Katedral Jakarta: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k tidak perlu gelar lengkap Tag: Pembatalan |
kTidak ada ringkasan suntingan |
||
(17 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan) | |||
Baris 60:
== Sejarah ==
=== 1807–1826 ===
Dengan adanya perubahan politik di [[Belanda]] khususnya kenaikan
Pada tanggal 4 April 1808, dua orang
Pada bulan Mei, kedua imam itu sempat pindah ke rumah bambu yang dipinjamkan pemerintah untuk digunakan sebagai pusat sementara kegiatan-kegiatan Katolik. Rumah tersebut terletak di sebuah asrama tentara yang ada di pojok barat daya ''Buffelsveld'' atau [[Lapangan Banteng]] (sekarang kira-kira di antara Jalan Perwira dan Jalan Pejambon, di atas tanah yang saat ini ditempati oleh Kementerian Agama). Pada tanggal 15 Mei 1808, perayaan Misa Kudus pertama dirayakan di gereja darurat (kira-kira tempat parkir [[Masjid Istiqlal]]). Pada waktu itu juga telah dibentuk Badan Pengurus Gereja dan Dana Papa, yang terdiri atas Prefek Apostolik [[Jacobus Nelissen]] sebagai ketua, dengan anggota-anggota Chevreux Le Grevisse, Fils, Bauer, dan Liesart. Selama tahun 1808, berlangsung [[baptis|pembaptisan]] bagi 14 orang, yaitu seorang dewasa keturunan [[Eropa Timur]], delapan anak hasil hubungan gelap, di antaranya ada empat yang ibunya masih berstatus budak, dan hanya lima anak dari pasangan orang-orang tua yang sah status perkawinannya.<ref name="Situs resmi Katedral Jakarta"/>
Karena dirasa perlu adanya sebuah rumah ibadah yang dapat digunakan untuk mengumpulkan umat, pada 2 Februari 1810, Pastor Nelissen mendapat sumbangan sebuah kapel dari [[Gubernur-Jenderal]] [[Meester]] [[Herman Daendels]], yaitu sebuah kapel sederhana yang terletak di pinggir Jalan Kenanga, di daerah [[Senen]], menuju [[Istana Weltevreden]] (sekarang menjadi [[RSPAD Gatot Subroto]]). Kapel ini dibangun oleh [[Cornelis Chastelein]] dan sebelumnya dipakai oleh jemaat [[Protestan]] yang ber[[bahasa Melayu]] dan pada hari biasa dipakai sebagai sekolah. Kapel ini merupakan milik Gubernemen yang dihadiahkan berikut semua isinya, termasuk 26 kursi dan sebuah organ yang sudah tidak dapat digunakan. Karena kondisi bangunan yang kurang layak, Pastor Nelissen segera mengerahkan sejumlah orang untuk merenovasi bangunan. Semua pekerjaan ini dipercayakan kepada pengusaha Tjung Sun dengan pengawasan Jongkind, arsitek, atas nama Dewan Gereja. Kapel inilah yang menjadi Gereja Katolik pertama di Batavia. Dalam bulan yang sama, Gereja Katolik pertama di Batavia ini diberkati dan sebagai pelindungnya dipilih [[Louis IX dari Prancis|Santo Ludovikus]]. Gedung itu memang tidak bagus namun dirasa cukup kuat karena terbuat dari batu dan dapat menampung 200 umat. Di dekat gedung gereja itu dibangun sebuah Pastoran sederhana yang terbuat dari bambu.
Pada tanggal 10 Mei 1812, [[Sir Thomas Stamford Raffles]], gubernur Pulau Jawa, beserta istrinya menjadi ibu/bapak permandian dari Olivia Marianne Stamford Raffles Villeneuve, putri dari Ludorici Francisci Josephi Villeneuve dan Jeanna Emilie Gerische Conjugum.<ref name="katedral"/> Pada tanggal 6 Desember 1817, jenazah Prefektur Apostolik pertama, Mgr. [[Jacobus Nelissen]], yang meninggal dunia karena sakit [[TBC]] disemayamkan di Kuburan Tanah Abang.<ref name="katedral"/> Posisi Nellisen digantikan oleh R.D. [[Lambertus Prinsen]] yang sejak tahun 1808 bertugas di Semarang. Meskipun Pastor Prinsen telah menjadi Prefek Apostolik Jakarta yang kedua, dia lebih sering berada di Semarang.
Pada tanggal 27 Juli 1826, terjadi kebakaran di Segitiga Senen. Pastoran turut lebur menjadi abu bersama dengan 180 rumah lainnya. Gedung gereja selamat dari kebakaran, tetapi gedung itu sudah rapuh juga dan tidak dapat digunakan lagi.<ref name="Situs resmi Katedral Jakarta"/>
=== 1827–1890 ===
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De kathedraal aan het Waterlooplein in Batavia TMnr 60025933.jpg|jmpl|200px|Gereja Katedral Batavia (
Pada waktu itu yang menjabat sebagai Komisaris Jenderal adalah [[Leonard Pierre Joseph du Bus de Gisignies|Leonardus Petrus Josephus Burggraaf Du Bus de Ghisignies]], seorang ningrat yang juga beragama Katolik, berasal dari daerah [[Komunitas Flandria|Vlaanderen]] di [[Belgia]]. Ia memiliki wewenang penuh di Batavia, serta lebih tinggi kekuasaannya dari seorang Gubernur Jenderal. Selama jabatan Du Bus De Ghisignies, 1825-1830, [[Gereja Katolik di Indonesia]] bisa bernapas lega. Ia beragama Katolik dan sangat memperhatikan kebutuhan umat. Ia juga sangat berjasa dalam menciptakan kebebasan kehidupan beragama di Batavia waktu itu. Salah satu jasanya adalah ''Regeringsreglement'' yang dibuatnya, pada pasal 97 diletakkan: "Pelaksanaan semua agama mendapat perlindungan pemerintah". Ia juga mendesak Pastor Prinsen untuk segera menetap di Jakarta.<ref name="Situs resmi Katedral Jakarta"/>
Baris 101 ⟶ 95:
=== 1891–1901 ===
Para imam dan umat mulai mengupayakan dibangunnya gereja yang baru. Pada tanggal 1 November 1890 ditandatangani sebuah [[kontrak]] antara Mgr. [[Adam Carel Claessens]] dan pengusaha Leykam tentang pembelian tiga juta [[batu bata]]. Dalam perjanjian tersebut, disebutkan bahwa ukuran batu bata yang diminta harus sesuai dengan contoh yang dilampirkan dan harganya ditetapkan 2,2 hingga 2,5 sen untuk setiap buahnya. Juga disebutkan bahwa dimulai dari tanggal 1 Desember 1890, setiap bulannya harus diserahkan 70.000 buah batu bata dari perusahaan pembakaran. Jumlah batu bata yang retak dan pecah tidak boleh melebihi 10 persen. Hal ini mengarah kepada harapan untuk pembangunan gereja yang dilakukan secara lebih professional.
Orang yang ditunjuk dan dipercaya untuk menjadi perencana dan arsitek pembangunan gereja ini adalah R.P. Antonius Dijkmans, S.J., seorang ahli bangunan yang pernah mengikuti kursus arsitektur gerejani bersama [[Eugène Viollet-le-Duc]] di [[Paris]], Prancis serta [[Eduard Cuypers]] di [[Belanda]]. Pastor Dijkmans yang sudah tiba di Jakarta dua tahun sebelum gereja runtuh, sebelumnya sudah membangun dua gereja di Belanda. Ia juga merancang dan membangun kapel Susteran yang terletak Jalan Pos 2, pada tahun 1891. Pada pertengahan tahun [[1891]] mulai dilakukan peletakan batu pertama untuk memulai pembangunan gereja tersebut. Setelah sekitar setahun berjalan, pembangunan terpaksa dihentikan karena kurangnya biaya. Selain itu, pada tahun [[1894]], Pastor Dijkmans harus pulang ke [[Belanda]] karena sakit dan akhirnya meninggal dunia pada tahun 1922. Pekerjaan pembangunan macet dan misa tetap dilaksanakan di garasi pastoran.
Uskup baru, Mgr. [[Edmundus Sybradus Luypen|E.S. Luypen]], S.J. mengumpulkan dana di Belanda dan Insinyur [[Marius Jan Hulswit]] memulai pembangunan lagi. Batu "pertama" diletakkan dan diberkati pada tanggal 16 Januari 1899, sebagai tanda dimulainya kembali pembangunan gereja ini. Pada bulan November balok-balok atap dipasang.<ref name="Situs resmi Katedral Jakarta"/> Untuk mendukung dana pembangunan gereja, Badan Pengurus Gereja bersama umat dua kali mengadakan undian ([[lotre]]), satu kali sebelum pelatakan fondamen, kemudian sebelum pembangunan atas dimulai. Karena subsidi dari pemerintah tetap ditolak, maka menutup kekurangan itu dikeluarkan obligasi sebesar 50.000 [[Gulden Belanda]] dan pengumpulan derma di kalangan umat Katolik maupun di luarnya ditingkatkan.
Selain arsitek baru, ada juga seorang kontraktor bernama van Schaik. Sedangkan Ir. van Es mewakili Badan Pengurus Gereja sebagai ''bouwheer''. Konstruksi besi kedua menara digambar dan dikerjakan oleh Ir. van Es sendiri.
Baris 116 ⟶ 105:
11 tahun sesudah keputusan Badan Pengurus Gereja, 10 tahun sesudah peletakan batu pertama, gereja selesai. Perlu diingat bahwa selama 7 tahun pembangunan gereja terhenti karena kehabisan dana, sehingga pembangunan sebenarnya hanya berlangsung 3 tahun.
"'''De Kerk van Onze Lieve Vrowe ten Hemelopneming - Gereja Santa Maria Diangkat Ke Surga'''" diresmikan dan diberkati oleh Mgr. Edmundus Sybradus Luypen, SJ,
Mulai sejak itu gereja utama di Jakarta itu layak disebut '''Katedral''', karena di dalamnya terdapat ''cathedra'', yakni Tahta Uskup.
Baris 133 ⟶ 122:
Peristiwa lainnya yang menggembirakan bagi umat Jakarta adalah kunjungan [[Paus Paulus VI]] (1970) dan [[Paus Yohanes Paulus II]] (1989) ke Indonesia yang disambut oleh Mgr [[Leo Soekoto]]. Ibadat dirayakan dengan meriah oleh Paus Paulus VI bersama banyak Uskup di Katedral. Pada waktu kunjungan Paus Yohanes Paulus II di Keuskupan Agung Jakarta sedang berlangsung Sinode Pertama.<ref name="Situs resmi Katedral Jakarta"/>
Seiring dengan masa 100 tahun ini, pada tahun [[1988]] dilakukan pemugaran untuk memperbaiki kerusakan-kerusakan dan membersihkan lumut serta pengecatan ulang.
Pada 13 Agustus 1988, purnakarya pemugaran gereja Katedral diresmikan oleh [[Daftar Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia|Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat]], [[Soepardjo Roestam]] yang hadir mewakili Presiden [[Soeharto]]. Acara dimeriahkan dengan konser orgel oleh Hub Wolfs, organis dari [[Basilika Santo Servatius, Maastricht]] dan oleh Pastor Alfons Kurris, seorang dosen di konservatorium yang juga ada di [[Maastricht]]. Uskup Agung [[Leo Soekoto]] memberkati [[orgel]] pipa yang baru dan megah itu, sebuah orgel yang mempunyai 15 register dan diperlengkapi dengan 1.000 buah pipa. Berselang-seling kedua organis yang professional itu memperdengarkan karya-karya klasik, yang oleh komponis-komponis seperti Vivaldi, Bach dan Cesar Frank diciptakan khusus untuk instrumen rajawi itu.<ref name="Situs resmi Katedral Jakarta"/>
Pada tahun [[2002]] juga sempat dilakukan pembersihan dan pengecatan ulang pada dinding luar gedung gereja Katedral karena lumut banyak tumbuh merambat di dinding.
Ketika gedung ini pertama kali dibangun dulu, para pejabat genie (pasukan zeni) waktu itu menilai gedung gereja yang menghabiskan biaya 628.000 gulden rancangan P.A Dijkmans tersebut sebagai "gedung yang terlampau kuat" mengingat struktur gedung dan material yang digunakan sungguh-sungguh pilihan yang terbaik. Maka sampai sekarang - 100 tahun sesudahnya - gereja Katolik utama di Jakarta tetap berdiri tegak.
== Arsitektur dan eksterior ==
Arsitektur Gereja Katedral Jakarta dibuat dengan gaya [[Kebangkitan Gotik|neo-gotik]]. Denah dengan bangunan berbentuk salib dengan panjang 60 meter dan lebar 20 meter. Pada kedua belah terdapat balkon selebar 5 meter dengan ketinggian 7 meter. Konstruksi bangunan ini dikerjakan oleh seorang tukang batu dari Kwongfu, [[Tiongkok]]. Konstruksi bangunan ini terdiri dari [[batu bata]] tebal yang diberi plester dan berpola seperti susunan batu alam. Dinding batu bata ini menunjang kuda-kuda kayu jati yang terbentang selebar bangunan.<ref name="katedral"/>
Terdapat 3 buah menara di Gereja Katedral, yaitu: Menara Benteng Daud, Menara Gading, dan Menara Angelus Dei. Masing-masing menara ini dibuat dari besi. Bagian bawah didatangkan dari Nederland dan bagian atas dibuat di bengkel Willhelmina, Batavia. Pada Menara Gading terdapat sebuah [[jam]] yang pada mesinnya tertulis ''Van Arcken & Co''. Pada Menara Benteng Daud terdapat sebuah [[lonceng]] yang dihadiahkan oleh Clemens George Marie van Arcken. Pada Menara Gading terdapat lonceng yang lebih kecil dan disumbangkan oleh seorang Belanda bernama Chasse. Lonceng yang terbesar bernama ''Wilhelmus'', merupakan hadiah dari J.H. de Wit.
Di halaman depan gereja yang juga berfungsi sebagai lahan parkir, terdapat Patung [[Kristus Raja]]. Halaman depan gereja ini menjadi lokasi pintu utama gereja. Di sekitar pintu utama terdapat sebuah pernyataan Katedral Jakarta sebagai [[cagar budaya]]. Di pintu utama terdapat patung Maria dengan tulisan ''Beatam Me Dicentes Omnes'' yang berarti "Semua keturunan menyebut aku bahagia". Di atas pintu utama terdapat ''rozeta'', yakni jendela bercorak Rosa Mystica sebagai lambang dari Bunda Maria. Pada rozeta terdapat 12 mahkota mawar sebagai representasi 12 rasul.<ref>{{Cite web|url=https://katedraljakarta.or.id/eksterior-gereja|title=Katedral Jakarta - Eksterior Gereja|publisher=Sekretariat Paroki Katedral Jakarta|accessdate=17 Desember 2024}}</ref>
Di samping Katedral terdapat Plaza Pancasila, suatu taman dengan hiasan dengan ikon [[Garuda Pancasila]]. Terdapat juga sebuah Goa Maria, yang bentuk fisiknya mirip dengan [[Tempat Ziarah Bunda Maria dari Lourdes|Goa Maria di Lourdes]], [[Prancis]]. Goa ini terdapat di halaman samping gereja. Selain itu terdapat juga Museum Katedral dan Sekretariat Paroki Katedral.
<gallery>
Berkas:Jakarta Indonesia Jakarta-Cathedral-05.jpg|jmpl|Pintu masuk utama
Jakarta Cathedral grotto.jpg|Goa Maria
Patung Kristus Raja Katedral Jakarta 2024 01.jpg|Patung Kristus Raja
Berkas:Plaza Pancasila Gereja Katedral Jakarta.jpg|Plaza Pancasila
Penetapan Katedral Jakarta sebagai Bangunan Cagar Budaya.jpg|Penetapan Katedral Jakarta sebagai bangunan cagar budaya
</gallery>
== Interior Katedral ==
Pada serambi di sekitar pintu utama gereja, terdapat sebuah batu pualam yang menjelaskan bahwa gereja ini didirikan oleh Arsitek [[Marius Hulswit]] dalam periode 1899–1901. Pada sisi kiri terdapat monumen "Du Bus" yang dibuat di [[Belgia]] dan dipersembahkan kepada umat Katolik di Jakarta. Pada tembok sebelah selatan terdapat pualam putih yang menjelaskan bahwa gedung ini dirancang oleh Pastor [[Antonius Dijkmans]], S.J., yang disebut sebagai Batu Peringatan D.O.M. (''Domino Optimo Maximo'').<ref name="katedral"/> Kata-kata yang tertulis pada Batu Peringatan DOM adalah sebagai berikut:
{|class="wikitable"
|-
!Bahasa Latin
|rowspan=2|[[Berkas:Prasasti DOM Katedral Jakarta.jpg|200px|Prasasti DOM]]
!Bahasa Indonesia
|-
|<poem>
HANC AEDEM
DELINEATAM AB ANT. DIJKMANS PRESBYTERO
CUIUS PRIMUS LAPIS POSITUS EST
A CAROLO WENNEKER PROVICARIO
DIE XVI JANUARII MDCCCXCIX
{{Tooltip|D. O. M.|Domino Optimo Maximo}}
SUB AUSPICIIS BEATAE MARIAE VIRGINIS
DEDICAVIT ILLUSTRISSIMUS DOMINUS
EDMUNDUS SYBRANDUS LUYPEN
EPISCOPUS TIULARIS OROPENSIS
VICARIUS APOSTOLICUS BATAVIENSIS
DIE XXI APRILIS MCMI
</poem>
|<poem>
Gedung ini
dirancang oleh Pastor Antonius Dijkmans
batu pertama diletakkan
oleh [[Carolus Gulielmus Johannes Wenneker|Carolus Wenneker]], Provikaris
pada tanggal 16 Januari 1899
BAGI TUHAN YANG MAHABAIK DAN MAHABESAR
kepada perlindungan Santa Perawan Maria
dipersembahkan oleh Yang Mulia
[[Edmundus Sybrandus Luypen]]
[[Uskup Tituler]] Orope
Vikaris Apostolik Batavia
pada tanggal 21 April 1901
</poem>
|}
<gallery>
Jakarta Indonesia Jakarta-Cathedral-02.jpg|Aspersorium Katedral, dengan sebuah batu peringatan untuk Marius Hulswit
Patung Hati Kudus Yesus dan Penjelasan DOM di Serambi Katedral Jakarta (Desember 2024).jpg|Patung Hati Kudus Yesus dan Penjelasan DOM
Monumen Du Bus di Katedral Jakarta.jpg|Monumen Du Bus
</gallery>
[[Berkas:Jakarta Indonesia Jakarta-Cathedral-01.jpg|thumb|Panti umat Katedral.]]
Di ruang/panti umat, terdapat sebuah patung pieta, yang merupakan replika dari karya [[Michaelangelo Buonarroti|Michaelangelo]] dan menggambarkan [[Maria]] yang memangku jasad Yesus setelah diturunkan dari salib. Di sebelah kiri dan kanan gereja terdapat 14 lukisan [[Jalan Salib]]. Lukasan ini dilukis di atas ubin oleh [[Theo Molkenboer]]. Terdapat juga sebuah mimbar yang pada awalnya digunakan untuk memberikan homili. Mimbar ini disebut sebagai mimbar kerang atau juga mimbar pengkhotbah. Mimbar ini merupakan hadiah dari imamat Mgr. Luypen yang diresmikan oleh Pastor Wenneker. Mimbar bercorak gotik ini dibuat oleh Firma Te Poel dan Stoltefusz di [[Den Haag]], Belanda. Katedral Jakarta juga memiliki sebuah organ pipa yang dibuat di Belgia pada tahun 1988. Organ pipa lain terletak di bagian atas panti umat Katedral.
<gallery>
Pieta Gereja Katedral Jakarta (2024).jpg|[[Pietà]] Katedral Jakarta
Berkas:Jakarta Indonesia Jakarta-Cathedral-03.jpg|Orgel pipa
</gallery>
* Panti Imam:
** Patung [[Ignatius Loyola]]: terdapat pada pilar sebelah kiri di depan Altar Utama.
** Patung [[Fransiskus Xaverius]]: terdapat di sebelah kanan. Seorang misionaris terkenal.
** [[Katedra]]: Tempat duduk uskup sewaktu memimpin misa.
** Bejana
** Altar: Altar utama (berhiaskan relief dan patung ke-12 murid Yesus serta Ignatius de Loyola dan Franciscus Xaverius); [[Relikui]] pada ketiga altarnya; altar Maria (berhiaskan relief kehidupan Bunda Maria); dan Altar Yoseph (berhiaskan relief kehidupan Santo Yosep).
<gallery>
Berkas:Jakarta Indonesia Jakarta-Cathedral-08.jpg|Altar gereja
Berkas:Altar Katedral Des 22.jpg|Altar Katedral Jakarta, Natal 2022
</gallery>
== Museum Katedral ==
[[File:Museum Katedral Jakarta (2024) 01.jpg|thumb|Museum Katedral.]]
Museum Katedral diresmikan pada tanggal 28 April 1991 oleh Uskup Agung Jakarta, [[Julius Darmaatmadja]], S.J. Pembuatan Museum Katedral diprakarsai oleh pastor kepala Katedral pada waktu itu, yaitu Pater Rudolf Kurris, S.J.<ref>{{Cite news|url=https://www.kompas.com/stori/read/2022/10/25/093000079/asal-mula-museum-gereja-katedral-jakarta|title=Asal Mula Museum Gereja Katedral Jakarta|date=25 Oktober 2022|accessdate=22 Desember 2024|publisher=Kompas.com}}</ref> Hal ini berawal dari rasa cinta Kurris terhadap sejarah dan benda-benda bersejarah. Menurutnya, benda-benda bersejarah itu dapat membangkitkan rasa kagum manusia terhadap masa lampau dan keinginannya menyalurkan pengetahuan dari generasi ke generasi. Museum Katedral ini sebelumnya berada di ruang balkon Katedral, namun sekarang dpindahkan ke pastoran lama, sisi utara gereja atau Plaza Maria.<ref name="katedral"/>
* Isi Museum Katedral:
Baris 233 ⟶ 266:
== Galeri ==
<center><gallery>
Berkas:Jakarta Indonesia Jakarta-Cathedral-07.jpg|Menara Katedral Jakarta
Berkas:Saint Francis Xavier statue, Jakarta Cathedral, Indonesia.jpg|Patung [[Fransiskus Xaverius|Santo Fransiskus Xaverius]]
</gallery></center>
Baris 251 ⟶ 281:
== Pranala luar ==
{{Commonscat|Jakarta Cathedral}}
* {{
* {{id}} [http://www.kompas.com/kompas-cetak/0312/23/natal/761087.htm "Parkir antara Istiqlal dan Katedral"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20101204124716/http://www.kompas.com/kompas-cetak/0312/23/natal/761087.htm |date=2010-12-04 }}, ''KOMPAS''
|