Suku Tanjung: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Eri Tanjung (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
|||
(9 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
'''Tanjung''' ([[Bahasa Minangkabau|Minang:]] '''Tanjuang''' [[Abjad Jawi|Jawi]]: تنجوڠ) adalah salah satu [[Daftar Suku Minangkabau|
== Sejarah ==
[[Berkas:Minangkabau royal seal.jpg|thumb|left|Cap Mohor]]
Suku Tanjuang merupakan salah satu suku
Menurut [[Tambo Minangkabau|tambo adat Minangkabau]], suku Tanjuang berasal dari [[Luhak Nan Tigo]] (Minangkabau daratan) dan merupakan salah satu suku yang terbesar di Minangkabau.<ref>Tsuyoshi Kato, Adat Minangkabau & Merantau dalam Perspektif Sejarah, Balai Pustaka, Jakarta</ref>. Selain itu, suku Tanjuang merupakan pecahan dari [[suku Piliang]], yang ini berarti jelas suku Tanjuang beserta adatnya merupakan bagian dari [[Lareh Koto Piliang]] dengan prinsipnya yaitu "bajanjang naiak, batanggo turun", seperti halnya suku-suku awalnya dari ''lareh'' ini yaitu [[suku Koto]] dan juga [[suku Piliang]] yang merupakan suku induknya.
Baris 72:
== Tradisi merantau ==
{{utama|Perantau Minang}}
[[Berkas:Buka-cabang-di-amsterdam-dpr-apresiasi-ekspansi-bni-gql.webp|thumb|left|Legislator asal Sumatera Barat [[Andre Rosiade]] mengunjungi Restoran Padang di [[
Masyarakat Minangkabau semenjak zaman dahulu dikenal sebagai masyarakat perantau<ref>{{Cite journal|last=Romli|first=Khomsahrial|date=2019-09-09|title=DINAMIKA IDENTITAS BUDAYA PERANTAU ETNIS MINANGKABAU DI BANDAR LAMPUNG|url=http://dx.doi.org/10.24042/komunika.v2i1.4755|journal=KOMUNIKA|volume=2|issue=1|pages=29–41|doi=10.24042/komunika.v2i1.4755|issn=2615-5206}}</ref>. Tradisi ini menjadi menjadi semacam kewajiban bagi mereka yang mulai beranjak usia dewasa. Tradisi merantau di Minangkabau sudah ada sejak abad ke-7 ketika para pedagang Minangkabau meninggalkan kampung halaman mereka untuk berjualan emas di Jambi dan ikut mendirikan Kerajaan Melayu<ref>{{Cite journal|last=Sellato|first=Bernard|date=2000-07-20|title=Didier Millet, Indonesian Heritage [a series of ten volumes, with various editors]|url=http://dx.doi.org/10.4000/moussons.5743|journal=Moussons|issue=2|doi=10.4000/moussons.5743|issn=1620-3224}}</ref>.
|