Sarwoko Martokoesoemo: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k text ada yang harus di hapus |
Penambahan Referensi |
||
(20 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{tidak memenuhi kriteria kelayakan|d=24|m=12|y=2024|i=7|ket=|kat=Y}}
{{Multiple issues|
{{Cleanup rewrite|date=Desember 2024}}
{{Peacock|date=Desember 2024}}
{{Unreferenced|date=Desember 2024}}
{{COI|date=Desember 2024}}
{{Notability|Biographies|date=Desember 2024}}
}}
[[Berkas:Sarwoko.jpg|jmpl]]
'''
=== Biografi R.M. Sarwoko Martokusumo: Dari Perspektif Keluarga ===▼
▲'''Raden Mas Sarwoko Martokusumo''' lahir pada 8 Agustus 1912 di Surakarta. Beliau adalah seorang tokoh penting dalam sejarah Indonesia, terutama dikenal sebagai penggagas ide awal pembangunan Monumen Nasional (Monas) di Jakarta. Namun, selain dari kontribusinya terhadap bangsa, Sarwoko juga dikenal sebagai seorang suami, ayah, dan saudara yang penuh cinta dan dedikasi.
==== Kehidupan Pribadi dan Keluarga ====
Sarwoko menikah dengan '''Martini''', seorang wanita yang setia mendampinginya dalam setiap langkah kehidupannya. Martini tidak hanya menjadi pendamping hidup tetapi juga mitra dalam banyak aktivitas sosial dan kemanusiaan yang dilakukan oleh Sarwoko. Mereka bersama-sama membesarkan tiga anak:
# '''Soemartono Sarwoko''': Anak sulung yang mewarisi semangat juang dan nilai-nilai patriotisme dari ayahnya.
# '''Siti Wahyuni''': Anak kedua yang selalu mendukung kegiatan sosial keluarganya. Siti tumbuh dengan rasa hormat yang besar terhadap perjuangan dan jasa-jasa ayahnya.
# '''Agustono Sarwoko''': Anak bungsu yang mengikuti jejak ayahnya dalam berbagai aktivitas kemanusiaan dan sosial. Agustono banyak terlibat dalam kegiatan yang mempromosikan sejarah dan warisan budaya Indonesia.
Sarwoko Martokusumo adalah sosok yang kaya akan pengalaman dan kontribusi dalam berbagai bidang. Berikut beberapa aspek spesifik lainnya tentang kehidupan dan karya Sarwoko yang mungkin menarik:
Jakarta, KOMPAS.com - Ide mendirikan sebuah monumen nasional di Jakarta tidak datang dari Presiden pertama Republik Indonesia Soekarno. Ide itu juga bukan datang seorang menteri atau pejabat teras di sekitar Soekarno. Gagasan tersebut datang dari masyarakat biasa. Demikian diungkapkan Sudiro, wali kota (sekarang gubernur ) Jakarta Raya periode 1953-1960. Pria yang akrab disapa Pak Diro itu pernah menulis sebuah artikel tentang asal mula Monumen Nasional (Monas) di Jakarta Pusat. Artikel itu diterbitkan harian Kompas pada 18 Agustus 1971.
Monumen Nasional (Monas) di Jakarta memang memiliki sejarah yang menarik. Menurut Sudiro, yang pernah menjabat sebagai wali kota Jakarta Raya, ide untuk mendirikan monumen ini sebenarnya berasal dari masyarakat biasa, bukan dari Presiden Soekarno atau pejabat tinggi lainnya. Sudiro menulis tentang asal mula Monas dalam sebuah artikel yang diterbitkan oleh harian Kompas pada 18 Agustus 1971.
Monas sendiri kini menjadi salah satu ikon paling terkenal di Jakarta dan simbol perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Ide Sarwoko Monas lahir dari orang biasa, seorang warga negara sedehana dari Jakarta bernama Sarwoko Martokusumo. "Saya didatangi Sarwoko yang telah lama saya kenal khusus dalam Kepaduan Bangsa Indonesia dari zaman penjajahan dulu," beber Sudiro dalam tulisan itu. Sarwoko bercerita tentang ide sebuah tugu setinggi 45 meter yang dia cita-citakan sebagai tempat menyimpan Bendera Pusaka Merah Putih disetujui banyak pihak.
'''Buku celah-celah Sarwoko Martokusumo'''▼
Sarwoko Martokusumo adalah inisiator yang terlupakan dari Monumen Nasional (Monas) di Indonesia. Dia pertama kali mengusulkan ide untuk pembangunan monumen ini antara tahun 1953 dan 1958, dan mendapatkan dukungan dari banyak tokoh nasional. Informasi ini terutama berasal dari tulisan Sudibyo, termasuk buku-bukunya yang berjudul "Karya Jaya" dan "TUNAS."
RM. Sarwoko Martokusumo adalah seorang tokoh yang dikenal karena menginisiasi ide pembangunan Monumen Nasional (Monas) di Jakarta. Berikut ringkasan berdasarkan biografinya:
Baris 48 ⟶ 34:
* '''Keluarga:'''
** Istri: Martini
** Anak:
** Saudara: R. Hardjopradoto, R. Sapardjo (alm.), Ny. R.A. Hardjosoedarmo (alm.), dan lainnya
* '''Pendidikan:'''
Baris 66 ⟶ 52:
*** 1946–1947: Bekerja di Markas Besar Tentara Nasional Indonesia, Yogyakarta
*** 1947–1948: Bekerja di "Fonds Nasional," Yogyakarta
*** 1949–1950: Bekerja di biro advertensi atau iklan "
*** 1954–1961: Menjabat sebagai Ketua Panitia Tugu Nasional
*** Pengurus dalam Organisasi "Persatuan"
* '''1925–1926''': Anggota Javaansche Padvinders Organisatie (J.P.O.), didirikan oleh S.P. Mangkunegoro VII di Surakarta.
* '''1927–1929''': Anggota Jong Java Padvinderij (J.J.P.), Surakarta.
* '''1930–1932''': Anggota dan pengurus Kepanduan Bangsa Indonesia (K.B.I.), Surakarta.
* '''1932–1938''': Pengurus K.B.I. di Jakarta dan anggota Indonesia Muda.
* '''Simpatisan dan anggota Partai Nasional Indonesia (P.N.I.)''': Aktif mendukung gerakan nasionalis.
==== Susunan Pengurus Panitia Tugu Nasional (17 September 1954) ====
# '''Penulis''': S. Suhud.
# '''Bendahara''': Sumali Prawiro Sudirdjo.
#* Supeno.
#* K.S. Wiyono.
#* E.F. Wens.
# '''Pembantu Umum''': Sudiro.
Sarwoko berperan penting dalam mewujudkan ide Monas yang kini menjadi simbol perjuangan dan kebanggaan nasional Indonesia.
Baris 75 ⟶ 80:
Sarwoko sendiri sangat aktif dalam kegiatan-kegiatan ini, yang menunjukkan komitmennya terhadap perjuangan kemerdekaan. Dengan semangat patriotisme yang tinggi, ia berkontribusi dalam berbagai upaya untuk mempersatukan rakyat dan mempersiapkan diri untuk perjuangan mendatang.
Selain perannya dalam pembangunan Monas, Sarwoko Martokusumo juga memiliki beberapa aspek penting dalam kehidupannya:
Baris 86 ⟶ 87:
# '''Kegiatan Anti-Kolonial:''' Sarwoko aktif dalam kegiatan anti-kolonial, termasuk menjadi anggota Barisan Pelopor Istimewa yang berperan dalam mempersiapkan perjuangan kemerdekaan.
# '''Komitmen pada Kepedulian Sosial:''' Sarwoko juga terlibat dalam berbagai organisasi sosial dan kegiatan yang bertujuan untuk memperjuangkan kesejahteraan rakyat.
Keluarga Sarwoko memainkan peran penting dalam memberikan dukungan moral dan emosional yang memungkinkan Sarwoko untuk terus berkontribusi bagi masyarakat dan negara. Keluarga ini juga turut serta dalam berbagai kegiatan sosial dan kemasyarakatan, melanjutkan semangat dan nilai-nilai yang diwariskan oleh Sarwoko.
Baris 99 ⟶ 92:
Keluarga Sarwoko Martokusumo sangat mendukung dan berperan penting dalam kehidupannya. Berikut beberapa detail khusus tentang kehidupan pribadi dan keluarganya:
==== Kehidupan Pribadi ====
▲# '''Pendidikan dan Awal Karier:'''
#* Sarwoko menempuh pendidikan di Hollands Inlandsche School (H.I.S.) dan Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di Surakarta.
#* Melanjutkan ke Perguruan Umum Pendidik di Jakarta.
Baris 107 ⟶ 99:
# '''Peran dalam Kemerdekaan:'''
#* Aktif dalam Barisan Pelopor Istimewa, sebuah organisasi yang berkontribusi signifikan pada perjuangan kemerdekaan Indonesia.
#* Inisiatifnya dalam mengusulkan pembangunan Monas adalah salah satu kontribusi terbesarnya
▲# '''Anak-anak:'''
Kehidupan pribadi dan keluarga Sarwoko Martokusumo tidak hanya menggambarkan seorang pejuang yang gigih, tetapi juga seorang ayah dan suami yang berdedikasi. Dukungan dari keluarganya memungkinkan dia untuk terus berkarya dan memberikan kontribusi signifikan pada sejarah Indonesia.
==== '''Spesifik
Sarwoko Martokusumo adalah sosok yang kaya akan pengalaman dan kontribusi dalam berbagai bidang. Berikut beberapa aspek spesifik lainnya tentang kehidupan dan karya Sarwoko yang mungkin menarik:
Baris 145 ⟶ 125:
* Warisan Sarwoko tidak hanya terbatas pada Monas. Banyak dari nilai-nilai dan semangat perjuangannya yang ditanamkan kepada generasi muda melalui pendidikan dan aktivisme. Keluarganya juga terus mengembangkan dan memperingati warisan yang telah dia tinggalkan.
'''''Referensi:'''''
* Adiwisastro, Mulyadi dan Mahmun Al Rasyid. '''"Celah-celah Pengalaman Sarwoko Martokusumo: Kenang-kenangan Usia 70 Tahun"'''. Mars-26, Jakarta, 1982.
* Surabaya Post Senin 20 Juni 1976 Pendiri 'Angkatan 45 dan pencipta Monas
* '''Bela Budaya Buku II: Bidang Sejarah, Purbakala, dan Museum''' adalah buku yang diterbitkan oleh Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
<nowiki>~~~~</nowiki>
{{Uncategorized|date=Desember 2024}}
|