Suku Tanjung: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
k v2.05b - Perbaikan untuk PW:CW (Referensi sebelum tanda baca) |
||
(12 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 5:
Suku Tanjuang merupakan salah satu suku dalam rumpun [[Lareh Koto Piliang]] yang dicetuskan oleh [[Datuk Ketumanggungan|Datuak Katumangguangan]] pada era Pariangan. Berdasarkan sumber dari masyarakat yang memiliki relasi dengan suku ini, penamaan 'Tanjuang' berasal dari kata ''"Sutan Baanjuang"'' (dibaca: ''Su-tan Ba-an-juang''), sehingga jelas bahwa suku ini memang berasal dari [[etnis Minangkabau]] itu sendiri dan bukan seperti anggapan sebagian orang yang mengatakan suku ini berasal dari marga Tanjung yang merupakan bagian dari ruang lingkup etnis Batak, serta tentunya penamaan suku ini harus sesuai dengan nama aslinya yaitu 'Tanjuang' dan bukan seperti yang menjadi kebiasaan dengan menyebut 'Tanjung' dan maka dengan itu bisa menghindari kesalahpahaman. Selain itu Tanjung juga berarti pohon Tanjung, yang mana merupakan pohon suci di zaman Hindu-Budha.
Menurut [[Tambo Minangkabau|tambo adat Minangkabau]], suku Tanjuang berasal dari [[Luhak Nan Tigo]] (Minangkabau daratan) dan merupakan salah satu suku yang terbesar di Minangkabau.<ref>Tsuyoshi Kato, Adat Minangkabau & Merantau dalam Perspektif Sejarah, Balai Pustaka, Jakarta</ref>
[[Berkas:Rumah_Gadang_Baanjuang_Tanjung_Raya.jpg|thumb|right|150px|Rumah gadang baanjuang Tanjung Raya]]
Sama dengan suku-suku lain di Minangkabau, suku Tanjuang adalah penganut sistem kekerabatan [[matrilineal]] yang merupakan salah satu aspek utama dalam mendefinisikan identitas masyarakat Minang.<ref>{{Cite journal|last=Yulianti|first=Yulianti|last2=Syahir Muharam|first2=Amung Ahmad|last3=Lestari|first3=Fathia|date=2020-07-30|title=Undang-Undang Sumatera Barat (Minangkabau) Tahun 1837-1862|url=http://dx.doi.org/10.15575/hm.v4i1.9185|journal=Historia Madania: Jurnal Ilmu Sejarah|volume=4|issue=1|pages=31–60|doi=10.15575/hm.v4i1.9185|issn=2723-4185}}</ref>
== Persebaran ==
Baris 13:
Suku Tanjuang terdapat hampir di seluruh wilayah Minangkabau seperti: [[Tanah Datar]], [[Agam]], [[Solok]], [[Kabupaten Solok]], [[Pasaman]], Pauh IX (di [[Padang]]), [[Padang Pariaman]], [[Kabupaten Lima Puluh Kota|Lima Puluh Koto]], Bayang dan Tarusan (di [[Pesisir Selatan]]), serta di beberapa nagari lain di Sumatera Barat, [[Riau]], [[Jambi]], [[Bengkulu]], dan [[Sumatera Utara]].
Suku ini juga menyebar ke berbagai wilayah rantau dan pesisir. Berdasarkan ruang geografis etnisitas yang disusun oleh Collet (1925), Cunningham (1958), Reid (1979) dan Sibeth (1991), di pesisir barat Sumatera Utara terdapat kelompok masyarakat yang bukan merupakan bagian dari etnis Batak.<ref>{{Cite journal|last=Perret|first=Daniel|date=1995|title=Kolonialisme dan Etnisitas, Batak dan Melayu di Sumatra Timur Laut, École Franc̦aise d'Extrême-Orient|journal=École Franc̦aise d'Extrême-Orient}}</ref>
== Pemekaran (Sub-
Suku ini mengalami pemekaran menjadi beberapa pecahan suku yaitu:
*Tanjuang Pisang (Tanjuang Sipisang).
Baris 40:
{{utama|Penghulu}}
[[Berkas:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Poserende_Minangkabause_adathoofden_in_adatkostuum_uit_Solok_TMnr_10005040.jpg|thumb|right|150px|Busana petinggi adat Minangkabau]]
Pangulu (kepala desa) ditujukan kepada niniak mamak 'pemangku adat' yang bergelar Datuak (keagungan).<ref>{{Cite journal|last=Isman|first=Mhd|last2=Butar-butar|first2=Charles|date=2023-04-30|title=Mutual Cooperation in the Batagak Pangulu Tradition (Information of Penhulu) in Minangkabau|url=http://dx.doi.org/10.47175/rissj.v4i2.682|journal=Randwick International of Social Science Journal|volume=4|issue=2|pages=428–434|doi=10.47175/rissj.v4i2.682|issn=2722-5674}}</ref>
[[Berkas:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Poserende_Minangkabause_mannen_TMnr_10005045.jpg|thumb|left|Busana pemuda Minangkabau]]
Sebagai pemimpin, seorang panghulu (datuak) bertanggung jawab dan berkewajiban memelihara anggota kaum, suku, dan nagari.<ref>{{Cite journal|date=2016-10-28|title=WUJUD KIAS DALAM TAMBO MINANGKABAU|url=http://dx.doi.org/10.22202/jg.2016.v2i2.736|journal=Gramatika STKIP PGRI Sumatera Barat|volume=2|issue=2|doi=10.22202/jg.2016.v2i2.736|issn=2442-8485}}</ref>
====== ''Persyaratan penghulu'' ======
Sesuai dengan pepatah masyarakat Minangkabau: ''dari niniak ka mamak, dari mamak ka kamanakan'', jabatan penghulu diwariskan sesuai dengan garis matrilineal. Semua lelaki di Minangkabau dapat menjadi penghulu berdasarkan hubungan pertalian kemenakan. Ada empat jenis kemenakan dalam struktur kebudayaan Minangkabau:<ref>{{Cite journal|last=Yuniseffendri|first=Yuniseffendri|date=2014-09-01|title=REVITALISASI ‘ALAM TERKEMBANG JADI GURU’ DALAM BUDAYA BERBAHASA DI MINANGKABAU: ANALISIS PEMANFAATAN SIMBOL METAFORA DALAM PEPATAH-PETITIH MINANGKABAU|url=http://dx.doi.org/10.26740/parama.v1i2.1478|journal=Paramasastra|volume=1|issue=2|doi=10.26740/parama.v1i2.1478|issn=2527-8754}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Murniwati|first=Rahmi|date=2023-04-09|title=SISTEM PEWARISAN HARTA PUSAKO DI MINANGKABAU DITINJAU DARI HUKUM WARIS ISLAM|url=http://dx.doi.org/10.31933/ujsj.v7i1.315|journal=UNES Journal of Swara Justisia|volume=7|issue=1|pages=103|doi=10.31933/ujsj.v7i1.315|issn=2579-4914}}</ref>
* ''Kamanakan di bawah daguak'', merupakan kemenakan yang ada hubungan pertalian darah.
Baris 61:
* Datuak Rajo Indo.
* Datuak Gamuak.
* Datuak Indomo (di [[Sungai Batang, Tanjung Raya, Agam| Nagari Sungai Batang, Kec. Tanjung Raya, Kab. Agam]]).<ref name="Adat Minangkabau Menghadapi Revolusi">[[Hamka]] (2021). ''Adat Minangkabau Menghadapi Revolusi''. Depok: Gema Insani. ISBN 978-602-250-916-5.</ref>
* Datuak Rajo Bandaro Basa (di [[Kuranji, Padang|Kec. Kuranji (wilayah adat Nagari Pauh IX), Kota Padang]]).
* Datuak Kayo.
Baris 72:
== Tradisi merantau ==
{{utama|Perantau Minang}}
[[Berkas:Buka-cabang-di-amsterdam-dpr-apresiasi-ekspansi-bni-gql.webp|thumb|left|Legislator asal Sumatera Barat [[Andre Rosiade]] mengunjungi Restoran Padang di [[
Masyarakat Minangkabau semenjak zaman dahulu dikenal sebagai masyarakat perantau.<ref>{{Cite journal|last=Romli|first=Khomsahrial|date=2019-09-09|title=DINAMIKA IDENTITAS BUDAYA PERANTAU ETNIS MINANGKABAU DI BANDAR LAMPUNG|url=http://dx.doi.org/10.24042/komunika.v2i1.4755|journal=KOMUNIKA|volume=2|issue=1|pages=29–41|doi=10.24042/komunika.v2i1.4755|issn=2615-5206}}</ref>
Sebagai sebuah tradisi, merantau mengacu pada beberapa ajaran yang terkandung dalam petata petitih, yaitu peribahasa yang dikenal sebagai sastra Melayu. Karya sastra dalam petata petitih dapat berisi nasihat, pandangan, pedoman untuk kehidupan yang lebih baik, dan tuntunan hubungan sosial dalam masyarakat. Masyarakat adat Minangkabau sering menggunakan petata petitih untuk menyampaikan nasihat kepada keturunan mereka<ref>{{Cite journal|last=Siregar|first=Fatahuddin Aziz|last2=Yulika|first2=Febri|last3=Nofialdi|first3=Nofialdi|last4=Harahap|first4=Ikhwanuddin|last5=Ridwan|first5=Benny|last6=Syahputra|first6=Iswandi|date=2022-06-16|title=Merantau in The Ethnic Tradition of Minangkabau: Local Custom Without Sharia Basis?|url=https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/samarah/article/view/9954|journal=Samarah: Jurnal Hukum Keluarga dan Hukum Islam|language=en|volume=6|issue=1|pages=115–138|issn=2549-3167}}</ref>
Baris 89:
''Kampuang nan jauah dibantu juo''
Ungkapan di atas menggambarkan bahwa pemikiran yang dibangun oleh masyarakat minang kabau adalah bahwa merantau adalah bagian dari usaha untuk membangun kembali kampung halaman. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, maka orang Minangkabau di rantau memiliki motivasi yang lebih untuk memperbaiki kehidupan mereka.<ref>{{Cite web|title=View of Tradisi Merantau pada Masyarakat Minang Kabau dalam Perspektif Teori Motivasi Abraham Masslow|url=https://ibriez.iainponorogo.ac.id/index.php/ibriez/article/view/99/88|website=ibriez.iainponorogo.ac.id|access-date=2024-08-14}}</ref>
== Tokoh-tokoh Tanjung/Tanjuang ==
{{lihat pula|Daftar tokoh Minangkabau}}
<gallery class="center" classes="center" mode="nolines" caption="Beberapa tokoh dari suku Tanjung:">
File:Buya_Hamka_tanpa_tahun.jpg|[[Buya Hamka]],<ref name="Adat Minangkabau Menghadapi Revolusi">[[Hamka]] (2021). ''Adat Minangkabau Menghadapi Revolusi''. Depok: Gema Insani. ISBN 978-602-250-916-5.</ref> [[Majelis Ulama Indonesia|Ketua MUI ke-1]]
Berkas:Samaun_Bakri.jpg|[[Samaun Bakri]], Wartawan dan pejuang kemerdekaan Indonesia
File:Irwan Prayitno Okt 2016.jpg|[[Irwan Prayitno]], [[Daftar Gubernur Sumatera Barat|Gubernur Sumatera Barat Ke-9]]
Berkas:Emraldjamalfoto.jpg|[[Emral Djamal Datuk Rajo Mudo]], Budayawan Minangkabau
Berkas:Asril_Hamzah_Tanjung.jpg|[[Asril Hamzah Tanjung]], Kepala Staf [[Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat|Kostrad]] 2004-2006
Baris 104:
{{reflist|group=a}}
* [[Syeikh Muhammad Amrullah Tuanku Abdullah Saleh]], [[ulama Minangkabau]], kakek Buya [[Hamka]].
* [[Hermanto (politikus)|Hermanto]]
* [[Baharuddin R.]], Bupati [[Pasaman]] periode 2000-2005 dan bupati [[Pasaman Barat]] periode 2010-2015
* [[Jefri Nichol]], Pemeran dan model Indonesia
Baris 114:
*[[Ricky Komo]], pemeran dan pembawa acara.
* [[Shalihuddin Djalal Tandjung|Prof. Dr. Shalihuddin Djalal Tandjung, M.Sc.]], guru besar Ekologi dan ilmu lingkungan Universitas Gadjah Mada.
* [[Nurzahedi|Eddy Tanjung]], pengusaha
* [[Andree Algamar]], Penjabat Walikota Padang.
*Prof. Ir. Syahril, M.Sc, Ph.D, Akademisi Wakil rektor II Universitas Negeri Padang
*Kombes Pol Imran Amir S.Ik.MH Datuk Rajo Nan Sati, Kapolresta Padang.
*[[Mardison Mahyuddin|Drs. Mardison Mahyuddin, M.M.]], politisi dan Wakil Walikota Pariaman.
|