Okky Madasari: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
(3 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan) | |||
Baris 46:
Okky kemudian memperoleh beasiswa penuh dari [[Universitas Nasional Singapura]] (NUS) pada tahun 2019 untuk menempuh program doktor pada universitas tersebut.<ref>https://web.archive.org/web/20240811000043/https://nusgs.nus.edu.sg/stud-sharings/madasari-okky-puspa/</ref> Okky menyelesaikan tesis doktoralnya dengan judul ''Sensor dan Produksi Pengetahuan di Indonesia''. Ia meraih gelar Ph.D dalam bidang Ilmu Sosial pada 2024.<ref>{{Cite web|title=x.com|url=https://web.archive.org/web/20240922012430/https://x.com/okkymadasari/status/1814906371953074317|accessdate=22 Sep 2024}}</ref>
==
Novel-novel Okky berfokus pada pertanyaan-pertanyaan seputar [[hak asasi manusia]] dan [[kebebasan]], menggambarkan perjuangan melawan segala bentuk [[penindasan]].
Apsanti Djokosujatno, kritikus sastra dari [[Universitas Indonesia]], menyatakan bahwa karya-karya Okky sudah dikategorikan sebagai karya kanon dan akan dianggap sebagai karya klasik. Djokosujatno bahkan menjuluki Okky sebagai ''The Next [[Pramoedya Ananta Toer]]''.
Novel pertama Madasari, ''[[Entrok]]'' (2010), berlatar belakang masa kediktatoran rezim [[Soeharto]] dan merinci bagaimana masyarakat Indonesia berjuang untuk bertahan hidup di bawah penindasan militer. Novel keduanya, ''86'' (2011), menggambarkan [[korupsi]] di dalam negeri dan di antara [[Pegawai negeri sipil di Indonesia|pegawai negeri sipil]].
Novel ketiganya, ''Maryam'' (2012), berfokus pada penganiayaan terhadap Muslim [[Ahmadiyаh|Ahmadiyah]] di Indonesia dan memenangkan penghargaan sastra utama di Indonesia, Penghargaan [[Kusala Sastra Khatulistiwa]]. Pada usia 28 tahun, Okky menjadi novelis termuda yang memenangkan penghargaan tersebut. Kedua novelnya yang terdahulu juga telah terpilih untuk penghargaan tersebut. ''Maryam'' diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan dirilis dengan judul ''[https://okkymadasari.net/read/the-outcast The Outcast]'' pada bulan Maret 2014.
[[Pasung Jiwa (novel)|''Pasung Jiwa'']] adalah novel keempatnya dan dirilis pada Mei 2013. Novel ini menceritakan perjuangan seseorang untuk membebaskan diri dari keterbatasan pribadi dan juga pembatasan sosial, seperti tradisi, agama, pemerintah, dan dominasi ekonomi oleh orang-orang kelas atas. Novel ini terpilih sebagai salah satu novel terbaik dalam [[Khatulistiwa Literary Award]] pada tahun 2013. ''Pasung Jiwa'' diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul ''[https://okkymadasari.net/read/bound Bound]'' pada bulan Juli 2014 dan diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman dengan judul ''[https://www.goodreads.com/book/show/68887145 Gebunden]''. Pada tahun 2019, novel ini diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dan diterbitkan di Mesir.
Novel kelimanya, [https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20160605134817-241-135929/kerumunan-terakhir-kisah-kegagapan-manusia-modern ''Kerumunan Terakhir''], diterbitkan pada Mei 2016. Dalam novel ini, [https://web.archive.org/web/20181202185654/http://www.thejakartapost.com/life/2016/06/22/book-review-when-technology-takes-over-human-life.html Okky mengeksplorasi bagaimana fenomena digital dan media sosial] dapat mengambil alih kehidupan masyarakat dan meneliti risiko mencampuradukkan antara [[realitas]] dengan [[Dunia maya|dunia maya.]] Novel ini diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul [https://books.google.co.id/books/about/The_Last_Crowd.html?id=Gi85zgEACAAJ&redir_esc=y ''The Last Crowd''].
== Novel Anak ==
Terinspirasi dari permintaan putrinya yang selalu meminta dibacakan dongeng sebelum tidur, [https://www.thejakartapost.com/life/2018/11/19/author-okky-madasari-ventures-into-new-genre-launches-childrens-series.html Okky mulai menulis novel untuk anak-anak] pada awal tahun 2018, dan menyelesaikan novel anak pertamanya, ''[https://theconversation.com/mata-di-tanah-melus-gabungan-antara-yang-realis-and-utopis-untuk-sastra-anak-yang-progresif-105818 Mata di Tanah Melus]'' pada pertengahan tahun yang sama. Novel ini bercerita tentang petualangan Matara, 12 tahun, dan ibunya di sebuah dunia fantasi di Belu, Nusa Tenggara Timur. Novel ini menjadi seri pertama dari seri petualangan anak-anak, yang disebut Seri Mata, dan telah diterima dengan baik oleh masyarakat dan kritikus sastra, seorang analis memuji novel ini sebagai karya progresif yang penting bagi sastra anak-anak Indonesia.
Buku kedua dari seri ini, ''[https://www.researchgate.net/publication/336330413_Courage_Character_Education_Values_in_Mata_dan_Rahasia_Pulau_Gapi_A_Novel_by_Okky_Madasari Mata dan Rahasia Pulau Gapi]'', didasarkan pada perjalanan Okky ke [[Pulau Ternate, Ternate|Pulau Ternate]]. Dalam novel ini, Matara dan teman-teman barunya mencoba untuk membantu menyelamatkan peninggalan-peninggalan Pulau Ternate, yang menurut Okky merupakan tempat yang sangat penting dalam sejarah dunia.
Pada awal 2019, Okky menerbitkan novel ketiga dari seri ini, ''Mata dan Manusia Laut'', yang didasarkan pada perjalanannya ke [[Wakatobi|Pulau Wakatobi]] di Sulawesi Tenggara. Buku keempat dan terakhir dari seri ini, yang berjudul ''Mata dan Nyala Api Purba'', diterbitkan pada tahun 2021.
Keempat buku tersebut telah menjadi [https://www.researchgate.net/publication/331073081_Id_Ego_and_Superego_in_the_Main_Character_of_Mata_di_Tanah_Melus_Novel_by_Okky_Madasari bahan dasar untuk berbagai penulisan akademis dan tesis], dengan berbagai aspek yang berbeda dari buku tersebut yang diangkat sebagai bagian penting bagi anak-anak.
== Buku Non-fiksi ==
Pada bulan Desember 2019, Okky menerbitkan buku non-fiksi pertamanya yang berjudul [https://okkymadasari.net/category/ebook ''Genealogi Sastra Indonesia: Kapitalisme, Islam dan Sastra Perlawanan''] dalam bentuk e-book gratis di situs resminya. Kepopuleran buku yang diangkat dari tesis magisternya ini menyebabkan situsnya sempat mengalami gangguan.
Buku ini mendapat ulasan yang sangat positif dari para kritikus, [https://www.jawapos.com/buku/01249202/menelusuri-arus-utama-sastra-indonesia salah satu kritikus menulis] bahwa buku ini merupakan upaya pertama sejak buku ''Perdebatan Sastra Konstektual'' karya [[Ariel Heryanto]] tahun 1985 yang membahas sastra Indonesia secara serius dan komprehensif.
== Gagasan ==
Okky telah menulis sejumlah esai tentang berbagai isu untuk media Indonesia dan internasional.
|