Okky Madasari: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Genrifinaldy (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Genrifinaldy (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(7 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 8:
| birth_date = {{birth date and age|df=yes|1984|10|30}}
| birth_place = [[Magetan]], [[Jawa Timur]], Indonesia
| occupation = novelis, esaisakademisi
| education = {{ubl|
[[National University of Singapore]]|
Baris 45:
 
Okky kemudian memperoleh beasiswa penuh dari [[Universitas Nasional Singapura]] (NUS) pada tahun 2019 untuk menempuh program doktor pada universitas tersebut.<ref>https://web.archive.org/web/20240811000043/https://nusgs.nus.edu.sg/stud-sharings/madasari-okky-puspa/</ref> Okky menyelesaikan tesis doktoralnya dengan judul ''Sensor dan Produksi Pengetahuan di Indonesia''. Ia meraih gelar Ph.D dalam bidang Ilmu Sosial pada 2024.<ref>{{Cite web|title=x.com|url=https://web.archive.org/web/20240922012430/https://x.com/okkymadasari/status/1814906371953074317|accessdate=22 Sep 2024}}</ref>
 
== Novel ==
 
Novel-novel Okky berfokus pada pertanyaan-pertanyaan seputar [[hak asasi manusia]] dan [[kebebasan]], menggambarkan perjuangan melawan segala bentuk [[penindasan]].
 
Apsanti Djokosujatno, kritikus sastra dari [[Universitas Indonesia]], menyatakan bahwa karya-karya Okky sudah dikategorikan sebagai karya kanon dan akan dianggap sebagai karya klasik. Djokosujatno bahkan menjuluki Okky sebagai ''The Next [[Pramoedya Ananta Toer]]''.
 
Novel pertama Madasari, ''[[Entrok]]'' (2010), berlatar belakang masa kediktatoran rezim [[Soeharto]] dan merinci bagaimana masyarakat Indonesia berjuang untuk bertahan hidup di bawah penindasan militer. Novel keduanya, ''86'' (2011), menggambarkan [[korupsi]] di dalam negeri dan di antara [[Pegawai negeri sipil di Indonesia|pegawai negeri sipil]].
 
Novel ketiganya, ''Maryam'' (2012), berfokus pada penganiayaan terhadap Muslim [[Ahmadiyаh|Ahmadiyah]] di Indonesia dan memenangkan penghargaan sastra utama di Indonesia, Penghargaan [[Kusala Sastra Khatulistiwa]]. Pada usia 28 tahun, Okky menjadi novelis termuda yang memenangkan penghargaan tersebut. Kedua novelnya yang terdahulu juga telah terpilih untuk penghargaan tersebut. ''Maryam'' diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan dirilis dengan judul ''[https://okkymadasari.net/read/the-outcast The Outcast]'' pada bulan Maret 2014.
 
[[Pasung Jiwa (novel)|''Pasung Jiwa'']] adalah novel keempatnya dan dirilis pada Mei 2013. Novel ini menceritakan perjuangan seseorang untuk membebaskan diri dari keterbatasan pribadi dan juga pembatasan sosial, seperti tradisi, agama, pemerintah, dan dominasi ekonomi oleh orang-orang kelas atas. Novel ini terpilih sebagai salah satu novel terbaik dalam [[Khatulistiwa Literary Award]] pada tahun 2013. ''Pasung Jiwa'' diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul ''[https://okkymadasari.net/read/bound Bound]'' pada bulan Juli 2014 dan diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman dengan judul ''[https://www.goodreads.com/book/show/68887145 Gebunden]''. Pada tahun 2019, novel ini diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dan diterbitkan di Mesir.
 
Novel kelimanya, [https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20160605134817-241-135929/kerumunan-terakhir-kisah-kegagapan-manusia-modern ''Kerumunan Terakhir''], diterbitkan pada Mei 2016. Dalam novel ini, [https://web.archive.org/web/20181202185654/http://www.thejakartapost.com/life/2016/06/22/book-review-when-technology-takes-over-human-life.html Okky mengeksplorasi bagaimana fenomena digital dan media sosial] dapat mengambil alih kehidupan masyarakat dan meneliti risiko mencampuradukkan antara [[realitas]] dengan [[Dunia maya|dunia maya.]] Novel ini diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul [https://books.google.co.id/books/about/The_Last_Crowd.html?id=Gi85zgEACAAJ&redir_esc=y ''The Last Crowd''].
 
== Novel Anak ==
 
Terinspirasi dari permintaan putrinya yang selalu meminta dibacakan dongeng sebelum tidur, [https://www.thejakartapost.com/life/2018/11/19/author-okky-madasari-ventures-into-new-genre-launches-childrens-series.html Okky mulai menulis novel untuk anak-anak] pada awal tahun 2018, dan menyelesaikan novel anak pertamanya, ''[https://theconversation.com/mata-di-tanah-melus-gabungan-antara-yang-realis-and-utopis-untuk-sastra-anak-yang-progresif-105818 Mata di Tanah Melus]'' pada pertengahan tahun yang sama. Novel ini bercerita tentang petualangan Matara, 12 tahun, dan ibunya di sebuah dunia fantasi di Belu, Nusa Tenggara Timur. Novel ini menjadi seri pertama dari seri petualangan anak-anak, yang disebut Seri Mata, dan telah diterima dengan baik oleh masyarakat dan kritikus sastra, seorang analis memuji novel ini sebagai karya progresif yang penting bagi sastra anak-anak Indonesia.
 
Buku kedua dari seri ini, ''[https://www.researchgate.net/publication/336330413_Courage_Character_Education_Values_in_Mata_dan_Rahasia_Pulau_Gapi_A_Novel_by_Okky_Madasari Mata dan Rahasia Pulau Gapi]'', didasarkan pada perjalanan Okky ke [[Pulau Ternate, Ternate|Pulau Ternate]]. Dalam novel ini, Matara dan teman-teman barunya mencoba untuk membantu menyelamatkan peninggalan-peninggalan Pulau Ternate, yang menurut Okky merupakan tempat yang sangat penting dalam sejarah dunia.
 
Pada awal 2019, Okky menerbitkan novel ketiga dari seri ini, ''Mata dan Manusia Laut'', yang didasarkan pada perjalanannya ke [[Wakatobi|Pulau Wakatobi]] di Sulawesi Tenggara. Buku keempat dan terakhir dari seri ini, yang berjudul ''Mata dan Nyala Api Purba'', diterbitkan pada tahun 2021.
 
Keempat buku tersebut telah menjadi [https://www.researchgate.net/publication/331073081_Id_Ego_and_Superego_in_the_Main_Character_of_Mata_di_Tanah_Melus_Novel_by_Okky_Madasari bahan dasar untuk berbagai penulisan akademis dan tesis], dengan berbagai aspek yang berbeda dari buku tersebut yang diangkat sebagai bagian penting bagi anak-anak.
 
== Buku Non-fiksi ==
 
Pada bulan Desember 2019, Okky menerbitkan buku non-fiksi pertamanya yang berjudul [https://okkymadasari.net/category/ebook ''Genealogi Sastra Indonesia: Kapitalisme, Islam dan Sastra Perlawanan''] dalam bentuk e-book gratis di situs resminya. Kepopuleran buku yang diangkat dari tesis magisternya ini menyebabkan situsnya sempat mengalami gangguan.
 
Buku ini mendapat ulasan yang sangat positif dari para kritikus, [https://www.jawapos.com/buku/01249202/menelusuri-arus-utama-sastra-indonesia salah satu kritikus menulis] bahwa buku ini merupakan upaya pertama sejak buku ''Perdebatan Sastra Konstektual'' karya [[Ariel Heryanto]] tahun 1985 yang membahas sastra Indonesia secara serius dan komprehensif.
 
== Gagasan ==
 
Okky telah menulis sejumlah esai tentang berbagai isu untuk media Indonesia dan internasional.
 
Dalam esainya untuk ''[https://en.m.wiki-indonesia.club/wiki/Griffith_Review Griffith Review]'' yang berjudul "[https://www.griffithreview.com/articles/islam-capitalism-and-literature/ Islam, Kapitalisme dan Sastra]" pada tahun 2015, ia mengkritik penetrasi ajaran [https://en.m.wiki-indonesia.club/wiki/Islamic_fundamentalism fundamentalis Islam] ke dalam fiksi, terutama novel. Ia berpendapat bahwa penerbit lebih berfokus pada penjualan buku daripada kualitas isi dan memperingatkan akan matinya sastra yang serius dan paparan yang lebih luas dari kaum muda Indonesia terhadap fundamentalisme. Dia juga menulis sebuah artikel tentang masalah yang sama untuk [[The Jakarta Post|Jakarta Post]] berjudul "[https://www.thejakartapost.com/life/2016/11/24/questioning-islamic-label-of-books-and-films.html Mempertanyakan Label Islam pada Buku dan Film]," yang mengkritik penggunaan Islam dalam produk budaya dan berpendapat bahwa buku-buku dan film-film tersebut sama sekali tidak Islami. Okky juga berbicara menentang tekanan terhadap perempuan dan anak perempuan untuk mengenakan jilbab dalam [https://www.thejakartapost.com/academia/2018/07/24/hijab-avoided-subject-on-childrens-day.html artikelnya] di Jakarta Post, dengan mengutip fakta bahwa pihak berwenang sebenarnya mengharuskan siswa untuk mengenakan jilbab di sekolah, dan menyatakan bahwa mereka yang tidak memakai jilbab akan menerima intimidasi dan ancaman.
 
Okky juga [https://www.thejakartapost.com/academia/2018/12/22/political-mothers-at-their-best-and-worst.html mengkritik meningkatnya aktivisme perempuan yang didorong oleh penafsiran Islam yang ketat dan fundamentalis], dengan menyatakan bahwa aktivisme berbasis moral seperti itu sewenang-wenang, dan sering kali bertentangan dengan kepentingan publik.
 
Dia sangat aktif dalam menentang undang-undang penistaan agama dalam banyak [https://www.jawapos.com/opini/011700/langit-makin-mendung tulisannya], dengan alasan bahwa undang-undang tersebut melegalkan dan melegitimasi kebencian dan melanggar hak asasi manusia.
 
Okky telah menyerukan kepada pemerintah Indonesia untuk secara terbuka menangani berbagai pelanggaran hak asasi manusia di masa lalu dan pembunuhan, termasuk [[Pembantaian di Indonesia 1965–1966|pembantaian tahun 1965]], dan [[Penculikan aktivis 1997–1998|penculikan para aktivis dari gerakan 1998 melawan Suharto]], terutama kasus [[Widji Thukul]].
 
Dia [https://www.thejakartapost.com/academia/2018/10/09/those-massive-lies-in-the-national-curriculum.html menuntut revisi kurikulum nasional untuk lebih baik dalam menangani pembunuhan massal 1965-66] dan mendesak pihak berwenang Indonesia untuk secara resmi mengakui pembantaian tersebut, dan meminta maaf kepada para korban.
 
Dalam isu-isu regional, [https://www.thejakartapost.com/life/2016/08/03/the-illusion-of-asean-and-how-literature-can-help.html ia percaya bahwa ikatan yang sejati dan tulus antara orang-orang di Asia Tenggara hanya dapat dicapai melalui pertukaran budaya dan sastra]. Ia juga [https://www.thejakartapost.com/life/2016/09/07/australia-indonesia-cultural-relationship-those-who-shaped-our-critical-mind.html menulis tentang kontribusi intelektual Australia untuk Indonesia], memuji para cendekiawan Australia atas pengaruhnya terhadap pikiran kritis di Indonesia.
 
Dalam beberapa wawancara dan pidato, Okky menyatakan bahwa ia dipengaruhi oleh [[Karl Marx]] dan [[Michel Foucault]], namun di atas semua itu, ia percaya akan kebebasan individu dan kreativitas manusia.
 
== Aktivisme Global ==
 
Pada tahun 2017, Okky diundang untuk berbicara di [https://en.m.wiki-indonesia.club/wiki/Berlin_International_Literature_Festival Berlin International Literature Festival] di Jerman tentang karya-karyanya dan juga tentang Indonesia secara umum. Pada tahun 2016, ia juga diundang oleh [https://en.m.wiki-indonesia.club/wiki/University_of_Warwick University of Warwick] di Inggris untuk berbicara tentang peran budaya dan sastra dalam menempa kemakmuran dan persatuan ASEAN. Pada tahun 2015, ia diundang oleh pemerintah Austria untuk menjadi pembicara dalam acara Islam dan Sastra Kontemporer Perempuan di Hittisau, Austria. Pada bulan Oktober tahun itu, ia menjadi salah satu penulis Indonesia yang tampil di Frankfurt Book Fair, di mana Indonesia menjadi tamu kehormatan. Pada tahun 2014, ia diundang untuk berbicara tentang sastra dan masyarakat di Festival Film Douarnenez di Perancis.
 
Okky juga pernah diundang untuk berbicara di Singapore Writer Festival, Philippine Literary Festival, dan Kuala Lumpur Book Fair. Ia turut mendirikan ASEAN Literary Festival pada tahun 2014 dan merupakan direktur program festival tersebut. Pada tahun 2019, ia dinominasikan untuk ''[https://awards.womenofthefuture.co.uk/seasia/ Southeast Asia's Women of the Future Award]''s atas kontribusinya dalam memajukan budaya di kawasan ASEAN.
 
== ASEAN Literary Festival ==
 
Pada tahun 2014, Okky ikut mendirikan ASEAN Literary Festival (bersama dengan jurnalis Indonesia, Abdul Khalik), yang bertujuan untuk [https://www.thejakartapost.com/life/2016/08/03/the-illusion-of-asean-and-how-literature-can-help.html memperkenalkan para penulis ASEAN dan karya-karyanya kepada dunia global sekaligus menyediakan media bagi para penulis untuk saling bertukar ide dan karya.] ASEAN Literary Festival pertama kali diselenggarakan di Jakarta pada bulan Maret 2014. Festival ini dengan cepat menjadi salah satu acara budaya tahunan yang paling penting di kawasan ini.
 
Pada tahun 2016, [https://youtu.be/GqbkZ1iYuio?si=iYT3IdtGppoC-96g Kepolisian Republik Indonesia mencoba melarang festival ini] dengan menarik izin yang sebelumnya telah dikeluarkan karena adanya protes dari berbagai organisasi yang menentang diskusi mengenai isu-isu [[LGBT]] dan [[Pembantaian di Indonesia 1965–1966|pembantaian terhadap kaum Komunis pada tahun 1965-1966.]]
 
== Saksi Ahli ==