 83 ⟶ 98:
{{Lihat pula|Daftar Khalifah Fathimiyah}}
=== Keturunan dari Ali sebagaimana diterima oleh Ismailiyah kemudian ===
{{chart top|Keturunan Khalifah Fathimiyah}}
{{Tree chart/start|align=center| summary=Boxes and lines diagram with 23 boxes}}
{{tree chart| | | | | | | | |MUH|MUH=Nabi [[Muhammad]]}}
{{tree chart| | | | | | | | | |!|}}
{{tree chart| | |ALI |~|y|~|FATIM|ALI=[[Ali bin Abi Thalib]]<br/>({{transl|ar|asas}})|boxstyle_ALI=background-color: #dfd;|FATIM=[[Fatimah az-Zahra]]}}
{{tree chart| |,|-|-|-|-|^|-|-|.| }}
{{tree chart|HASAN| | | | | |HUSAY|HASAN=[[Hasan bin Ali]]<br/>(imam pertama)|boxstyle_HASAN=background-color: #dfd;|HUSAY=[[Husain bin Ali]]<br/>(imam ke-2)|boxstyle_HUSAY=background-color: #dfd;}}
{{tree chart| | | | | | | | | |!| }}
{{tree chart| | | | | | | | |ALI2 |ALI2=[[Ali bin Husain|Ali Zainal Abidin]]<br/>(imam ke-3)|boxstyle_ALI2=background-color: #dfd;}}
{{tree chart| |,|-|-|-|-|-|-|-|(| }}
{{tree chart|ZAYD | | | | | |MUHAM|ZAYD=[[Zaid bin Ali]]|MUHAM=[[Muhammad al-Baqir]]<br/>(imam ke-4)|boxstyle_MUHAM=background-color: #dfd;}}
{{tree chart| |!| | | | | | | |!| }}
{{tree chart|ZAYDI| | | | | |JAFAR|ZAYDI=Imam [[Zaidiyah]]|JAFAR=[[Ja'far ash-Shadiq ]]<br/>(imam ke-5)|boxstyle_JAFAR=background-color: #dfd;}}
{{tree chart| |,|-|-|-|v|-|-|-|(| }}
{{tree chart|ABDAL| |MUSA | |ISMAI|ABDAL=[[Abdullah al-Aftah|Abdallah al-Aftah]]|MUSA=[[Musa al-Kadzim]]|ISMAI=[[Isma'il bin Ja'far]]<br/>(imam ke-5)|boxstyle_ISMAI=background-color: #dfd;}}
{{tree chart| |!| | | |!| | | |!| }}
{{tree chart|FATHI| |TWELV| |MUHA2|FATHI=Imam Fathiyah|TWELV=Imam [[Syiah Dua Belas Imam|Syiah Dua Belas]]|MUHA2=[[Muhammad bin Isma'il]]<br/>(imam ke-7)|boxstyle_MUHA2=background-color: #dfd;}}
{{tree chart| | | | | | | | | |!| }}
{{tree chart| | | | | | | | |ABDA2|ABDA2=[[Ahmad al-Wafi|Abdallah]]<br/>(imam ke-8, dalam penyembunyian)|boxstyle_ABDA2=background-color: #dfd;}}
{{tree chart| | | | | | | | | |!| }}
{{tree chart| | | | | | | | |AHMAD|AHMAD=[[Muhammad at-Taqi|Ahmad]]<br/>(imam ke-9, dalam penyembunyian)|boxstyle_AHMAD=background-color: #dfd;}}
{{tree chart| |,|-|-|-|-|-|-|-|(| }}
{{tree chart|ABUAL| | | | | |HUSA2|ABUAL=Abu Ali Muhammad<br>(Abu'l-Syalaghlagh)|HUSA2=[[Radi Abdullah|al-Husayn]]<br/>(imam ke-10, dalam penyembunyian)|boxstyle_HUSA2=background-color: #dfd;}}
{{tree chart| |!| | | | | | | |!| }}
{{tree chart|DAUGH|~|~|y|~|~|MAHDI|DAUGH=Anak perempuan|MAHDI=[[Abdullah al-Mahdi Billah|Abdallah<br>'''al-Mahdi bi'llah''']]<br/>(imam ke-11, khalifah Fathimiyah pertama)|boxstyle_MAHDI=background-color: #dfd;}}
{{tree chart| | | | | |!| | | | | }}
{{tree chart| | | | |QAIM | | | | |QAIM=[[Al-Qa'im (Khalifah Fathimiyah)|Muhammad<br>'''al-Qa'im bi-Amr Allah''']]<br/>(imam ke-12, khalifah Fathimiyah ke-2)|boxstyle_QAIM=background-color: #dfd;}}
{{Tree chart/end}}
{{center|1=<small>{{legend2|#dfd}} menunjukkan para imam yang diakui oleh kaum Ismailiyah, '''nama kerajaan dicetak tebal'''<br>Sumber: {{Daftary-The Ismailis|edition=Second|page=507|ref=none}}</small>}}
{{chart bottom}}
 
=== Silsilah menurut surat al-Mahdi kepada masyarakat Yaman ===
{{chart top|Keturunan menurut surat yang dikirim kepada komunitas Isma'ili di Yaman oleh al-Mahdi bi'llah, yang ditulis kembali oleh [[Ja'far bin Mansur al-Yaman]]{{sfn|Daftary|2007|pp=101, 118–119}}{{sfn|Halm|1991|pp=145–147}}}}