Ketertarikan akan Kemuakan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
memperbaiki tugas wikilatih |
memperbaiki tugas wikilatih |
||
(1 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan) | |||
Baris 19:
== Reaksi dan kritik ==
Meskipun ilmu pengetahuan menganggap bahwa rasa muak atau jijik mungkin bisa berevolusi menjadi tameng bagi pertahanan diri dari segala perbuatan atau sikap tercela yang berpotensi membahayakan diri, misalnya [[perkawinan sedarah]] dan [[kanibalisme]] namun di sisi lain pandangan ini ditentang. Marta NussbaumIa menjelaskan bahwa:
{{blockquote| Rasa Jijik dan malu pada dasarnya bersifat hierarkis;keduanya membentuk tingkatan dan tatanan manusia. Keduanya juga secara inheren terkait dengan pembatasan kebebasan dalam bidang perilaku yang tidak merugikan.Atas kedua alasan ini saya yakin,siapa pun yang menghargai nilai -nilai demokrasi utama berupa kesetaraan dan kebebasan harus sangat curiga terhadap seruan emosi tersebut dalam konteks hukum dan Kebijakan publik
Manurut Stephen Jay Gould,prasangka kita seringkali mengalahkan keterbatasan informasi yang kita miliki. Prasangka begitu berharga, begitu refleksif, begitu menjadi bagian dari sifat dasar kita, sehingga kita tidak pernah berhenti untuk mengakui status prasangka tersebut sebagai keputusan sosial dengan alternatif yang radikal dan sebaliknya kita memandangnya sebagai kebenaran yang sudah pasti dan jelas. <ref>Gould,Stephen Jay (1997).FullHouse : The Spread of Excellene From Plato to Darwin. Harmony. ISBN 0-517-70849-3</ref>
|