Katedral Jakarta: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k tidak perlu gelar lengkap
Tag: Pembatalan
kTidak ada ringkasan suntingan
 
(17 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 60:
== Sejarah ==
=== 1807–1826 ===
Dengan adanya perubahan politik di [[Belanda]] khususnya kenaikan tahtatakhta Raja [[Louis Napoleon]], seorang [[Gereja Katolik|Katolik]], membawa pengaruh yang cukup positif. Kebebasan umat beragama mulai diakui oleh pemerintah. Pada tanggal [[8 Mei]] [[1807]] pimpinan gereja Katolik di [[Roma]] mendapat persetujuan Raja [[Louis Napoleon]] untuk mendirikan [[Prefektur apostolik|Prefektur Apostolik]] [[Hindia Belanda]]. Prefektur Apostolikapostolik adalah suatu wilayah Gereja Katolik yang bernaung langsung di bawah pimpinan Gereja Katolik di Roma, yang dipimpin bukan oleh seorang Uskup, melainkan oleh seorang Imamimam biasa yang ditunjuk oleh Paus, yangdan disebut sebagai Prefek Apostolik.
 
Pada tanggal 4 April 1808, dua orang Imamimam dari Negeri [[Belanda]] tiba di Jakarta, yaitu R.D. [[YacobusJacobus Nelissen]] dan PastorR.D. [[Lambertus Prinsen, Pr]].<ref name="katedral">{{id}}2008. "Perjalanan Iman Gereja Katedral". Jakarta: Museum Katedral.</ref> YangAdapun yang diangkat menjadi Prefek Apostolik pertama adalah R.D. Jacobus Nelissen. Setelah sekitar dua abad perayaan [[ekaristi]] dilarang di Hindia Belanda, pada tanggal 10 April 1808, untuk pertama kalinya diselenggarakan [[misa]] secara terbuka di [[Batavia]] di rumah Dokter F.C.H. Assmuss, kepala Dinas Kesehatan waktu itu. Dokter Assmuss bersama dengan beberapa kawan kemudian mengumpulkan sejumlah orang yang sebagian besar bekerja sebagai tentara. Upacara Misa berlangsung sederhana dengan tempat yang kurang memadai. Kedua imam tersebut untuk sementara tinggal di rumah Dokter Assmuss.
 
Pada bulan Mei, kedua imam itu sempat pindah ke rumah bambu yang dipinjamkan pemerintah untuk digunakan sebagai pusat sementara kegiatan-kegiatan Katolik. Rumah tersebut terletak di sebuah asrama tentara yang ada di pojok barat daya ''Buffelsveld'' atau [[Lapangan Banteng]] (sekarang kira-kira di antara Jalan Perwira dan Jalan Pejambon, di atas tanah yang saat ini ditempati oleh Kementerian Agama). Pada tanggal 15 Mei 1808, perayaan Misa Kudus pertama dirayakan di gereja darurat (kira-kira tempat parkir [[Masjid Istiqlal]]). Pada waktu itu juga telah dibentuk Badan Pengurus Gereja dan Dana Papa, yang terdiri atas Prefek Apostolik [[Jacobus Nelissen]] sebagai ketua, dengan anggota-anggota Chevreux Le Grevisse, Fils, Bauer, dan Liesart. Selama tahun 1808, berlangsung [[baptis|pembaptisan]] bagi 14 orang, yaitu seorang dewasa keturunan [[Eropa Timur]], delapan anak hasil hubungan gelap, di antaranya ada empat yang ibunya masih berstatus budak, dan hanya lima anak dari pasangan orang-orang tua yang sah status perkawinannya.<ref name="Situs resmi Katedral Jakarta"/>
Setelah sekitar dua abad perayaan [[ekaristi]] dilarang di Hindia Belanda, pada tanggal 10 April 1808, untuk pertama kalinya diselenggarakan [[misa]] secara terbuka di [[Batavia]] di rumah Dokter [[F.C.H Assmuss]], kepala Dinas Kesehatan waktu itu. Dokter Assmuss bersama dengan beberapa kawan berhasil mengumpulkan sejumlah orang dan sebagian besar adalah tentara. Upacara Misa berlangsung sederhana dengan tempat yang kurang memadahi. Kedua Pastor tersebut untuk sementara tinggal di rumah Dokter Assmuss.
 
Karena dirasa perlu adanya sebuah rumah ibadah yang dapat digunakan untuk mengumpulkan umat, pada 2 Februari 1810, Pastor Nelissen mendapat sumbangan sebuah kapel dari [[Gubernur-Jenderal]] [[Meester]] [[Herman Daendels]], yaitu sebuah kapel sederhana yang terletak di pinggir Jalan Kenanga, di daerah [[Senen]], menuju [[Istana Weltevreden]] (sekarang menjadi [[RSPAD Gatot Subroto]]). Kapel ini dibangun oleh [[Cornelis Chastelein]] dan sebelumnya dipakai oleh jemaat [[Protestan]] yang ber[[bahasa Melayu]] dan pada hari biasa dipakai sebagai sekolah. Kapel ini merupakan milik Gubernemen yang dihadiahkan berikut semua isinya, termasuk 26 kursi dan sebuah organ yang sudah tidak dapat digunakan. Karena kondisi bangunan yang kurang layak, Pastor Nelissen segera mengerahkan sejumlah orang untuk merenovasi bangunan. Semua pekerjaan ini dipercayakan kepada pengusaha Tjung Sun dengan pengawasan Jongkind, arsitek, atas nama Dewan Gereja. Kapel inilah yang menjadi Gereja Katolik pertama di Batavia. Dalam bulan yang sama, Gereja Katolik pertama di Batavia ini diberkati dan sebagai pelindungnya dipilih [[Louis IX dari Prancis|Santo Ludovikus]]. Gedung itu memang tidak bagus namun dirasa cukup kuat karena terbuat dari batu dan dapat menampung 200 umat. Di dekat gedung gereja itu dibangun sebuah Pastoran sederhana yang terbuat dari bambu.
Pada bulan Mei, kedua Pastor itu sempat pindah ke rumah bambu yang dipinjamkan pemerintah untuk digunakan sebagai pusat sementara kegiatan-kegiatan katolik. Letaknya di asrama tentara di pojok barat daya ''Buffelsveld'' atau [[Lapangan Banteng]] (sekarang kira-kira di antara jalan Perwira dan Jalan Pejambon, di atas tanah yang saat ini di tempati oleh Departemen Agama). Pada tanggal [[15 Mei]] [[1808]], perayaan Misa Kudus pertama dirayakan di gereja darurat (kira-kira tempat parkir Masjid Istiqlal). Pada waktu itu juga telah dibentuk Badan Pengurus Gereja dan Dana Papa, yang terdiri atas Prefek Apostolik Jacobus Nelissen sebagai ketua, dengan anggota-anggota Chevreux Le Grevisse, Fils, Bauer dan Liesart.
 
Pada tanggal 10 Mei 1812, [[Sir Thomas Stamford Raffles]], gubernur Pulau Jawa, beserta istrinya menjadi ibu/bapak permandian dari Olivia Marianne Stamford Raffles Villeneuve, putri dari Ludorici Francisci Josephi Villeneuve dan Jeanna Emilie Gerische Conjugum.<ref name="katedral"/> Pada tanggal 6 Desember 1817, jenazah Prefektur Apostolik pertama, Mgr. [[Jacobus Nelissen]], yang meninggal dunia karena sakit [[TBC]] disemayamkan di Kuburan Tanah Abang.<ref name="katedral"/> Posisi Nellisen digantikan oleh R.D. [[Lambertus Prinsen]] yang sejak tahun 1808 bertugas di Semarang. Meskipun Pastor Prinsen telah menjadi Prefek Apostolik Jakarta yang kedua, dia lebih sering berada di Semarang.
Selama tahun 1808, mereka membaptis 14 orang, yaitu seorang dewasa keturunan Eropa Timur, delapan anak hasil hubungan gelap, di antaranya ada empat yang ibunya masih berstatus budak, dan hanya lima anak dari pasangan orang-orang tua yang sah status perkawinannya.<ref name="Situs resmi Katedral Jakarta"/>
 
Pada tanggal 27 Juli 1826, terjadi kebakaran di Segitiga Senen. Pastoran turut lebur menjadi abu bersama dengan 180 rumah lainnya. Gedung gereja selamat dari kebakaran, tetapi gedung itu sudah rapuh juga dan tidak dapat digunakan lagi.<ref name="Situs resmi Katedral Jakarta"/>
Karena dirasa perlu adanya sebuah rumah ibadah yang dapat digunakan untuk mengumpulkan umat, pada [[2 Februari]] [[1810]], Pastor J. Nelissen, Pr mendapat sumbangan sebuah kapel dari [[Gubernur-Jenderal]] [[Meester]] [[Herman Daendels]], yaitu sebuah kapel sederhana yang terletak di pinggir jalan Kenanga, di daerah [[Senen]], menuju [[Istana Weltevreden]] (sekarang RSPAD Gatot Subroto). Kapel ini dibangun oleh Cornelis Chasteleijn (†1714) dan sebelumnya dipakai oleh jemaat [[Protestan]] yang berbahasa Melayu dan pada hari biasa dipakai sebagai sekolah. Kapel ini merupakan milik Gubernemen yang dihadiahkan berikut semua isinya, termasuk 26 kursi dan sebuah organ yang sudah tidak dapat digunakan. Karena kondisi bangunan yang kurang layak, Pastor Nelissen segera mengerahkan sejumlah orang untuk merenovasi. Semua pekerjaan ini dipercayakan kepada pengusaha Tjung Sun dibawah pengawasan Jongkind, arsitek, atas nama Dewan Gereja. Kapel inilah yang menjadi Gereja Katolik I di Batavia. Dalam bulan yang sama, Gereja Katolik pertama di Batavia ini diberkati dan sebagai pelindungnya dipilih [[Louis IX dari Prancis|Santo Ludovikus]]. Gedung itu memang tidak bagus namun dirasa cukup kuat karena terbuat dari batu dan dapat menampung 200 umat. Di dekat gedung gereja itu dibangun sebuah Pastoran sederhana yang terbuat dari bambu.
 
Pada tanggal [[10 Mei]] [[1812]] [[Sir Thomas Stamford Raffles]], gubernur Pulau Jawa, beserta istrinya menjadi ibu/bapak permandian dari Olivia Marianne Stamford Raffles Villeneuve, putri dari Ludorici Francisci Josephi Villeneuve dan Jeanna Emilie Gerische Conjugum.<ref name="katedral"/>
 
Pada tanggal [[6 Desember]] [[1817]], jenasah Prefektur Apostolik pertama, Mgr Jacobus Nellisen, yang meninggal karena sakit TBC disemayamkan di kuburan Tanah Abang.<ref name="katedral"/> Digantikan Pastor Prinsen, Pr yang sejak tahun 1808 bertugas di Semarang. Meskipun Pastor Prinsen, Pr telah menjadi Prefek Apostolik Jakarta yang ke dua, dia lebih sering berada di Semarang
 
Pada tanggal [[27 Juli]] [[1826]], terjadi kebakaran di segitiga Senen. Pastoran turut lebur menjadi abu bersama dengan 180 rumah lainnya, sementara itu gedung gereja selamat namun gedungnya sudah rapuh juga dan tidak dapat digunakan lagi.<ref name="Situs resmi Katedral Jakarta"/>
 
=== 1827–1890 ===
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De kathedraal aan het Waterlooplein in Batavia TMnr 60025933.jpg|jmpl|200px|Gereja Katedral Batavia (ca.1870-1900{{circa}} 1870–1900).]]
Pada waktu itu yang menjabat sebagai Komisaris Jenderal adalah [[Leonard Pierre Joseph du Bus de Gisignies|Leonardus Petrus Josephus Burggraaf Du Bus de Ghisignies]], seorang ningrat yang juga beragama Katolik, berasal dari daerah [[Komunitas Flandria|Vlaanderen]] di [[Belgia]]. Ia memiliki wewenang penuh di Batavia, serta lebih tinggi kekuasaannya dari seorang Gubernur Jenderal. Selama jabatan Du Bus De Ghisignies, 1825-1830, [[Gereja Katolik di Indonesia]] bisa bernapas lega. Ia beragama Katolik dan sangat memperhatikan kebutuhan umat. Ia juga sangat berjasa dalam menciptakan kebebasan kehidupan beragama di Batavia waktu itu. Salah satu jasanya adalah ''Regeringsreglement'' yang dibuatnya, pada pasal 97 diletakkan: "Pelaksanaan semua agama mendapat perlindungan pemerintah". Ia juga mendesak Pastor Prinsen untuk segera menetap di Jakarta.<ref name="Situs resmi Katedral Jakarta"/>
 
Baris 101 ⟶ 95:
 
=== 1891–1901 ===
Para imam dan umat mulai mengupayakan dibangunnya gereja yang baru. Pada tanggal 1 November 1890 ditandatangani sebuah [[kontrak]] antara Mgr. [[Adam Carel Claessens]] dan pengusaha Leykam tentang pembelian tiga juta [[batu bata]]. Dalam perjanjian tersebut, disebutkan bahwa ukuran batu bata yang diminta harus sesuai dengan contoh yang dilampirkan dan harganya ditetapkan 2,2 hingga 2,5 sen untuk setiap buahnya. Juga disebutkan bahwa dimulai dari tanggal 1 Desember 1890, setiap bulannya harus diserahkan 70.000 buah batu bata dari perusahaan pembakaran. Jumlah batu bata yang retak dan pecah tidak boleh melebihi 10 persen. Hal ini mengarah kepada harapan untuk pembangunan gereja yang dilakukan secara lebih professional.
 
Orang yang ditunjuk dan dipercaya untuk menjadi perencana dan arsitek pembangunan gereja ini adalah R.P. Antonius Dijkmans, S.J., seorang ahli bangunan yang pernah mengikuti kursus arsitektur gerejani bersama [[Eugène Viollet-le-Duc]] di [[Paris]], Prancis serta [[Eduard Cuypers]] di [[Belanda]]. Pastor Dijkmans yang sudah tiba di Jakarta dua tahun sebelum gereja runtuh, sebelumnya sudah membangun dua gereja di Belanda. Ia juga merancang dan membangun kapel Susteran yang terletak Jalan Pos 2, pada tahun 1891. Pada pertengahan tahun [[1891]] mulai dilakukan peletakan batu pertama untuk memulai pembangunan gereja tersebut. Setelah sekitar setahun berjalan, pembangunan terpaksa dihentikan karena kurangnya biaya. Selain itu, pada tahun [[1894]], Pastor Dijkmans harus pulang ke [[Belanda]] karena sakit dan akhirnya meninggal dunia pada tahun 1922. Pekerjaan pembangunan macet dan misa tetap dilaksanakan di garasi pastoran.
Para imam dan umat mulai mengupayakan dibangunnya gereja yang baru. Tanggal [[1 November]] [[1890]] ditandatangani sebuah kontrak antara Monseigneur Claessens dan pengusaha Leykam tentang pembelian tiga juta batu bata. Ukurannya harus sesuai dengan contoh yang dilampirkan dan harganya ditetapkan 2,2 dan 2,5 sen sebuah. Mulai tanggal [[1 Desember]] [[1890]], setiap bulannya harus diserahkan 70.000 buah batu bata dari perusahaan pembakaran. Jumlah batu bata yang retak dan pecah tidak boleh melebihi 10%. Dari kondisi ini jelaslah bahwa pembangunan gereja dilakukan secara lebih professional.
 
Uskup baru, Mgr. [[Edmundus Sybradus Luypen|E.S. Luypen]], S.J. mengumpulkan dana di Belanda dan Insinyur [[Marius Jan Hulswit]] memulai pembangunan lagi. Batu "pertama" diletakkan dan diberkati pada tanggal 16 Januari 1899, sebagai tanda dimulainya kembali pembangunan gereja ini. Pada bulan November balok-balok atap dipasang.<ref name="Situs resmi Katedral Jakarta"/> Untuk mendukung dana pembangunan gereja, Badan Pengurus Gereja bersama umat dua kali mengadakan undian ([[lotre]]), satu kali sebelum pelatakan fondamen, kemudian sebelum pembangunan atas dimulai. Karena subsidi dari pemerintah tetap ditolak, maka menutup kekurangan itu dikeluarkan obligasi sebesar 50.000 [[Gulden Belanda]] dan pengumpulan derma di kalangan umat Katolik maupun di luarnya ditingkatkan.
Orang yang ditunjuk dan dipercaya untuk menjadi perencana dan arsitek pembangunan gereja ini adalah Pastor [[Antonius Dijkmans]], SJ seorang ahli bangunan yang pernah mengikuti kursus arsitektur gerejani di [[Violet-le-Duc]] di [[Paris]], Prancis serta [[Cuypers]] di [[Belanda]]. Pastor Antonius Dijkmans SJ yang sudah tiba di Jakarta dua tahun sebelum gereja runtuh, sebelumnya sudah membangun dua gereja di Belanda. Ia juga merancang dan membangun kapel Susteran Jl. Pos 2, pada tahun 1891.
 
Pada pertengahan tahun [[1891]] mulai dilakukan peletakan batu pertama untuk memulai pembangunan gereja tersebut. Setelah kurang lebih setahun berjalan pembangunan terpaksa dihentikan karena kurangnya biaya. Selain itu, pada tahun [[1894]] Pastor Antonius Dijkmans, SJ harus pulang ke Belanda karena sakit dan akhirnya meninggal dunia pada tahun 1922. Pekerjaan pembangunan macet dan misa tetap dilaksanakan di garasi Pastoran.
 
Uskup baru, Mgr [[Edmundus Sybradus Luypen|E.S. Luypen SJ]] (1898-1923) mengumpulkan dana di Belanda dan Insinyur [[M.J. Hulswit]] memulai pembangunan lagi. Batu "pertama" diletakkan dan diberkati pada tanggal [[16 Januari]] [[1899]], sebagai tanda dimulainya lagi pembangunan gereja ini. Pada bulan November balok-balok atap di pasang.<ref name="Situs resmi Katedral Jakarta"/>
 
Untuk mendukung dana pembangunan gereja, umat tidak tinggal diam saja. Badan Pengurus Gereja bersama umat dua kali mengadakan undian (loterai), satu kali sebelum pelatakan fondamen, kemudian sebelum pembangunan atas dimulai. Karena subsidi dari pemerintah tetap ditolak, maka menutup kekurangan itu dikeluarkan obligasi sebesar Fl 50.000,- dan pengumpulan derma di kalangan umat Katolik maupun di luarnya ditingkatkan.
 
Selain arsitek baru, ada juga seorang kontraktor bernama van Schaik. Sedangkan Ir. van Es mewakili Badan Pengurus Gereja sebagai ''bouwheer''. Konstruksi besi kedua menara digambar dan dikerjakan oleh Ir. van Es sendiri.
Baris 116 ⟶ 105:
11 tahun sesudah keputusan Badan Pengurus Gereja, 10 tahun sesudah peletakan batu pertama, gereja selesai. Perlu diingat bahwa selama 7 tahun pembangunan gereja terhenti karena kehabisan dana, sehingga pembangunan sebenarnya hanya berlangsung 3 tahun.
 
"'''De Kerk van Onze Lieve Vrowe ten Hemelopneming - Gereja Santa Maria Diangkat Ke Surga'''" diresmikan dan diberkati oleh Mgr. Edmundus Sybradus Luypen, SJ, seorang Vikaris Apostolik Jakarta pada tanggal [[21 April]] [[1901]]. Dalam upacara peresmian tersebut banyak dihadiri para pejabat dan umat. Mgr Luypen berdoa sejenak di hadapan patung Maria yang terdapat di antara dua pintu utama, lalu tepat pada pukul 08.00 pagi, Mgr. Luypen mulai mengelilingi seluruh gereja dan memerciki dengan air suci sambil diiringi [[paduan suara Santa Sesilia]], yang pada tanggal [[22 November]] [[1865]] didirikan oleh C.G.F. can Arcken. Prosesi terdiri dari pembawa salib, [[putra altar]], para imam dan akhirnya sang Vikaris Apostolik. Di muka altar semua berlutut dan menyanyikan [[Litani Orang Kudus]]. Misa [[Pontifikal]] dengan liturginya yang kuno nan luhur diselenggarakan oleh Bapa Uskup, didampingi lima imam. Paduan Suara Santa Sesilia dengan pimpinan bapak Toebosch dan dengan iringan organ menyanyikan Misa karangan Benoit.<ref name="Situs resmi Katedral Jakarta"/>
 
Mulai sejak itu gereja utama di Jakarta itu layak disebut '''Katedral''', karena di dalamnya terdapat ''cathedra'', yakni Tahta Uskup.
Baris 133 ⟶ 122:
Peristiwa lainnya yang menggembirakan bagi umat Jakarta adalah kunjungan [[Paus Paulus VI]] (1970) dan [[Paus Yohanes Paulus II]] (1989) ke Indonesia yang disambut oleh Mgr [[Leo Soekoto]]. Ibadat dirayakan dengan meriah oleh Paus Paulus VI bersama banyak Uskup di Katedral. Pada waktu kunjungan Paus Yohanes Paulus II di Keuskupan Agung Jakarta sedang berlangsung Sinode Pertama.<ref name="Situs resmi Katedral Jakarta"/>
 
Seiring dengan masa 100 tahun ini, pada tahun [[1988]] dilakukan pemugaran untuk memperbaiki kerusakan-kerusakan dan membersihkan lumut serta pengecatan ulang. DisampingSelain itu, juga dibangun gedung Pastoranpastoran dan gedung pertemuan yang baru di bagian belakang gereja.
 
Pada [[13 Agustus]] [[1988]], purnakarya pemugaran gereja Katedral diresmikan oleh Bapak [[Soepardjo Roestam]] yang pada saat itu dia menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat R.I, hadir mewakili Presiden [[Soeharto]]. Acara dimeriahkan dengan konser orgel oleh bapak Hub Wolfs, organis dari [[basilica Santo Servatius]] di kota [[Maastricht]] dan oleh Pastor [[Alfons Kurris]] Pr, dosen di konservatorium pada kota yang sama. Mgr [[Leo Soekoto]] memberkati [[orgel]] pipa yang baru dan megah itu, sebuah orgel yang mempunyai 15 register dan diperlengkapi dengan 1000 buah pipa. Berselang-seling kedua organis yang professional itu memperdengarkan karya-karya klasik, yang oleh komponis-komponis seperti Vivaldi, Bach dan Cesar Frank diciptakan khusus untuk instrumen rajawi itu.<ref name="Situs resmi Katedral Jakarta"/>
Pada 13 Agustus 1988, purnakarya pemugaran gereja Katedral diresmikan oleh [[Daftar Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia|Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat]], [[Soepardjo Roestam]] yang hadir mewakili Presiden [[Soeharto]]. Acara dimeriahkan dengan konser orgel oleh Hub Wolfs, organis dari [[Basilika Santo Servatius, Maastricht]] dan oleh Pastor Alfons Kurris, seorang dosen di konservatorium yang juga ada di [[Maastricht]]. Uskup Agung [[Leo Soekoto]] memberkati [[orgel]] pipa yang baru dan megah itu, sebuah orgel yang mempunyai 15 register dan diperlengkapi dengan 1.000 buah pipa. Berselang-seling kedua organis yang professional itu memperdengarkan karya-karya klasik, yang oleh komponis-komponis seperti Vivaldi, Bach dan Cesar Frank diciptakan khusus untuk instrumen rajawi itu.<ref name="Situs resmi Katedral Jakarta"/>
 
Pada tahun [[2002]] juga sempat dilakukan pembersihan dan pengecatan ulang pada dinding luar gedung gereja Katedral karena lumut banyak tumbuh merambat di dinding.
 
Ketika gedung ini pertama kali dibangun dulu, para pejabat genie (pasukan zeni) waktu itu menilai gedung gereja yang menghabiskan biaya 628.000 gulden rancangan P.A Dijkmans tersebut sebagai "gedung yang terlampau kuat" mengingat struktur gedung dan material yang digunakan sungguh-sungguh pilihan yang terbaik. Maka sampai sekarang - 100 tahun sesudahnya - gereja Katolik utama di Jakarta tetap berdiri tegak.
 
[[Berkas:Jakarta Indonesia Jakarta-Cathedral-05.jpg|jmpl|Pintu Masuk Utama]]
 
== Arsitektur dan eksterior ==
Arsitektur Gereja Katedral Jakarta dibuat dengan gaya [[Kebangkitan Gotik|neo-gotik]]. Denah dengan bangunan berbentuk salib dengan panjang 60 meter dan lebar 20 meter. Pada kedua belah terdapat balkon selebar 5 meter dengan ketinggian 7 meter. Konstruksi bangunan ini dikerjakan oleh seorang tukang batu dari Kwongfu, [[Tiongkok]]. Konstruksi bangunan ini terdiri dari [[batu bata]] tebal yang diberi plester dan berpola seperti susunan batu alam. Dinding batu bata ini menunjang kuda-kuda kayu jati yang terbentang selebar bangunan.<ref name="katedral"/>
[[Berkas:Plaza Pancasila Gereja Katedral Jakarta.jpg|jmpl|kiri|Plaza Pancasila Katedral.]]
 
Gereja Katedral Jakarta memiliki arsitektur dan eksterior:<ref name="katedral"/>
Terdapat 3 buah menara di Gereja Katedral, yaitu: Menara Benteng Daud, Menara Gading, dan Menara Angelus Dei. Masing-masing menara ini dibuat dari besi. Bagian bawah didatangkan dari Nederland dan bagian atas dibuat di bengkel Willhelmina, Batavia. Pada Menara Gading terdapat sebuah [[jam]] yang pada mesinnya tertulis ''Van Arcken & Co''. Pada Menara Benteng Daud terdapat sebuah [[lonceng]] yang dihadiahkan oleh Clemens George Marie van Arcken. Pada Menara Gading terdapat lonceng yang lebih kecil dan disumbangkan oleh seorang Belanda bernama Chasse. Lonceng yang terbesar bernama ''Wilhelmus'', merupakan hadiah dari J.H. de Wit.
* Arsitektur gereja dibuat dengan gaya [[Kebangkitan Gotik|neo-gotik]]. Denah dengan bangunan berbentuk salib dengan panjang 60 meter dan lebar 20 meter. Pada kedua belah terdapat balkon selebar 5 meter dengan ketinggian 7 meter. Konstruksi bangunan ini dikerjakan oleh seorang tukang batu dari Kwongfu, [[Tiongkok]]. konstruksi bangunan ini terdiri dari batu bata tebal yang diberi plester dan berpola seperti susunan batu alam. Dinding batu bata ini menunjang kuda-kuda kayu jati yang terbentang selebar bangunan.
 
* Ada 3 menara di Gereja Katedral, yaitu: Menara Benteng Daud, Menara Gading dan Menara Angelus Dei. Menara ini dibuat dari besi. Bagian bawah didatangkan dari Nederland dan bagian atas dibuat di bengkel Willhelmina, Batavia.
Di halaman depan gereja yang juga berfungsi sebagai lahan parkir, terdapat Patung [[Kristus Raja]]. Halaman depan gereja ini menjadi lokasi pintu utama gereja. Di sekitar pintu utama terdapat sebuah pernyataan Katedral Jakarta sebagai [[cagar budaya]]. Di pintu utama terdapat patung Maria dengan tulisan ''Beatam Me Dicentes Omnes'' yang berarti "Semua keturunan menyebut aku bahagia". Di atas pintu utama terdapat ''rozeta'', yakni jendela bercorak Rosa Mystica sebagai lambang dari Bunda Maria. Pada rozeta terdapat 12 mahkota mawar sebagai representasi 12 rasul.<ref>{{Cite web|url=https://katedraljakarta.or.id/eksterior-gereja|title=Katedral Jakarta - Eksterior Gereja|publisher=Sekretariat Paroki Katedral Jakarta|accessdate=17 Desember 2024}}</ref>
* Di menara gading terdapat jam yang pada mesinnya tertulis Van Arcken & Co.
 
* Lonceng: Pada menara Benteng Daud terdapat lonceng yang dihadiahkan oleh Clemens George Marie van Arcken. Pada menara Gading terdapat lonceng yang lebih kecil dan disumbankan oleh Tuan Chasse. Lonceng yang terbesar bernama Wilhelmus yang merupakan hadiah dari Tuan J.H. de Wit.
Di samping Katedral terdapat Plaza Pancasila, suatu taman dengan hiasan dengan ikon [[Garuda Pancasila]]. Terdapat juga sebuah Goa Maria, yang bentuk fisiknya mirip dengan [[Tempat Ziarah Bunda Maria dari Lourdes|Goa Maria di Lourdes]], [[Prancis]]. Goa ini terdapat di halaman samping gereja. Selain itu terdapat juga Museum Katedral dan Sekretariat Paroki Katedral.
* Patung Kristus Raja: berada di halaman depan gereja.
<gallery>
* Goa Maria: Bentuk fisiknya mirip dengan [[Tempat Ziarah Bunda Maria dari Lourdes|Goa Maria di Lourdes]], [[Prancis]]. Goa ini terdapat di halaman samping gereja.
Berkas:Jakarta Indonesia Jakarta-Cathedral-05.jpg|jmpl|Pintu masuk utama
* Pintu Masuk Utama: terdapat patung Maria dan ada tulisan ''Beatam Me Dicentes Omnes''' yang berarti "Semua keturunan menyebut aku bahagia".
Jakarta Cathedral grotto.jpg|Goa Maria
* Rozeta: merupakan jendela bercorak Rosa Mystica sebagai lambang dari Bunda Maria. Benda ini terletak di atas gerbang utama.
Patung Kristus Raja Katedral Jakarta 2024 01.jpg|Patung Kristus Raja
* Plaza Pancasila: taman dengan hiasan dengan ikon [[Garuda Pancasila]].
Berkas:Plaza Pancasila Gereja Katedral Jakarta.jpg|Plaza Pancasila
Penetapan Katedral Jakarta sebagai Bangunan Cagar Budaya.jpg|Penetapan Katedral Jakarta sebagai bangunan cagar budaya
</gallery>
 
== Interior Katedral ==
Pada serambi di sekitar pintu utama gereja, terdapat sebuah batu pualam yang menjelaskan bahwa gereja ini didirikan oleh Arsitek [[Marius Hulswit]] dalam periode 1899–1901. Pada sisi kiri terdapat monumen "Du Bus" yang dibuat di [[Belgia]] dan dipersembahkan kepada umat Katolik di Jakarta. Pada tembok sebelah selatan terdapat pualam putih yang menjelaskan bahwa gedung ini dirancang oleh Pastor [[Antonius Dijkmans]], S.J., yang disebut sebagai Batu Peringatan D.O.M. (''Domino Optimo Maximo'').<ref name="katedral"/> Kata-kata yang tertulis pada Batu Peringatan DOM adalah sebagai berikut:
[[Berkas:Jakarta Indonesia Jakarta-Cathedral-01.jpg|jmpl|Interior Katedral]]
{|class="wikitable"
[[Berkas:Jakarta Indonesia Jakarta-Cathedral-03.jpg|jmpl|Orgel Pipa]]
|-
!Bahasa Latin
|rowspan=2|[[Berkas:Prasasti DOM Katedral Jakarta.jpg|200px|Prasasti DOM]]
!Bahasa Indonesia
|-
|<poem>
HANC AEDEM
DELINEATAM AB ANT. DIJKMANS PRESBYTERO
CUIUS PRIMUS LAPIS POSITUS EST
A CAROLO WENNEKER PROVICARIO
DIE XVI JANUARII MDCCCXCIX
{{Tooltip|D. O. M.|Domino Optimo Maximo}}
SUB AUSPICIIS BEATAE MARIAE VIRGINIS
DEDICAVIT ILLUSTRISSIMUS DOMINUS
EDMUNDUS SYBRANDUS LUYPEN
EPISCOPUS TIULARIS OROPENSIS
VICARIUS APOSTOLICUS BATAVIENSIS
DIE XXI APRILIS MCMI
</poem>
|<poem>
Gedung ini
dirancang oleh Pastor Antonius Dijkmans
batu pertama diletakkan
oleh [[Carolus Gulielmus Johannes Wenneker|Carolus Wenneker]], Provikaris
pada tanggal 16 Januari 1899
BAGI TUHAN YANG MAHABAIK DAN MAHABESAR
kepada perlindungan Santa Perawan Maria
dipersembahkan oleh Yang Mulia
[[Edmundus Sybrandus Luypen]]
[[Uskup Tituler]] Orope
Vikaris Apostolik Batavia
pada tanggal 21 April 1901
</poem>
|}
<gallery>
Jakarta Indonesia Jakarta-Cathedral-02.jpg|Aspersorium Katedral, dengan sebuah batu peringatan untuk Marius Hulswit
Patung Hati Kudus Yesus dan Penjelasan DOM di Serambi Katedral Jakarta (Desember 2024).jpg|Patung Hati Kudus Yesus dan Penjelasan DOM
Monumen Du Bus di Katedral Jakarta.jpg|Monumen Du Bus
</gallery>
 
[[Berkas:Jakarta Indonesia Jakarta-Cathedral-01.jpg|thumb|Panti umat Katedral.]]
Di ruang/panti umat, terdapat sebuah patung pieta, yang merupakan replika dari karya [[Michaelangelo Buonarroti|Michaelangelo]] dan menggambarkan [[Maria]] yang memangku jasad Yesus setelah diturunkan dari salib. Di sebelah kiri dan kanan gereja terdapat 14 lukisan [[Jalan Salib]]. Lukasan ini dilukis di atas ubin oleh [[Theo Molkenboer]]. Terdapat juga sebuah mimbar yang pada awalnya digunakan untuk memberikan homili. Mimbar ini disebut sebagai mimbar kerang atau juga mimbar pengkhotbah. Mimbar ini merupakan hadiah dari imamat Mgr. Luypen yang diresmikan oleh Pastor Wenneker. Mimbar bercorak gotik ini dibuat oleh Firma Te Poel dan Stoltefusz di [[Den Haag]], Belanda. Katedral Jakarta juga memiliki sebuah organ pipa yang dibuat di Belgia pada tahun 1988. Organ pipa lain terletak di bagian atas panti umat Katedral.
<gallery>
Pieta Gereja Katedral Jakarta (2024).jpg|[[Pietà]] Katedral Jakarta
Berkas:Jakarta Indonesia Jakarta-Cathedral-03.jpg|Orgel pipa
</gallery>
 
* Serambi Gereja:
:Pada pintu utama terdapat sebuah batu pualam yang isinya hendak memberitahu bahwa gereja ini didirikan oleh Arsitek [[Marius Hulswit]] 1899-1901. Pada tembok sebelah selatan terdapat pualam putih yang menjelaskan bahwa gedung ini digambarkan oleh [[Antonius Dijkmans]]. Pada sisi kiri terdapat monumen "Du Bus" yang dibuat di [[Belgia]] dan dipersembahkan kepada umat katolik.<ref name="katedral"/>
* Ruang Umat:
** Pieta: replika dari karya [[Michaelangelo Buonarroti|Michaelangelo]] yang menggambarkan Maria yang memangku jasad Yesus setelah diturunkan dari salib.
** Lukisan Jalan Salib: dilukis di atas ubin yang dibuat oleh [[Theo Malkenboet]].
** Mimbar pengetahuan: hadiah dari Imamat Mgr [[Edmundus Luypen|Luypen]] yang didirikan oleh Pastor Wenneker.
** Organ pipa: dibuat di Belgia pada tahun 1988.
** Lukisan foto Uskup: Wajah para uskup dan lambang serta motto yang bisa dilihat melalui lukisan yang tergantung di dinding dekat pintu samping kiri-kanan gereja.
* Panti Imam:
** Patung [[Ignatius Loyola]]: terdapat pada pilar sebelah kiri di depan Altar Utama.
** Patung [[Fransiskus Xaverius]]: terdapat di sebelah kanan. Seorang misionaris terkenal.
** [[Katedra]]: Tempat duduk uskup sewaktu memimpin misa.
** Bejana Pemandianpemandian: Terbuat dari marmer
** Altar: Altar utama (berhiaskan relief dan patung ke-12 murid Yesus serta Ignatius de Loyola dan Franciscus Xaverius); [[Relikui]] pada ketiga altarnya; altar Maria (berhiaskan relief kehidupan Bunda Maria); dan Altar Yoseph (berhiaskan relief kehidupan Santo Yosep).
<gallery>
:[[Berkas:Altar Katedral Des 22.jpg|jmpl|Altar Katedral Jakarta, Natal 2022]]
Berkas:Jakarta Indonesia Jakarta-Cathedral-08.jpg|Altar gereja
Berkas:Altar Katedral Des 22.jpg|Altar Katedral Jakarta, Natal 2022
</gallery>
 
== Museum Katedral ==
[[File:Museum Katedral Jakarta (2024) 01.jpg|thumb|Museum Katedral.]]
Museum ini diresmikan pada tanggal 28 April 1991 oleh Mgr Julius Darmaatmadja. Pembuatan museum Katedral diprakarsai oleh pastor kepala Katedral pada waktu itu, yaitu Pater [[Rudolf Kurris]]. Hal ini berawal dari rasa cinta Kurris terhadap sejarah dan benda-benda bersejarah. Menurutnya, benda-benda bersejarah itu dapat membangkitkan rasa kagum manusia terhadap masa lampau dan keinginannya menyalurkan pengetahuan dari generasi ke generasi. Museum Katedral ini sebelumnya berada di ruang balkon Katedral, namun sekarang dpindahkan ke pastoran lama, sisi utara gereja atau Plaza Maria.<ref name="katedral"/>
Museum Katedral diresmikan pada tanggal 28 April 1991 oleh Uskup Agung Jakarta, [[Julius Darmaatmadja]], S.J. Pembuatan Museum Katedral diprakarsai oleh pastor kepala Katedral pada waktu itu, yaitu Pater Rudolf Kurris, S.J.<ref>{{Cite news|url=https://www.kompas.com/stori/read/2022/10/25/093000079/asal-mula-museum-gereja-katedral-jakarta|title=Asal Mula Museum Gereja Katedral Jakarta|date=25 Oktober 2022|accessdate=22 Desember 2024|publisher=Kompas.com}}</ref> Hal ini berawal dari rasa cinta Kurris terhadap sejarah dan benda-benda bersejarah. Menurutnya, benda-benda bersejarah itu dapat membangkitkan rasa kagum manusia terhadap masa lampau dan keinginannya menyalurkan pengetahuan dari generasi ke generasi. Museum Katedral ini sebelumnya berada di ruang balkon Katedral, namun sekarang dpindahkan ke pastoran lama, sisi utara gereja atau Plaza Maria.<ref name="katedral"/>
 
* Isi Museum Katedral:
Baris 233 ⟶ 266:
== Galeri ==
<center><gallery>
Berkas:Jakarta Indonesia Jakarta-Cathedral-08.jpg|Altar gereja
Berkas:Jakarta Indonesia Jakarta-Cathedral-02.jpg|Aspersorium katedral, dengan sebuah batu peringatan untuk Marius Hulswit
Berkas:Jakarta Indonesia Jakarta-Cathedral-07.jpg|Menara Katedral Jakarta
Berkas:Saint Francis Xavier statue, Jakarta Cathedral, Indonesia.jpg|Patung [[Fransiskus Xaverius|Santo Fransiskus Xaverius]]
Pieta Gereja Katedral Jakarta (2024).jpg|[[Pietà]] Katedral Jakarta
</gallery></center>
 
Baris 251 ⟶ 281:
== Pranala luar ==
{{Commonscat|Jakarta Cathedral}}
* {{id}} [http://www.katedraljakarta.or.id Situs resmi] {{WebarchiveOfficial|url=https://web.archive.org/web/20110817010015/http://www.katedraljakarta.or.id/ |date=2011-08-17 }}
* {{id}} [http://www.kompas.com/kompas-cetak/0312/23/natal/761087.htm "Parkir antara Istiqlal dan Katedral"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20101204124716/http://www.kompas.com/kompas-cetak/0312/23/natal/761087.htm |date=2010-12-04 }}, ''KOMPAS''