Kerajaan Galuh: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Raden Salman (bicara | kontrib)
Perbaikan Data pada Tabel
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan pranala ke halaman disambiguasi
 
(125 revisi perantara oleh 63 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox Former Country
[[Berkas:Sunda-Galuh.gif|thumb|300px|[[Sungai Citarum]] menjadi pembatas antara Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh.]]
| conventional_long_name = Kerajaan Galuh
'''Kerajaan Galuh''' adalah suatu kerajaan [[Sunda]] di pulau Jawa, yang wilayahnya terletak antara [[Sungai Citarum]] di sebelah barat dan [[Sungai Cipamali]] di sebelah timur. Kerajaan ini adalah penerus dari kerajaan [[Kendan]], bawahan [[Tarumanagara]].
| common_name = Kerajaan Galuh
| continent =
| region =
| country =
| religion = • [[Sunda Wiwitan]]<br>• [[Hindu]]<br>• [[Buddha]]<br>• [[Islam]]</br>
| p1 = Kerajaan Tarumanagara
| s1 = Kerajaan Sunda
| s2. = Kesultanan Demak
| year_start = 670
| year_end = 1482
| date_start =
| date_end =
| event_start = Pemisahan diri dari [[Tarumanegara]] di bawah [[Wretikandayun]]
| event_end = Penyatuan Sunda dan Galuh di bawah [[Sri Baduga Maharaja]]
| image_coat =
| symbol_type =
| image_map = Sunda Kingdom_id.svg
| image_map_caption = Wilayah Kerajaan Bersatu Sunda dan Galuh
| capital = *<small> [[Karangkamulyan, Cijeungjing, Ciamis]] ([[612]]-[[702]]) <ref>http://akibalangantrang.blogspot.co.id/2008/09/raja-raja-galuh-1.html</ref><ref>http://galoehsalaka.blogspot.co.id/p/sejarah-kerajaan-galuh-ciamis.html</ref><ref>https://1000000inspirasi.wordpress.com/2012/02/07/kawali-ibukota-kerajaan-galuh-buyut-prabu-siliwangi/</ref>
*Saunggalah ([[669]]-[[1311]])
*[[Kawali]] ([[1311]]-[[1482]])</small>
| common_languages = [[Bahasa Sunda Kuno|Sunda Kuno]], [[Bahasa Sanskerta|Sanskerta]]
| government_type = Monarki
| title_leader = Raja
| currency = Mata uang emas dan perak
| category =
| footnotes =
| today = {{flag|Indonesia}}
| year_leader1 = 670 - 702
| leader1 = [[Wretikandayun]]
| year_leader2 = 702 - 709
| leader2 = [[Suraghana]]
| year_leader3 = 709 - 716
| leader3 = [[Sanna]]
| year_leader4 = 716 - 723
| leader4 = [[Purbasora]]
| year_leader5 = 723 - 732
| leader5 = [[Sanjaya]]
| year_leader6 = 732 - 739
| leader6 = [[Tamperan Barmawijaya]]
| year_leader7 = 739 - 746
| leader7 = [[Ciung Wanara]]
}}
{{Sejarah Indonesia|Kerajaan Hindu-Buddha}}
 
'''Kerajaan Galuh''' ([[Aksara Sunda Baku|aksara Sunda]]: ᮊᮛᮏᮃᮔ᮪ ᮌᮜᮥᮂ) adalah [[kerajaan]] bercorak [[Hindu]] di Indonesia, yang wilayahnya terletak antara [[Sungai Citarum]] di sebelah barat dan Sungai [[Ci Serayu|Cisarayu]] (Serayu) juga Cipamali (Kali Brebes) di sebelah timur. Kerajaan ini adalah penerus dari [[kerajaan Kendan]], bawahan [[Tarumanagara]].<ref>[http://wangsit-siliwangi.blogspot.com/2013/03/sejarah-kerajaan-galuh-prabu-siliwangi.html Wangsit Siliwangi, diakses 13 Feb 2015]</ref><ref>[https://universitasgaluhfkipsejarah.wordpress.com/2012/04/15/sejarah-kerajaan-galuh/ Universitas Galuh, diakses 13 Feb 2015]</ref><ref>{{Cite web |url=http://www.prabugaluhpakuan.com/ |title=Prabu Galuh Pakuan, diakses 13 Feb 2015 |access-date=2015-02-13 |archive-date=2015-02-13 |archive-url=https://web.archive.org/web/20150213133939/http://www.prabugaluhpakuan.com/ |dead-url=yes }}</ref>
Sejarah mengenai Kerajaan Galuh ada pada naskah kuno ''[[Carita Parahiyangan]]'', suatu [[naskah]] berbahasa [[Sunda]] yang ditulis pada awal abad ke-16. Dalam naskah tersebut, ceritera mengenai Kerajaan Galuh dimulai waktu Rahiyangta ri Medangjati yang menjadi raja resi selama lima belas tahun. Selanjutnya, kekuasaan ini diwariskan kepada putranya di Galuh yaitu Sang Wretikandayun.
 
Sejarah mengenai Kerajaan Galuh ada pada naskah kuno ''[[Carita Parahiyangan]]'', suatu [[naskah]] ber[[bahasa Sunda]] yang ditulis pada awal abad ke-16. Dalam naskah tersebut, cerita mengenai Kerajaan Galuh dimulai waktu Rahiyangta ri Medangjati yang menjadi raja resi selama 15 tahun. Selanjutnya, kekuasaan ini diwariskan kepada putranya di Galuh yaitu Sang Wretikandayun.<ref>[http://galoehsalaka.blogspot.com/p/sejarah-kerajaan-galuh-ciamis.html Galoeh Salaka, diakses 13 Feb 2015]</ref>
Saat Linggawarman, raja Tarumanagara yang berkuasa dari tahun [[666]] meninggal dunia di tahun [[669]], kekuasaan Tarumanagara jatuh ke [[Tarusbawa]], menantunya dari Sundapura, salah satu wilayah di bawah Tarumanagara. Karena Tarubawa memindahkan kekuasaan Tarumanagara ke Sundapura, pihak Galuh, dipimpin oleh Wretikandayun (berkuasa dari tahun [[612]]), memilih untuk berdiri sebagai kerajaan mandiri. Adapun untuk berbagi wilayah, Galuh dan [[Kerajaan Sunda|Sunda]] sepakat menjadikan [[Sungai Citarum]] sebagai batasnya.
 
Saat Linggawarman, raja Tarumanagara yang berkuasa dari tahun [[666]] meninggal dunia pada tahun [[669]], kekuasaan Tarumanagara jatuh ke [[Sri Maharaja Tarusbawa]], menantunya dari Sundapura, salah satu wilayah di bawah [[Tarumanagara]]. Karena Tarusbawa memindahkan kekuasaan Tarumanagara ke Sundapura, pihak Galuh, dipimpin oleh [[Wretikandayun]] (berkuasa dari tahun [[612]]), memilih untuk berdiri sebagai kerajaan mandiri. Kerajaan Galuh dan [[Kerajaan Sunda|Sunda]] sepakat berbagi wilayah dan menjadikan [[Sungai Citarum]] sebagai batasnya.
 
== Kerajaan kembar ==
[[Wretikandayun]] punyamempunyai tiga anak lelaki: Rahiyang Sempakwaja (menjadi resiguru di [[gunung Galunggung|Galunggung]]), Rahiyang Kidul (jadi resi di Denuh), dan Rahiyang Mandiminyak. Setelah menguasai Galuh selama sembilan puluh tahun ([[612]]-[[702]]), Wretikandayun diganti oleh Rahiyang Mandiminyak, putra bungsunya, sebab kedua kakaknya menjadi resiguru.<ref>{{Cite web |url=http://www.kidnesia.com/Kidnesia/Archive/Sejarah-Indonesia/Zaman-Pra-Kolonial/Tahun-600-799/Tahun-670-Kerajaan-Sunda-Galuh-Berdiri |title=Kidnesia, diakses 13 Feb 2015 |access-date=2015-02-13 |archive-date=2015-02-13 |archive-url=https://web.archive.org/web/20150213144824/http://www.kidnesia.com/Kidnesia/Archive/Sejarah-Indonesia/Zaman-Pra-Kolonial/Tahun-600-799/Tahun-670-Kerajaan-Sunda-Galuh-Berdiri |dead-url=yes }}</ref>
 
Dari NyiNay Pwahaci Rababu, Sempakwaja mempunyai dua anak: Demunawan dan Purbasora. Akibat tergoda oleh kecantikan iparnya, Mandiminyak sampai terseret ke perbuatan nista, sampai melahirkan Sena (atau Sang Salah). Sedangkan dari istrinya, Dewi Parwati, putra dari Ratu Sima dan Raja Kartikeyasingha, Mandiminyak mempunyai putra perempuan yang bernama Sannaha. Sannaha dan Sena lantas menikah, dan mempunyai putra yang bernama Rakryan Jambri (atau disebut Sanjaya).
 
Sedangkan dari istrinya, Dewi Parwati, putra dari Ratu Sima dan Raja Kartikeyasingha, Mandiminyak mempunyai putra perempuan yang bernama Sannaha. Sannaha dan Sena lantas menikah, dan mempunyai putra yang bernama Rakryan Jambri (atau disebut Sanjaya).
Kakuasaan Galuh yang diwariskan pada Mandiminyak (702-[[709]]), kemudian diteruskan oleh Sena. Karena merasa punya hak mahkota dari Sempakwaja, Demunawan dan Purbasora merebut kekuasaan Galuh dari Sena (tahun [[716]]). Akibat terusir, Sena dan keluarganya lantas mengungsi ke Marapi di sebelah timur, dan menikah dengan Dewi Citrakirana, putra dari Sang Resi Padmahariwangsa, raja [[Indraprahasta]].
 
Kakuasaan Galuh yang diwariskan pada Mandiminyak (702-[[709]]), kemudian diteruskan oleh Sena. Karena merasa punya hak mahkota dari Sempakwaja, Demunawan dan Purbasora merebut kekuasaan Galuh dari Sena (tahun [[716]]). Akibat terusir, Sena dan keluarganya lantas mengungsi ke Marapi di sebelah timur, dan menikah dengan Dewi Citrakirana, putra dari Sang Resi Padmahariwangsa, raja [[Indraprahasta]].<ref>{{Cite web |url=http://www.prabugaluhpakuan.com/kerajaan-galuh/leluhur-raja-raja-galuh |title=Prabu Galuh Pakuan, diakses 13 Feb 2015 |access-date=2015-02-13 |archive-date=2015-02-13 |archive-url=https://web.archive.org/web/20150213133636/http://www.prabugaluhpakuan.com/kerajaan-galuh/leluhur-raja-raja-galuh |dead-url=yes }}</ref>
<!-- == Raja-raja Galuh ==
 
== Raja-raja Galuh ==
Raja-raja yang pernah berkuasa di Galuh:
# [[Wretikandayun]] (Rahiyangta ri Menir, 612617-702)
# Mandiminyak atau Prabu [[Suraghana]] (702802-709)
# [[Sanna]] atau Séna/Sannaha (709609-716916)
# Purbasora (716916-723)
# Rakeyan Jambri/[[Sanjaya, Rakai Mataram]]/Harisdarma (723-732); Galuh bersatu dengan Sunda
# [[Tamperan Barmawijaya]] (732-739)
# RahiyangSang BangaManarah ([[Ciung Wanara]]) (739-746)
# Rakeyan ri Medang (746-753)
# Rakeyan Diwus (753-777)
# Rakeyan Wuwus (777-849)
Baris 28 ⟶ 76:
# Rakeyan Gendang (852-875)
# Dewa Sanghiyang (875-882)
# PrebuPrabu Sanghiyang (882-893)
# PrebuPrabu Ditiya Maharaja (893-900)
# Sang Lumahing Winduraja (900-923)
# Sang Lumahing Kreta (923-1015)
# Sang Lumahing WindurujaWinduraja (1015-1033)
# Rakeyan [[Darmasiksa]] (1033-1183)
# Sang Lumahing Taman (1183-1189)
# Sang Lumahing Tanjung (1189-1197)
Baris 39 ⟶ 87:
# Sang Lumahing Kiding (1219-1229)
# Aki Kolot (1229-1239)
# PrebuPrabu Maharaja (1239-1246)-->
# Prabu Bunisora (1357-1371)
# Mahaprabu [[Niskala Wastu Kancana]] (1371-1475)
# Dewa Niskala (1475-1483)
# Ningratwangi (1483-1502)
# Jayaningrat (1502-1528)
# maharaja cipta sanghyang di galuh ( 1528-1595 )
 
Atau menurut Naskah Wangsakerta daftar lengkap raja-raja yang bertakhta di Kerajaan Galuh antara lain:
 
* Sang [[Wretikandayun]] (534-592) Saka (S)/ (612/3-670/1) M (Masehi) sebagai Raja Galuh.
* Sang Mandiminyak/ [[Suraghana]] (624-631) Saka/ (702/3-709/10) M.
* Sang Senna atau [[Sanna]], [[631-638]] Saka/ (709/10-716/7) M.
* Sang Purbasura (638-645) Saka/ (716/7-723/4) M.
* Sang [[Sanjaya, Rakai Mataram]] (645-654) Saka/ (723/4-732/3) M, sebagai Maharaja Galuh dan Sunda.
* Sang Tamperan (654-661) Saka/ (732/3-739/40) M sebagai Maharaja Galuh dan Sunda.
* Sang Manarah alias [[Ciung Wanara]] (661-705) Saka/ (740-784), sebagai penguasa Galuh.
* Sang Manisri alias [[Lutung Kasarung]] (705-721) Saka/ (783/4-799/800) Masehi sebagai raja Galuh.
* Sang Tariwulan (721-728) Saka/ (799/800-806/7) sebagai raja Galuh.
* Sang Welengsa (728-735) Saka (806/7-813/4) M sebagai raja Galuh.
* Prabhu Linggabhumi (735-774) Saka/ (813/4-852/3) M sebagai raja Galuh.
* Danghyang Guru Wisuddha (774-842) Saka/ (852/ 3-920/1) M sebagai ratu Galuh.
* Prabhu Jayadrata (843-871) S/ (921/2-949/50 M sebagai ratu Galuh.
* Prabhu Harimurtti (871-888) S/ (949/50-966/7) M.
* Prabhu Yuddhanagara (888-910) S/ (966/7-988/9) M sebagai ratu Galuh.
* Prabhu Linggasakti (910-934) S/ (988/9-1012/3) M sebagai ratu Galuh.
* Resiguru Dharmmasatyadewa (934-949) S (1012/3-1027/8) M sebagai raja Galuh.
* Prabhu Arya Tunggalningrat (987-1013) S/ (1065/6-1091/2) M sebagai raja wilayah Galuh.
* Resiguru Bhatara Hyang Purnawijaya (1013-1033) S/ (1091-1111) M sebagai ratu Galuh.
* Bhatari Hyang Janawati (1033-1074) S/ (1111/2-1152/3) M sebagai ratu Galuh dengan ibu kota Galunggung.
* Prabhu Dharmmakusuma (1074-1079) S/ (1152/3-1157/8) M sebagai maharaja Galuh dan Sunda.
* Prabu Guru [[Darmasiksa]] (1097-1219) S/ (1157/8-1297/8) M sebagai maharaja Galuh dan Sunda.
* Rakeyan Saunggalah (1109-1219) S/ (1167/8-1297/8) M sebagai ratu Galuh, (1219-1225) S/ (1297/8-1303/4) M menjadi Maharaja Galuh dan Sunda.
* Maharaja Citragandha (1225-1233) S/ (1303/4¬-1311/2) M sebagai Maharaja Galuh dan Sunda.
* Maharaja Linggadewata (1233-1255) S/ (1311/2-1333/4) M sebagai Maharaja Galuh dan Sunda.
* Maharaja Ajiguna (1255-1262) S/ (1333/4-1340/1) M sebagai Maharaja Galuh dan Sunda.
* Maharaja Ragamulya (1262-1272) S/ (1340/1¬-1350/1) M sebagai Maharaja Galuh dan Sunda.
* Maharaja Linggabhuwana (1272-1279) S/ (1350/1-1357/8 M sebagai Maharaja Galuh dan Sunda.
* Mangkubhumi Suradhipati (1279-1293) S/ (1357/8-1371/2) M, Maharaja Galuh dan Sunda .
* Mahaprabu [[Niskala Wastu Kancana]] (1293-1397) S/ (1371/2¬-1475/6), penguasa Galuh dan Sunda.
* Dewa Niskala atau Ningrat Kancana (1397-1404) S/ (1475/6-1482/3 M, sebagai raja Galuh.
* Prabhu Ningratwangi (1404-1423) S/ (1482/3-1501/2) M, sebagai ratu Galuh mewakili kakaknya, [[Sri Baduga Maharaja]] penguasa Galuh dan Sunda.
* Prabhu Jayaningrat (1423-1450) S/ (1501/2-1528/9) M Prabhu Jayaningrat bukan ratu Galuh terakhir, dan kerajaan Galuh tidak ditaklukkan oleh [[Kerajaan Cirebon]] namun Kawali tidak jadi pusat Kerajaan Galuh tetapi berpindah ke Galuh Salawe Pangauban di [[Cimaragas, Ciamis]].
* Maharaja Cipta Sanghyang di Galuh Salawe ( 1528-1595 ) di [[Cimaragas, Ciamis]]. Masa Kerajaan Galuh berakhir pada zaman Mataram 1595 saat itulah raja raja di seluruh pulau Jawa termasuk galuh di turunkan statusnya menjadi kebupatian oleh Mataram.<ref>http://www.wisataciamis.info/2015/11/kisah-tragis-adipati-panaekan.html/ {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160707214358/http://www.wisataciamis.info/2015/11/kisah-tragis-adipati-panaekan.html |date=2016-07-07 }} Setelah pusat Kerajaan Kawali Jatuh tahun [[1570]] M, pusat Kerajaan baru bergeser ke Galuh Pangauban yang berdiri sejak [[1530]] M, rajanya Prabu Haur Koneng memiliki tiga orang putra yang bernama Maharaja Upama (penguasa Galuh Pangauban menggantikan ayahnya di [[Putrapinggan, Kalipucang, Pangandaran]]) sekarang, Maharaja Sanghyang Cipta (Kerajaan Galuh Salawe, Cimaragas) dan Sareuseupan Agung (raja di wilayah Cijulang)</ref>.<ref>http://www.diciamis.com/situs-sang-hyang-cipta-permana-prabudigaluh-salawe.php</ref>
* Prabu Cipta Permana (1595-1618) M raja Kerajaan Galuh terakhir? Dapat pula dilihat dalam [[Daftar Bupati Ciamis]] dimana [[Adipati Panaekan]] (1618 - 1625) M sebagai bupati Galuh pertama (Kerajaan Galuh jadi Kabupaten Galuh sampai tahun 1914) atau Ciamis (nama Kabupaten Ciamis sejak 1916 zaman bupati [[Aria Sastrawinata]] yang menjabat tahun 1914 - 1935).<ref>Prabu Sangyang Cipta punya tiga anak, yaitu: (1) Prabu Cipta Permana, penguasa Galuh Gara Tengah (anak kedua) [[Cineam, Tasikmalaya]], Prabu Cipta permana menikahi Putri Penguasa Kawali, Tanduran Tanjung dan berputra Ujang Ngoko alias [[Adipati Panaekan]]; (2) Putri Tanduran Ageung (anak tertua) yang menikah dengan Adipati Galuh Kertabumi, Rangga permana di [[Cijeungjing, Ciamis]]; (3) Sanghyang Permana (anak ketiga) di Galuh Kawasen, [[Banjarsari, Ciamis]] sekarang.</ref>.<ref>http://prabudigaluh-salawe.blogspot.co.id/2014/05/riwayat-singkat-maharaja-cipta-prabu.html</ref>
 
=== Galuh Kawali sepeninggal Prabu Jayaningrat ===
 
Sepeninggal Prabu Jayaningrat, penguasa Galuh [[Kawali]] dalam pengaruh Cirebon:
* Pangeran Dungkut (lungkut) ([[1528]] - [[1575]] M) putra Lanangbuana, raja kuningan menjadi penguasa Galuh Kawali pengganti Jayaningrat.
* Pangeran Bangsit (1575-1592 M) disebut juga Mas Palembang putra Pangeran Dungkrut.
* Pangeran Mahadikusumah/Apun di Anjung (1592 M) putra Pangeran Bangsit.
* Pangeran Usman (1643) menikahi putri Pangeran Mahadikusumah dan ia yang pertama dimakamkan di situs kawali.
* Dalem Adipati Singacala (1643-1718 M) putra Adidempul Cicit pangeran Bangsit, menikahi Nyi Anjungsari putri Pangeran Usman.<ref>http://ikerosmiati.blogspot.co.id/2012/10/situs-astana-gede-kawali.html</ref>
 
Sementara di wilayah Galuh lain yaitu '''Galuh Pangauban''' (Ciamis Selatan). Nama Galuh muncul lagi yang ingin menjadi Ratu Galuh yang menguasai kerajaan kecil (semacam kandaga lante) tempat Pangauban (perlindungan). Terletak antara Cipamali dan Cisanggarung lalu ke daearah aliran Sungai Citanduy. Kerajaan Galuh yang dirancang oleh Pucuk Umum (Pangauban) dibangun oleh Kamalarang dibantu oleh masyarakat Pakidulan yang tempatnya di tengah hutan berjarak dari laut sepenyirihan (kurang lebih 5&nbsp;km) luasnya kurang lebih 100 depa persegi (sekitar 1,2 m).<ref>http://kumpulan-puisi-cinta-terbaru.blogspot.com/2013/02/sejarah-cijulang-dalam-konteks-makro.html</ref>
 
Sekelilingnya dipagar tanaman Haur Kuning yang berduri, sebelah Utara dibuat alun-alun yang luasnya 50 depa persegi, di sebelah Selatan ada tanah kosong seluas 50 deupa persegi. Bangunan keratonnya sangat sederhana tenggaranya didirikan tujuh rumah untuk para menteri dan pegawai negara yang penting. Di sekitar rumpun haur dikelilingi oleh perumahan rakyat yang setia sebanyak 100 orang ditambah oleh rakyat Bagolo serta Kamulyan Maratama, Maradua, dan Maratiga yang setia kepada Prabu Haur Kuning dalam membangun pusat Galuh Pangauban.<ref>abc Djadja Sukardja, 1999: 1-2</ref>
 
Pada tahun 1516 M Pucuk Umum (Pangauban) karena simpati kepada Islam dan ajarannya pernah memimpin pasukan ke Malaka membantu [[Pati Unus]] dari [[Kesultanan Demak]] atas perintah Raden Patah. Tapi Pucuk Umum tidak mau diangkat menjadi pimpinan Islam karena alasannya harus menyerang kerajaan Pajajaran sedangkan Pajajaran itu adalah eyangnya, akhirnya Pucuk Umum dibuang ke Ujung Kulon bersama istrinya.<ref>http://wisatacijulang.blogspot.com/2009/12/1.html</ref>
 
Prabu Haur Kuning (1535 – 1580 M) putra Pucuk Umum (Pangauban). Maharaja Cipta Sanghiang (1580 – 1595 M ) putra Prabu Haur Kuning yang menjadi raja Galuh Gara Tengah dengan Gelar ''Maharaja Prabu Cipta Sanghyang Permana'' dan termasuk Raja Galuh terakhir yang beragama Hindu jasadnya dilarung di Ciputrapinggan sekarang adalah desa [[Putrapinggan, Kalipucang, Pangandaran]]. Prabu Cipta Permana (1595 – 1618 M) Ratu Galuh yang pertama masuk Islam karena menikahi Tanduran Tanjung putri Maharaja Mahadikusumah, penguasa Cirebon di Galuh [[Kawali]].
 
Sebelum tahun [[1596]] M Cirebon belum terikat oleh Mataram bahkan daerah Ciamis Utara yang dimaksud utara Citanduy ada di bawah kekuasaan [[Cirebon]] termasuk [[Panjalu, Ciamis]].
{{Artikel|Akulturasi Budaya Jawa dan Sunda}}
 
== KabupatenWilayah Galuh Ciamis,pada kejayaanMasa zamanHindia Kangjeng PrebuBelanda ==
=== Kabupaten Galuh Ciamis, kejayaan zaman Kangjeng Prabu ===
Kangjeng Prebu sebagai Bupati Galuh yang keenambelas ini paling ternama. Ia mempunyai ilmu yang tinggi dan merupakan bupati pertama di wilayah itu yang bisa membaca huruf latin. Memerintah dengan adil disertai dengan kecintaannya pada rakyat. Empat puluh tujuh tahun lamanya Raden Adipati Aria Kusumadiningrat memimpin Galuh Ciamis ([[1839]]-[[1886]]).
Kangjeng Prabu sebagai bupati Galuh yang keenambelas ini paling ternama. Ia mempunyai ilmu yang tinggi dan merupakan bupati pertama di wilayah itu yang bisa membaca huruf latin. Memerintah dengan adil disertai dengan kecintaannya pada rakyat. Empat puluh tujuh tahun lamanya Raden Adipati Aria Kusumadiningrat memimpin Galuh Ciamis ([[1839]]-[[1886]]).
 
Pemerintah kolonial saat itu sedang menjalankan [[Tanam Paksa]]. Sebetulnya di tatar Priangan sejak tahun [[1677]] sudah dilaksanakan juga apa yang disebut ''Preangerstelsel'' atau sistimsistem Priangan yang berkaitan dengan komoditikomoditas kopi. Sampai sekarang terabadikan dalam lagu yang berurai air mata yang bunyinya ''"Dengkleung dengdek, buah kopi raranggeuyan. Ingkeun saderek, ulah rek dihareureuyan"'', gambaran seorang wanita yang sedih berkepanjangan karena ditinggal pujaan hati bekerja dalam tanam paksa. Dari ''Preangerstelsel'', di tempat lain dimekarkan menjadi ''Culturstelsel''. Jelas di Kabupaten Galuh ini bukan cuma komoditikomoditas kopi yang dipaksa harus ditanam olah rakyat, tapitetapi juga nila. Proyek nila ini menimbulkan [[insiden]] [[Pieter Herbert van Lawick van Pabst|Van Pabst]] yang menyebabkan Bupati Ibanagara dicopot dari jabatannya.
 
=== MulaiAwal BerkebunMula adanya Perkebunan Kelapa di Galuh ===
[[Berkas:Sunda-Galuh.gif|jmpl|300px|[[Sungai Citarum]] menjadi pembatas antara Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh.]]
Tentu saja Kangjeng Prebu bersedih hati dan prihatin menyaksikan rakyatnya dipaksa harus menanam kopi dan nila, sementara hasilnya diambil oleh [[Belanda]]. Rakyat hanya kebagian mandi keringatnya, cuma kebagian repotnya saja, meninggalkan anak, isteri, dan keluarga, sehari-hari hanya mengurus kebun kopi dan teh. Di zaman tanam paksa kopi inilah saat kelahiran tembang sedih ''Dengkleung Dengdek''. Tertulis dalam majalah ''Mangle'', almarhum Kang Pepe Syafe'i R. A. diminta berceritera saat bersantai di perkebunan Sineumbra di Bandung selatan. Saat itu administratur Mangle adalah Max Salhuteru yang penuh perhatian pada kehidupan budaya tradisional Sunda. Pepe Syafe'i didaulat untuk menceriterakan sejarah lahirnya tembang dramatis ''Deungkleung Dengdek'' oleh administratur itu.
Tentu saja Kangjeng Prabu bersedih hati dan prihatin menyaksikan rakyatnya dipaksa harus menanam kopi dan nila, sementara hasilnya diambil oleh [[Belanda]]. Rakyat hanya kebagian mandi keringatnya, cuma kebagian repotnya saja, meninggalkan anak, isteri, dan keluarga, sehari-hari hanya mengurus kebun kopi dan teh. Di zaman tanam paksa kopi inilah saat kelahiran tembang sedih ''Dengkleung Dengdek''. Tertulis dalam majalah ''Mangle'', almarhum Kang Pepe Syafe'i R. A. diminta bercerita saat bersantai di perkebunan Sineumbra di Bandung selatan. Saat itu administratur Mangle adalah Max Salhuteru yang penuh perhatian pada kehidupan budaya tradisional Sunda. Pepe Syafe'i didaulat untuk menceritakan sejarah lahirnya tembang dramatis ''Deungkleung Dengdek'' oleh administratur itu.
Kangjeng Prebuprabu sendiri menangis dalam hati, tidak tega menyaksikan rakyat tersiksa oleh pemerintah kolonial. Untuk mengurangi nestapa rakyat, agar selama bekerja tanam paksa tidak sampai perasaan kehilangan kerabat itu mengharu biru setiap waktu, dilakukanlah pembangunan berupa pembuatan beberapa saluran air dan bendungan, yang sekarang disebut saluran tersier dan sekunder termasuk dam yang kokoh. Sampai kini masih ada saluran air Garawangi yang dibangun tahun [[1839]], Cikatomas tahun [[1842]], Tanjungmanggu yang lebih terkenal dengan sebutan ''Nagawiru'' (berarti Naga biru) dibangun tahun [[1843]], dan saluran air Wangunreja tahun [[1862]].
 
Selanjutnya bupati yang kaya akan ilmu pengetahuan dan tidak bisa tidur sebelum berbakti pada rakyat itu membuka lahan persawahan baru dan kebun kelapa di berbagai tempat. Malah untuk sosialisasi kelapa, setiap pengantin lelaki saat ''seserahan'' diwajibkan untuk membawa tunas kelapa, yang selanjutnya harus ditanam di halaman rumah tempat mereka mengawali perjalanan bahtera rumah tangga.
 
Dari zaman Kangjeng Prebuprabu, perkebunan kelapa di Galuh Ciamis menjadi sangat subur, dengan produksinya yang menumpuk (''ngahunyud'') di setiap pelosok kampung. Dalam waktu tak terlalu lama, Ciamis tersohor menjadi gudang kelapa paling makmur di Priangan timur. Banyak pabrik minyak kelapa didirikan oleh para pengusaha, terutama CinaTionghoa. Yang paling tersohor adalah ''Gwan Hien'', yang oleh lidah orang Galuh menjadi Guanhin. Lalu pabrik Haoe Yen dan pabrik di Pawarang yang terkenal disebut Olpado (Olvado). Olpado ini musnah tertimpa bom saat Galuh dibombadir oleh Belanda. Guanhin juga tinggal nama, demikian juga yang lainnya. Saat ini, minyak kelapa terdesak oleh minyak kelapa sawit dan minyak goreng jenis lainnya.
 
=== Pembangunan Sekolah Sunda ===
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Olieverfschilderij voorstellende portret van de Regent van Galoeh Raden Aria Koesoema di Ninggrat TMnr A-5752.jpg|jmpl|200px|Raden Aria Koesoemadininggrat, ''regent'' (bupati) Galuh (1879)]]
Dari tahun [[1853]] Kangjeng Prebu tinggal di keraton Selagangga yang dibuat dari kayu Jati yang kokoh. Luas lahan tempat keraton itu berdiri adalah satu hektar, dengan kolam ikan, air mancur, dan bunga-bunga di pinggirnya. Di bagian lain dari keraton, ada kaputren, tempat para putri Bupati. Di komplek keraton juga ada mesjid. Tahun [[1872]] di komplek keraton ini dibangun Jambansari dan pemakaman keluarga Bupati. Di sebelah timur pemakaman ada situ yang sangat dikeramatkan. Dulu tidak ada yang berani melanggarnya, orang Galuh percaya air situ itu mengandung khasiat seperti yang dituliskan oleh Kangjeng Prebu dalam ''guguritan'' yang dibuatnya, "''Jamban tinakdir Yang Agung, caina tamba panyakit, amal jariah kaula, bupati Galuh Ciamis, Aria Kusumahdiningrat, medali mas pajeng kuning.''" Artinya kurang lebih, "Jamban takdir dari Yang Agung, airnya penyembuh penyakit, amal jariah saya, bupati Galuh Ciamis, Aria Kusumahdiningrat, medali mas pajeng kuning."
Dari tahun [[1853]] Kangjeng prabu tinggal di keraton Selagangga yang dibuat dari kayu Jati yang kokoh. Luas lahan tempat keraton itu berdiri adalah satu hektare, dengan kolam ikan, air mancur, dan bunga-bunga di pinggirnya. Di bagian lain dari keraton, ada kaputren, tempat para putri Bupati. Di komplek keraton juga ada masjid. Tahun [[1872]] di komplek keraton ini dibangun Jambansari dan pemakaman keluarga Bupati. Di sebelah timur pemakaman ada situ yang sangat dikeramatkan. Dulu tidak ada yang berani melanggarnya, orang Galuh percaya air situ itu mengandung khasiat seperti yang dituliskan oleh Kangjeng prabu dalam ''guguritan'' yang dibuatnya, "''Jamban tinakdir Yang Agung, caina tamba panyakit, amal jariah kaula, bupati Galuh Ciamis, Aria Kusumahdiningrat, medali mas pajeng kuning.''" Artinya kurang lebih, "Jamban takdir dari Yang Agung, airnya penyembuh penyakit, amal jariah saya, bupati Galuh Ciamis, Aria Kusumahdiningrat, medali mas pajeng kuning."
 
Menurut para menak Galuh zaman sekarang, terutama keturunan Kangjeng Prebuprabu, zaman dulu ''guguritan'' yang disusun dalam pupuh Kinanti ini suka dinyanyikan oleh anak-anak sekolah rakyat.
Selain bangunan untuk kepentingan keluarga Bupati, Kanjeng Prebuprabu juga membangun gedung-gedung pemerintahan dan sarana lainnya. Antara tahun [[1859]] sampai [[1877]] pembangunan berlangsung tanpa henti. Diawali dengan dibangunnya gedung pemerintahan kabupaten yang megah, tepatnya di gedung DPRD sekarang, menghadap utara. Lantas gedung untuk Asisten Residen, yang sekarang menjadi gedung negara atau gedung kabupaten, sekaligus tempat tinggal Bupati sekeluarga. Bangunan lainnya adalah markas militer, rumah pemasyarakatan, mesjidmasjid agung, gedung kantor telepon.
 
Tampaknya Kangjeng Prebuprabu sama sekali tidak melupakan satu pun kepentingan masyarakat. Pendidikan diutamakan oleh Bupati yang mahir ber[[bahasa PerancisPrancis]] ini. Untuk pendidikan puteraputra-puteranyaputranya dan kadang keluarga Bupati, sengaja dipanggil guru Belanda J.A.Uikens dan J. Blandergroen ke kantor kabupaten untuk mengajarkan membaca dan berbicara [[bahasa Belanda]]. Tahun [[1862]], Kangjeng Dalem mendirikan Sekolah Sunda. Tahun [[1874]], Sekolah Sunda yang kedua berdiri di Kawali. Sekolah-sekolah ini merupakan sekolah pertama di Tatar Sunda.
 
Dalam upaya menyebarkan agama [[Islam]], Kangjeng Prebuprabu mempunyai cara-cara tersendiri. Terutama dalam upaya menghilangkan kepercayaan sebagian masyarakat yang masih menyimpan sesembahan berupa arca batu setinggi manusia. Kangjeng Prebuprabu sengaja suka mengadakan silaturahmi dan pengajian dengan mengajak serta masyarakat.
 
Dalam kumpulan seperti itulah ia mengajak rakyatnya supaya mereka setiap akan pergi ke pengajian dan perkumpulan, membawa arca yang ada di rumahnya masing-masing. "Kita satukan dengan arca kepunyaan saya," katanya. Rakyat setuju saja diminta membawa arca seperti itu dan dengan jujur mengakui bahwa di rumahnya memiliki arca. Dengan demikian, tanpa memakan waktu yang lama, sudah tidak ada lagi arca yang disimpan di rumah-rumah rakyat. Masyarakat beribadah dengan sungguh-sungguh memuji keagungan AllohAllah. Islam mekar memancar seputaran Galuh. Sementara arca-arca yang dikumpulkan rakyat, ditumpuk begitu saja di Jambansari. Sekelilingnya ditanami pepohonan yang rimbun. Itu sebabnya sampai sekarang banyak arca di pemakaman Kangjeng Prebuprabu di Selagangga.
 
Kangjeng Prebuprabu merupakan Bupati pertama di Tatar Sunda yang bisa membaca aksara latin, juga mempunyai ilmu kebatinan yang tinggi. Menurut ceritera yang berkembang di masyarakat Galuh Ciamis, Kangjeng Prebuprabu juga menguasai makhluk gaib yang di Ciamis terkenal disebut ''onom''.
Tahun [[1861]], jalan kereta api akan dibuka untuk melancarkan hubungan antar warga, dari Tasikmalaya ke Manonjaya, Cimaragas, Banjar, terus sampai Yogyakarta.
Kangjeng Prebuprabu segera mengajukan permohonan, supaya jalan kereta api bisa melewati kota Galuh, pusat kabupaten, dan bukannya melewati Cimaragas - Manonjaya. Biaya pembuatannya memang jadi membengkak sebab perlu dibuat jembatan yang panjang di Cirahong dan Karangpucung. Tetapi akhirnya Belanda menerima permohonan itu. Walaupun stasiun yang dibangun Belanda kini sudah tua, tapitetapi Ciamis sampai kini dilewati jalan kereta api, diantaranyadi antaranya kereta api Galuh.
 
Tahun [[1886]] Kangjeng Prebuprabu ''lengser kaprabon'', jabatannya dilanjutkan oleh putranya yang bernama Raden Adipati Aria Kusumasubrata.
Tapi walaupun sudah pensiun, Kangjeng Prebuprabu tidak hanya mengaso sambil ongkang-ongkang kaki di kursi goyang. Ia masih terus berbenah dan membangun Galuh Ciamis. Masih dipada zamannya berkuasa, Undang-undang Agraria mulai dipakai, tepatnya tahun [[1870]]. Oleh sebab itu, di Galuh Ciamis banyak perkebunan swasta, diantaranyadi antaranya Lemah Neundeut, Bangkelung, Gunung Bitung, Panawangan, Damarcaang, dan Sindangrasa.
 
Tahun [[1915]] Kabupaten Galuh secara resmi masuk ke [[Parahyangan|Karesidenan Priangan]], dan sebutannya menjadi Kabupaten Ciamis. Tanggal [[1 Januari]] [[1926]] Pulau Jawa dibagi menjadi tiga provinsi, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Jawa Barat dibagi menjadi lima [[karesidenan]], 18 [[Kabupaten]] dan enam [[kotapraja]]. Ciamis selanjutnya masuk ke Karesidenan Priangan Timur.
 
Di lokasi keraton Selagangga, Kangjeng Prebuprabu juga membuat mesjidmasjid megah. Orang yang dipercayai untuk mengurus dan menghidupkannya adalah Haji Abdul Karim.
Untuk pemekaran agama Islam, Bupati Galuh memerintahkan para Kepala Desa supaya di tiap desanya didirikan mesjidmasjid, selain untuk ibadah secara umum, juga untuk anak-anak dan remaja belajar mengaji dan ilmu agama. Pendeknya untuk membangun mental spiritual masyarakat. Masjid Selagangga sangat ramai dikunjungi para remaja.
 
=== Peninggalan Kangjeng Prebuprabu ===
Namun kini yang ada hanya tinggal makam keluarga dan Jambansari yang tinggal secuil. Situ yang dulu ada di sebelah barat telah tiada bekasnya barang sedikitpun. Padahal dulu ada dua situ, di sebelah barat dan timur. Sekarang sudah berubah menjadi perkampungan. Tanah yang dulu menjadi milik anak dan cucu [[Christiaan Snouck Hurgronje]], sebelah timur tapal batas dengan Jambansari, kini juga sudah menjadi perkampungan.
 
Pemakaman Kangjeng Prebuprabu sampai sekarang masih diurus dan dipelihara oleh Yayasan yang dipimpin oleh Toyo Djayakusuma. Sementara waktu ke belakang, sempat terlantartelantar kurang terurus karena tiadanya biaya. Jambansari hampir hilang terkubur ilalang. Maka didatangilah rumah keluarga [[Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia]] di [[Jakarta]] yang saat itu dijabat Ir. [[Radinal Muchtar]]. Oleh keluarga itu kemudian dilakukan pembenahan dan perbaikan serta diangkat lagi martabatnya. Kebetulan isteri dari Radinal masih menak Galuh Ciamis, keturunan Kangjeng Prebuprabu. Jadi masih merasa perlu bertanggungjawab untuk memelihara pemakanam dan komplek Jambansari yang oleh rakyat Galuh sangat dimulyakan.
 
Ada yang sedikit menggores ke dalam rasa dari orang Galuh Ciamis, terutama yang bertempat tinggal di Jalan Selagangga, seputaran komplek pemakanan dan Jambansari, yaitu saat Jalan Selagangga diganti namanya menjadi Jalan K.H. [[Ahmad Dahlan]] mengikuti nama pimpinan [[Nahdlatul UlamaMuhammadiyah]]. Oleh sebab itu orang Galuh tetap menyebutnya Selagangga, sebab di situ ada peninggalan Kangjeng Prebuprabu yang dirasa telah besar jasanya dalam sejarah Galuh Ciamis. Tanpa mengurangi rasa hormat pada Ahmad Dahlan, mereka meminta bupati untuk mengembalikan nama Jalan Selagangga untuk mengenang Kanjeng Prebuprabu yang memiliki keraton di tempat itu, memimpin Galuh dari sana, bahkan dimakamkannya juga di pemakaman Sirnayasa (Jambansari) Selagangga. Mereka merasa tak melihat adanya alasan yang bisa diterima bila Jalan Selagangga harus berganti nama.
 
== PeninggalahPeninggalan Kerajaan Galuh ==
 
Keberadaan Kerajaan Galuh diketahui melalui sumber-sumber sejarah baik yang berupa prasasti, candi maupun artefak lainnya.[[Berkas:Cangkuangtemple.jpg|thumbjmpl|upleft|Candi Cangkuang, salah satu warisan dari Kerajaan Galuh]]
 
=== Prasasti dari masa [[Kerajaan Galuh]] ===
* [[Prasasti Mandiwunga]]
* [[Prasasti Cikajang]]
* [[Prasasti Rumatak]]
* [[Prasasti Galuh]]
 
=== Kepurbakalaan peninggalan Kerajaan Galuh ===
Baris 106 ⟶ 221:
|-
| 1.
| [[Sumedang]]
| [[Gunung Tampomas]] (Cimalaka)
| [[Teras berundak]]
| 108°05’BT, 06°47’LS, ±1020m dpl
|-
Baris 114 ⟶ 229:
|
|
| [[Batu Kukus]]
|
|-
Baris 120 ⟶ 235:
|
|
| [[Pabeasan]]
|
|-
|
|
| [[Astanagede]] ([[Darmaraja, Sumedang|Darmaraja]])
| Teras Berundak
| 108°05’BT, 06°53’LS, ±230m dpl
Baris 132 ⟶ 247:
|
|
| [[Embah Jalul]]
|
|-
Baris 138 ⟶ 253:
|
|
| [[Lembu Agung]]
|
|-
Baris 144 ⟶ 259:
|
|
| [[Dalem Demang]]
|
|-
|
|
| [[Astana Cipeueut]] (Darmaraja)
| Teras berundak
| 108°05’BT, 06°53’LS, ±230m dpl
|-
| 2.
| [[Garut]]
|[[Candi CangkuanCangkuang]] (Pulo-Leles)
| Struktur bangunan
| 107°55’BT, 07°06’LS, ±704m dpl
Baris 162 ⟶ 277:
|
|
| [[arca Nandi]], [[Siwa]],
|
|-
Baris 168 ⟶ 283:
|
|
| [[Siwaguru]]
|
|-
Baris 174 ⟶ 289:
|
|
| [[Neolitik]]
|
|-
Baris 180 ⟶ 295:
|
|
| [[Megalitik]]
|
|-
|
|
| [[Ranca Gabus]] ([[Cibeureum]])
| Teras Berundak (di 8 bukit)
| 107°57’BT, 07°07’LS, ±702m dpl
Baris 192 ⟶ 307:
|
|
| [[Pasir Lulumpang]] (13 teras)
|
|-
Baris 198 ⟶ 313:
|
|
| [[Pasir Kiarapayung]] (10 teras)
|
|-
Baris 204 ⟶ 319:
|
|
| [[Pasir Tengah]] (15 teras)
|
|-
Baris 210 ⟶ 325:
|
|
| [[Pasir Kolecer]] (13 teras)
|
|-
Baris 216 ⟶ 331:
|
|
| [[Pasir Astaria]] (19 teras)
|
|-
Baris 222 ⟶ 337:
|
|
| [[Pasir Luhur]] (15 teras)
|
|-
Baris 228 ⟶ 343:
|
|
| [[Pasir Gintung]] (12 teras)
|
|-
Baris 234 ⟶ 349:
|
|
| [[Pasir Tunjung]] (19 teras)
|
|-
| 3.
|[[Kabupaten Tasikmalaya|Tasikmalaya]]
| Tasik Malaya
|[[Indihiang, Tasikmalaya|Indihiang]]
| Indihiyang
| struktur bangunan
| 108°12’BT, 07°11’LS, ±420m dpl
Baris 252 ⟶ 367:
|
|
| [[Lingga-yoni]]
|
|-
Baris 258 ⟶ 373:
|
|
| [[Lumpang]], [[umpak]]
|
|-
Baris 268 ⟶ 383:
|-
| 4.
| [[Ciamis]]
| [[Batu Kalde]] ([[Pangandaran]])
| struktur bangunan
| 108°39’BT, 07°34’LS, ±03m dpl
Baris 275 ⟶ 390:
|
|
| [[Kanduruan]] ([[Batulawang, Pataruman, Banjar|Batulawang]]-[[Banjar]])
| serakan batu
| 108°32’ BT, 07°24’LS, ±43m dpl
Baris 282 ⟶ 397:
|
|
| [[Menhir]]
|
|-
Baris 293 ⟶ 408:
|
|
| [[Kalipucang]]
| struktur batu
| 108°45’BT, 07°39’LS, ±50m dpl
Baris 306 ⟶ 421:
|
|
| [[Lingga]]
|
|-
|
|
| [[Ronggeng]]
| struktur bangunan
| 108°29’BT, 07°24’LS, ±98m dpl
Baris 318 ⟶ 433:
|
|
| [[Lingga]], [[Yoni]], [[Nandi]]
|
|-
|
|
| [[Karang Kamulyan]] (Cisaga)
| [[Batu Pangcalikan]]
| 108°29’BT, 07°21’LS, ±40m dpl
|-
Baris 330 ⟶ 445:
|
|
| [[Sanghiyang Bedil]]
|
|-
Baris 336 ⟶ 451:
|
|
| [[Panyambungan Hayam]]
|
|-
Baris 342 ⟶ 457:
|
|
| [[Lamban Peribadatan]]
|
|-
Baris 348 ⟶ 463:
|
|
| [[Cikahuripan]]
|
|-
Baris 354 ⟶ 469:
|
|
| [[Panyandaan]]
|
|-
Baris 360 ⟶ 475:
|
|
| [[Sri Bagawat Pohaci]]
|
|-
Baris 366 ⟶ 481:
|
|
| [[Pamangkonan]]
|
|-
Baris 372 ⟶ 487:
|
|
| [[Makam Adipati Panaekan]]
|
|-
|
|
| [[Gunung Padang]] ([[Cikoneng]])
| Teras berundak (5 teras)
| 108°16’BT, 07°17’LS, ±430m dpl
Baris 384 ⟶ 499:
|
|
| [[Mata air]]
|
|-
|
|
| [[Kawali]] (Kawali)
| Teras berundak (5 teras)
| 108°23’BT, 07°11’LS, ±415m dpl
Baris 396 ⟶ 511:
|
|
| [[Prasasti]] batu (6 prasasti)
|
|-
Baris 402 ⟶ 517:
|
|
| [[Batu Tapak]]
|
|-
Baris 408 ⟶ 523:
|
|
| [[Batu Pangeunteungan]]
|
|-
Baris 414 ⟶ 529:
|
|
| [[Batu Panyandaan]]
|
|-
Baris 420 ⟶ 535:
|
|
| [[Batu Panyandungan]]
|
|-
Baris 426 ⟶ 541:
|
|
| SejumlaSejumlah besar menhir
|
|-
Baris 432 ⟶ 547:
|
|
| [[Kerakal]] [[andesit]]
|
|-
| 5.
| [[Kuningan]] ([[Ciniru]])
| [[Sukasari]]
| [[Lapik]] persegi
| 108°30' BT, 07° 03' LS, ± 310 m dpl
|-
Baris 444 ⟶ 559:
|
|
| Yoni, Lumpang
|
|-
|
|
| [[Susukan]] ([[Ciawigebang]])
| Lapik persegi
| 108°34'BT, 06° 57' LS, ± 303 m dpl
Baris 461 ⟶ 576:
|
|
| [[Ciarca]] ([[Darma]])
| serakan batu
| 108° 25' BT, 06° 58' LS, ± 945 m dpl
Baris 479 ⟶ 594:
|
|
| [[Hululingga]]
| Teras berundak
| 108° 25' BT, 06° 58' LS, ± 945 m dpl
|}
 
== Lihat pula ==
<div class="references-small">
{{Col-begin}}
{{Col-2}}
* [[Kerajaan Kendan]]
* Kerajaan Galuh
* [[Kerajaan Salakanagara]]
* [[Kerajaan Tarumanagara]]
* [[Kerajaan Sunda]]
* [[Kerajaan Talaga Manggung]]
* [[Kerajaan Galunggung]]
* [[Kerajaan Sunda Galuh]]
* [[Kerajaan Pajajaran]]
{{Col-2}}
* [[Kerajaan Sumedang Larang]]
* [[Prabu Geusan Ulun]]
* [[Kesultanan Cirebon]]
* [[Kesultanan Banten]]
* [[Provinsi Pasundan]]
* [[Daftar provinsi Indonesia]]
* [[Daftar tokoh Sunda|Daftar Tokoh Sunda]]
* [[:Kategori:Tokoh Sunda|Tokoh Sunda]]
* [[:Kategori:Sunda|Sunda]]
{{Col-end}}
</div>
 
== Bacaan lanjut ==
<div class="references-small">
{{Col-begin}}
{{Col-2}}
* {{cite book|url=|title=Carita Parahiyangan: naskah titilar karuhun urang Sunda abad ka-16 Maséhi|authors=[[Atja]]|publisher= Yayasan Kabudayaan Nusalarang|location=Bandung|date=|year=1968|accessdate=}} .
* {{cite book|url=|title=Sundakala: cuplikan sejarah Sunda berdasarkan naskah-naskah Panitia Wangsakerta dari Cirebon|authors=[[Ayatrohaedi]]|publisher=Pustaka Jaya|location=Jakarta|year=2005|date=|accessdate=}}
* Darsa, Undang A. 2004. “Kropak 406; Carita Parahyangan dan Fragmen Carita Parahyangan“, Makalah disampaikan dalam Kegiatan Bedah Naskah Kuno yang diselenggarakan oleh Balai Pengelolaan Museum Negeri Sri Baduga. Bandung-Jatinangor: Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran: hlm. 1 – 23.
* Ekadjati, Edi S. 1995. Sunda, Nusantara, dan Indonesia; Suatu Tinjauan Sejarah. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Ilmu Sejarah Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran pada Hari Sabtu, 16 Desember `1995. Bandung: Universitas Padjadjaran.
* Ekadjati, Edi S. 1981. Historiografi Priangan. Bandung: Lembaga Kebudayaan Universitas Padjadjaran.
* Ekadjati, Edi S. (Koordinator). 1993. Sejarah Pemerintahan di Jawa Barat. Bandung: Pemerintah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat.
* Raffles, Thomas Stamford. 1817. The History of Java, 2 vols. London: Block Parbury and Allen and John Murry.
* Raffles, Thomas Stamford. 2008. The History of Java (Terjemahan Eko Prasetaningrum, Nuryati Agustin, dan Idda Qoryati Mahbubah). Yogyakarta: Narasi.
* Z., Mumuh Muhsin. ''Sunda, Priangan, dan Jawa Barat''. Makalah disampaikan dalam Diskusi ''Hari Jadi Jawa Barat'', diselenggarakan oleh Harian Umum Pikiran Rakyat Bekerja Sama dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat pada Selasa, 3 November 2009 di Aula Redaksi HU Pikiran Rakyat.
* Uka Tjandrasasmita. (2009). ''Arkeologi Islam Nusantara.'' Kepustakaan Populer Gramedia.
* E. Rokajat Asura. (September 2011). ''Harisbaya bersuami 2 raja - Kemelut cinta di antara dua kerajaan Sumedang Larang dan Cirebon''. Penerbit Edelweiss.
* Atja, Drs. (1970). ''Ratu Pakuan.'' Lembaga Bahasa dan Sedjarah Unpad. Bandung.
* Atmamihardja, Mamun, Drs. Raden. (1958). ''Sadjarah Sunda.'' Bandung. Ganaco Nv.
* Joedawikarta (1933). ''Sadjarah Soekapoera, Parakan Moencang sareng Gadjah.'' Pengharepan''.'' Bandoeng,
* Lubis, Nina Herlina., Dr. MSi, dkk. (2003). ''Sejarah Tatar Sunda jilid I dan II''. CV. Satya Historica. Bandung.
* Herman Soemantri Emuch. (1979). ''Sajarah Sukapura, sebuah telaah filologis''. Universitas Indonesia. Jakarta.
* {{cite book|url=|title=Polemik Naskah Pangeran Wangsakerta|authors=[[Edi Suhardi Ekadjati|Edi S. Ekajati]]|publisher=Pustaka Jaya|location=Jakarta|year=2005|isbn=979-419-329-1|date=|accessdate=}}
{{Col-2}}
* {{cite book|url=|title=Anekaragam Bahasa Prasastidi Jawa Barat Pada Abad Ke-5 Masehi sampai Ke-16 Masehi: Suatu Kajian Tentang Munculnya Bahasa Sunda. Tesis (yang diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dalam bidang Arkeologi|authors=Richadiana Kartakusuma|publisher=Fakultas Pasca Sarjana Universitas Indonesia.|location=Jakarta|year=1991|date=|accessdate=}}
* {{cite book|url=|title=Sejarah Jawa Barat: yuganing rajakawasa|authors=[[Yoséph Iskandar]]|publisher=Geger Sunten|location=Bandung|year=1997|date=|accessdate=}}
* Zamhir, Drs. (1996). ''Mengenal Museum Prabu Geusan Ulun serta Riwayat Leluhur Sumedang.'' Yayasan Pangeran Sumedang. Sumedang.
* Sukardja, Djadja. (2003). ''Kanjeng Prebu R.A.A. Kusumadiningrat Bupati Galuh Ciamis th. 1839 s / d 1886.'' Sanggar SGB. Ciamis.
* Sulendraningrat P.S. (1975). ''Sejarah Cirebon dan Silsilah Sunan Gunung Jati Maulana Syarif Hidayatullah.'' Lembaga Kebudayaan Wilayah III Cirebon. Cirebon.
* Sunardjo, Unang, R. H., Drs. (1983). ''Kerajaan Carbon 1479-1809''. PT. Tarsito. Bandung.
* Suparman, Tjetje, R. H., (1981). ''Sajarah Sukapura''. Bandung
* Surianingrat, Bayu., Drs. (1983). ''Sajarah Kabupatian I Bhumi Sumedang 1550-1950.'' CV.Rapico. Bandung.
* Soekardi, Yuliadi. (2004). ''Kian Santang''. CV Pustaka Setia.
* Soekardi, Yuliadi. (2004). ''Prabu Siliwangi''. CV Pustaka Setia.
* Tjangker Soedradjat, Ade. (1996). ''Silsilah Wargi Pangeran Sumedang Turunan Pangeran Santri alias Pangeran Koesoemadinata I Penguasa Sumedang Larang 1530-1578''. Yayasan Pangeran Sumedang. Sumedang.
* Widjajakusuma, Djenal Asikin., Raden Dr. (1960). ''Babad Pasundan, Riwajat Kamerdikaan Bangsa Sunda Saruntagna Karadjaan Pdjadjaran Dina Taun 1580''. Kujang. Bandung.
* Winarno, F. G. (1990). ''Bogor Hari Esok Masa Lampau.'' PT. Bina Hati. Bogor.
* Olthof, W.L. (cetakan IV 2008). ''Babad Tanah Jawi - mulai dari Nabi Adam sampai tahun 1647.'' PT. Buku Kita. Yogyakarta Bagikan.
* A. Sobana Hardjasaputra, H.D. Bastaman, Edi S. Ekadjati, Ajip Rosidi, Wim van Zanten, Undang A. Darsa. (2004). ''Bupati di Priangan dan Kajian Lainnya Mengenai Budaya Sunda.'' Pusat Studi Sunda.
* A. Sobana Hardjasaputra (Ed.). (2008). ''Sejarah Purwakarta.''
* Nina H. Lubis, Kunto Sofianto, Taufik Abdullah (pengantar), Ietje Marlina, A. Sobana Hardjasaputra, Reiza D. Dienaputra, Mumuh Muhsin Z. (2000). ''Sejarah Kota-kota Lama di di Jawa Barat''. Alqaprint. ISBN 979-95652-4-3.
{{Col-end}}
</div>
 
== Linimasa Kerajaan Sunda ==
{{Kerajaan Sunda}}
 
== RujukanCatatan kaki ==
{{reflist}}
*'''[[Aca]]'''. 1968. ''Carita Parahiyangan: naskah titilar karuhun urang Sunda abad ka-16 Maséhi''. Yayasan Kabudayaan Nusalarang, Bandung.
{{Topik Ciamis}}
*'''[[Ayatrohaedi]]'''. 2005. ''Sundakala: cuplikan sejarah Sunda berdasarkan naskah-naskah "Panitia Wangsakerta" dari Cirebon''. Pustaka Jaya, Jakarta.
*'''[[Edi Suhardi Ekadjati|Edi S. Ekajati]]'''. 2005. ''Polemik Naskah Pangeran Wangsakerta''. Pustaka Jaya, Jakarta. ISBN 979-419-329-1
#Richadiana Kartakusuma (1991), Anekaragam Bahasa Prasastidi Jawa Barat Pada Abad Ke-5 Masehi sampai Ke-16 Masehi: Suatu Kajian Tentang Munculnya Bahasa Sunda. Tesis (yang diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dalam bidang Arkeologi). Fakultas Pasca Sarjana Universitas Indonesia.
*'''[[Yoséph Iskandar]]'''. 1997. ''Sejarah Jawa Barat: yuganing rajakawasa''. Geger Sunten, Bandung.
 
[[Kategori:Kerajaan Galuh| ]]
[[Kategori:Sejarah Jawa Barat]]
[[Kategori:Sejarah Jawa Tengah]]
[[Kategori:Banyumasan]]
[[Kategori:Kerajaan di Parahyangan]]
[[Kategori:Sejarah Sunda]]
[[Kategori:Kerajaan di Nusantara]]
[[Kategori:Kerajaan di Jawa Barat]]
 
[[en:Galuh Kingdom]]
[[jv:Karajan Galuh]]
[[su:Karajaan Galuh]]