Puteri Saadong: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Yudajatnika (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
Yudajatnika (bicara | kontrib) →Legenda: penambahan referensi, dan sumber |
||
Baris 12:
Ia ditangkap oleh Kerajaan Siam (sekarang [[Thailand]]) dan dipaksa menjadi selir Raja [[Narai]] untuk menyelamatkan nyawa suaminya. Karena kejadian itu, Raja Abdullah bersumpah untuk menunggu kepulangan Putri Saadong dan tidak akan menikah lagi. Namun setelah bertahun-tahun menunggu, Raja Abdullah berubah fikiran dan mengingkari sumpahnya untuk menikah lagi.<ref name="TheStar20090805"/><ref name="TheStar20090810"/>
Selama tinggal di Kerajaan Siam, Puteri Saadong mendapat perlakuan yang sangat baik. Meskipun demikan Ia masih memcintai suaminya Raja Abdullah. Ia kemudian memohon kepada Raja [[Narai]] untuk dipulangkan jika dapat menyembuhkan penyakitnya. Namun setelah kembali, Ia menemukan kenyataan bahwa suaminya Raja Abdullah telah menikah lagi. Pertengkaran pun terjadi, Puteri Saadong yang diliputi kemarahan, membunuh Raja Abdullah dengan tusuk konde.<ref name="TheStar20090805"/><ref name="TheStar20090810"/><blockquote>''Lalu Tuan Puteri Sa’dung pun hampir dekat serta angkat pedang, dipancung akan Sultan Abdullah itu tiada sempat lagi hendak membalaskan lalu kena leher Sultan Abdullah itu penggal dua. Maka Sultan Abdullah pun matilah.''<ref name=":0">{{Cite book|last=Mohd. Taib Osman|date=2004|title=Hikayat seri Kelantan|location=Kuala Lumpur|publisher=Dewan Bahasa dan Pustaka|isbn=978-983-62-7074-0|edition=Cet. 1|series=Siri warisan sastera klasik}}</ref></blockquote>Setelah kejadian itu, Puteri Saadong meninggalkan Bukit Marak dan ke.mudian menghilang. Makam Raja Abdullah saat ini masih dapat dilihat dan dikunjungi di Padang Halban, [[Bachok]], [[Kelantan]].
Kisah Puteri Saadong memperlihatkan bahawa pengorbanan Puteri Saadong tidak dihargai apabila suaminya telah menikah lagi. Beliau juga merasa telah dikhianati apabila Raja Abdullah telah menikah secara diam-diam tanpa sepengetahuannya.<ref>{{Cite web|last=Arman|first=Amiruddin|last2=Md. Radzi|first2=Shaiful Bahri|title=Kes Poligami: Suatu Teladan Berdasarkan Kisah Puteri Saadong dan Raja Abdullah|url=https://penerbit.unimap.edu.my/images/pdf/Sutera%202019/59-70.pdf|website=Seminar Antarabangsa Susastera, Bahasa dan Budaya Nusantara}}</ref><blockquote>''Lalu Tuan Puteri Sa’dung pun bersabda kepada Sultan Abdullah itu, “Ya kakanda kakanda sampainya hati dan sampainya rasa sungguh kakanda membunuh adinda ini dengan tiada suatu kedosaan. Maka sudah paduka kakanda sampai hati membuat adinda maka adinda pun ingatlah juga budi kakanda itu. Jikalau kakanda buat budi, paduka adinda balas budi. Demikian lagi adinda mendengar daripada orang tua-tua, demikianlah katanya: Utang budi dibayarkan budi, utang darah dibayarkan darah, dan utang malu dibayarkan malu, dan utang mati dibayarkan mati.''<ref name=":0" /></blockquote>Versi lain mengatakan bahwa Putri Saadong sebenarnya telah difitnah. Dikisahkan Raja Abdullah berencana untuk mengembalikan posisi Putri Saadong sebagai Ratu Kelantan, dan sangat bahagia atas kepulangannya. Hal ini membuat istri baru Raja Abdullah cemburu kemudian membunuhnya. Ia berteriak dan mengatakan pada khalayak bahwa Putri Saadong yang telah membunuh Raja.<ref name="TheStar20090805"/><ref name="TheStar20090810"/>
==Referensi==
{{reflist}}
|