Demang Lehman: Perbedaan antara revisi

[revisi tidak terperiksa][revisi terperiksa]
Konten dihapus Konten ditambahkan
Memperbaiki
Tag: Penambahan gelar ( ? ) [ * ] VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(21 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
 
{{hatnote|Untuk stadion, lihat [[Stadion Demang Lehman]]}}{{infobox orang}}
'''Demang Lehman''' yang bergelar '''Adhipattie Mangko Nagara (Adipati Mangku Negara)'''<ref name="suluh">{{id}}{{cite book|first=[[Amir Hasan Kiai Bondan|Amir Hasan]]|last=Kiai Bondan|title= Suluh Sedjarah Kalimantan|publisher= Bandjarmasin: Fadjar|year=1953}}</ref> (lahir di [[Martapura, Banjar|Martapura]] tahun [[1832]]<ref name="Helvy"/><ref name="tamar">{{id}} [[Tamar Djaja]], Pustaka Indonesia: riwajat hidup orang-orang besar tanah air, Jilid 2, Bulan Bintang, 1965</ref> - meninggal di [[Martapura, Banjar|Martapura]] tanggal [[27 Februari]] [[1864]] pada umur 32 tahun) adalah salah seorang [[panglima perang]] dalam [[Perang Banjar]].<ref name="Penerangan">{{id}}{{cite book|first=Departemen Penerangan|last=Indonesia|title=Republik Indonesia: Kalimantan|publisher=Kementerian Penerangan|year=1955}}</ref><ref name="Roebaie">{{id}}{{cite book|first=Roebaie|last=Widjaya|title=Merdeka: tjerita rakjat|publisher=Djajamurni|year=1962}}</ref><ref name="Rees">{{cite book
Baris 40 ⟶ 41:
Upaya dan proses penangkapan Demang Lehman ini diungkapkan dalam Persidangan Pengadilan Demang Lehman, oleh para saksi. Mereka yang menjadi saksi adalah Brahim (Ibrahim) dan tahanan yang bernama Sambarani dan Singoprojo serta komplotannya.
 
Mereka mengungkapkan bahwa pada hari yang ditetapkan mereka mereka mendapat tugas khusus. Mereka telah menerima panggilan dari Kepala Wilayah Batu Licin (Syarif Hamid bin Pangeran Syarif Ali Alaydrus) agar melakukan segala upaya dengan tujuan untuk menangkap dan menyerahkan tersangka Demang Lehman yang berbahaya dalam kondisi hidup.
 
Pada sumber versi lain yang berbeda, dituliskan bahwa Demang Lehman yang merasa kecewa dengan tipu muslihat Belanda berusaha mengatur kekuatan kembali di daerah Gunung Pangkal, Negeri Batulicin, Tanah Bumbu. Waktu itu ia bersama Tumenggung Aria Pati bersembunyi di gua Gunung Pangkal dan hanya memakan daun-daunan. Oleh seorang yang bernama Pembarani diajak menginap di rumahnya.
 
Karena tergiur imbalan gulden dari Belanda, seseorang bernama Pembarani bekerjasama dengan Syarif Hamid bin Pangeran Syarif Ali Alaydrus dan anak buahnya yang sudah menyusuri Gunung Lintang dan Gunung Panjang untuk mencari Demang Lehman atas perintah Belanda. Demang Lehman tidak mengetahui bahwa Belanda sedang mengatur perangkap terhadapnya.
 
Oleh orang yang menginginkan hadiah dan tanda jasa sehabis dia melakukan salat Subuh dan dalam keadaan tidak bersenjata, dia ditangkap. Ia sempat sendirian melawan puluhan orang yang mengepungnya. Atas keberhasilan penangkapan ini Syarif Hamid bin Pangeran Syarif Ali SebambanAlaydrus Sembamban akan diangkat sebagai raja (Pangeran) tetap di Batulicin.
<ref name="Nusantara pada abad ke-18 dan ke-19">{{id}} {{cite book|author=Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto, Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan|year=1992|url=http://books.google.co.id/books?id=N5jc0h1BktwC&lpg=PA282&ots=yQx4msvFyr&dq=pangeran%20perbatasari&hl=id&pg=PA282#v=onepage&q=pangeran%20perbatasari&f=false|title=Sejarah nasional Indonesia: Nusantara pada abad ke-18 dan ke-19|publisher=PT Balai Pustaka|isbn=9794074101|pages=280|access-date=2014-05-22|archive-url=https://web.archive.org/web/20140522195810/http://books.google.co.id/books?id=N5jc0h1BktwC&lpg=PA282&ots=yQx4msvFyr&dq=pangeran%20perbatasari&hl=id&pg=PA282#v=onepage&q=pangeran%20perbatasari&f=false|archive-date=2014-05-22|dead-url=yes}}ISBN 978-979-407-410-7</ref>
 
Baris 156 ⟶ 157:
Baru tanggal 2 Maret 1862 Pangeran Hidayat setelah kembali tertipu kemudian diangkut dengan kapal Van OS berangkat dari Martapura keesokan harinya dan terus merapat ke kapal Bali untuk selanjutnya diangkut ke Batavia. Pangeran Hidayat di buang ke kota Cianjur disertai sejumlah keluarga besar kerajaan yang terdiri dari: seorang permaisuri Ratu Mas Bandara, sejumlah anak kandung dari permaisuri, menantu-menantu, saudara-saudara sebapak, ipar-ipar, ibu Pangeran sendiri, panakawan-panakawan beserta isteri dan anak buahnya, budak laki-laki dan perempuan, semua berjumlah 64 orang.
 
== Kematian ==
== Demang Lehman Di Gantung ==
Demang Lehman yang merasa kecewa dengan tipu muslihat Belanda berusaha mengatur kekuatan kembali di daerah Gunung Pangkal, [[Kerajaan Batulicin|negeri Batulicin]], [[Tanah Bumbu]]. Waktu itu ia bersama Tumenggung Aria Pati bersembunyi di gua Gunung Pangkal dan hanya memakan daun-daunan. Oleh seorang yang bernama Pembarani diajak menginap di rumahnya. Karena tergiur imbalan gulden dari Belanda, Pembarani bekerjasama dengan Syarif Hamid Al-Idrus bin Pangeran Syarif Ali Al-Idrus Sabamban dan anak buahnya yang sudah menyusuri Gunung Lintang dan Gunung Panjang untuk mencari Demang Lehman atas perintah Belanda. Demang Lehman tidak mengetahui bahwa Belanda sedang mengatur perangkap terhadapnya. Oleh orang yang menginginkan hadiah dan tanda jasa sehabis dia melakukan salat Subuh dan dalam keadaan tidak bersenjata, dia ditangkap. Ia sempat sendirian melawan puluhan orang yang mengepungnya. Atas keberhasilan penangkapan ini Syarif Hamid akan diangkat sebagai raja tetap di Batulicin. Kemudian Demang Lehman diangkut ke Martapura. Pemerintah Belanda menetapkan hukuman gantung terhadap pejuang yang tidak kenal kompromi ini. Dia menjalani hukuman gantung sampai mati di Martapura, sebagai pelaksanaan keputusan Pengadilan Militer Belanda tanggal [[27 Februari]] [[1864]].<ref name="Helvy"/> Pejabat-pejabat militer Belanda yang menyaksikan hukuman gantung ini merasa kagum dengan ketabahannya menaiki tiang gantungan tanpa mata ditutup.Urat mukanya tidak berubah menunjukkan ketabahan yang luar biasa. Tiada ada satu keluarganyapun yang menyaksikannya dan tidak ada keluarga yang menyambut mayatnya. Setelah selesai digantung dan mati, kepalanya dipotong oleh Belanda dan dibawa oleh Konservator Rijksmuseum van Volkenkunde [[Leiden]]. Kepala Demang Lehman disimpan di [[Museum Leiden]] di Negeri Belanda, sehingga mayatnya dimakamkan tanpa kepala.<ref name="Verzameling">{{nl}}{{cite book|url=http://books.google.co.id/books?id=Os9SAAAAcAAJ&lpg=PA193&ots=MDt7oERssu&dq=DJAIJA%20PAMENANG&hl=id&pg=PA191#v=onepage&q=DJAIJA%20PAMENANG&f=false|title=Verzameling der merkwaardigste vonnissen gewezen door de Krijgsraden te velde in de Zuid- en Ooster-afdeeling van Borneo gedurende de jaren 1859-1864: bijdrage tot de geschiedenis van den opstand in het Rijk van Bandjermasin|publisher=Ter Landsdrukkerij|year=1865}}</ref>
 
Wasiat Demang Lehman:
 
''Dangar-dangar barataan! Banua Banjar lamun kahada lakas dipalas lawan banyu mata darah, marikit dipingkuti Walanda!''(Dengarkan semua! Tanah Banjar apabila tidak dibayar dengan air mata darah, selamanya akan digenggam Belanda)<ref>Diucapkan Demang Lehman menjelang eksekusi di tiang gantungan di tanah lapang Martapura 27 Februari 1864. Lihat [[Anggraini Antemas]], ibid., hal. 54</ref>
 
Orang-orang yang tidak mendapat pengampunan dari pemerintah Kolonial Hindia Belanda:<ref>{{nl}} {{cite book|pages=118|url=http://books.google.co.id/books?id=PaFBAAAAYAAJ&dq=IN%20NAAM%20DES%20KONIJN%20GS%20l&hl=id&pg=PA118#v=onepage&q=IN%20NAAM%20DES%20KONIJN%20GS%20l&f=false|title=Staatsblad van Nederlandisch Indië|first=G. A. N. Scheltema|last=de Heere|publisher=Ter Drukkerij van A. D. Schinkel.|year=1863}}</ref><ref>{{nl}} {{cite book|pages=118|title=De Indo-Nederlandsche wetgeving: Staatsbladen van Nederlandsch Indie|volume= 4|first=Dutch East Indies|last=Dutch East Indies|publisher=Netherlands (Kingdom)|year=1815|url=http://books.google.co.id/books?id=yFU9AQAAMAAJ&q=Kiai+Djaya+Lalana&dq=Kiai+Djaya+Lalana&hl=id&sa=X&ei=IKBhU5jxKui5iQe_pYEg&ved=0CFEQ6AEwCA}}</ref>
# [[Antasari]] dengan anak-anaknya
# Demang Lehman
# Amin Oellah
# [[Tumenggung Surapati|Soero Pati]] dengan anak-anaknya
# Kiai Djaya Lalana
# Goesti Kassan dengan anak-anaknya.
 
 
Silsilah Panglima Perang Kesultanan Banjar :
 
1. Nabi Muhammas Shallallahu 'Alaihi Wasallam
 
2. Fatimah Az-Zahra' dan Ali bin Abu Thalib
 
3. Hasan Al-Mujtaba
 
4. Zaid Al-Ablaj
 
5. Hasan Al-Anwar
 
6. Qasim
 
7. Abdurrahman Asy-Syajari
 
8. Ja'far
 
9. Muhammad
 
10. Ali
 
11. Husein
 
12. Hasan
 
13. Muhammad
 
14. Abdullah
 
15. Muhammad
 
16. Sirajuddin
 
17. Abdullah
 
18. Muhammad
 
19. Ahmad
 
20. Muhammad
 
21. Yahya As-Siraji (datuk seluruh keluarga as-siraji)<ref>{{Cite web|title=Pengaruh Pemberian SWD Dan Teknik Alexander Untuk Memperbaiki Postur Tubuh Pasien LBP|url=https://doi.org/10.32883/hcj.v4i2.1113.s292|website=doi.org|access-date=2024-12-20}}</ref>
 
22. Ahmad
 
23. Ali
 
24. Ahmad
 
25. Ali
 
26. Daud
 
27. Yahya
 
28. Ahmad
 
29. Sholeh
 
30. Ali
 
31. Hasan
 
32. Amir
 
33. Ali
 
34. Muhammad
 
35. Amir
 
36. Ali
 
37. Husein
 
38. Syarif Sambas As-Siraji Al-Hasani
 
Sumber : An-Nasabah Asy-Syarif Ihab bin Ya'qub Al-Kutbi Al-Hasani Makkah Al-Mukarramah.
Diantara sahabat Demang Lehman :
- Kiai Puspa Yuda Negara
- Gusti Pelanduk Putera
- Pangeran Isa
- Pambakal Awang
- Kiai Jaya Surna
- Kiai Setro Wijaya
- Kiai Derma Yuda
- Kiai Muda Kencana
- Kiai Guma Wijaya
- Kiai Surung Rana
- Pambakal Noto
- Pangeran Moeda
- Pambakal Nasir, juga disebut Kia Moerta Djaja
- Kiai Narang Baija
- Syarif Sambas As-Siraji Al-Hasani
- Kiai Poerbaja
- Pambakal Ahmad Zaini Dahlan
- Kiai Pati Jaya Kasuma
- Kiai Derma Lelana
- Kiai Yuda Wijaya
- Kiai Wira Yuda
- Pambakal Yunus
- Tumenggung Gamar alias Tumenggung Cakra Yuda
- Tuan Saaban
- Kiai Wira Karsa
- Kiai Jaya Pati
- Andin Ahmad Mangun Yuda
- Kiai Singa Pati
- Kiai Guru Perang Jaya Wanton
- Kiai Puspa Wira Yuda
- Rumi Jaya
- Pambakal Ulak
- Yasin
- Pangeran Sasra Kasuma
- Pangeran Saleh
- Pangeran Abdurrahman
- Pangeran Kasuma Indra
- Pangeran Muhammad Ali Bassa
- Pangeran Jaya Kasuma
- Gusti Muhammad Tarip
 
::
 
<br>
::
 
== Rujukan ==