Batik: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
(9 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan) | |||
Baris 2:
{{Infobox clothing type
| name = Batik
| image_file =
| image_size =
| caption = Batik
| type = Seni kain
| material = [[Kain]], [[sutra]], [[kapas]]
Baris 65:
== Etimologi ==
[[Kamus Besar Bahasa Indonesia]] mendefinisikan kata bahasa Indonesia ''batik'' sebagai "kain bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau menerakan malam pada kain itu, kemudian pengolahannya melalui proses tertentu."<ref>{{cite web |url=https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/batik|title=Batik|author=<!--Not stated-->|website=kbbi.kemdikbud.go.id |publisher= Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan}}</ref> Istilah ini diserap dari [[bahasa Jawa]] ''bathik'' ([[aksara Jawa]]: {{lang|jv|ꦧꦛꦶꦏ꧀}}, [[aksara Pegon|Pegon]]: {{lang|jv-Arab|باتيق}}).
Di Jawa, kata ''bathik/batik'' baru terekam dalam sumber-sumber tertulis pasca masa Hindu-Buddha, yakni dari abad 16 M ke atas.{{sfn|Langewis & Wagner|1964|pp=16}}{{sfn|Maxwell|2003|pp=325}} Satu-satunya istilah yang mungkin berhubungan dengan batik dalam sumber-sumber [[bahasa Jawa Kuno]] adalah ''tulis warna'' yang diduga setara dengan teknik batik tulis masa kini.{{sfn|Sardjono & Buckley|2022|pp=66}} Di luar Jawa, kata ''batik'' pertama terekam dalam dokumen pengiriman barang tahun 1641 dari kapal pedagang yang berlayar antara [[Batavia]]-[[Bengkulu]].{{sfn|Gittinger|1979|pp=16}}
<!--DIMOHON AGAR TIDAK MEMASUKKAN KLAIM ARTI KATA TANPA SUMBER SEPERTI BERIKUT Secara etimologi, istilah "batik" berasal dari {{lang-jv|ꦲꦩ꧀ꦧꦛꦶꦏ꧀|ambathik}} yang dihasilkan dari [[Lakuran (linguistik)|lakuran kata]] {{lang|jv|ꦲꦩ꧀ꦧ}} (''amba'') yang berarti "lebar" atau "luas" (merujuk kepada kain), dan {{lang|jv|ꦤꦶꦛꦶꦏ꧀}} (''nithik'') yang berarti "membuat titik" dan kemudian berkembang menjadi istilah {{lang-jv|ꦧꦛꦶꦏ꧀|bathik}}, yang berarti menghubungkan titik-titik menjadi gambar tertentu pada kain yang luas atau lebar. Batik juga disebut berasal dari Bahasa Melayu Kuno yakni Ba- yang merupakan imbuhan untuk kata kerja dan -tik yakni titik.
Jadi Batik berarti membuat titik. >> Istilah ''bathik'' kemudian diserap kedalam [[bahasa Indonesia]] menjadi "batik" dengan menggantikan bunyi huruf "-th" sebagai "-t" dikarenakan orang non-[[suku Jawa|Jawa]] tidak bisa melafalkannya dengan mudah.
-->
== Sejarah
{{see also|Sejarah batik di Indonesia}}
<!--[[Berkas:Niya batik.jpg|250px|jmpl|Tekstil batik dari [[Niya]] ([[Cekungan Tarim]]), Tiongkok.]]
[[Berkas:Prajnaparamita clothes detail.JPG|jmpl|220px|lurus|ka|Detail ukiran kain yang dikenakan [[Prajnaparamita]], arca yang berasal dari Jawa Timur abad ke-13. Ukiran pola lingkaran dipenuhi kembang dan sulur tanaman yang rumit ini mirip dengan pola batik tradisional Jawa.]]-->
Seni pewarnaan kain dengan teknik perintang pewarnaan menggunakan [[Malam (zat)|malam]] atau lilin adalah salah satu bentuk seni kuno. Penemuan di [[Mesir]] menunjukkan bahwa teknik ini telah dikenal semenjak abad ke-4 SM, dengan diketemukannya kain pembungkus [[mumi]] yang juga dilapisi malam untuk membentuk pola. Di [[Asia]], teknik serupa batik juga diterapkan di [[Tiongkok]] semasa [[Dinasti T'ang]] (618-907) serta di [[India]] dan [[Jepang]] semasa [[Periode Nara]] (645-794). Di [[Afrika]], teknik yang mirip dengan batik dikenal oleh [[Suku Yoruba]] di [[Nigeria]], serta [[Suku Soninke]] dan [[Wolof]] di [[Senegal]].<ref name="ReferenceA">Nadia Nava, ''Il batik'' - Ulissedizioni - [[1991]] ISBN 88-414-1016-7</ref> Di [[Indonesia]], batik dipercaya sudah ada semenjak zaman Majapahit, dan menjadi sangat populer akhir abad XVIII atau awal abad XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad XX dan batik cap baru dikenal setelah [[Perang Dunia I]] atau sekitar tahun 1920-an.<ref>[https://www.womanindonesia.co.id/sejarah-batik-di-indonesia-sejak-zaman-kerajaan/ Sejarah Batik Indonesia ]</ref>
Baris 96 ⟶ 95:
Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun-temurun sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Motif batik pun akan berbeda sesuai dengan peruntukannya, seperti pada saat acara pernikahan dan lainnya. Bahkan, sampai saat ini beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga [[keraton]] [[Yogyakarta]] dan [[Surakarta]].
Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia yang sampai saat ini masih ada. Batik juga pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden Soeharto, yang pada waktu itu memakai batik pada Konferensi PBB. Batik tidak hanya dikenakan untuk orang tua atau acara formal saja. Saat ini batik sudah tak terhingga corak dan modelnya, dan dapat dikenakan oleh semua kalangan usia dan acara. ▼
[[Berkas:Sacred Dance Bedhoyo Ketawang A.JPG|jmpl|ka|Batik dipakai untuk membungkus seluruh tubuh oleh penari Tari [[Bedhoyo Ketawang]] di keraton Jawa.]]▼
▲Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia yang sampai saat ini masih ada. Batik juga pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden Soeharto, yang pada waktu itu memakai batik pada Konferensi PBB. Batik tidak hanya dikenakan untuk orang tua atau acara formal saja. Saat ini batik sudah tak terhingga corak dan modelnya, dan dapat dikenakan oleh semua kalangan usia dan acara.
▲<!--[[Berkas:Sacred Dance Bedhoyo Ketawang A.JPG|jmpl|ka|Batik dipakai untuk membungkus seluruh tubuh oleh penari Tari [[Bedhoyo Ketawang]] di keraton Jawa.]]-->
=== Corak batik ===
{{further|Motif batik}}
Ragam corak dan warna batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh budaya lokal dan asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu, misalnya kalangan keraton. Namun, batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh etnis [[Tionghoa]], yang juga memopulerkan corak ''[[Burung foniks|phoenix]]''. Bangsa penjajah Eropa juga mengambil minat kepada batik dan hasilnya adalah corak bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga tulip), benda-benda yang dibawa penjajah (gedung atau kereta kuda), dan warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru. Batik tradisonal tetap mempertahankan coraknya dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat karena biasanya masing-masing corak memiliki arti atau lambang masing-masing.
==
Pembuatan dimulai dengan mencuci kain jadi (kini umumnya [[kain mori]]),{{efn|Proses batik menerapkan rintangan pada kain yang telah ditenun, ini berbeda dengan [[ikat]] yang mana rintangan diterapkan pada benang sebelum ditenun.}} kemudian direndam dan dipukul dengan palu kayu hingga halus. Corak yang diinginkan kemudian digambar dengan pensil dan disalin menggunakan malam panas, umumnya terdisri dari campuran [[paraffin]] atau [[lilin lebah]] dengan resin tumbuhan. Malam berfungsi sebagai rintangan yang mencegah penyerapan warna pada proses pencelupan. Rintangan demikian menghasilkan corak negatif ketika malam disisihkan dari kain tercelup.{{sfn|Trefois|2010}}{{sfn |Elliott |1984|pp=50-59}} Pengerajin dapat membuat corak rumit dengan aneka warna dengan mengulang proses pemberian malam dan pencelupan.
[[File:Resist dyeing.svg|thumb|upright=2|center|Prinsip dasar dalam membuat pola batik: corak digambar dengan malam, kain dicelup pewarna, malam disisihkan sehingga tercipta pola negatif pada kain.]]
Malam perintang bisa diterapkan pada kain dengan sejumlah alat, misal canting, cap, dan kuas. {{sfn|Trefois|2010}} Canting adalah alat yang paling dasar dan tradisional, terutama digunakan untuk menulis batik tulis. Penggunaan canting memungkinkan detil pola yang kecil dan halus meski prosesnya menjadi sangat padat karya. Batik cap memungkinkan produksi yang lebih cepat dan efisien namun dengan mengorbankan kehalusan detil.<ref name=UNESCO>{{cite web |title=Indonesia Batik |url=https://ich.unesco.org/en/RL/indonesian-batik-00170 |publisher=UNESCO |access-date=21 October 2019 |archive-date=8 December 2020 |archive-url=https://web.archive.org/web/20201208025553/https://ich.unesco.org/en/RL/indonesian-batik-00170 |url-status=live }}</ref>{{sfn|Handayani et al|2018|pp=237}}
=== Batik tulis ===
Batik tulis ([[aksara Jawa]]: ꦧꦠꦶꦏ꧀ꦠꦸꦭꦶꦱ꧀; [[aksara Pegon|Pegon]]: باتيق توليس) adalah batik yang polanya digambar menggunakan canting. Kain yang sudah diberi malam akan dicelup pewarna kemudian dijemur. Setelah kering, malam disisihkan dengan cara direbus atau dikerik untuk menghasilkan kontras warna antara bagian kain yang terintang dan tidak terintang. Proses diulang sesuai dengan jumlah warna dan kerumitan pola yang diinginkan.{{sfn|Trefois|2010|pp=99}}{{sfn|Gillow|Sentance|2000|p=135}} Canting tersedia dalam beberapa ukuran dan ada pula yang dapat menghasilkan titik/garis majemuk. Di luar Indonesia, canting dapat memiliki varian bentuk tergantung dari pola-pola yang biasa dibuat.
<gallery class=center mode=nolines widths="200px" heights="200px" caption="Batik tulis">
File:Tjanting.jpg|Contoh penggunaan canting untuk menggambar malam pada batik tulis.
File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Batiksters aan het werk TMnr 20017682.jpg |Pembuatan batik tulis di Yogyakarta
File:Miao batik 苗族蜡染, Guizhou, 2016 (52411662580).jpg|Variasi canting bernama ''ladao'' yang digunakan masyarakat [[suku Miao |Miao]] dari [[Guizhou]]
File:Batik-coloracio.jpg| variasi canting yang digunakan di Sri Lanka untuk garis tebal.
</gallery>
=== Batik cap ===
Batik cap (aksara Jawa: ꦧꦠꦶꦏ꧀ꦕꦥ꧀; Pegon: باتيق چڤ) adalah batik yang polanya digambar menggunakan cap. Cap memungkinkan pengisian bidang kain dengan lebih cepat dibanding canting dan juga memungkinkan pengulangan pola (dalam kain maupun antar-kain) yang lebih konsisten. Penggunaan cap memungkinkan batik dengan harga lebih murah dibanding batik tulis yang murni menggunakan canti, meski cap tetap perlu keahlian tersendiri untuk menghasilkan produk bagus. Bahan cap dapat bervariasi. Di India abad pertengahan, cap batik cenderung dibuat dair kayu. Cap di Jawa masa kini umumnya menggunakan kabel dan helaian tembaga yang memerlukan keahlian tersendiri untuk dibuat. Sisa proses pencelupan sama dengan batik tulis.<ref name="Ajie 2018">{{cite web |first=Stefanus |last=Ajie |title=Preserving traditional values through stamped batik |url=https://www.thejakartapost.com/life/2018/10/07/preserving-traditional-values-through-stamped-batik.html |publisher=[[The Jakarta Post]] |access-date=2024-08-30 |date=2018-10-18}}</ref>{{sfn|Gillow|Sentance|2000|pp=136–137}}
<gallery class=center mode=nolines widths="200px" heights="200px" caption="Batik cap">
File:A handmade Batik Cap copper motif printing block.jpg|Contoh cap tembaga yang digunakan di Jawa
File:Printing wax-resin resist for Batik with a Tjap, Yogyakarta, 1996.jpg|Mencap pola di Jawa
File:Bamako Fabric Stamper (26613476748).jpg|Mencap pola di [[Bamako]], [[Mali]]
</gallery>
=== Batik lukis ===
Batik lukis (aksara Jawa: ꦧꦠꦶꦏ꧀ꦭꦸꦏꦶꦱ꧀; Pegon: باتيق لوكيس) adalah jenis lebih baru yang menggunakan kombinasi alat seperti canting dan kuas layaknya lukisan untuk mengaplikasikan malam. Kuas terutama digunakan untuk menutupi bidang yang luas pada kain. Corak pada batik lukis cenderung tidak memiliki pakem.<ref name="Nafiun">{{cite web |title=Batik Lukis |url=https://www.nafiun.com/2015/03/batik-lukis.html |publisher=www.nafiun.com |access-date=24 January 2021 |archive-date=30 September 2021 |archive-url=https://web.archive.org/web/20210930011938/https://www.nafiun.com/2015/03/batik-lukis.html |url-status=live }}</ref><!--seems to be an online encyclopedia, i.e. a tertiary source, just about usable-->
<gallery class=center mode=nolines widths="200px" heights="200px" caption="Batik lukis">
File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Een batikster tijdens het vervaardigen van een doek met een afbeelding van Rangda TMnr 20018445.jpg |Seorang Pengerajin di [[Yogyakarta]] melukis [[Rangda]] menggunakan malam dan kuas.
File:Woman with brush painting batik Sri Lanka.JPG |Seorang pengerajin di [[Kandy]], [[Sri Lanka]].
</gallery>
=== Pewarnaan ===
Terlepas dari cara pengapikasian malam, perwarnaan atau pencelupan akan sama. Kain bermalam dicelup dalam bak pewrna sesuai keinginan. Malam kemudian disisihkan dengan dikerik atau direndam air mendidih, yang menyisakan pola negatif pada kain. Sebelum penemuan pewarna sistesis, pencelupan adalah salah satu tahap pembuatan batik yang paling rumit. Pewarna alami, kebanyakan dari tumbuhan, tidak selalu menghasilkan warna yang konsisten. Pengerajin perlu mempertimbangkan bagaimana zat pewarna berinteraksi ketika suatu kain perlu pencelupan majemuk. Banyak pengerajin yang menggunakan resep khusus berdasarkan ketersediaan tumbuhan sekitar. Pewarna alami juga seringkali perlu pencelupan berkali-kali untuk menghasilkan warna pekat sehingga memperlambat proses produksi.{{sfn |Elliott |1984|pp=56-59}} Pewarna sintesis mempermudah proses, namun menghasilkan limbah kimia yang bisa jadi berbahaya bagi lingkungan. Ramah lingkungan menjadi salah salah satu alasan beberapa pengerajin batik tetap menggunakan pewarna alami meski tersedia pilihan sintesis.{{sfn|Handayani et al|2018}}{{sfn|Sumarsono et al|2013}}{{sfn|Trefois|2010}}
== Jenis batik ==
<!--[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Een batikker aan het werk met een wasstempel TMnr 20018444.jpg|jmpl|219x219px|Pembuatan batik cap.]]
[[Berkas:Siska Yuniati at Taman Siswa, 2012-09-07.jpg|jmpl|Pembuatan batik tulis.]]-->
=== Menurut teknik ===
* [[Batik tulis]] adalah kain yang dihias dengan tekstur dan corak batik menggunakan tangan. Pembuatan batik jenis ini memakan waktu kurang lebih 2-3 bulan.
Baris 256 ⟶ 293:
* [[Akar wangi]]
{{end-col}}
==Catatan==
{{notelist}}
== Referensi ==
Baris 277 ⟶ 317:
* {{cite book |last1=Tirta |first1=Iwan |last2=Steen |first2=Gareth L. |last3=Urso |first3=Deborah M.|last4=Alisjahbana |first4=Mario |year=1996 |title=Batik: a play of lights and shades, Volume 1|place=Indonesia |publisher=Gaya |isbn=978-979-515-313-9 |ref=none}}
===
* [[Victor Pogadaev|Pogadaev, Victor]] (2002). "The Magic of Batik" in "Vostochnaya Kollektsiya" (Oriental Collection), Spring 2002, p. 71-74.
|