Saka Guru: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Ariandi Lie (bicara | kontrib) |
Ariandi Lie (bicara | kontrib) Added {{Expand language}} tag(✨) |
||
(2 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Expand language|topic=|langcode=en|otherarticle=Saka guru|date=Desember 2024}}
[[Berkas:Bagian Dalam Mesjid Gedhe Kauman Yogya.jpg|jmpl|Saka Guru di dalam Masjid Gedhe Kraton Yogyakarta]]
'''Saka Guru''' atau '''Soko guru''' dalam [[budaya Jawa]] merupakan empat, enam, atau bisa delapan tiang penopang atap yang biasanya berada di sebuah bangunan, [[Tajug]], ''[[Pendopo|pendhapa]],'' [[joglo]], maupun [[masjid]] khususnya masjid yang memiliki gaya tradisional. Saka guru merupakan elemen bangunan yang paling fundamental pada [[Arsitektur Jawa|arsitektur jawa]], serta dipenuhi oleh simbolisme dan perlakuan dengan [[ritual]] tertentu.<ref>{{Cite journal|last=Ulfa|first=Marya|last2=Junaedi|first2=Sony|last3=Muslimah|date=2024-05-06|title=ANALISIS NILAI BUDAYA TIANG PENYANGGA “SAKA GURU” DI MASJID AGUNG DEMAK|url=https://jurnal2.untagsmg.ac.id/index.php/nalar/article/view/1513|journal=NALAR: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan|language=en|volume=3|issue=1|pages=29–33|doi=10.56444/nalar.v3i1.1513|issn=2962-1488}}</ref>
== Sejarah ==
Baris 12 ⟶ 13:
Merupakan salah satu langgam arsitektural yang kaya akan makna, baik dari sisi [[Sejarah|historis]], [[Agama|keagamaan]], kemasyarakatan, [[estetika]], dan [[Simbolisme|simbolik]].<ref>{{Cite book|last=A.|first=Prihantoro|date=2005|title=Pasar Seni di Jogjakarta: Preseden Arsitektur Tradisional Jawa|location=Yogyakarta|publisher=Perpustakaan FTSP UII|url-status=live}}</ref> Arsitektur tradisional Jawa memandang bangunan bukan sekadar objek fisik, tetapi juga sebagai sebuah simbol dan bagian dari [[ritual]]. Pembentukan arsitektur tradisional Jawa memiliki makna yang berkaitan dengan pemilihan bahan bangunan dan konstruksi, yang dihubungkan dengan pengaturan kosmis, yaitu proses penyucian. [[Kosmologi]] adalah konsep yang dimiliki oleh masyarakat Jawa berkaitan dengan kepercayaan, mitos, norma, dan pandangan hidup, yang di dalamnya terkandung keyakinan tentang adanya ''jagad alit'' ([[Makrokosmos dan mikrokosmos|mikrokosmos]]) dan ''jagad gede'' ([[Makrokosmos dan mikrokosmos|makrokosmos]]).
[[Berkas:Umpak Kerto (3).jpg|kiri|jmpl|Umpak atau alas tiang kayu]]
Tiang utama atau kolom dalam struktur rumah Jawa (saka guru) secara langsung menopang atap, bukan dinding. Keempat tiang utama tersebut diletakkan di atas [[umpak]], yaitu batu trapesium tiga dimensi yang berfungsi sebagai penghubung antara tiang dan fondasi. Ukuran umpak bervariasi, mulai dari 20x20cm² hingga lebih dari satu meter persegi, bergantung pada ukuran tiang yang umumnya antara 12 x 12 cm² hingga 40x40cm². Umpak ini berfungsi untuk mencegah tiang kayu terkena air tanah serta mengurangi gaya horizontal yang ditimbulkan oleh gempa bumi.
Dalam pembangunan saka guru, umpak timur laut adalah batu pertama yang diletakkan di lokasi. Umpak ini dirancang menyerupai [[Teratai|bunga padma]], memberikan kesan kekokohan. Selanjutnya, umpak tenggara diletakkan, diikuti dengan umpak barat laut, dan terakhir umpak barat daya. Tiang-tiang kayu dipasang sesuai dengan arah tumbuh pohon. Setelah saka guru berdiri tegak, diadakan upacara sesaji pada malam hari.
[[Berkas:Proses pendirian joglo.jpg|kiri|jmpl|Proses pendirian tiang pada alas]]
Setiap tiang kayu saka guru dilengkapi dengan pen di kedua ujungnya, pen bawah mengikat tiang ke umpak, sementara pen atas ''(purus pathok)'' ditancapkan ke dalam lubang dua balok utama. Balok pertama yang dipasang adalah ''pengeret'', diikuti dengan balok kedua, yaitu ''blandar'', yang diletakkan di atas ''pengeret''. Kedua balok ini saling mengunci dan menahan gaya tekan dari struktur saka guru.
Tiang kayu saka guru juga memiliki lubang di bagian atas yang akan diisi oleh pen balok sekunder. Balok pertama disebut ''sundhuk'' ("tusuk sate") dan berisi pen yang disebut ''purus wedokan'' ("pen betina"). Pen ''purus wedokan'' memiliki lubang yang akan dikunci oleh pen balok kedua setelah dimasukkan ke dalam saka guru. Balok kedua dikenal sebagai ''kili'' ("jangkar"), dan pen-nya disebut ''purus lanang'' ("pen jantan"). Elemen struktur ''kili'' dan ''sunduk'' berfungsi menstabilkan saka guru. Istilah Jawa untuk pen adalah ''purus'', yang berarti organ seks pria.
[[Berkas:Rumah Joglo Yogyakarta.jpg|jmpl|Bentuk struktur dari rangkaian Saka Guru]]
Setelah proses penyambungan selesai, saka guru menjadi stabil dan siap menopang atap. Dua atau tiga balok paralel menghubungkan tiang-tiang di bagian atasnya. Tiang-tiang ini bisa langsung menopang rangka atap atau balok atap. Pada [[Joglo|rumah joglo]], tiang utama biasanya diatapi oleh dua set tiang kayu yang berundak ke dalam, ''tumpang sari'', dan tiang kayu yang berundak ke luar, ''elar''. Jumlah anak tangga pada tumpang sari mencerminkan status pemilik rumah. Usur-duduk adalah kasau pinggul yang membentang dari sudut luar ke punggungan, yang secara tradisional disebut ''molo''.
== Referensi ==
|