Perang Bubat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Nusantara1945 (bicara | kontrib)
k Perbaikan Pengetikan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Nusantara1945 (bicara | kontrib)
k perbaikan penulisan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
Baris 32:
}}
 
Insiden Pasunda Bubat disinggung di dalam ''[[Carita Parahyangan]]'' (abad ke-16) dan ''[[Pararaton]]'' (abad ke-15),<ref name="Historia2">{{Cite web|url=https://historia.id/kuno/articles/tragedi-perang-bubat-dan-batalnya-pernikahan-hayam-wuruk-dyah-pitaloka-vZ5yx|title=Tragedi Perang Bubat dan Batalnya Pernikahan Hayam Wuruk-Dyah Pitaloka|website=Historia - Obrolan Perempuan Urban|date=22 Mei 2015|language=id-ID|access-date=06 Mei 2018}}</ref> tetapiterdapat tidak terdapatcatatan di dalam ''[[Nagarakretagama]]'' (abad ke-14) dimana lapangan Bubat pernah terjadi Adu Pedang. Meskipun demikian, pertempuran di Bubat menjadi tema utama ''[[Kidung Sunda]]'', naskah Bali dari sekitar pertengahan abad ke-16.<ref name="Historia1"/> Didalam Lontar kidung Panji marga era Majapahit disebutkan bahwa Perang bubat terjadi.
 
Perang Bubat disinggung di dalam salah satu pupuh ''[[Pararaton]]'', tawarikh Jawa dari abad ke-15. Jati diri penulisnya tidak diketahui. ''Pararaton'' disusun dalam bentuk catatan peristiwa yang terjadi sekitar tahun 1474–1486, sementara bagian sastrawinya disusun sebagai uraian sejarah antara tahun 1500–1613. Naskah ini pertama kali dipublikasikan pada tahun 1896 oleh J.L.A. Brandes, seorang filolog Belanda, lengkap dengan terjemahan, keterangan, dan ulasan.<ref name="Historia2"/>