Suku Ambon: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Penambahan gelar ( ? ) [ * ] VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
HsfBot (bicara | kontrib)
k v2.05b - Perbaikan untuk PW:CW (Referensi sebelum tanda baca)
 
(2 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 65:
Mereka yang memeluk iman baru ini berharap akan mendapatkan kekuatan dalam menghadapi musuh mereka serta membaurkan iman baru mereka dengan kepercayaan asli mereka. Di setiap negeri Kristen, didirikanlah salib besar dari kayu tempat orang-orang Ambon bernyanyi lagu pujian dan berdoa kepada Tuhan baru mereka beserta leluhurnya tiap malam. Mereka menganggap Tuhan Kristen sebagai sumber kekuatan tambahan, sama seperti [[Dewa-Dewi Hindu|dewa-dewi Hindu]] yang mereka sembah sebelumnya.''{{Sfn|Bartels|2017b|p=562}}'' Seperti pada zaman Islam, pergantian agama suatu negeri menjadi Kristen juga diawali oleh pembaptisan para raja ([[kepala desa|kepala negeri]]). Para raja pun segera mendapatkan kekuatan politik, ditndai dengan penambahan gelar ''Dom'' dan pemberian nama baru Portugis. Semua orang Ambon yang dibaptis secara alami mendapatkan kewarganegaraan Portugis, begitu juga para budak yang dimerdekakan setelah menjadi Kristen, dikenal dengan sebutan ''orang Mardika'' atau orang yang merdeka dalam [[bahasa Ambon]].''{{Sfn|Bartels|2017b|p=563}}''
 
Permasalahan yang timbul antara [[Kesultanan Ternate|Ternate]], penguasa sejati [[Kepulauan Ambon|Ambon-Lease]], dan [[Imperium Portugal|Portugis]] menyebabkan pecahnya kerusuhan Islam-Kristen yang bermula di [[Maluku Utara]].''{{Sfn|Bartels|2017b|p=567–568}}'' Pada 1558, Ternate di bawah ''Kaicili'' (Pangeran) Leliato berlayar ke Maluku Tengah dan memaksa masyarakat pribumi Kristen untuk memeluk Islam, tanpa terkecuali suku Ambon yang sudah memeluk agama Kristen. Beberapa negeri Ambon seperti [[Nusaniwe, Nusaniwe, Ambon|Nusaniwe]], [[Urimessing, Nusaniwe, Ambon|Urimessing]], dan [[Halong, Teluk Ambon Baguala, Ambon|Halong]] mengikuti perintah Leliato—ketiganya kembali memeluk Kristen beberapa tahun kemudian—, sementara negeri lainnya, khususnya [[Kilang, Leitimur Selatan, Ambon|Kilang]] dan [[Hative Besar, Teluk Ambon, Ambon|Hative]], menjadi benteng pertahanan Kristen terakhir sebelum akhirnya dibantu kapal perang Portugis yang tiba pada 1561.''{{Sfn|Bartels|2017b|p=568–569}}'' Hal inilah yang menyebabkan Ambon-Lease dimekarkan menjadi kekaptenannya sendiri pada 1562, meski masih di bawah pengaruh Ternate.{{Sfn|Abdurachman|2008|p=15}}. Sejak kedatangan kapal perang Portugis untuk membantu Kilang dan Hative, misi Katolik terhadap negeri-negeri Ambon berkembang cepat dan mulai meluas di [[Kepulauan Lease]]. [[Oma, Pulau Haruku, Maluku Tengah|Oma]] di [[Pulau Haruku, Maluku Tengah|Haruku]], [[Ullath, Saparua Timur, Maluku Tengah|Ullath]] di [[Pulau Saparua|Saparua]], dan [[Titawaai, Nusalaut, Maluku Tengah|Titawaai]] di [[Nusalaut, Maluku Tengah|Nusalaut]] secara berurutan menjadi Kristen pada 1561, 1564, dan 1563.''{{Sfn|Bartels|2017b|p=569}}'' Pembunuhan Gubenur Ambon pertama yang diracuni oleh Ternate membangkitkan keberanian Muslim Ambon untuk menghancurkan negeri-negeri Kristen seperti [[Passo, Teluk Ambon Baguala, Ambon|Baguala]] di Ambon dan Ullath di Saparua. Serangan Muslim kembali dikalahkan dengan bantuan Portugis yang tiba pada 1569, sekaligus menyebabkan sejumlah negeri, yaitu [[Sirisori Amalatu, Saparua Timur, Maluku Tengah|sebagian Sirisori]], [[Tuhaha, Saparua Timur, Maluku Tengah|Tuhaha]], dan [[Ihamahu, Saparua Timur, Maluku Tengah|Ihamahu]] di Saparua serta [[Hutumuri, Leitimur Selatan, Ambon|Hutumuri]] di Ambon memeluk agama Kristen.''{{Sfn|Bartels|2017b|p=570}}'' Pertikaian Islam-Kristen Ambon yang dilatarbelakangi oleh dendam Ternate kembali lagi muncul pada 1570. Selain kembali menyerang Ullath, Ternate juga menyerang [[Hulaliu, Pulau Haruku, Maluku Tengah|Hulaliu]] di [[Pulau Haruku, Maluku Tengah|Haruku]].''{{Sfn|Bartels|2017b|p=572}}''
 
=== Vlaming ===