Karuna (Buddhisme): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Faredoka (bicara | kontrib)
Mahāyāna: -menggambarkan +merepresentasikan
Faredoka (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(22 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 3:
{{Istilah Buddhis|title=''karuṇā''|en=compassion|bn=করুণা<br/>(kôruṇa)|my=ကရုဏာ|my-Latn=ɡəjṵnà|zh=慈悲|zh-Latn=cíbēi|ja=慈悲|ja-Latn=jihi|km=ករុណា|km-Latn=kârŭna|ko=비|ko-Latn=|lo=|mnw=|mnw-Latn=|shn=|shn-Latn=|si=කරුණා|ta=கருணை <br>(karu{{IAST|ṇ}}ai)|th=กรุณา|th-Latn=karuna|bo=སྙིངརྗེ|bo-Latn=|vi=từ bi, từ ái, bác ái, từ tâm, nhân từ|id=belas kasih; belas kasihan; welas asih}}
{{Buddhisme|dhamma}}
'''Belas kasih''', '''belas kasihan''', atau '''welas asihKaruna''' ([[Bahasa Pali|Pali]]: '''''{{IAST|karuṇā}}'''''; [[Bahasa Sanskerta|Sanskerta]]: करुण, {{transliteration|pi|karuṇā}}), juga dikenal sebagai '''belas kasih''', '''belas kasihan''', dan '''welas asih''', merupakan suatu konsep penting dalam semua aliran [[Buddhisme]].<ref>Terkait dengan kata tersebut dalam bahasa Sanskerta, lihat [https://www.sanskrit-lexicon.uni-koeln.de/scans/MWScan/MWScanpdf/mw0255-karaTa.pdf "''{{IAST|karuṇā}}''"] dalam rujukan {{Harvard citation text|Monier-Williams|1964}}, bentuk kata benda dari kata tersebut didefinisikan sebagai "''pity'' (rasa kasihan), ''compassion'' (belas kasih)".<br /><br />{{•}}Untuk kata tersebut dalam bahasa Pali, lihat [http://dsal.uchicago.edu/cgi-bin/philologic/getobject.pl?c.1:1:356.pali "''{{IAST|karuṇā}}''"]. {{Webarchive|url=https://archive.today/20120711002204/http://dsal.uchicago.edu/cgi-bin/philologic/getobject.pl?c.1:1:356.pali|date=2012-07-11}} dalam rujukan {{Harvard citation text|Rhys Davids|Stede|1921–25}}, didefinisikan sebagai "''pity'' (rasa kasihan), ''compassion'' (belas kasih)".<br /><br />{{•}}Para cendekiawan, penerjemah, dan penafsir kontemporer secara konsisten menerjemahkan kata tersebut sebagai “''compassion''”, bukan “''pity''”. Hal ini dapat dilihat, misalnya, dalam rujukan (diurutkan secara kronologis) {{Harvard citation text|Warder|2004}}, {{Harvard citation text|Buddhaghosa|1999}}, {{Harvard citation text|Saddhatissa|2003}}, {{Harvard citation text|Thanissaro|1994}}, {{Harvard citation text|Salzberg|1995}}, {{Harvard citation text|Gethin|1998}}, dan {{Harvard citation text|Bodhi|2000}}.</ref> ''{{IAST|Karuṇā}}'' (belas kasih) adalah salah satu dari empat sifat luhur ([[Brahmavihāra]]), bersama dengan [[Cinta kasih (Buddhisme)|cinta kasih]] (''{{transliteration|pi|mettā}}''), [[Simpati (Buddhisme)|simpati]] (''{{transliteration|pi|muditamuditā}}''), dan [[keseimbangan batin]] (''{{transliteration|pi|upekkhā}}''). Dalam ajaran Buddha, keempat sifat ini harus dikembangkan dan dipancarkan ke segala arah untuk menyucikan pikiranbatin, menghindari akibat buruk, serta membawa kebahagiaan.
 
Bagi penganut aliran [[Theravāda]], pengembangan sifat {{transliteration|pi|karuṇā}} merupakan cara untuk mencapai kehidupan yang bahagia saat ini dan [[kelahiran kembali]] di [[Loka (Buddhisme)|surga]]. Buddha diyakini memilih untuk mengajarkan [[Dhamma]] karena belas kasih terhadap makhluk hidup. ''{{IAST|Karuṇā}}'' juga dianggap sebagai faktor mental indah dalam [[tradisi Abhidhamma]], dengan karakteristik untuk mengembangkan kualitas yang melenyapkan penderitaan untuk menghilangkan penderitaan makhluk lain. Dalam kitab [[Visuddhimagga]], {{transliteration|pi|karuṇā}} digambarkan sebagai harapan untuk menghilangkan ketidaksejahteraan dan penderitaan (''ahita-[[dukkha]]-apanaya-kāmatā'') dari orang lain, dengan "musuh jauh" berupa kekejaman dan "musuh dekat" berupa dukacita sentimental.
Baris 13:
== Theravāda ==
{{Lihat pula|Theravāda}}
Dalam Buddhisme Theravāda, ''{{IAST|karuṇā}}'' adalah salah satu dari empat "kediaman luhur" ({{Transl|pi|[[Brahmavihara|brahmavihāra]]}}), bersama dengan cinta kasih ([[Bahasa Pali|Pāli]]: {{Transl|pi|[[mettā]]}}), simpati ( {{Transl|pi|[[muditamuditā]]}}), dan keseimbangan batin ({{Transl|pi|[[upekkhā]]}}).<ref>{{Multiref2|{{harvtxt|Gethin|1998|pages=186–187}}|[http://dsal.uchicago.edu/cgi-bin/philologic/getobject.pl?c.1:1:356.pali "''{{IAST|karuṇā}}''"]{{dead link|date=August 2023}} indalam {{harvtxt|Rhys Davids|Stede|1921–25|page=197}}}}</ref> Dalam [[Tripitaka Pali]], [[Siddhattha Gotama|Buddha Gotama]] menganjurkan pengembangan empat kondisi mental yang bajik ini baik bagi [[Perumah tangga (Buddhisme)|para perumah tangga]] maupun [[Biksu|para biksu]]-[[biksuni]].<ref>For instance, in the ''Kālāmā Sutta'' ([[Aṅguttara Nikāya|AN]] 3.65), the Buddha speaks of all Noble Disciples ({{Transl|pi|Ariya-[[Savaka]]}}) developing the brahmaviharas. {{Harvard citation text|Thanissaro|1994}}</ref> Ketika seseorang mengembangkan keempat keadaan ini, Sang Buddha menasihatinya untuk memancarkannya ke segala arah, seperti dalam frasa kanonis umum berikut mengenai ''{{IAST|karuṇā}}'':
{{Blockquote|Ia terus-menerus meliputi arah pertama—begitu pula arah kedua, ketiga, dan keempat—dengan [[Perhatian penuh (Buddhisme)|perhatian-penuh]] yang dipenuhi dengan ''karuṇā''. Dengan demikian, ia terus-menerus meliputi atas, bawah, & sekeliling, di mana-mana & dalam seluruh alam semesta yang meliputi segalanya dengan perhatian-penuh yang dipenuhi dengan belas kasih: berlimpah, luas, tak terukur, bebas dari permusuhan, bebas dari niat jahat.<ref>{{harvtxt|Thanissaro|1994}}. The "four directions" refer to east, south, west, and north.</ref>}}
Praktik seperti ini diyakini dapat menyucikan pikiran seseorang, menghindari akibat-akibat buruk, menuntun pada kebahagiaan dalam kehidupan sekarang, dan, jika ada [[Punarbawa|kelahiran kembali]] karena kekuatan [[Karma dalam Buddhisme|karma]] di masa depan, menghasilkan kelahiran di [[Loka (Buddhisme)|alam surga]].<ref>{{Harvard citation text|Thanissaro|1994}}. In regards to in which heavenly realm a frequent {{IAST|karuṇā}}-dweller will be reborn, {{Harvard citation text|Thanissaro|2006}} identifies it as the realm of radiant ({{Transl|pi|abhassara}}) devas, whose lifespans last two eons.</ref>
 
=== Sutta Piṭaka ===
Dalam [[Tripitaka Pali]], Buddha juga digambarkan memilih untuk mengajar [[Dhamma]] “atas dasar belas kasihan terhadap makhluk hidup.”<ref>In Pali, {{transliteration|pi|sattesu... kāruññataṃ paṭicca}}, found in [[Digha Nikaya|DN]] 3.6 (regarding [[Vipassī Buddha]]), [[Majjhima Nikaya|MN]] 26.21 and SN 6.1, see, e.g., {{harvtxt|Bodhi|2000|pages=233, 430, ''n''. 362}}; and {{harvtxt|Thanissaro|1997}}. Several other references in the Pali Canon to the Buddha's acting out of "compassion" are not related directly to {{transliteration|pi|karuṇā}} but to the synonymous {{transliteration|pi|anukampā}}, which is also defined as "mercy" in {{harvtxt|Rhys Davids|Stede|1921–25|page=34}}.</ref>
{{Lihat pula|Sutta Piṭaka}}
 
Dalam [[Tripitaka Pali]], [[Siddhattha Gotama|Buddha Gotama]] menganjurkan pengembangan empat kondisi mental yang bajik ini baik bagi [[Perumah tangga (Buddhisme)|para perumah tangga]] maupun [[Biksu|para biksu]]-[[biksuni]].<ref>Misalnya saja, di [[Kesamutti Sutta]] ([[Aṅguttara Nikāya|AN]] 3.65), Sang Buddha berbicara tentang semua Siswa Mulia ({{Transl|pi|Ariya-[[Sāvaka]]}}) yang mengembangkan ''brahmavihāra''. {{Harvard citation text|Thanissaro|1994}}</ref> Ketika seseorang mengembangkan keempat keadaan ini, Sang Buddha menasihatinya untuk memancarkannya ke segala arah, seperti dalam frasa kanonis umum berikut mengenai ''{{IAST|karuṇā}}'':
{{Blockquote|Ia terus-menerus meliputi arah pertama—begitu pula arah kedua, ketiga, dan keempat—dengan [[Perhatian penuh (Buddhisme)|perhatian-penuh]] yang dipenuhi dengan ''karuṇā''. Dengan demikian, ia terus-menerus meliputi atas, bawah, & sekeliling, di mana-mana & dalam seluruh alam semesta yang meliputi segalanya dengan perhatian-penuh yang dipenuhi dengan belas kasih: berlimpah, luas, tak terukur, bebas dari permusuhan, bebas dari niat jahat.<ref>{{harvtxt|Thanissaro|1994}}. The "fourEmpat directionsarah" refermerujuk pada toarah easttimur, southselatan, westbarat, anddan northutara.</ref>}}
Praktik seperti ini diyakini dapat menyucikan pikiranbatin seseorang, menghindari akibat-akibat buruk, menuntun pada kebahagiaan dalam kehidupan sekarang, dan, jika ada [[Punarbawa|kelahiran kembali]] karena kekuatan [[Karma dalam Buddhisme|karma]] di masa depan, menghasilkan kelahiran di [[Loka (Buddhisme)|alam surga]].<ref>{{Harvard citation text|Thanissaro|1994}}. InMengenai regardsalam tosurga intempat whichseseorang heavenlyyang realm a frequentmengembangkan ''{{IAST|karuṇā}}-dweller'' willterlahir be rebornkembali, {{Harvard citation text|Thanissaro|2006}} identifiesmengidentifikasinya itsebagai asalam thedewa realmyang of radiantbercahaya ({{Transl|pi|abhassara}}''ābhassara''), devas,yang rentang whosehidupnya lifespansberlangsung lastselama twodua eons''kappa''.</ref>
 
Dalam [[Tripitaka Pali]], Buddha juga digambarkan memilih untuk mengajar [[Dhamma]] “atas dasar belas kasihan terhadap makhluk hidup.”<ref>InDalam bahasa Pali, {{transliteration|pi|sattesu... kāruññataṃ paṭicca}}, foundditemukan indi [[Digha Nikaya|DN]] 3.6 (regardingterkait [[Vipassī Buddha Vipassī]]), [[Majjhima Nikaya|MN]] 26.21 anddan [[Saṁyutta Nikāya|SN]] 6.1, seelihat, e.g.misalnya, {{harvtxt|Bodhi|2000|pages=233, 430, ''ncat''. 362}}; anddan {{harvtxt|Thanissaro|1997}}. SeveralBeberapa otherreferensi referenceslain indalam theTripitaka Pali Canonmengenai to thetindakan Buddha's actingyang outberdasarkan of“belas "compassion"kasih” aretidak notberhubungan relatedsecara directlylangsung todengan {{transliteration|pi|karuṇā}} buttetapi toberhubungan thedengan synonymousistilah {{transliteration|pi|anukampā}}, whichyang isjuga alsodiartikan defined assebagai "mercykasihan" in(''mercy'') dalam {{harvtxt|Rhys Davids|Stede|1921–25|page=34}}.</ref>
 
=== Abhidhamma Piṭaka ===
{{Lihat pula|Abhidhamma Piṭaka|Faktor mental|Adosa}}
{{Cetasika|indah}}
Menurut [[tradisi Abhidhamma]] aliran [[Theravāda]], {{transliteration|pi|karuṇā}} merupakan salah satu [[faktor mental]] indah, sebagai bagian dari kategori faktor mental "tanpa-batas". Faktor mental {{transliteration|pi|karuṇā}} (belas kasih) dibedakan dari faktor mental {{transliteration|pi|adosa}} (suatu faktor mental yang, jika dikembangkan secara maksimal, dapat mengarah pada [[Cinta kasih (Buddhisme)|cinta kasih]] atau ''mettā'') dan faktor mental ''[[Simpati (Buddhisme)|{{transliteration|pi|muditamuditā}}]]'' (simpati) karena ciri dan objek yang diambil. Faktor mental belas kasih ({{transliteration|pi|karuṇā}}) perlu mengambil makhluk-makhluk menderita sebagai objeknya, sedangkan faktor mental simpati (''{{transliteration|pi|muditamuditā}}'') perlu mengambil makhluk-makhluk bahagia sebagai objeknya.<ref name=":42">{{Cite book|last=Kheminda|first=Ashin|date=2019-09-01|url=https://books.google.co.id/books?id=2ZQXEAAAQBAJ|title=Manual Abhidhamma: Bab 2 Faktor-Faktor-Mental|publisher=Yayasan Dhammavihari|isbn=978-623-94342-7-4|language=id}}</ref>
 
''{{transliteration|pi|Karuṇā}},'' sebagai suatu faktor mental, didefinisikan dalam empat batasan:<ref name=":42" />
Baris 33 ⟶ 38:
=== Visuddhimagga ===
{{Lihat pula|Visuddhimagga}}
Kitab komentar untuk [[Suttanipāta]] dan kitab [[Visuddhimagga]] menjelaskan bahwa {{transliteration|pi|mettākaruṇā}} adalah harapan untuk mendatangkanmenghilangkan kesejahteraanketidaksejahteraan dan kebahagiaanpenderitaan ({{transliteration|pi|hitaahita-[[sukhadukkha]]-upanayaapanaya-kāmatā}}) bagidari orang lain, sedangkan {{transliteration|pi|karuṇāmettā}} adalah harapan untuk menghilangkanmendatangkan ketidaksejahteraankesejahteraan dan penderitaankebahagiaan ({{transliteration|pi|ahitahita-[[dukkhasukha]]-apanayaupanaya-kāmatā}}) daribagi orang lain.<ref name=":52">[[Sutta Nipata|Sn]]-[[Atthakatha|A]] 128 (disitasi oleh {{harvtxt|Rhys Davids|Stede|1921–25|page=197}}; lihat pula, {{harvtxt|Buddha Dharma Education Association & BuddhaNet}}. Demikian pula dengan kitab ''[[Visuddhimagga]]'' IX.105–109 pascakanonis, memberikan penjelasan lebih lanjut, seperti dengan metafora yang menggambarkan {{transliteration|pi|mettā}} sebagai harapan seorang ibu agar anaknya (sehat) tumbuh besar dan {{transliteration|sa|karuṇā}} sebagai harapan seorang ibu agar anaknya yang sakit bisa sembuh, {{harvtxt|Buddhaghosa|1999|pages=313–14}}.</ref> Selain itu, kitab Visuddhimagga juga menjelaskan "musuh jauh" ({{transliteration|pi|dūrapaccatthika}}) dan "musuh dekat" ({{transliteration|pi|āsannapaccatthika}}) dari setiap sifat dalam [[Brahmavihāra]]:<ref name=":7">{{multiref2|{{harvtxt|Buddhagosha|2010|loc=2.99}}|{{cite web|url=https://www.insightmeditationcenter.org/books-articles/dhamma-lists/|title=Dhamma Lists: Insight Meditation Center|website=www.insightmeditationcenter.org}}}}</ref>{{Tabel empat sifat luhur}}
"Musuh jauh" ''{{IAST|karuṇā}}'' adalah kekejaman, suatu kondisi pikiranbatin yang jelas-jelas bertentangan. “Musuh dekat” (kualitas yang secara dangkal menyerupai ''{{IAST|karuṇā}}'', tetapi sebenarnya secara halus berlawanan dengannya) dari ''{{IAST|karuṇā}}'' adalah perasaan dukacita sentimental (''domanassa''): di sini, seseorang juga ingin menghilangkan penderitaan, tetapi dilandasi alasan yang sebagian bersifat egois (terikatmelekat) sehingga bukan merupakan motivasi yang murni.<ref name=":7" />
 
 
== Mahāyāna ==
{{Lihat pula|Mahāyāna}}
Dalam Buddhisme Mahāyāna, ''{{IAST|karuṇā}}'' adalah salah satu dari dua kualitas, bersama dengan kebijaksanaan yang tercerahkan ([[Bahasa Sanskerta|bahasa Sansekerta]] : {{Transl|sa|[[prajñā]]}}), yang harus dikembangkan di jalan [[Bodhisatwa]]. Menurut sarjana [[Rupert Gethin]], pengembangan ''{{IAST|karuṇā}}'' hingga menjadi [[Kebijaksanaan (Buddhisme)|''prajñā'']] adalah salah satu faktor pembeda antara cita-cita [[Arahat]] Theravāda dan cita-cita Bodhisatwa Mahāyāna:
{{Blockquote|Bagi para penganut Mahāyāna... jalan menuju tingkat arhatarahat nampaknya ternoda oleh keegoisan yang tersisa karena kurangnya motivasi dari belas kasih agung (''mahā{{IAST|karuṇā}}'') seorang Bodhisatwa, dan pada akhirnya satu-satunya cara yang sah dalam praktik Buddhis adalah jalan Bodhisatwa.<ref>{{harvtxt|Gethin|1998|page=228}}</ref>}}
Di seluruh dunia Mahāyāna, [[Awalokiteswara]] (Sanskerta: [[Awalokiteswara|''Avalokiteśvara'']]; Tionghoa: [[Kwan Im|''Guan Yin'']]; Jepang: [[Kwan Im|''Kannon'']]; Tibet: ''Chenrezig'') adalah seorang Bodhisatwa yang merepresentasikan ''{{IAST|karuṇā}}''.
 
Pada bagian ''Intermediate'' dari ''Tahapan Meditasi'' oleh [[Kamalaśīla]], ia menulis:
{{Blockquote|Tergerak oleh belas kasih [''karuṇā''], para Bodhisatwa bertekad untuk membebaskan semua makhluk hidup. Kemudian, dengan mengatasi pandangan yang mementingkan diri sendiri, mereka terlibat dengan penuh semangat dan terus-menerus dalam praktik yang sangat sulit untuk mengumpulkan [[Kebajikan (Buddhisme)|kebajikan]] dan [[Kebijaksanaan (Buddhisme)|kebijaksanaan]]. Setelah memasuki praktik ini, mereka pasti akan melengkapi pengumpulan kebajikan dan kebijaksanaan. Mencapai pengumpulan kebajikan dan kebijaksanaan, itu seperti memiliki kemahatahuan itu sendiri di telapak tangan Anda. Oleh karena itu, karena belas kasih adalah satu-satunya akar kemahatahuan, Anda harus membiasakan diri dengan praktik ini sejak awal.<ref>{{harvtxt|Gyatso|Kamalashila|2019|pages=42–43}}</ref>}}
 
=== Buddhisme Tibet ===
{{Lihat pula|Buddhisme Tibet}}
Dalam [[Buddhisme Tibet]], salah satu teks paling berwenang mengenai jalan Bodhisatwa adalah ''[[Bodhisattvacaryāvatāra]]'' karya Shantideva. Pada bagian kedelapan yang berjudul ''Meditative Concentration'', Shantideva menggambarkan meditasi pada {{transliteration|pi|karuṇā}} sebagai berikut:
 
{{Blockquote|Berusahalah untuk merenungkan kesamaan diri Anda dan orang lain. Dalam suka dan duka, semua orang sama; Maka, jadilah pelindung bagi semua orang, seperti halnya bagi diri Anda sendiri. Tangan dan anggota tubuh lainnya banyak dan berbeda. Akan tetapi, semuanya adalah satu--tubuh yang harus dijaga dan dilindungi. Demikian pula, makhluk yang berbeda, dalam suka dan duka, sama seperti saya, semuanya menginginkan kebahagiaan. Rasa sakit saya ini tidak menimpa atau menyebabkan ketidaknyamanan pada tubuh orang lain, tetapi rasa sakit ini sulit saya tanggung karena saya melekat dan menganggapnya sebagai milik saya sendiri. Dan rasa sakit makhluk lain tidak saya rasakan, tetapi, karena saya menganggapnya sebagai milik saya sendiri, penderitaan mereka adalah milik saya dan karenanya sulit untuk ditanggung. Dan karenanya saya akan menghilangkan rasa sakit orang lain, karena itu hanyalah rasa sakit, sama seperti rasa sakit saya sendiri. Dan orang lain akan saya bantu dan manfaatkan, karena mereka adalah makhluk hidup, seperti tubuh saya. KarenaOleh karena saya dan makhluk lain, dalam menginginkan kebahagiaan, sama dan serupa, apa perbedaan yang membedakan kita, sehingga saya harus berusaha untuk mendapatkan kebahagiaan saya sendiri?<ref>{{harvtxt|Shantideva|2011|pages=122–123}}</ref>}}
 
== Agama darmik lainnya ==
Baris 55 ⟶ 61:
=== Hinduisme ===
{{Lihat pula|Hinduisme|Cinta kasih dalam Hindu}}
Dalam agama Hindu, ''{{IAST|karuṇā}}'' merupakan salah satu kebajikan dan kualitas mendasar yang harus dikembangkan oleh seorang pencari spiritual. Banyak dewa Hindu digambarkan sebagai perwujudan ''{{IAST|karuṇā}}''.<ref>[https://hinduismpedia.kailaasa.org/wiki/Karuna Karuna] hinduismpedia {{dead link|date=March 2024}}</ref> ''{{IAST|Karuṇā}}'' sering dikaitkan dengan nilai-nilai kebajikan lain, seperti "''maitrī''" ([[Cinta kasih dalam Hindu|cinta kasih]]) dan "''ahiṁsa''" (tanpa kekerasan). Bersama-sama, nilai-nilai ini membentuk dasar kehidupan yang baik dan memuaskan secara spiritual. Kata ini berasal dari bahasa Sanskerta ''kara'', yang berarti “melakukan” atau “membuat”,<ref>{{Cite web|title=What is Karuna? - Definition from Yogapedia|url=https://www.yogapedia.com/definition/5305/karuna#:~:text=Karuna%20typically%20translates%20as%20%E2%80%9Ccompassion,associated%20with%20the%20English%20word}}</ref> yang menunjukkan bentuk kasih berbasis tindakan, bukan rasa kasihan (''pity'') atau kesedihan (''sadness'') yang diasosiasikan dengan kata tersebut dalam bahasa Inggris. Dalam mitologi Hindu, konsep "''{{IAST|karuṇā}}''" atau tindakan penuh belas kasih tertanam kuat dan sering digambarkan melalui cerita, karakter, dan ajaran.<ref>{{cite web|date=21 JuneJuni 2008|title=Karuna, Karuṇā, Karuṇa: 44 definitions|url=https://www.wisdomlib.org/definition/karuna}}</ref> Kisah masing-masing [[awatara]] dalam jajaran dewa Hindu merupakan perwujudan belas kasih ilahi. Misalnya, dalam [[kitab tandava Shiva]], Shiva digambarkan sebagai Karunavataram, yang berarti perwujudan belas kasih.<ref>Bhandari, N. B. (2022). The Outlook: Journal of English Studies. Outlook, 13, 100-114.</ref>
 
==== Navarasa ====
{{Lihat pula|Rasa (estetika)}}
''{{IAST|Karuṇā}}'' adalah salah satu dari sembilan [[Rasa (estetika)|''rasa'']] utama (prinsip estetika) dalam seni dan sastra klasik India.<ref>Schwartz, Susan L. Rasa: Performing the divine in India. Columbia University Press, 2004.</ref> "Karuṇā Rasa," atau sentimen belas kasih, merupakan tema utama dalam [[Ramayana]], salah satu epos utama India. Narasi dimulai dengan kisah resi [[Walmiki|Valmiki]] yang mengamati sebuah insiden tragis yang melibatkan sepasang burung krauncha (burung bangau sarus), dan menetapkan nada emosional untuk kisah epik tersebut.<ref>{{Cite journal|last=Hammer|first=Niels|date=2009|title=Why Sārus Cranes Epitomize Karuṇarasa in the Rāmāyaṇa|url=https://www.jstor.org/stable/27756045|journal=Journal of the Royal Asiatic Society|volume=19|issue=2|pages=187–211|jstor=27756045}}</ref> Menyaksikan burung jantan dibunuh oleh seorang pemburu, dengan meninggalkan pasangannya dalam penderitaan, Valmiki tergerak untuk mengutuk pemburu itu melalui sebuah syair spontan, yang akhirnya menjadi [[Śloka|''sloka'']] (syair) pertama Ramayana. Momen ini, yang dipenuhi dengan kesedihan dan belas kasih, tidak hanya mengawali penulisan cerita epik tersebut, tetapi juga secara simbolis menggambarkan narasi utama tentang cinta, kehilangan, dan perpisahan yang dialami oleh para tokoh utama, Rama dan Sita, yang mewujudkan esensi dari "Karuṇā Rasa."<ref>{{Cite news|date=20 AugustAgustus 2018|title=Inseparable in virtue|url=https://www.thehindu.com/society/faith/inseparable-in-virtue/article24738421.ece|work=The Hindu}}</ref> Setelahnya, dewa Brahma memerintahkan Valmiki untuk menulis cerita Rama, dan mengungkapkan seluruh kisah kepadanya.
 
==== Yoga ====
{{Lihat pula|Yoga}}
Karya dasar [[Yoga]], Yoga SutraSūtra karya [[Patanjali|Patañjali]]—kompilasi lengkap kata-kata mutiara Sanskerta yang menjelaskan teori dan praktik yoga—secara khusus menekankan konsep ''{{IAST|karuṇā}}''.
 
Ayat ''{{transliteration|sa|maitrī-karuṇā-muditopekṣaṇāṃ sukha-duḥkha-puṇyāpuṇya-viṣayāṇāṃ bhāvanātaś citta-prasādanam}}'' menganjurkan pengembangan cinta kasih (''maitrī''), belas kasih (''{{IAST|karuṇā}}''), simpati (''muditamuditā''), dan keseimbangan batin (''upekshaupekṣā'') dalam menanggapi dualitas kehidupan: kebahagiaan (''sukha'') dan penderitaan (''duhkhaduḥkha''), serta kebajikan moral (''punyapuṇya'') dan keburukan (''apunyaapuṇya''). Praktik ini, menurut PatanjaliPatañjali, berperan penting dalam mencapai keadaan ketenangan mental (''chittaprasadanamcittaprasādana''), yang menggarisbawahi dimensi psikologis dan etika yang tidak terpisahkan dari kerangka filosofis yoga.
 
=== Jainisme ===
{{Lihat pula|Jainisme}}
''{{IAST|Karuṇā}}'' dikaitkan dengan praktik belas kasih Jain. Misalnya, ''{{IAST|karuṇā}}'' adalah salah satu dari empat refleksi persahabatan universal—bersama dengan persahabatan (bahasa Sanskerta: ''[[maitrī]]''), penghargaan (''pramoda''), dan keseimbangan batin (''madhyasthamādhyastha'')—yang digunakan untuk menghentikan (''[[samvara|saṃvara]]'') masuknya [[Karma dalam Jainisme|karma]].<ref>{{harvtxt|Shah}}. RegardingTerkait ''samvarasaṁvara'', seelihat "[[Karma indalam JainismJainisme#ReleasePelepasan from karmaskarma|"ReleasePelepasan from karmas"karma]]". FromDari asudut comparativepandang religionagama perspectivekomparatif, cf.lihatlah Buddhism'steori fourtentang [[brahmaviharaBrahmavihara|''brahmavihāra'']]; for instancemisalnya, {{transliteration|sa|maitrimaitrī}} issering oftendiidentifikasikan identifiedsebagai askorelasi abahasa SanskritSansekerta correlatedari of thebahasa Pali {{transliteration|pi|mettā}}—{{harvtxt|Rhys Davids|Stede|1921–25|page=540}}, entryentri foruntuk "Mettā".</ref>
 
== Kegunaan lain ==