Ibrahim: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
SkullSplitter (bicara | kontrib)
Soufiyouns (bicara | kontrib)
+ {{Authority control}}
 
(253 revisi perantara oleh 92 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{about|tokoh Al-Qur'an|tokoh ini dalam sudut pandang Yahudi dan Kristen|Abraham|surah Al-Quran|Surah Ibrahim}}
{{seealso|Abraham}}
{{disambiginfo}}
'''Ibrahim''' ([[Bahasa Arab]] <font size=4>إبراهيم </font>) (sekitar [[1997]]-[[1822]] SM) merupakan [[nabi]] dalam [[agama Samawi]]. Ia mendapat gelar ''Khalil Allah'' atau Sahabat Allah. Selain itu beliau bersama anaknya, Nabi [[Ismail]] terkenal sebagai pengasas [[Kaabah]]. Ia diangkat menjadi nabi sekitar pada tahun [[1900]] SM. Ia tinggal di [[Kaldaniyyun]] [[Ur]], negeri yang disebut kini sebagai [[Iraq]].
{{Infobox person
| honorific_prefix = [[Nabi]] dan [[Rasul]]
| name = Ibrāhīm<br />إبراهيم<br/>[[Abraham]]
| honorific_suffix = [[Alaihis Salam|'alaihissalam]]
| native_name =
| native_name_lang =
| residence = {{hlist|[[Iraq]]|[[Syam]]}}
| image = Ibrahim (Abraham)1.png
| image_size =
| alt =
| caption = Kaligrafi Ibrahim '''alaihis-salam''
| title = {{hlist|[[Ululazmi]]|''Khalilullah'' (kesayangan Allah)|''Avraham Avinu'' (bapak kami Abraham)}}
| birth_name =
| birth_date =
| birth_place = [[Ur Kasdim|Ur, Irak]]
| disappeared_date =
| disappeared_place =
| disappeared_status =
| death_date =
| death_place = [[Hebron]], [[Tepi Barat]], [[Palestina]]
| death_cause =
| resting_place = [[Masjid Ibrahimi]], [[Hebron]]
| resting_place_coordinates = {{coord|31.524744|35.110726|type:landmark|display=inline|format=dms}}
| years_active =
| known_for =
| notable_works = [[Ka'bah]]
| style =
| influences =
| influenced =
| predecessor = [[Saleh]]
| successor = [[Lut]]
[[Ismail]]
[[Ishaq]]
| opponents =
| spouse = *[[Sarah]]
*[[Hajar]]
*[[Ketura]]
| children = {{unbulleted list
|[[Ismail]]
|[[Ishaq]]
|[[Zimran]]
|[[Yoksan]]
|[[Medan bin Abraham|Medan]]
|[[Midian]] (Madyan)
|[[Isybak]]
|[[Suah]]
}}
| parents =
| father = [[Terah]]
| relatives = {{unbulleted list
|[[Nahor bin Terah|Nahor]] (saudara)
|[[Haran]] (saudara)
|[[Luth]] (keponakan)
}}
| module =
| module2 =
| footnotes =
| box_width =
}}
{{Ibrahim}}
{{Nabi Islam}}
'''Ibrahim''' ({{lang-ar|إِبْرَاهِيْم|Ibrāhīm}}, {{lang-he|אַבְרָהָם|Avraham}}, {{lang-gr|Αβραάμ|}}, {{lang-aii|ܐܒܪܗܡ}}, [[bahasa Ge'ez|Ge'ez]]: አብርሃም;) adalah tokoh dalam [[Al-Qur'an]] yang merupakan seorang ''[[nabi]]'' yang ke-6<ref>[[Nabi dan rasul dalam Islam|Sesuai urutan 25 nabi dan rasul]]</ref> sekaligus ''[[rasul]]'' yang ke-4<ref>[[Nabi dan rasul dalam Islam|Sesuai urutan 25 nabi dan rasul]]</ref> serta merangkap dengan kedudukan sebagai ''[[Ululazmi|ulul azmi]]'' yang ke-2<ref>[[Ululazmi|Sesuai urutan 5 ulul azmi]]</ref> pada [[Islam]].
 
Islam memandang Ibrahim sebagai salah satu nabi dan rasul dan termasuk dalam kelompok ''[[ulul azmi]]''. Bersama putranya, [[Ismail]], Ibrahim dikenal sebagai peninggi pondasi [[Ka'bah]] yang kemudian menjadi kiblat umat Muslim seluruh dunia. Hari raya [[Idul Adha]] juga menjadi pengingat akan peristiwa penyerahan sepenuhnya Ibrahim atas perintah Allah<ref>https://beritaalternatif.com/berdasarkan-alquran/</ref>. Dia juga dikenal dengan gelarnya, ''khalilullah'' (خلیل اللہ; kesayangan Allah). Dalam Al-Qur'an juga ditegaskan bahwa Islam yang dibawa Nabi Muhammad merupakan kesinambungan dari ajaran Ibrahim.
== Genealogi ==
Ibrahim bin Azar bin Nahur dari keturunan [[Sam]] bin [[Nuh]].
 
Dalam Yahudi, Ibrahim disebut sebagai "bapak kami Abraham" (אברהם אבינו; ''Avraham Avinu'') sebagai penanda bahwa sosoknya berperan sebagai leluhur biologis [[bangsa Yahudi]] dan ayah dari [[agama Yahudi]]. Meski juga termasuk tokoh yang dihormati, peran dan kedudukan Ibrahim dalam Kristen tidak begitu besar bila dibandingkan dalam Islam dan Yahudi dikarenakan Kristen memiliki konsep juru selamat yang menjadi pembeda antara Kristen dan dua agama lain.
=== Biografi ===
Nabi Ibrahim adalah putera Aaazar {Tarih} bin Tahur bin Saruj bin Rau' bin Falij bin Aaabir bin Syalih bin Arfakhsyad bin Saam bin [[Nabi Nuh|Nuh A.S.]]. Ia dilahirkan di sebuah tempat bernama "Faddam A'ram" dalam kerajaan [[Babilonia]] yang saat itu diperintah oleh seorang raja [[zalim]] bernama [[Namrudz|Namrudz bin Kan'aan]]. Sebelum itu tempat kelahirannya berada dalam keadaan kucar-kacir. Ini adalah karena Raja Namrud mendapat petanda bahwa seorang bayi akan dilahirkan disana dan bayi ini akan tumbuh dan merampas takhtanya. Antara sifat insan yang akan menentangnya ini ialah dia akan membawa agama yang mempercayai satu tuhan dan akan menjadi pemusnah batu berhala. Insan ini juga akan menjadi penyebab Raja Namrud mati dengan cara yang dahsyat. Oleh itu Raja Namrud telah mengarahkan semua bayi yang dilahirkan di tempat ini dibunuh, manakala golongan lelaki dan wanita pula telah dipisahkan selama setahun.
 
== Ayat ==
Walaupun berada dalam keadaan cemas, kehendak [[Allah]] tetap terjadi. Isteri Aazar telah mengandung namun tidak menunjukkan tanda-tanda kehamilan. Pada suatu hari dia terasa seperti telah tiba waktunya untuk melahirkan anak dan sedar sekiranya diketahui Raja Namrud yang zalim pasti dia serta anaknya akan dibunuh. Dalam ketakutan, ibu nabi Ibrahim telah bersembunyi dan melahirkan anaknya di dalam sebuah gua yang berhampiran. Selepas itu, dia memasuki batu-batu kecil dalam mulut bayinya itu dan meninggalkannya keseorangan. Seminggu kemudian, dia bersama suaminya telah pulang ke gua tersebut dan terkejut melihat nabi Ibrahim a.s masih hidup. Selama seminggu, bayi itu menghisap celah jarinya yang mengandungi susu dan makanan lain yang berkhasiat. Semasa berusia 15 bulan tubuh Nabi Ibrahim telah membesar dengan cepatnya seperti kanak-kanak berusia dua tahun. Maka kedua ibubapanya berani membawanya pulang kerumah mereka.
{{quote|Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu dia melaksanakannya dengan sempurna. Dia (Allah) berfirman, "Sesungguhnya Aku menjadikan engkau sebagai pemimpin bagi seluruh manusia." Dia (Ibrahim) berkata, "Dan (juga) dari anak cucuku?" Allah berfirman, "(Benar, tetapi) janji-Ku tidak berlaku bagi orang-orang zalim."
|{{cite quran|2|124|style=inline}}}}
 
{{quote|"Karena itu namamu bukan lagi Abram, melainkan Abraham, karena engkau telah Kutetapkan menjadi bapa sejumlah besar bangsa. Aku akan membuat engkau beranak cucu sangat banyak. Engkau akan Kubuat menjadi bangsa-bangsa dan dari padamu akan berasal raja-raja.'"|{{Alkitab|Kejadian 17: 5-6}}}}
==== Masa remaja ====
Semasa remajanya Nabi Ibrahim sering disuruh ayahnya keliling kota menjajakan patung-patung buatannya namun karena iman dan tauhid yang telah diilhamkan oleh Tuhan kepadanya ia tidak bersemangat untuk menjajakan barang-barang itu bahkan secara mengejek ia menawarkan patung-patung ayahnya kepada calun pembeli dengan kata-kata:" Siapakah yang akan membeli patung-patung yang tidak berguna ini?"
 
{{quote|Dan Kami telah menurunkan Kitab (Alquran) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah di berikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan,|
==== Mencari Tuhan yang sebenarnya ====
{{cite quran|5|48|style=inline}}}}
Pada masa Nabi Ibrahim, kebanyakan rakyat di [[Mesopotamia]] beragama [[politeisme]] yaitu menyembah lebih dari satu Tuhan dan menganut [[paganisme]]. Dewa [[Bulan]] atau ''Sin'' merupakan salah satu berhala yang paling penting. Bintang, bulan dan matahari menjadi objek utama penyembahan dan karenanya, astronomi merupakan bidang yang sangat penting. Sewaktu kecil nabi Ibrahim a.s. sering melihat ayahnya membuat patung-patung tersebut, lalu dia berusaha mencari kebenaran agama yang dianuti oleh keluarganya itu.
 
== Nama ==
Dalam [[al-Quran]] Surah al-Anaam (ayat 76-78) menceritakan tentang pencariannya dengan kebenaran. Pada waktu malam yang gelap, beliau melihat sebuah [[bintang]] (bersinar-sinar), lalu ia berkata: "Inikah Tuhanku?" Kemudian apabila bintang itu terbenam, ia berkata pula: "Aku tidak suka kepada yang terbenam hilang". Kemudian apabila dilihatnya [[bulan]] terbit (menyinarkan cahayanya), dia berkata: "Inikah Tuhanku?" Maka setelah bulan itu terbenam, berkatalah dia: "Demi sesungguhnya, jika aku tidak diberikan petunjuk oleh Tuhanku, nescaya menjadilah aku dari kaum yang sesat". Kemudian apabila dia melihat [[matahari]] sedang terbit (menyinarkan cahayanya), berkatalah dia: "Inikah Tuhanku? Ini lebih besar". Setelah matahari terbenam, dia berkata pula: "Wahai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri (bersih) dari apa yang kamu sekutukan (Allah dengannya)". Inilah daya logika yang dianugerahi kepada beliau dalam menolak agama penyembahan langit yang dipercayai kaumnya serta menerima tuhan yang sebenarnya.
===Gabungan kata ab dan rahim===
Omar Hashem menyatakan bahwasanya nama Ibrahim berasal dari dua gabungan kata, yaitu ''ib/ab'' (إب) dan ''rahim'' (راهيم). Jika disatukan maka nama itu memiliki arti "ayah yang penyayang."<ref name="At-Taubah 09: 114">At-Taubah (09): 114</ref><ref>"Muhammad Sang Nabi" - Penelusuran Sejarah Nabi Muhammad Secara Detail, karya Omar Hashem, Bab 1. Kondisi Geografis - Kafilah Nabi Ibrahim, Hal.9.</ref>
===Versi Non-muslim===
Dalam Alkitab dijelaskan bahwa nama asli Ibrahim (Abraham) adalah Abram, kemudian diubah menjadi Abraham yang bermakna "bapak sejumlah bangsa besar."<ref>{{Alkitab|Kejadian 17: 5}}</ref>
===Gabungan kata abramu dan hum===
Dalam bahasa arab terdapat kata kerja ''abrama'' (أبرم) yang berarti dia telah mengikat/mengesahkan, serta kata ''hum'' (هم) yang berarti mereka, sehingga bila digabungkan akan membentuk kata ''Abramahum'' yang berarti dia telah mengikat/menyatukan mereka(anak cucu keturunannya), karena Ibrahim merupakan sumber dari [[Agama Abrahamik]] modern.
Abrama berubah menjadi Abramahum kemudian disingkat menjadi Abrahum dan dipermudah pengucapannya menjadi Ibrahum dan disesuaikan lagi menjadi Ibrahim (إبرهم) huruf [[Alif]] dan [[Ya]] merupakan huruf tambahan untuk memudahkan pelafalan.
 
== Kisah ==
==== Melihat tanda Kekuasaan Allah ====
Nama Ibrahim disebutkan 69 kali dalam Al-Qur'an,{{efn|Dalam Al-Qur'an, nama Ibrahim disebutkan 69 kali dalam 25 surah, yakni pada surah:<!--- Disebutkan dalam Al-Qur'an bahasa Arabnya, BUKAN pada terjemahan --->
Nabi Ibrahim yang sudah bertekad ingin memerangi ke[[syirik]]an dan penyembahan berhala yang berlaku di dalam kaumnya ingin mempertebal iman dan keyakinannya lebih dulu, untuk menenteramkan hatinya serta membersihkannya dari keragu-raguan yang mungkin mangganggu pikirannya dengan memohon kepada [[Allah]] agar diperlihatkan kepadanya bagaimana Dia menghidupkan kembali makhluk-makhluk yang sudah mati. Ia memohon kepada Allah: ''"Ya Tuhanku! Tunjukkanlah kepadaku bagaimana engkau menghidupkan makhluk-makhluk yang sudah mati."'' Allah menjawab permohonannya dengan berfirman: ''Tidakkah engkau beriman dan percaya kepada kekuasaan-Ku?."'' Nabi Ibrahim menjawab:''"Betul, wahai Tuhanku, aku telah beriman dan percaya kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu, namun aku ingin sekali melihat itu dengan mata kepala-ku sendiri, agar aku mendapat ketenteraman dan ketenangan hati dan agar semakin tebal dan kukuh keyakinanku kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu."''
{{colbegin|colwidth=25em}}
# Al-Baqarah (02): 124, 125 {{small|(2 kali)}}, 126, 127, 130, 132, 133, 135, 136, 140, 258 {{small|(3 kali)}}, 260
# Ali 'Imran (03): 33, 65, 67, 68, 84, 95, 97
# An-Nisa' (04): 54, 125 {{small|(2 kali)}}, 163
# Al-An'am (06): 74, 75, 83, 161
# At-Taubah (09): 70, 114 {{small|(2 kali)}}
# Hud (11): 69, 74, 75, 76
# Yusuf (12): 6, 38
# Ibrahim (14): 35
# Al-Hijr (15): 51
# An-Nahl (16): 120, 123
# Maryam (19): 41, 46, 58
# Al-Anbiya' (21): 51, 60, 62, 69
# Al-Hajj (22): 26, 43, 78
# Asy-Syu'ara' (26): 69
# Al-Ankabut (29): 16, 31
# Al-Ahzab (33): 7
# Ash-Shaffat (37): 83, 104, 109
# Shad (38): 45
# Asy-Syura (42): 13
# Az-Zukhruf (43): 26
# Adz-Dzariyat (51): 24
# An-Najm (53): 37
# Al-Hadid (57): 26
# Al-Mumtahanah (60): 4 {{small|(2 kali)}}
# Al-A'la (87): 19
{{colend}}
}} sedangkan kisahnya tertuang dalam beberapa surah dalam Al-Qur'an, yakni Al-Baqarah (02): 258, 260, Al-An'am (06): 75-83, Ibrahim (14): 35-41, Maryam (19): 41-48, Al-Anbiya' (21): 51-70, Asy-Syu'ara' (26): 69-83, Al-Ankabut (29): 16-27, dan Ash-Shaffat (37): 83-98. Ibrahim juga merupakan salah satu tokoh yang namanya dijadikan nama surah dalam Al-Qur'an, yakni pada surah keempat belas. Dalam [[Tanakh]] (kitab suci Yahudi) dan [[Alkitab]] (kitab suci Kristen), Ibrahim awalnya disebut Abram, kemudian namanya diubah menjadi Abraham saat perjanjian sunat, dan kisahnya termuat pada [[Kitab Kejadian]] pasal 11-25.
 
Sebagaimana para rasul lain dalam Al-Qur'an, kisah Ibrahim juga sangat menekankan pesan akan keesaan Allah, tercermin dari dialognya pada penguasa dan kaumnya. Di sisi lain, Tanakh dan Alkitab lebih menekankan pada rincian kronologis cerita. Perjanjian Allah dengan Ibrahim terkait bangsa-bangsa dan tanah terjanji juga menjadi titik pusat perhatian umat Yahudi, sedangkan peran Ibrahim sebagai rasul yang mendakwahkan keesaan Allah tidak begitu terlihat dalam Alkitab dan Tanakh bila dibandingkan dalam Al-Qur'an.
Allah mengabulkan permohonan Nabi Ibrahim lalu diperintahkanlah ia menangkap empat ekor [[burung]], lalu setelah memperhatikan dan meneliti bagian-bagian tubuh burung itu, ia memotongnya menjadi berkeping-keping, mencampur-baurkannya, dan kemudian tubuh burung yang sudah hancur-luluh dan bercampur-baur itu diletakkan di empat puncak bukit yang berbeda dan berjauhan. Setelah dikerjakan apa yang telah diperintahkan oleh Allah itu, diperintahkan-Nya Nabi Ibrahim memanggil burung-burung yang sudah terkoyak tubuhnya dan terpisah jauh setiap bagian tubuhnya itu.
 
=== Silsilah ===
Dengan izin Allah dan kuasa-Nya datanglah berterbangan empat ekor burung itu dalam keadaan utuh dan bernyawa seperti sedia kala begitu mendengar seruan dan panggilan Nabi Ibrahim kepadanya. Lalu hinggaplah empat burung yang hidup kembali itu di depannya, dilihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Allah Yang Maha Berkuasa dapat menghidupkan kembali makhluk-Nya yang sudah mati sebagaimana Dia menciptakannya dari sesuatu yang tidak ada. Dan dengan demikian tercapailah keinginan Nabi Ibrahim untuk menenteramkan hatinya dan menghilangkan kemungkinan ada keraguan di dalam iman dan keyakinannya, bahwa kekuasaan dan kehendak Allah tidak ada sesuatu pun di langit atau di bumi yang dapat menghalangi atau menentangnya, dan hanya kata "Kun Fayakun", maka terjadilah apa yang Dikehendaki-Nya.
Al-Qur'an tidak menjelaskan silsilah Ibrahim selain bahwa ayahnya bernama [[Azar]] ({{lang-ar|آزَر|Āzar}}).<ref>Al-An'am (06): 74</ref> Alkitab menjelaskan bahwa nama ayahnya adalah [[Terah]]. Perincian silsilah Ibrahim dalam Alkitab dimulai dari Sem (putra Nuh) sampai Ibrahim adalah:<ref>{{Alkitab|Kejadian 11: 10-26}}</ref>
* Sem memiliki putra bernama Arpakhsad saat berusia 100 tahun atau dua tahun setelah peristiwa banjir besar
* Arpakhsad memiliki putra bernama Selah (Syalikh) saat berusia 35 tahun
* Selah memiliki putra bernama Eber ('Abir) saat berusia 30 tahun
* Eber memiliki putra bernama Peleg (Faligh) saat berusia 34 tahun
* Peleg memiliki putra bernama Rehu (Raghu) saat berusia 30 tahun
* Rehu memiliki putra bernama Serug (Sarugh) saat berusia 32 tahun
* Serug memiliki putra bernama Nahor saat berusia 30 tahun
* Nahor memiliki putra bernama Terah (Tarikh) saat berusia 29 tahun
* Terah memiliki putra Abram (Ibrahim), Nahor, dan Haran pada usia 70 tahun
Dalam kitabnya, [[Ibnu Katsir]] juga mengutip dari Alkitab terkait silsilah Ibrahim.{{sfn|Ibnu Katsir|2014|p=187}}
 
Terdapat beberapa pendapat terkait perbedaan nama ayah Ibrahim dalam Al-Qur'an dan Alkitab. Menurut jumhur ahli nasab, di antaranya Ibnu 'Abbas, nama ayah Ibrahim adalah Tarikh (Terah). Ada pendapat yang menyatakan bahwa Azar adalah nama patung yang disembah ayahnya Ibrahim. Pendapat lain menyatakan bahwa dua nama itu sama-sama dikenal. Salah satu berupa nama asli, sedangkan yang lain adalah nama panggilan.{{sfn|Ibnu Katsir|2014|pp=192-193}} Pendapat lain menyatakan bahwa nama Azar diturunkan dari [[bahasa Suryani]] Atsar,<ref>Geiger 1898 [https://books.google.com/books?id=4d81AQAAMAAJ&pg=PA101 ''Judaism and Islam: A Prize Essay''], hlm. 100</ref> yang disebut Terah (Tarikh) dalam Alkitab.
==== Berdakwah Kepada Ayah Kandungnya ====
Aazar, ayah Nabi Ibrahim sama sebagaimana kaumnya yang lain, bertuhan dan menyembah berhala, ia adalah [[pedagang]] dari patung-patung yang dibuat dan dipahatnya sendiri dan dariya orang membeli patung-patung yang dijadikan persembahan. Nabi Ibrahim merasa bahwa kewajiban pertama yang harus ia lakukan sebelum berdakwah kepada orang lain ialah menyadarkan [[ayah]] kandungnya dulu orang yang terdekat kepadanya bahwa kepercayaan dan persembahannya kepada berhala-berhala itu adalah perbuatan yang sesat dan bodoh. Ia merasakan bahawa kebaktian kepada ayahnya mewajibkannya memberi penerangan kepadanya agar melepaskan kepercayaan yang sesat itu dan mengikutinya beriman kepada [[Allah]] Yang Maha Kuasa.
 
Untuk ibu Ibrahim, ada juga beberapa pendapat. Al-Hafidz Ibnu Asakir meriwayatkan bahwasanya ibu kandung Ibrahim bernama Amilah. Sementara menurut al-Kalbiy, ibu kandung nabi Ibrahim bernama Buna binti Karbeta bin Kartsi yang masih keturunan Arpakhsad bin Sem bin Nuh.{{sfn|Ibnu Katsir|2014|p=187}}
Dengan sikap yang sopan dan adab yang patut ditunjukkan oleh seorang anak terhadap orang tuanya dan dengan kata-kata yang halus ia datang kepada ayahnya menyampaikan bahwa ia diutuskan oleh Allah sebagai [[nabi]] dan [[rasul]] dan bahwa ia telah diilhamkan dengan pengetahuan dan ilmu yang tidak dimiliki oleh ayahnya. Ia bertanya kepada ayahnya dengan lemah lembut gerangan apakah yang mendorongnya untuk menyembah berhala seperti lain-lain kaumnya padahal ia mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak berguna sedikit pun tidak dapat mendatangkan keuntungan bagi penyembahnya atau mencegah kerugian atau musibah. Diterangkan pula kepada ayahnya bahwa penyembahan kepada berhala-berhala itu adalah semata-mata ajaran [[setan]] yang memang menjadi musuh kepada manusia sejak Adam diturunkan ke bumi lagi. Ia berseru kepada ayahnya agar merenungkan dan memikirkan nasihat dan ajakannya berpaling dari berhala-berhala dan kembali menyembah kepada Allah yang menciptakan manusia dan semua makhluk yang dihidupkan memberi mereka rezeki dan kenikmatan hidup serta menguasakan bumi dengan segala isinya kepada manusia.
 
Ibnu Asakir meriwayatkan dalam kitab ''at-Tarikh'' dari Ishaq bin Basyar al-Kahiliy bahwasanya Nabi Ibrahim dijuluki sebagai "Abu adh-Dhaifan."{{sfn|Ibnu Katsir|2014|p=187}}
Aazar menjadi merah mukanya dan melotot matanya mendengar kata-kata seruan puteranya Nabi Ibrahim yyang ditanggapinya sebagai [[dosa]] dan hal yang kurang patut bahwa puteranya telah berani mengecam dan menghina kepercayaan ayahnya bahkan mengajakkannya untuk meninggalkan kepercayaan itu dan menganut kepercayaan dan [[agama]] yang ia bawa. Ia tidak menyembunyikan murka dan marahnya tetapi dinyatakannya dalam kata-kata yang kasar dan dalam maki namun seakan-akan tidak ada hubungan diantara mereka. Ia berkata kepada Nabi Ibrahim dengan nada gusar: ''"Hai Ibrahim! Berpalingkah engkau dari kepercayaan dan persembahanku ? Dan kepercayaan apakah yang engkau berikan kepadaku yang menganjurkan agar aku mengikutinya? Janganlah engkau membangkitkan amarahku dan cuba mendurhakaiku. Jika engkau tidak menghentikan penyelewenganmu dari agama ayahmu tidak engkau hentikan usahamu mengecam dan memburuk-burukkan persembahanku, maka keluarlah engkau dari rumahku ini. Aku tidak sudi bercampur denganmu didalam suatu rumah di bawah suatu atap. Pergilah engkau dari mukaku sebelum aku menimpamu dengan batu dan mencelakakan engkau."''
 
=== Kehidupan awal ===
Nabi Ibrahim menerima kemarahan ayahnya, pengusirannya dan kata-kata kasarnya dengan sikap tenang, normal selaku anak terhadap ayah seraya berkata: ''"Wahai ayahku! Semoga engkau selamat, aku akan tetap memohonkan ampun bagimu dari Allah dan akan tinggalkan kamu dengan persembahan selain kepada Allah. Mudah-mudahan aku tidak menjadi orang yang celaka dan malang dengan doaku untukmu." Lalu keluarlah Nabi Ibrahim meninggalkan rumah ayahnya dalam keadaan sedih karena gagal mengangkatkan ayahnya dari lembah [[syirik]] dan [[kafir]].''
Ibrahim lahir dari seorang ayah yang bekerja sebagai pembuat patung yang biasanya dijadikan sesembahan. Terkait tempat kelahirannya, pendapat paling masyhur menyatakan bahwa Ibrahim lahir di [[Babilonia]] di kota [[Ur Kasdim]]. Ada juga yang berpendapat bahwa dia lahir di sebuah dataran rendah di Damaskus.{{sfn|Ibnu Katsir|2014|p=188}} Sangat mungkin kepercayaan yang dianut masyarakat kala itu adalah [[Agama Mesopotamia kuno]] yang menyembah banyak dewa dan dewi.<ref name="Brit, AMR">{{cite encyclopedia |author=Jacobsen, Thorkild |title=Mesopotamian religion |encyclopedia=Encyclopædia Britannica |url=https://www.britannica.com/topic/Mesopotamian-religion}}</ref> Pendapat lain menyebutkan bahwa kaum Ibrahim merupakan pemuja benda-benda langit seperti matahari, bulan, dan bintang,<ref>at-Tawassul wa al-Wasilah (2/22)</ref> dan patung-patung yang digunakan untuk ritual merupakan perlambang dari benda-benda langit tersebut, sebagaimana berhala-berhala yang disembah kaum Nuh adalah perlambang dari orang-orang shaleh yang telah meninggal.
 
Dalam kronik ''Legenda Bangsa Yahudi'' disebutkan bahwa Ibrahim lahir pada masa kekuasaan seorang penguasa zalim bernama [[Namrud]] (Nimrod). Disebutkan bahwa Namrud melihat pertanda melalui bintang-bintang bahwa akan ada seorang anak laki-laki yang lahir yang akan menghancurkan kekuasaannya. Setelah berdiskusi dengan para penasihatnya, dikeluarkanlah maklumat bahwa setiap bayi laki-laki yang lahir harus dibunuh. Saat mendekati waktu kelahiran, ibu Ibrahim kemudian pergi ke luar kota dan melahirkan di sebuah gua. Ibu Ibrahim kemudian meninggalkannya di sana dengan berat hati dan Ibrahim yang masih bayi diasuh oleh Malaikat Jibril. Di sana, Ibrahim tumbuh dengan sangat cepat, bahkan bisa berjalan dan bicara saat baru berusia dua puluh hari.{{sfn|Ginzberg|1909|pp=186-189}} Kisah ini tidak terdapat dalam Al-Qur'an maupun Alkitab.
==== Menghancurkan Berhala-berhala ====
 
=== Empat ekor burung ===
Salah satu mukjizat yang dialami Ibrahim yang disebutkan dalam Al-Qur'an adalah terkait kekuasaan Allah menghidupkan makhluk yang telah mati. Ibrahim meminta kepada Allah memperlihatkan cara menghidupkan orang-orang yang telah mati untuk memantapkan hatinya. Allah kemudian memerintahkan agar Ibrahim melatih empat ekor burung sehingga mereka dapat segera mendatanginya bila dipanggil. Setelah terlatih, burung-burung tersebut disembelih dan dicincang, kemudian jasadnya dipencarkan dan diletakkan di tiap-tiap bukit. Saat Ibrahim memanggil burung-burung tersebut, mereka segera mendatanginya seperti sebelumnya.<ref>Al-Baqarah (02): 260</ref>
 
=== Dakwah ===
[[Berkas:20160105-Abraham house in Ur Iraq.jpg|jmpl|kiri|Reruntuhan [[Ur Kasdim]] yang diyakini sebagai tempat kelahiran Ibrahim, 2016]]
Ibrahim awalnya berdakwah kepada ayahnya. Dengan lembut dia menegaskan agar ayahnya meninggalkan sesembahan lamanya yang tidak dapat mendengar, melihat, dan memberi pertolongan sedikitpun. Ibrahim juga menyatakan bahwa dia telah mendapat sebagian ilmu (wahyu) yang tidak dimiliki ayahnya, sehingga Ibrahim meminta agar ayahnya mau menurutinya. Meski demikian, ayahnya menolak ajakan Ibrahim, bahkan mengancam akan merajamnya, dan menyuruh Ibrahim meninggalkannya. Ibrahim kemudian menjauhkan diri dari ayahnya sembari memintakan ampun ayahnya kepada Allah.<ref>Maryam (19): 41-48</ref>{{sfn|Ibnu Katsir|2014|pp=190-191}}
 
Al-Qur'an menjelaskan bahwa permintaan ampun Ibrahim pada ayahnya hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya pada ayahnya. Namun setelah jelas bahwa ayahnya adalah musuh Allah, Ibrahim berlepas diri darinya.<ref name="At-Taubah 09: 114"/>
 
Ibrahim juga berdakwah pada kaumnya. Sebagaimana seruan para rasul yang lain, Ibrahim menyeru kaumnya untuk bertakwa kepada Allah, mengesakan-Nya, dan meninggalkan sesembahan lain. Ibrahim juga menegaskan bahwa sesembahan mereka tidak mampu memberi rezeki pada penyembahnya.<ref>Al-Ankabut (29): 16-17</ref> Kaumnya menyatakan bahwa mereka melakukan penyembahan ini lantaran telah menjadi tradisi sejak leluhur mereka.<ref>Asy-Syu'ara' (26): 74</ref> Ibrahim kemudian bertekad untuk melakukan tipu daya pada berhala-berhala sembahan kaumnya saat mereka pergi.<ref>Al-Anbiya' (21): 57</ref> Sebagian berpendapat bahwa Ibrahim hanya mengatakan tekadnya dalam hati. Ada yang berpendapat bahwa Ibrahim mengatakannya secara lisan dan itu didengar sebagian kaumnya.{{sfn|Ibnu Katsir|2014|p=199}}
 
Dalam ''Legenda Bangsa Yahudi'' disebutkan bahwa pada suatu hari, ada seorang wanita tua yang hendak membeli berhala dari Ibrahim karena berhala miliknya dicuri saat dia sedang mandi. Ibrahim kemudian menyatakan bahwa patung sesembahan tersebut bukanlah tuhan karena dia bisa dicuri seperti itu. Wanita tersebut kemudian tersadar dan kemudian ikut membantu dakwah Ibrahim, sehingga banyak orang yang akhirnya mengikuti ajaran Ibrahim. Namrud mendengar mengenai wanita tersebut dan memanggilnya ke hadapannya, memarahi wanita itu lantaran dia menyembah tuhan lain selain dirinya, tetapi wanita tersebut membalas bahwa Namrud seorang pendusta. Wanita tersebut kemudian dibunuh.{{sfn|Ginzberg|1909|pp=196-197}}
 
=== Menghancurkan berhala ===
{{Utama|Ikonoklasme}}
Kegagalan Nabi Ibrahim dalam usahanya menyadarkan ayahnya yang tersesat itu sangat menusuk hatinya kerana ia sebagai putera yang baik ingin sekali melihat ayahnya berada dalam jalan yang benar terangkat dari lembah kesesatan dan syirik namun ia sedar bahwa hidayah itu adalah di tangan Allah dan bagaimana pun ia ingin dengan sepenuh hatinya agar ayahnya mendpt hidayah ,bila belum dikehendaki oleh Allah maka sia-sialah keinginan dan usahanya.
Penolakan ayahnya terhadap dakwahnya dengan cara yang kasar dan kejam itu tidak sedikit pun mempengaruhi ketetapan hatinya dan melemahkan semangatnya untuk berjalan terus memberi penerangan kepada kaumnya untuk menyapu bersih persembahan-persembahan yang bathil dan kepercayaan-kepercayaan yang bertentangan dengan tauhid dan iman kepada Allah dan Rasul-Nya.
 
Disebutkan bahwa kaum Ibrahim saat itu memiliki perayaan tahunan yang dilaksanakan di pinggiran kota. Azar saat itu meminta Ibrahim ikut mendatanginya, tetapi Ibrahim melihat sekali pandang ke arah bintang-bintang, kemudian mengatakan kalau sedang sakit.<ref>Ash-Shaffat (37): 88-89</ref> Saat suasana sepi, Ibrahim kemudian pergi ke kuil pemujaan tempat berhala-berhala sesembahan kaumnya. Di sana terdapat sesajian yang disuguhkan untuk berhala-berhala tersebut. Ibrahim kemudian mendatangi berhala-berhala tersebut dan bertanya pada mereka sebagai sindiran, "Mengapa kamu tidak makan? Mengapa kamu tidak menjawab?"<ref>Ash-Shaffat (37): 91-92</ref> Setelahnya, Ibrahim menghancurkan semua berhala-berhala yang ada di sana<ref>Ash-Shaffat (37): 93</ref> dengan kapak kecuali berhala yang terbesar.<ref>Al-Anbiya' (21): 58</ref> Ibrahim kemudian meletakkan kapaknya di tangan berhala terbesar yang masih utuh tersebut untuk memberi kesan bahwa berhala induk tersebut cemburu dengan berhala-berhala kecil yang dianggap tidak pantas disembah bersamanya.{{sfn|Ibnu Katsir|2014|p=200}}
Nabi Ibrahim tidak henti-henti dalam setiap kesempatan mengajak kaumnya berdialog dan bermujadalah tentang kepercayaan yang mereka anuti dan ajaran yang ia bawa. Dan ternyata bahawa apabila mereka sudah tidak berdaya menolak dan menyanggah alasan-alasan dan dalil-dalil yang dikemukakan oleh Nabi Ibrahim tentang kebenaran ajarannya dan kebatilan kepercayaan mereka maka dalil dan alasan yang usanglah yang mereka kemukakan iaitu bahwa mereka hanya meneruskan apa yang bapa-bapa dan nenek moyang mereka lakukan sejak turun-temurun dan sesekali mereka tidak akan melepaskan kepercayaan dan agama yang telah mereka warisi.
 
Saat penduduk kembali, mereka terkejut ketika melihat keadaan berhala-berhala tersebut dan bertanya-tanya mengenai jati diri pelakunya. Sebagian penduduk kemudian mengatakan bahwa Ibrahim dikenal suka mencela sesembahan mereka. Ibrahim kemudian ditanya, "Apakah kamu yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, Ibrahim?" Ibrahim kemudian membalas, "Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya. Maka tanyakanlah kepada berhala itu jika dia dapat berbicara." Setelahnya, mereka membalas, "Sesungguhnya kaum telah mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara."<ref>Al-Anbiya' (21): 59-65</ref>{{sfn|Ibnu Katsir|2014|pp=200-201}}
Nabi Ibrahim pada akhirnya merasa tidak bermanfaat lagi untuk berdebat dan bermujadalah dengan kaumnya yang keras kepala dan yang tidak mahu menerima keterangan dan bukti-bukti nyata yang dikemukakan oleh beliau dan selalu berpegang pada satu-satunya alasan bahawa mereka tidak akan menyimpang daripada cara persembahan nenek moyang mereka, walaupun telah Nabi Ibrahim menasihati mereka berkali-kali bahawa mereka dan bapa-bapa mereka keliru dan tersesat mengikuti jejak syaitan dan iblis. Nabi Ibrahim kemudian merancang akan membuktikan kepada kaumnya dengan perbuatan yang nyata yang dapat mereka lihat dengan mata kepala mereka sendiri bahwa berhala-berhala dan patung-patung mereka betul-betul tidak berguna bagi mereka dan bahkan tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri.
 
Mendengar jawaban kaumnya, Ibrahim segera membalikkan keadaan,{{quote|"Mengapa kamu menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikit pun, dan tidak mendatangkan mudarat kepada kamu? Celakalah kamu dan yang kamu sembah selain Allah! Tidakkah kamu mengerti?"|Al-Anbiya' (21): 66-67}}
Adalah sudah menjadi tradisi dan kebiasaan penduduk kerajaan [[Babilonia]] bahwa setiap tahun mereka keluar kota beramai-ramai pada suatu hari raya yang mereka anggap sebagai [[keramat]]. Berhari-hari mereka tinggal di luar kota di suatu padang terbuka, berkhemah dengan membawa bekalan makanan dan minuman yang cukup. Mereka bersuka ria dan bersenang-senang sambil meninggalkan kota-kota mereka kosong dan sunyi. Mereka berseru dan mengajak semua penduduk agar keluar meninggalkan rumah dan turut beramai -ramai menghormati hari-hari suci itu. Nabi Ibrahim yang juga turut diajak turut serta berlagak berpura-pura sakit dan diizinkanlah ia tinggal di rumah apalagi mereka merasa khuatir bahwa penyakit Nabi Ibrahim yang dibuat-buat itu akan menular dan menjalar di kalangan mereka bila ia turut serta.
 
Kaumnya marah setelah mendengar bantahan Ibrahim. Para penduduk tidak bisa menang debat dengan Ibrahim, sehingga mereka mengalihkan permasalahan dan menggunakan kekuatan untuk membungkam Ibrahim dengan cara berusaha dilemparkan ke dalam api.<ref>Al-Anbiya' (21): 68</ref>{{sfn|Ibnu Katsir|2014|p=202}} Dalam ''Legenda Bangsa Yahudi'' disebutkan bahwa sebelum dilemparkan ke api, Ibrahim dipenjara selama setahun tanpa makan dan minum. Pada masa itu, Allah kemudian mengutus malaikat untuk memberi Ibrahim makan dan minum sehingga dia tetap hidup. Kemudian diusulkan kepada Namrud bahwa Ibrahim harus dibakar hidup-hidup di hadapan khalayak agar para penduduk dapat terus mempercayai Namrud.{{sfn|Ginzberg|1909|pp=198-199}}
''"Inilah dia kesempatan yang ku nantikan."'' kata hati Nabi Ibrahim tatkala melihat kota sudah kosong dari penduduknya, sunyi senyap tidak terdengar kecuali suara burung-burung yang berkicau, suara daun-daun pohon yang gemerisik ditiup angin kencang. Dengan membawa sebuah kapak ditangannya ia pergi menuju tempat beribadatan kaumnya yang sudah ditinggalkan tanpa penjaga, tanpa juru kunci dan hanya deretan patung-patung yang terlihat diserambi tempat peribadatan itu. Sambil menunjuk kepada semahan bunga-bunga dan makanan yang berada di setiap kaki patung berkata Nabi Ibrahim, mengejek:''"Mengapa kamu tidak makan makanan yang lezat yang disajikan bagi kamu ini? Jawablah aku dan berkata-katalah kamu."'' Kemudian disepak, ditamparlah patung-patung itu dan dihancurkannya berpotong-potong dengan kapak yang berada di tangannya. Patung yang besar ditinggalkannya utuh, tidak diganggu yang pada lehernya dikalungkanlah kapak Nabi Ibrahim itu.
 
=== Perapian ===
Terperanjat dan terkejutlah para penduduk, tatkala pulang dari berpesta ria di luar kota dan melihat keadaan patung-patung, tuhan-tuhan mereka hancur berantakan dan menjadi potongan-potongan terserak-serak di atas lantai. Bertanyalah satu kepada yang lain dengan nada hairan dan takjub: ''"Gerangan siapakah yang telah berani melakukan perbuatan yang jahat dan keji ini terhadap tuhan-tuhan persembahan mrk ini?"'' Berkata salah seorang diantara mrk:''"Ada kemungkinan bahwa orang yang selalu mengolok-olok dan mengejek persembahan kami yang bernama Ibrahim itulah yang melakukan perbuatan yang berani ini."'' Seorang yang lain menambah keterangan dengan berkata:''"Bahkan dialah yang pasti berbuat, karena ia adalah satu-satunya orang yang tinggal di kota sewaktu kami semua berada di luar merayakan hari suci dan keramat itu."'' Selidik punya selidik, akhirnya terdpt kepastian yyang tidak diragukan lagi bahwa Ibrahimlah yang merusakkan dan memusnahkan patung-patung itu. Rakyat kota beramai-ramai membicarakan kejadian yang dianggap suatu kejadian atau penghinaan yang tidak dpt diampuni terhadap kepercayaan dan persembahan mrk. Suara marah, jengkel dan kutukan terdengar dari segala penjuru, yang menuntut agar si pelaku diminta bertanggungjawab dalam suatu pengadilan terbuka, di mana seluruh rakyat penduduk kota dapat turut serta menyaksikannya.
Setelah diputuskan bahwa Ibrahim akan dihukum bakar, para penduduk segera mengumpulkan kayu bakar dari segala penjuru selama berhari-hari, sampai seorang wanita yang sedang sakit juga bernazar akan ikut mengumpulkan kayu bakar jika sudah sembuh. Kemudian mereka menggali lubang yang sangat besar tempat kayu-kayu tersebut dinyalakan.{{sfn|Ibnu Katsir|2014|p=202}}
 
Api menyala sangat besar sehingga tidak ada yang bisa mendekat, sehingga Ibrahim diikat dan dibelenggu, kemudian dilemparkan ke tengah api menggunakan [[manjanik]]. Saat dilempar, Ibrahim mengucapkan "Cukuplah Allah sebagai pelindung kami."<ref>HR. Al-Bukhari (4563)</ref> Allah kemudian memerintahkan, "Wahai api! Jadilah kamu dingin dan penyelamat bagi Ibrahim!"<ref>Al-Anbiya' (21): 69</ref>{{sfn|Ibnu Katsir|2014|p=203}} Kobaran api tersebut hanya membakar ikatan Ibrahim, tapi tidak tubuh maupun pakaiannya.
Dan memang itulah yang diharapkan oleh Nabi Ibrahim agar pengadilannya dilakukan secara terbuka di mana semua warga masyarakat dapat turut menyaksikannya. Karena dengan cara demikian beliau dapat secara terselubung berdakwah menyerang kepercayaan mrk yang bathil dan sesat itu, seraya menerangkan kebenaran agama dan kepercayaan yang ia bawa, kalau diantara yang hadir ada yang masih boleh diharapkan terbuka hatinya bagi iman dari tauhid yang ia ajarkan dan dakwahkan.
Hari pengadilan ditentukan dan datang rakyat dari segala pelosok berduyung-duyung mengujungi padang terbuka yang disediakan bagi sidang pengadilan itu.
 
Ada yang mengatakan bahwa Ibrahim berada dalam kobaran api selama empat puluh sampai lima puluh hari.<ref>HR. Ath-Thabari (17/44) dan Ibnu Asakir (6/184)</ref>{{sfn|Ibnu Katsir|2014|pp=204-205}} Sebuah riwayat menyebutkan bahwa ayah Ibrahim kemudian berkata, "Sebaik-baik Tuhan adalah Tuhanmu, Ibrahim."{{sfn|Ibnu Katsir|2014|p=204}}
Ketika Nabi Ibrahim datang menghadap Raja [[Namrudz]] yang akan mengadili ia disambut oleh para hadirin dengan teriakan kutukan dan cercaan, menandakan sangat gusarnya para penyembah berhala terhadap beliau yang telah berani menghancurkan persembahan mrk.
Ditanyalah Nabi Ibrahim oleh Raja Namrud:''"Apakah engkau yang melakukan penghancuran dan merusakkan tuhan-tuhan kami?"'' Dengan tenang dan sikap dingin, Nabi Ibrahim menjawab:''"Patung besar yang berkalungkan kapak di lehernya itulah yang melakukannya. Cuba tanya saja kepada patung-patung itu siapakah yang menghancurkannya."'' Raja Namrudpun terdiam sejenak. Kemudian beliau berkata:''" Engkaukan tahu bahwa patung-patung itu tidak dapat bercakap dan berkata mengapa engkau minta kami bertanya kepadanya?"'' Tibalah masanya yang memang dinantikan oleh Nabi Ibrahim, maka sebagai jawapan atas pertanyaan yang terakhir itu beliau berpidato membentangkan kebathilan persembahan mereka, yang mereka pertahankan mati-matian, semata-mata hanya karena adat itu adalah warisan nenek-moyang. Berkata Nabi Ibrahim kepada Raja Namrud itu:''"Jika demikian halnya, mengapa kamu sembah patung-patung itu, yang tidak dapat berkata, tidak dapat melihat dan tidak dapat mendengar, tidak dapat membawa manfaat atau menolak mudharat, bahkan tidak dapat menolong dirinya dari kehancuran dan kebinasaan? Alangkah bodohnya kamu dengan kepercayaan dan persembahan kamu itu! Tidakkah dapat kamu berfikir dengan akal yang sihat bahwa persembahan kamu adalah perbuatan yang keliru yang hanya difahami oleh syaitan. Mengapa kamu tidak menyembah Tuhan yang menciptakan kamu, menciptakan alam sekeliling kamu dan menguasakan kamu di atas bumi dengan segala isi dan kekayaan. Alangkah hina dinanya kamu dengan persembahan kamu itu."''
 
=== Perdebatan ===
Setelah selesai Nabi Ibrahim menguraikan pidatonya itu, Raja Namrud mencetuskan keputusan bahawa Nabi Ibrahim harus dibakar hidup-hidup sebagai ganjaran atas perbuatannya menghina dan menghancurkan tuhan-tuhan mrk, maka berserulah para hakim kepada rakyat yang hadir menyaksikan pengadilan itu:''"Bakarlah ia dan belalah tuhan-tuhanmu, jika kamu benar-benar setia kepadanya." ''
Al-Qur'an mengisahkan mengenai perdebatan mengenai Tuhan antara Ibrahim dengan orang kafir, yang biasanya ditafsirkan sebagai Namrud. Ibrahim mengatakan, "Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan." Orang tersebut membalas, "Aku juga bisa menghidupkan dan mematikan." Maksud dari jawabannya adalah dia membunuh seseorang dan memberikan ampunan kepada orang lain.{{sfn|Ibnu Katsir|2014|pp=207-208}}
 
Ibrahim kemudian melanjutkan, "Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat." Maka orang tersebut kebingungan dan tidak dapat menjawab balik Ibrahim.<ref>Al-Baqarah (02): 258</ref> As-Suddi menjelaskan bahwa perdebatan ini terjadi setelah peristiwa pembakaran Ibrahim.{{sfn|Ibnu Katsir|2014|pp=207-208}}
==== Dibakar Hidup-hidup ====
Keputusan [[mahkamah]] telah dijatuhkan. Nabi Ibrahim harus dihukum dengan membakar hidup-hidup dalam api yang besar sebesar dosa yang telah dilakukan. Persiapan bagi upacara pembakaran yang akan disaksikan oleh seluruh rakyat sedang diaturkan. Tanah lapang bagi tempat pembakaran disediakan dan diadakan pengumpulan kayu bakar dengan banyaknya dimana tiap penduduk secara gotong-royong harus mengambil bahagian membawa [[kayu]] bakar sebanyak yang ia dapat sebagai tanda bakti kepada tuhan-tuhan persembahan mrk yang telah dihancurkan oleh Nabi Ibrahim.
 
Disebutkan bahwa Namrud biasanya memiliki jatah makanan yang dibagikan kepada penduduk. Namun Ibrahim tidak mendapat jatah lantaran perdebatannya dengan Namrud. Untuk menenangkan keluarganya, dia mengisi kantongnya dengan pasir. Saat dia pulang dan tidur, istrinya, Sarah, membuka kantong tersebut yang ternyata telah menjadi bahan makanan. Sarah lantas mengolahnya menjadi hidangan lezat. Saat Ibrahim menanyakan asal makanan tersebut, Sarah menjawab bahwa ini berasal dari kantong yang dibawa Ibrahim. Ibrahim menyadari bahwa itu merupakan rezeki yang dikaruniakan Allah.{{sfn|Ibnu Katsir|2014|p=209}}
Berduyun-duyunlah para penduduk dari segala penjuru kota membawa kayu bakar sebagai sumbangan dan tanda bakti kepada tuhan mereka. Di antara terdapat para wanita yang [[hamil]] dan orang yang sakit yang membawa sumbangan kayu bakarnya dengan harapan memperolehi barakah dari tuhan-tuhan mereka dengan menyembuhkan [[penyakit]] mereka atau melindungi yang hamil di kala ia bersalin. Setelah terkumpul kayu bakar di lapangan yang disediakan untuk upacara pembakaran dan tertumpuk serta tersusun laksana sebuah bukit, berduyun-duyunlah orang datang untuk menyaksikan pelaksanaan hukuman atas diri Nabi Ibrahim. Kayu lalu dibakar dan terbentuklah gunung berapi yang dahsyat yang sedang berterbangan di atasnya berjatuhan terbakar oleh panasnya wap yang ditimbulkan oleh api yang menggunung itu. Kemudian dalam keadaan terbelenggu, Nabi Ibrahim diangkat ke atas sebuah gedung yang tinggi lalu dilemparkan ia kedalam tumpukan kayu yang menyala-nyala itu dengan iringan firman Allah:''"Hai api, menjadilah engkau dingin dan keselamatan bagi Ibrahim."''
 
=== Haran ===
Sejak keputusan hukuman dijatuhkan sampai saat ia dilemparkan ke dalam bukit api yang menyala-nyala itu, Nabi Ibrahim tetap menunjukkan sikap tenang dan tawakkal karena iman dan keyakinannya bahwa Allah tidak akan rela melepaskan hamba pesuruhnya menjadi makanan api dan kurban keganasan orang-orang [[kafir]] musuh Allah. Dan memang demikianlah apa yang terjadi tatkala ia berada dalam perut bukit api yang dahsyat itu ia merasa dingin sesuai dengan seruan Allah Pelindungnya dan hanya tali temali dan rantai yang mengikat tangan dan kakinya yang terbakar hangus, sedang tubuh dan pakaian yang terlekat pada tubuhnya tetap utuh, tidak sedikit pun tersentuh oleh api, hal mana merupakan suatu [[mukjizat]] yang diberikan oleh Allah kepada hamba pilihannya, Nabi Ibrahim, agar dapat melanjutkan penyampaian risalah yang ditugaskan kepadanya kepada hamba-hamba Allah yang tersesat itu.
[[Berkas:Modern Levant.PNG|jmpl|ka|Peta perkiraan kawasan Syam (berwarna hijau) dengan latar batas-batas negara modern]]
Setelahnya, Ibrahim diperintahkan Allah untuk hijrah atau keluar dari negeri tersebut<ref>Al-Ankabut (29): 26-27</ref> menuju [[Syam]], juga disebut tanah Kan'an dalam Alkitab. Disebutkan dalam Alkitab bahwa yang turut pergi bersama Ibrahim adalah Terah (Azar), Sarah (istri Ibrahim), dan Luth (keponakan Ibrahim). Dalam perjalanan, mereka berhenti di [[Haran (tempat dalam Alkitab)|Haran]] (yang kerap diidentifikasikan sebagai [[Harran]]) yang penduduknya menyembah bintang.<ref>{{Alkitab|Kejadian 11: 31}}</ref>
 
Dalam surah Al-An'am disebutkan bahwa suatu malam saat melihat bintang, Ibrahim berkata, "Inilah Tuhanku." Namun saat bintang tersebut terbenam, dia mengatakan, "Saya tidak suka kepada yang tenggelam." Saat melihat bulan terbit, dia berkata, "Inilah Tuhanku." Setelah bulan tersebut terbenam, dia berkata, "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat." Saat melihat matahari terbit, dia berkata, "Inilah Tuhanku. Inilah yang lebih besar." Maka saat matahari tersebut terbenam, Ibrahim berkata kepada kaumnya, "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari dari yang kamu persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku pada Tuhan Yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah."<ref>Al-An'am (06): 76-79</ref>
Orang ramai tercengang dengan keajaiban ini dan mula mempersoalkan kepercayaan kepada Raja Namrud. Malah anak perempuan Raja Namrud sendiri iaitu Puteri Razia mula mempercayai agama yang dibawa oleh beliau. Lalu Puteri itupun mengaku di hadapan khalayak ramai bahawa tuhan nabi Ibrahim a.s. adalah tuhan yang sebenarnya. Ini telah menaikkan kemarahan beliau yang mengarahkan tenteranya untuk membunuh puterinya itu. Puteri itupun meluru ke arah [[api]] yang besar itu lalu berkata "Tuhan Nabi Ibrahim selamatkanlah aku". Puteri Razia pun turut terselamat dari terbakar dan dalam api yang membara itu kedengaran dia mengucap kalimah syahadah. Tindakan derhaka puterinya menjadikan hati Raja Namrud semakin membara. Sebaik sahaja puteri Razia keluar dari api tersebut beliau serta tenteranya telah mengejarnya kedalam hutan. Ini memberi peluang kepada Nabi Ibrahim serta adik tirinya Sarah, bapanya Azaar serta anak saudaranya [[Nabi Luth]] untuk melarikan diri. Raja Namrud dan tenteranya puas mencari Puteri Razia tetapi puteri itu telah hilang. Selepas sekian lama, merekapun pulang dan mendapati bahawa Nabi Ibrahim turut terlepas. Setelah peristiwa ini, Raja Namrud kian gelisah kerana rakyatnya mula hilang kepercayaan dengan kekuasaannya. Oleh itu, beliau berazam pula untuk membunuh Tuhan nabi Ibrahim.
 
Banyak literatur Islam yang menyebutkan bahwa kisah Ibrahim dalam Al-An'am adalah upaya Ibrahim mencari Tuhan semasa belia. Namun Ibnu Katsir membantah pendapat tersebut dan menyatakan bahwa itu sebenarnya adalah nasihat Ibrahim kepada penduduk Haran.{{sfn|Ibnu Katsir|2014|pp=194-195}} Ibrahim menggunakan bahasa sindiran sebagaimana saat dia bertanya pada berhala alasan mereka tidak memakan sesajian atau saat menyuruh kaumnya untuk bertanya pada satu-satunya berhala yang masih utuh mengenai rusaknya berhala-berhala yang lain yang ada di kuil.
[[Mukjizat]] yang diberikan oleh Allah s.w.t. kepada Nabi Ibrahim sebagai bukti nyata akan kebenaran dakwahnya, telah menimbulkan kegoncangan dalam kepercayaan sebahagian penduduk terhadap persembahan dan patung-patung mrk dan membuka mata hati banyak daripada mereka untuk memikirkan kembali ajakan Nabi Ibrahim dan dakwahnya, bahkan tidak kurang daripada mereka yang ingin menyatakan imannya kepada Nabi Ibrahim, namun khuatir akan mendapat kesukaran dalam penghidupannya akibat kemarahan dan balas dendam para pemuka dan para pembesarnya yang mungkin akan menjadi hilang akal bila merasakan bahwa pengaruhnya telah beralih ke pihak Nabi Ibrahim.
 
Alkitab menyebutkan bahwa Terah (Azar) meninggal di Haran pada usia 205 tahun.<ref>{{Alkitab|Kejadian 11: 32}}</ref> Ayah Ibrahim meninggal dalam keadaan masih tidak mengimani ajaran Ibrahim. Setelahnya, Ibrahim melanjutkan perjalanan dan tiba ke Syam.
== Para istri Ibrahim ==
Ketika [[Sarah]] ditawan [[Fir’aun]] untuk dijadikan selir, Allah memberikan pertolongan kepada Sarah sehingga Fir’aun merasa takut, dan gagal menjadikan Sarah sebagai selirnya. Karena gagal menjadikan Sarah sebagai selir, Fir’aun hendak menjadikan Sarah sebagai budak [[Hajar]]. Namun, pada akhirnya Hajar pun dihadiahkan kepada Ibrahim setelah sebelumnya Sarah diserahkan kepadanya. Menurut kitab ''Qishashul Anbiya'' karya [[Ibnu Katsir]], Hajar adalah seorang putri bangsa [[Qibthi]] (Mesir).
 
=== Mesir ===
Masih dalam buku berjudul ''Qishashul Anbiya'', disebutkan bahwa istri Ibrahim yang terkenal hanya dua, sementara masih ada dua lainnya yang kurang terkenal. Daftar lengkapnya adalah:
Saat Syam mengalami paceklik hebat, Ibrahim dan keluarganya pindah ke Mesir. Dalam sebuah riwayat<ref>HR. Ahmad (2/403-404)</ref><ref>HR. Bukhari (2217)</ref> disebutkan bahwa raja memerintahkan untuk membawa Sarah ke istananya saat mendengar laporan dari para punggawanya mengenai kecantikan Sarah. Saat utusan raja tiba dan menanyai mengenai Sarah, Ibrahim menjawab bahwa dia adalah saudarinya. Ibrahim juga berpesan kepada Sarah agar mengaku sebagai saudarinya, agar raja tersebut tidak membunuh Ibrahim.
* [[Sarah]]
* [[Hajar]]
* [[Qanthura]]
* [[Hajun]]
 
Setelah Sarah dibawa ke istana, raja berusaha menyentuh Sarah, tetapi tangannya menjadi lumpuh mendadak. Raja memohon agar Sarah berdoa pada Allah untuk menyembuhkannya dan Sarah melakukannya. Setelah tangannya pulih, raja kembali mengulangi perbuatannya, tetapi dia mengalami kelumpuhan yang lebih berat dari sebelumnya. Raja kembali meminta Sarah mendoakannya dan berjanji tidak akan mengganggunya lagi. Setelahnya, raja memerintahkan agar Sarah dipulangkan kepada Ibrahim dan dia diberi budak perempuan bernama Hajar sebagai hadiah.{{sfn|Ibnu Katsir|2014|pp=214-217}}
Dari Qanthura binti Yaqthan lahir enam orang anak, yakni Madyan, Zamran, Saraj, Yaqsyan, Nasyaq, dan yang keenam belum sempat diberi nama. Dari Hajun binti Amin lahir lima orang anak, yakni Kisan, Sauraj, Amim, Luthan, dan Nafis.<ref>[http://thifan.amikom.info/?p=93 Sejarah singkat Bani Israel]</ref>
 
Sumber Alkitab juga menceritakan kejadian serupa. Ibrahim diberi banyak budak dan hewan ternak karena raja ingin menjadikan Sarah sebagai istrinya. Namun raja dan seisi istananya kemudian terkena tulah. Raja kemudian menyalahkan Ibrahim karena mengaku bahwa Sarah adalah saudarinya. Kemudian Sarah dikembalikan kepada Ibrahim.<ref>{{Alkitab|Kejadian 12: 10-20}}</ref> Peristiwa Ibrahim dan Sarah di Mesir tidak tercantum dalam Al-Qur'an.
== Catatan kaki ==
 
{{Reflist}}
=== Perpisahan dan perang ===
Dalam sumber Alkitab dijelaskan bahwa setelah kembali ke Syam, terjadi perselisihan antara para penggembala yang bekerja untuk Ibrahim dengan yang bekerja untuk Luth. Hal ini lantaran tempat kediaman mereka tidak cukup luas untuk mereka berdua yang memiliki harta dan hewan ternak melimpah. Luth kemudian memilih pindah ke kota-kota di kawasan [[lembah Yordania]] dan berkemah di dekat [[Sodom]]. Ibrahim sendiri kemudian pindah di dekat [[Hebron]]. Beberapa tafsiran Alkitab menyebutkan bahwa dalam memilih tempat baru, Luth dipandang lebih mementingkan keuntungan pribadi. Hal ini karena dia memilih menetap di dekat Sodom hanya karena daerah tersebut adalah tempat yang subur, tanpa mempedulikan penduduknya yang suka berbuat jahat.<ref>{{Alkitab|Kejadian 13: 1-16}}</ref> Al-Qur'an tidak menjelaskan mengenai perpisahan Ibrahim dan Luth, tetapi disebutkan bahwa Allah memang mengutus Luth pada kaum Sodom untuk berdakwah.<ref>Asy-Syu'ara' (26): 161-162</ref>
 
Sumber Alkitab juga menyebutkan bahwa kawasan lembah Yordania kemudian memberontak melawan pemerintahan [[Elam]] yang saat itu dipimpin Raja Kedorlaomer. Pasukan Elam kemudian menyerang kota-kota di lembah Yordania dan menawan banyak orang, termasuk Luth dan keluarganya. Kejadian ini dikenal dengan [[Pertempuran Siddim]]. Ibrahim yang mengetahui kejadian tersebut kemudian menghimpun 318 budak terlatih dan mengejar pasukan Elam, mengalahkan mereka di daerah Hoba yang terletak di sebelah utara Damaskus, dan kemudian berhasil membebaskan Luth.<ref>{{Alkitab|Kejadian 14: 1-16}}</ref> Kisah ini tidak terdapat dalam Al-Qur'an.
 
=== Hajar dan Ismail ===
Ibnu Katsir dalam karyanya, mengutip Alkitab, menuliskan bahwa Sarah kemudian memberikan Hajar sebagai selir atau menjadi istri Ibrahim lantaran dia sudah yakin tidak akan memiliki anak. Namun setelah mengandung, Hajar menjadi merasa lebih mulia dari Sarah dan itu membuat marah Sarah sehingga dia memberi hukuman yang berat kepada Hajar. Hajar kemudian melarikan diri, tetapi dia didatangi malaikat yang menyuruhnya untuk kembali sembari menenangkannya bahwa Allah akan memperbanyak keturunannya sampai tak bisa dihitung, juga menyuruhnya untuk memberikan anaknya dengan nama Ismail karena Allah mendengar penindasan atas Hajar. Disebutkan bahwa Ismail lahir pada saat Ibrahim berusia 86 tahun.<ref>{{Alkitab|Kejadian 16: 1-16}}</ref>{{sfn|Ibnu Katsir|2014|pp=219-220}}
 
Terdapat perbedaan pendapat mengenai status Hajar. Sebagian menyatakan bahwa dia adalah selir Ibrahim, sebagian menyatakan bahwa dia adalah istrinya. Pendapat lain menyatakan bahwa awalnya Hajar adalah selir Ibrahim, kemudian setelah Sarah wafat, Ibrahim menikahi dan menjadikan Hajar sebagai istri, kemudian memberinya nama baru, Ketura.<ref>[http://www.chabad.org/parshah/article_cdo/aid/2636/jewish/The-Return-of-Hagar.htm "The Return of Hagar"] ("Kembalinya Hagar"), komentar Parshat Chayei Sarah, Chabad Lubavitch.</ref><ref>[http://www.biu.ac.il/JH/Parasha/eng/chaye/sha.html "Who Was Ketura?" ("Siapa Ketura")], Parashat Hashavua Study Center, Bar-Ilan University, 2003.</ref><ref>[http://www.ou.org/torah/ti/5763/chayeisara63.htm "Parshat Chayei Sarah"], ''Torah Insights,'' Orthodox Union, 2002.</ref><ref>Bereshit Rabbah 61:4.</ref>
 
Terkait asal-usulnya, beberapa sumber Islam dan Yahudi menyebutkan bahwa Hajar adalah seorang putri. [[Midras]] [[Bereshith Rabba]] dan sebagian literatur Muslim menyebutkan bahwa Hajar adalah anak perempuan dari raja yang berusaha mengambil Sarah sebagai istri atau selirnya saat di Mesir.<ref>{{cite web |url=http://www.jewishencyclopedia.com/view.jsp?artid=53&letter=H |title=Jewish Encyclopedia, ''Hagar'' |publisher=Jewishencyclopedia.com |accessdate=2014-05-12}}</ref><ref name = Aishah>{{cite journal |author='Aishah 'Abd al-Rahman, Anthony Calderbank |title=Islam and the New Woman/ ﺍﻹﺳﻼﻡ ﻭﺍﻟﻤﺮﺃﺓ ﺍﻟﺠﺪﻳﺪﺓ |journal=Alif: Journal of Comparative Poetics |issue=19 |page=200 |year=1999}}</ref> Pendapat lain menyatakan bahwa dia adalah anak perempuan dari seorang raja yang masih keturunan [[Shaleh|Nabi Shaleh]]. Ayah Hajar kalah dalam peperangan dan raja yang menang perang (yang mengambil Sarah di kemudian hari) kemudian menjadikan Hajar tawanan dan pelayan di istananya.<ref name = Fatani>{{Cite book |last=Fatani |first=Afnan H. |contribution=Hajar |year=2006 |title=The Qur'an: an encyclopedia|editor-last=Leaman|editor-first=Oliver |pages=234–36 |place=London |publisher=Routeledge}}</ref> Al-Qur'an sendiri tidak memberikan keterangan mengenai perselisihan antara Sarah dan Hajar atau mengenai asal-usul Hajar.
 
Dalam sebuah riwayat hadits diterangkan bahwa Ibrahim mendapat perintah untuk mengungsikan Hajar dan Ismail dari Syam dan menempatkan mereka di tengah padang pasir tak berpenghuni. Saat Ibrahim beranjak pergi, Hajar membuntutinya dan bertanya, "Wahai Ibrahim, engkau hendak ke mana? Apakah kamu akan meninggalkan kami di lembah yang tidak ada seorang manusia dan tidak ada suatu tanamanpun ini?" Namun Ibrahim tetap tidak menjawab meski Hajar bertanya berkali-kali. Setelahnya, Hajar mengganti pertanyaannya, "Apakah Allah yang memerintahkanmu melakukan semuanya ini?" Barulah Ibrahim memberi jawaban, "Iya." Hajar kemudian membalas, "Jika demikian, Allah tidak akan menelantarkan kami."<ref>HR. Al-Bukhari (3364)</ref> Allah kemudian memunculkan [[Zamzam|mata air zamzam]] di tempat Hajar dan Ismail berdiam, kemudian beberapa bangsa Arab dari suku Jurhum datang dan ikut mendiami tempat tersebut.{{sfn|Ibnu Katsir|2014|p=219-224}}
 
Pada umumnya, sumber-sumber Islam dari hadits dan tafsiran para ulama sepakat bahwa Hajar dan Ismail diungsikan saat Ismail masih kecil dan menyusu. Terkait peristiwa tersebut dalam sumber Alkitab, diperkirakan Ismail diungsikan pada sekitar usia enam belas tahun. Disebutkan bahwa Ismail lahir saat Ibrahim berusia 86 tahun<ref>{{Alkitab|Kejadian 16: 16}}</ref> dan Ishaq lahir saat Ibrahim berusia 100 tahun<ref>{{Alkitab|Kejadian 21: 5}}</ref> sehingga keduanya terpaut sekitar empat belas tahun. Hajar dan Ismail kemudian pergi dari Syam saat Ishaq sudah tumbuh sampai usia disapih dan disebutkan bahwa Hajar menggendong perbekalan berikut Ismail di bahunya sampai padang gurun.<ref>{{Alkitab|Kejadian 21: 14}}</ref> Saat kehabisan air, Hajar digambarkan membuang anaknya di semak-semak sambil menangis karena tidak tahan melihat Ismail mati. Saat pandangan Hajar dibukakan Allah, dia melihat sumur dan langsung memenuhi wadahnya dengan air sumur tersebut, kemudian meminumkannya pada Ismail.<ref>{{Alkitab|Kejadian 21: 15-19}}</ref>
 
=== Penyembelihan ===
Dalam surah Ash-Shaffat disebutkan bahwa dalam mimpi, Ibrahim melihat dirinya menyembelih putranya dan hal ini ditafsirkan sebagai wahyu. Dia berdiskusi dengan putranya dan memintanya memikirkan masalah tersebut. Anaknya menjawab, "Wahai bapakku, kerjakanlah yang diperintahkan kepadamu, insya Allah engkau mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar." Maka keduanya kemudian melaksanakan mimpi tersebut. Saat Ibrahim membaringkan putranya tersebut dan siap menyembelihnya, ada sebuah suara menyeru, "Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu." Kemudian putranya tersebut diganti dengan hewan sembelihan yang besar.<ref>Ash-Shaffat (37): 101-107</ref>
 
Terdapat perbedaan pendapat mengenai identitas anak Ibrahim yang disembelih. Sebagian ulama menyatakan bahwa dia adalah Ismail, sedangkan ulama yang lain berpendapat Ishaq. Al-Qur'an sendiri tidak menyebutkan nama anak tersebut secara tersurat. Umat Yahudi dan Kristen secara umum memandang bahwa putra Ibrahim yang disembelih adalah Ishaq. Disebutkan dalam Alkitab bahwa Allah memerintahkan Ishaq yang disebut "anakmu yang tunggal itu" untuk dikorbankan di tempat bernama [[Gunung Moria]]. Namun saat hendak disembelih, malaikat mencegahnya dan diganti dengan seekor domba jantan.
 
Jika memang disebutkan "anakmu yang tunggal itu" maka seharusnya yang disembelih adalah Ismail karena Ismail merupakan anak pertama Ibrahim dan Ibrahim belum menerima kabar kelahiran Ishak. Maka akan menjadi masuk akal jika anak tunggal yang dimaksud adalah Ismail karena Ismail adalah satu-satunya anak Ibrahim sebelum akhirnya Ibrahim mendapatkan Ishak. Tetapi menurut terjemahan Alkitab, disebutkan kalau "anakmu yang tunggal itu" adalah Ishak.
 
Meski begitu perbedaan pendapat mengenai sosok yang akan disembelih tidak terlalu penting karena ada pelajaran dibalik kisah penyembelihan itu yang mana pada akhirnya menjadi cikal bakal peribadatan dalam tradisi Islam dan Yahudi yang disebut Kurban (Qurban).<ref>{{Alkitab|Kejadian 22: 1-19}}</ref>
 
=== Tamu Ibrahim ===
Al-Qur'an menjelaskan bahwa suatu hari Ibrahim kedatangan tamu-tamu asing, jumlahnya tiga orang menurut sebagian tafsir ulama, kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi panggang. Namun mereka sama sekali tidak menjamah hidangan tersebut sehingga perbuatan tidak lazim mereka ini membuat Ibrahim takut. Para tamu tersebut kemudian menenangkan Ibrahim dan menyatakan bahwa mereka adalah para malaikat yang diutus untuk membinasakan kaum Luth. Selain itu, mereka juga datang untuk mengabarkan bahwa Ibrahim dan Sarah akan dikaruniai anak laki-laki yang bernama Ishaq. Mendengar hal tersebut, Sarah tercengang sembari menepuk mukanya sendiri lantaran merasa heran karena dia adalah wanita mandul yang sudah tua. Ibrahim juga merasa keheranan dan bertanya, "Apakah kamu memberi kabar gembira kepadaku, padahal usiaku telah lanjut? Maka dengan cara bagaimanakah terlaksananya berita gembira yang kamu kabarkan ini?" Para malaikat menjawab, "Kami menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan benar, maka janganlah kamu termasuk orang yang berputus asa." Ibrahim menjawab, "Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang-orang yang sesat."<ref>Hud (11): 69-73</ref><ref>Al-Hijr (15): 51-56</ref><ref>Adz-Dzariyat (51): 24-30</ref>{{sfn|Ibnu Katsir|2014|pp=237-240}}
 
Dalam versi Alkitab disebutkan bahwa saat Ibrahim sedang duduk-duduk di pintu kemahnya saat panas terik, tiga tamu asing datang dan Ibrahim bersujud pada mereka sebagai bentuk penghormatan. Ibrahim kemudian menghidangkan anak lembu, roti, dan susu, dan para tamu tersebut menyantapnya. Setelahnya, mereka mengabarkan bahwa pada tahun depan, Ibrahim dan Sarah akan memiliki anak laki-laki. Sarah tertawa mendengar kabar tersebut, kemudian Tuhan menanyakan alasan Sarah tertawa, padahal tidak ada yang mustahil bagi-Nya. Sarah kemudian menyangkal bila tadi tertawa karena takut.<ref>{{Alkitab|Kejadian 18: 1-15}}</ref>
 
Al-Qur'an menjelaskan bahwa setelah rasa takut Ibrahim hilang, dia kemudian melakukan tanya jawab mengenai nasib kaum Luth pada para tamu tersebut.<ref>Hud (11): 74</ref> Alkitab menjabarkan tanya jawab tersebut bahwa saat para tamu tersebut beranjak pergi hendak menghancurkan kaum Sodom, Ibrahim menyela dan bertanya, "Apakah Engkau akan melenyapkan orang benar bersama-sama dengan orang fasik? Bagaimana sekiranya ada lima puluh orang benar dalam kota itu?" Tuhan (melalui para malaikat itu) menjawab bahwa Dia tidak akan menghancurkan kota tersebut jika ada lima puluh orang benar. Ibrahim melanjutkan pertanyaannya sampai hitungan bila ada sepuluh orang benar di sana. Tuhan menjawab bahwa kota tersebut tidak dihancurkan jika masih ada sepuluh orang benar.<ref>{{Alkitab|Kejadian 18: 16-33}}</ref>
 
Dalam Al-Qur'an, Ibrahim mengkhawatirkan nasib Luth yang juga ada di kota tersebut. Para malaikat tersebut menyatakan bahwa Luth akan diselamatkan.<ref>Al-Ankabut (29): 32</ref> Tanya jawab antara Ibrahim dan para malaikat menggambarkan bahwa Ibrahim tidak tega bahwa kaum Sodom akan dihancurkan dan Al-Qur'an menyebut Ibrahim sebagai pribadi yang penyantun dan lembut hati. Meski demikian, para malaikat kemudian meminta menghentikan tanya jawab tersebut lantaran kaum Sodom sudah mendapat ketetapan Tuhan dan mereka akan ditimpa azab yang tidak dapat ditolak.<ref>Hud (11): 75-76</ref>
 
=== Ka'bah dan Haji ===
[[Berkas:Maqam Ibrahim, Makkah.jpg|jmpl|ka|[[Maqam Ibrahim]], [[Makkah]]]]
Dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa bersama Ismail, Ibrahim meninggikan pondasi [[Ka'bah]].<ref>Al-Baqarah (02): 127</ref> As-Suddiy menyatakan bahwa tatkala diperintahkan Allah untuk membangun Ka'bah, Ibrahim dan Ismail tidak mengetahui tempat yang cocok untuk tempat pembangunan tersebut, Allah mengutus angin yang menyapu segala hal yang ada di sekitar tempat yang akan dibangun Ka'bah. Saat Ka'bah sudah mulai tinggi, Ibrahim menggunakan batu pijakan agar dapat menggapai bagian atas Ka'bah. Batu pijakan tersebut kemudian disebut "[[Maqam Ibrahim]]" dan di sana terdapat bekas pijakan kaki Ibrahim. Pada masa [[Umar bin Khattab|'Umar bin Khaththab]], maqam Ibrahim yang awalnya menempel ke dinding Ka'bah kemudian digeser menjauh dari dinding agar tidak menghalangi orang yang sedang [[thawaf]]. Tatkala pondasinya telah sempurna, Ibrahim memerintahkan Ismail untuk mencari batu untuk diletakkan di sudut Ka'bah. Namun sebelum Ismail tiba, Malaikat Jibril membawakan batu tersebut. Batu tersebut adalah "[[Hajar Aswad|hajar aswad]]."{{sfn|Ibnu Katsir|2014|p=248}}
 
Setelah usai, Ibrahim kemudian diperintahkan menyeru manusia untuk melaksanakan ibadah [[haji]]<ref>Al-Hajj (22): 26-27</ref> dan mengajarkan tata caranya.<ref>Al-Baqarah (02): 128</ref>{{sfn|Peters|1994|pp=4-7}} Haji tetap terus dijalankan setelah Ibrahim dan Ismail wafat. Menurut sejarawan Marshall Hodgson (1922–1968), [[umat Kristen Arab]] juga melaksanakan haji pada masa pra-Islam.<ref>Marshall G. S. Hodgson, ''The Venture of Islam: Conscience and History in a World Civilization'', University of Chicago Press, hlm. 156</ref>
 
Saat bangsa Arab perlahan mulai jatuh dalam kemusyrikan, ibadah haji masih bertahan,{{sfn|Haykal|2008|p=35}} tetapi tercampuri ritual pengagungan pada berhala-berhala dan di sekitar Ka'bah didirikan banyak berhala. Pada masa Nabi Muhammad, ibadah haji kemudian dikembalikan untuk pengagungan Allah semata sebagaimana pada masa Ibrahim dan berhala-berhala di sekitar Ka'bah dihancurkan.{{sfn|Haykal|2008|pp=439-440}}
 
=== Kejadian lain ===
[[Berkas:Abraham tomb.JPG|jmpl|kiri|[[Tugu|Tugu makam]] Ibrahim di kompleks Masjid Ibrahimi, Hebron]]
Alkitab menjelaskan beberapa bagian kehidupan Ibrahim yang tidak terdapat dalam Al-Qur'an. Saat tinggal di Palestina, Sarah diambil seorang raja di kawasan tersebut, [[Abimelekh (raja Gerar)|Abimelekh]], untuk dijadikan istri atau selir lantaran Abimelekh mengira dia belum menikah. Ibrahim sendiri menyatakan bahwa Sarah adalah saudarinya karena takut dibunuh. Namun Allah memperingatkan Abimelekh lewat mimpi bahwa Sarah adalah istri orang. Abimelekh kemudian memanggil Ibrahim dan menegurnya karena tidak mengatakan yang sebenarnya, tetapi Ibrahim berdalih bahwa Sarah memang saudarinya seayah tapi berbeda ibu. Abimelekh kemudian mengembalikan Sarah dan memberikan Ibrahim banyak hewan ternak dan budak.<ref>{{Alkitab|Kejadian 20: 1-18}}</ref> Dalam kronologi Alkitab, kejadian ini berlangsung setelah kehancuran Sodom dan sebelum Sarah melahirkan Ishaq.
 
Sarah wafat pada usia 127 tahun dan Ibrahim memakamkannya di tempat bernama Gua Makhpela di Hebron. Ibrahim membeli gua itu dari salah seorang Bani Het bernama Efron bin Zohar seharga empat ratus syikal perak.<ref>{{Alkitab|Kejadian 23: 1-20}}</ref>
 
Setelah Sarah wafat, Ibrahim mengambil istri atau selir bernama Ketura dan mereka memiliki enam orang putra: [[Zimran]], [[Yoksan]], [[Medan bin Abraham|Medan]], [[Midian]] (Madyan), [[Isybak]], dan [[Suah]].<ref>{{Alkitab|Kejadian 25: 1-2}}</ref> Sebagian pendapat menyatakan bahwa Ketura adalah orang yang sama dengan Hajar.
 
Demi mencarikan istri untuk Ishaq, Ibrahim memerintahkan kepala pelayannya untuk pergi ke tanah kelahiran Ibrahim di Iraq agar mencarikan gadis dari keluarga Ibrahim di sana. Pelayan Ibrahim tersebut kemudian pergi ke kediaman keluarga Ibrahim dan meminangkan [[Ribka]] (Rifqah, Rafiqah) untuk Ishaq. Ribka adalah putri Betuel bin Nahor. Nahor sendiri adalah saudara Ibrahim, sehingga Ribka adalah anak dari sepupunya Ishaq secara silsilah. Ribka dan keluarga besarnya menerima pinangan tersebut dan akhirnya dia ikut ke Palestina bersama pelayan Ibrahim dan menikah dengan Ishaq.<ref>{{Alkitab|Kejadian 24: 1-67}}</ref> Saat itu Ishaq berusia empat puluh tahun<ref>{{Alkitab|Kejadian 25: 20}}</ref> dan Ibrahim berusia sekitar 140 tahun.
 
Ibrahim meninggal pada usia 175 tahun dan dia dimakamkan oleh Ismail dan Ishaq di tempat yang sama dengan Sarah.<ref>{{Alkitab|Kejadian 25: 7-9}}</ref> Makam Ibrahim dan Sarah menjadi bagian dari kekuasaan [[khalifah|kekhalifahan]] pada tahun 637 dan setelahnya dibangun masjid di situs tersebut dengan nama [[Masjid Ibrahimi]].<ref>{{cite web|url=https://books.google.com/books?id=ws4uAQAAIAAJ|title=This is Israel: pictorial guide & souvenir|first=Sylvia|last=Mann|date=January 1, 1983|publisher=Palphot Ltd.|via=Google Books}}</ref>
 
== Sudut pandang ==
Ibrahim menempati kedudukan yang tinggi dalam [[Islam]], [[Yahudi]], dan [[Kristen]]. Tokoh-tokoh terpenting dalam agama-agama ini (seperti Musa, 'Isa (Yesus), dan Muhammad) memiliki keterkaitan silsilah dengan Ibrahim dan ketiga agama tersebut (beserta agama turunannya) juga disebut agama Abrahamik.
 
=== Islam ===
Ibrahim dipandang sebagai salah satu nabi dan rasul ''[[ulul azmi]]'' dan mendapat julukan ''khalilullah'' (خلیل اللہ; kesayangan Allah) <ref>An-Nisa' (04): 125</ref> dan leluhur umat Muslim.<ref name="Al-Hajj 22: 78">Al-Hajj (22): 78</ref> Ibrahim merupakan tokoh manusia yang namanya disebutkan terbanyak kedua dalam Al-Qur'an, yakni sebanyak 69 kali. Disebutkan pula bahwa Ibrahim adalah imam bagi manusia,<ref>Al-Baqarah (02): 124</ref> keluarganya dilebihkan atas segala umat,<ref>Ali 'Imran (03): 33</ref> dan keturunannya dianugerahi kitab dan hikmah.<ref>An-Nisa' (04): 54</ref> Agama Islam yang dibawa Muhammad juga dipandang sebagai kesinambungan dari ajaran Ibrahim.<ref>Al-An'am (06): 161</ref> Ibrahim juga disebut sebagai teladan<ref>An-Nahl (16): 120</ref><ref>Al-Mumtahanah (60): 4-6</ref> dan Nabi Muhammad beserta umat Muslim diperintahkan untuk mengikuti agama Ibrahim yang lurus.<ref name="Al-Hajj 22: 78"/><ref>Al-Baqarah (02): 135</ref><ref>Ali 'Imran (03): 95</ref><ref>An-Nahl (16): 123</ref> Ditegaskan pula bahwa yang membenci agama Ibrahim adalah orang yang memperbodoh dirinya sendiri<ref>Al-Baqarah (02): 130</ref> dan orang yang paling dekat dengan Ibrahim adalah orang yang mengikuti ajarannya, Nabi Muhammad, dan orang-orang yang beriman.<ref>Ali 'Imran (03): 68</ref> Namanya juga disandingkan dengan Muhammad dalam [[shalawat]].<ref>HR. Al-Bukhari (3370)</ref><ref>HR. Muslim (406)</ref>{{sfn|Ibnu Katsir|2014|p=266}}
 
Ibrahim juga erat kaitannya dengan Ka'bah yang menjadi kiblat umat Islam. Meski beberapa tradisi mencatat Ka'bah sudah dibangun sebelumnya (sebagian pendapat menyatakan pendirinya adalah [[Adam]], sebagian menyatakan para malaikat), Ibrahim berperan sebagai pembangun ulang. Ibrahim juga mengajarkan syariat haji dan rukun Islam kelima ini menjadi ibadah yang sarat kenangan dan keteladanan akan sosok Ibrahim, begitu juga dalam hari raya [[Idul Adha]].<ref name="SUNY">{{cite book |last1=Firestone |first1=Reuven |title=Journeys in Holy Lands: The Evolution of the -Ishmael Legends in Islamic Exegesis |date=1990 |publisher=SUNY Press |page=98 |url=https://books.google.com/?id=O69zjVnjL10C&pg=PA105&dq=Ishmael+sacrifice#v=onepage&q=Ishmael%20sacrifice&f=false|isbn=978-0791403310 }}</ref>
 
=== Yahudi ===
Dalam tradisi Yahudi, Ibrahim disebut ''Avraham Avinu'' (אברהם אבינו), "bapak kami Abraham," menunjukkan kedudukannya sebagai leluhur biologis [[bangsa Yahudi]] dan ayah dari [[agama Yahudi]], juga dipandang sebagai bangsa Yahudi pertama.{{sfn|Levenson|2012|p=3}} Dalam ''Legenda bangsa Yahudi'' disebutkan bahwa Tuhan menciptakan langit dan bumi demi Ibrahim.{{sfn|Ginzberg|1909|p=185}} Setelah banjir besar Nuh, Ibrahim adalah satu-satunya di antara orang saleh yang bersumpah tidak pernah meninggalkan Tuhan.{{sfn|Ginzberg|1909|loc=Vol. I: In the Fiery Furnace}} Dia juga belajar di kediaman Nuh dan Sem mengenai ajaran Tuhan<ref>Samuel, Moses, 1840, ''[[Kitab Orang Jujur|Kitab Yasyar]] [https://holybooks-lichtenbergpress.netdna-ssl.com/wp-content/uploads/Book-of-Jasher.pdf (Sefer Hayashar) Referred to in Joshua and Second Samuel] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20201025165148/https://holybooks-lichtenbergpress.netdna-ssl.com/wp-content/uploads/Book-of-Jasher.pdf |date=2020-10-25 }}'' Chapter 9: 5-6]''</ref> dan meneruskan garis [[Kohen|keimaman]] dari Nuh dan Sem, kemudian diteruskan Ibrahim dan dilanjutkan [[Lewi]] (cicit Ibrahim) dan keturunannya sampai seterusnya. Bersama Ishaq dan Ya'qub, nama Ibrahim juga disebutkan bersama dengan Tuhan, sebagaimana Tuhan dalam Yahudi disebut ''Elohei Abraham, Elohei Yitzchaq ve Elohei Ya`aqob'' (Tuhannya Abraham, Tuhannya Ishaq dan Tuhannya Ya'qub) dan tidak pernah disebut Tuhannya yang lain.{{sfn|Ginzberg|1909|loc=Vol. I: Joy and Sorrow in the House of Jacob}} Ibrahim juga disebutkan sebagai ayah dari tiga puluh bangsa.{{sfn|Ginzberg|1909|loc=Vol. I: The Birth of Esau and Jacob}} Secara umum, Ibrahim juga dipandang sebagai penulis ''Sefer Yetzirah'' atau Kitab Penciptaan, salah satu kitab dalam mistisme Yahudi.<ref>''Sefer Yetzirah Hashalem'' (dengan komentar Rabbi Saadia Gaon), Yosef Qafih (penyunting), Yerusalem 1972, hlm. 46 (Ibrani /Yudeo-Arab)</ref>
 
=== Kristen ===
Meski juga turut menjadi tokoh yang sangat dihormati, kedudukan Ibrahim dalam Kristen tidak sebesar dalam Islam dan Yahudi. Konsep Kristen terkait juru selamat menjadi titik perbedaan dengan dua agama lain.{{sfn|Peters|2010|p=171}}
 
=== Arkeologi ===
Cerita-cerita mengenai Ibrahim beserta anak-anaknya yaitu [[Isma'il]] dan [[Ishak (tokoh Al-Qur'an)|Ishak]] tidak dapat dihubungkan secara pasti dengan periode waktu tertentu, dan bersama kisah bagaimana [[Musa]] membawa [[Bani Israil]] keluar dari [[Mesir Kuno|Mesir]] menuju [[Kanaan|tanah Kana'an]], serta [[Hakim Israel kuno|periode para hakim]], secara luas dipandang sebagai konstruksi sastra akhir yang tidak berhubungan dengan periode mana pun pada sejarah aktual.{{sfn|McNutt|1999|pp=41–42}} Setelah satu abad penyelidikan arkeologi yang mendalam, tidak ditemukan satupun bukti mengenai keberadaan historis Ibrahim.{{sfn|Dever|2001|p=98}} Kisah mengenainya kemungkinan dikarang pada periode Persia awal (akhir abad ke-6 SM) sebagai akibat dari ketegangan antara orang-orang [[Kelompok etnik|etnis]] Yahudi yang tetap tinggal di [[Kerajaan Yehuda|Yehuda]] yang mengklaim tanah yang mereka pegang sebagai tanah milik mereka dengan mengaku-ngaku itu diturunkan oleh "Ayah Ibrahim" mereka, dengan orang-orang etnis Yahudi yang kembali dari pembuangan mereka ke [[Babilonia]], yang mendasarkan klaim tandingan mereka pada cerita Musa yang menuntun mereka ke tanah tersebut
 
Keberadaan Ibrahim secara arkeologi dapat di buktikan dengan adanya Maqom Ibrahim di sekitar Ka'bah ,yaitu tempat berpijak Ibrahim Ketika Membangun Ka'bah. Makam (kuburan) Ibrahim Juga ada di kota hebron Palestina.{{sfn|Ska|2006|pp=227–228, 260}}Jauh sebelum periode awal persia sudah ada kisah mengenainya baik dari kalangan orang israel maupun arab, hal ini bisa dibuktikan dengan penggunaan dan pencatatan nasab orang arab (bin) maupun israel (ben) yang semua nya akan bertemu dengan Ibrahim. bangsa israel yang mengalami pembuangan di babel (babilonia) maupun yang tetap tinggal di israel tetap saling mengakui bahwa mereka sama sama keturunan Ibrahim.
 
== Keluarga ==
 
=== Orangtua ===
'''Ayah''' — '''[[Azar]]''' atau '''[[Terah]]'''. Azar mati masih dalam keadaan tidak mengikuti ajaran Ibrahim.
 
'''Ibu''' — Baik sumber Al-Qur'an maupun Alkitab tidak menyebutkan nama ibu Ibrahim. Al-Hafidz Ibnu Asakir meriwayatkan bahwasanya ibu kandung Ibrahim bernama '''Amilah'''. Sementara menurut al-Kalbiy, ibu kandung nabi Ibrahim bernama '''Buna''' binti Karbeta bin Kartsi yang masih keturunan Arpakhsad bin Sem bin Nuh.{{sfn|Ibnu Katsir|2014|p=187}}
 
=== Saudara ===
* '''[[Nahor bin Terah|Nahor]]'''. Dia tetap di Iraq saat Ibrahim hijrah.
**[[Betuel]]. Salah satu putra Nahor.
***[[Ribka]]. Putri Betuel. Menikah dengan [[Ishak|Ishaq]], putra Ibrahim.
*** [[Laban]]. Putra Betuel. Dua putrinya dinikahkan dengan [[Ya'qub]], putra Ishaq bin Ibrahim.
* '''[[Haran]]'''. Disebutkan dia meninggal di Ur Kasdim saat Azar masih hidup.
** [[Luth]]. Putra Haran. Menjadi rasul untuk kaum Sodom.
 
=== Pasangan ===
* '''[[Sarah]]'''. Sumber Yahudi dan Kristen biasanya menyebutkan bahwa Sarah adalah saudara Ibrahim seayah berbeda ibu. Hal ini didasarkan perkataan Ibrahim kepada Abimelekh. Dalam sebuah riwayat hadits disebutkan bahwa Ibrahim pernah berbohong tiga kali, salah satunya adalah mengaku bahwa Sarah adalah saudarinya.
* '''[[Hajar]]'''
* '''[[Ketura]]''' (Qanthur). Sebagian pendapat menyatakan bahwa Ketura dan Hajar adalah orang yang sama.
 
=== Keturunan ===
* '''[[Ismail]]''' — putra dengan Hajar. Memiliki dua belas putra dan seorang putri: [[Nebayot]], [[Kedar]], [[Adbeel]], [[Mibsam]], [[Misyma]], [[Mahalat]]/[[Basmat]] (perempuan), [[Duma]], [[Masa bin Ismael|Masa]], Hadad, [[Tema bin Ismael|Tema]], [[Yetur]], [[Nafish]], [[Kedma]]. Beberapa sumber menyatakan bahwa Nabi Muhammad keturunan Nebayot, sebagian lain berpendapat keturunan Kedar. Keturunan Ismail biasanya disebut ''`Arab al-Musta`ribah'' ("Arab yang di-Arab-kan"), karena mereka bukan asli Arab dan mempelajari bahasa Arab dari penduduk asli setempat.{{sfn|Chalil|2001|pp=18-19}}<ref>{{cite book|title=Chiefdom Madinah: Salah Paham Negara Islam|first=Abdul|last=Aziz|url=http://books.google.co.id/books?id=BFjul8gkZHYC&pg=PA159&dq=Arab+yang+di-Arabkan&hl=en&sa=X&ei=xSDSU6DQPMmzuASumIDABg&ved=0CC0QuwUwAg#v=onepage&q=Arab%20yang%20di-Arabkan&f=false|publisher=Pustaka Alvabet|year=2011|id= ISBN 978-979-3064-98-7}}, hlm. 159.</ref>
* '''[[Ishak|Ishaq]]''' — putra dengan Sarah.
**[[Esau]] — putra sulung Ishaq. Sebagian ulama berpendapat bahwa dia adalah moyang [[Ayyub]].{{sfn|Ibnu Katsir|2014|pp=385-386}}
** [[Ya'qub]] — putra kedua Ishaq. Keturunannya disebut Bani Israel. Nabi-nabi yang termasuk keturunan Ya'qub di antaranya Yusuf, [[Musa]], [[Harun]], [[Dawud]], [[Sulaiman]], [[Ilyas]], [[Ilyasa|Ilyasa']], [[Yunus]], [[Zakariyya]], [[Yahya]], dan [[Isa|'Isa]].
* '''[[Zimran]]''' - putra dari Ketura
* '''[[Yoksan]]''' - putra dari Ketura
* '''[[Medan bin Abraham|Medan]]''' - putra dari Ketura
* '''[[Midian]]''' (Madyan) - putra dari Ketura. Moyang kaum [[Madyan]] dan Nabi [[Syu'aib]].{{sfn|Ibnu Katsir|2014|p=300}}
* '''[[Isybak]]''' - putra dari Ketura
* '''[[Suah]]''' - putra dari Ketura
 
== Doa ==
Terdapat doa-doa yang dipanjatkan Ibrahim,<ref>Surah Asy-Syuara : 83-89</ref> salah satunya doa ketika Ibrahim mendirikan Baitullah bersama Ismail, yakni doa yang ditujukan untuk nasib generasi-generasi penerus mereka:
 
{{quotation|Dan ketika Ibrahim berdo'a, "Wahai Tuhanku, jadikan negeri ini negeri yang aman sentosa, dan karuniakan rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman kepada Allah maupun hari Akhir." Allah berfirman, "Dan kepada orang yang kafir pun Aku berikan kesenangan hidup yang sementara, kemudian Aku paksa orang itu menerima malapetaka Neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali," <br>dan ketika Ibrahim meninggikan dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdo'a): "Wahai Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Wahai Tuhan kami, jadikan kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau <br>dan kiranya Engkau tunjukkan kepada kami cara-cara beserta tempat-tempat ibadah kami, dan terimalah taubat kami, sungguh Engkaulah Yang Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.<br>Wahai Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Utusan dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayatMu, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah serta menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.|{{quran-s|Al-Baqarah|2|126-129}}}}
 
{{quotation|Dan ketika Ibrahim berdoa: "Wahai Tuhanku, jadikanlah negeri ini, sebuah negeri yang aman, dan kiranya hindarkan aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.<br>Wahai Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan sebagian besar dari umat manusia, maka barangsiapa yang mengikuti diriku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barang siapa yang mendurhakai diriku, maka sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.<br>Wahai Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumahMu yang dihormati, Wahai Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian umat manusia cenderung kepada mereka dan karuniakan mereka berupa buah-buahan, supaya mereka bersyukur.<br>Wahai Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui segala yang kami sembunyikan dan segala yang kami nyatakan; dan tiada sesuatu pun yang tersembunyi bagi Allah, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit.|{{quran-s|Ibrahim|14|35-38}}}}
 
{{quotation|Wahai Tuhanku, jadikan aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan salat, Wahai Tuhan kami, perkenankan doaku.<br>Wahai Tuhan kami, ampunilah aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang berman pada hari terjadinya hisab.|{{quran-s|Ibrahim|14|40-41}}}}
 
== Shuhuf ==
{{Utama|Kitab Allah}}
Berbagai ajaran Ibrahim tercantum dalam lembaran-lembaran (shuhuf) Ibrahim yang setara dengan lembaran-lembaran [[Nabi Musa|Musa]].<ref>Surah An-Najm: 36-56</ref>
 
{{quotation|Kami akan membacakan kepadamu maka kamu tidak akan lupa, kecuali kalau Allah menghendaki. Sesungguhnya Dia mengetahui perkara yang jelas maupun perkara yang samar.<br>dan Kami akan memberi kamu taufik kepada jalan yang mudah oleh sebab itu berilah peringatan, karena peringatan itu bermanfaat, orang-orang yang berhati-hati akan memperoleh pelajaran; sedangkan golongan yang celaka akan menjauhinya yakni golongan yang akan memasuki perapian besar kemudian golongan itu tidak mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup.<br>Betapa beruntung orang yang memurnikan diri dan ia ingat nama Tuhannya lalu ia sembahyang, namun kalian lebih memilih kehidupan duniawi sedang kehidupan Akhirat merupakan yang terbaik serta yang abadi. Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam Lembaran-Lembaran terdahulu; Lembaran-Lembaran Ibrahim dan Musa.|{{quran-s|Al-A'la|87|6-19}}}}
 
== Lihat pula ==
* [[Nabi dan Rasul|25 Nabi]], di antaranya:
** [[Nuh]]
** [[Shaleh]]
** [[Luth]]
** [[Isma'il]]
** [[Ishaq]]
* [[Nabi dan Rasul|5 Nabi Ulul 'Azmi]]
** [[Nuh]]
** Ibrahim
** [[Musa]]
** [['Isa]]
** [[Muhammad]]
* [[Abraham]]
 
== Catatan ==
{{notelist}}
 
== Rujukan ==
{{reflist|2}}
 
=== Daftar pustaka ===
 
* {{cite book|last=Ska |first=Jean Louis |title=Introduction to Reading the Pentateuch |year=2006 |publisher=Eisenbrauns |isbn=978-1-57506-122-1 |url= https://books.google.com/books?id=7cdy67ZvzdkC }}
* {{cite book |last=McNutt |first=Paula M. |title=Reconstructing the Society of Ancient Israel |url= https://books.google.com/books?id=hd28MdGNyTYC&q=Abraham+patriarchal+%22known+history%22&pg=PA41 |year=1999 |publisher=Westminster John Knox Press |isbn=978-0-664-22265-9 }}
* {{cite book|last=Dever|first=William G.|year=2001|url=https://books.google.com/books?id=6-VxwC5rQtwC&q=%22respectable+archaeologists%22&pg=PA98|title=What Did the Biblical Writers Know, and when Did They Know It?: What Archaeology Can Tell Us about the Reality of Ancient Israel|publisher=Wm. B. Eerdmans Publishing|isbn=978-0-8028-2126-3|author-link=William G. Dever}}
* {{cite book|url=http://books.google.co.id/books?id=kGNkf98YscYC&pg=PA63&dq=adnan+ma%27ad+nizar&hl=en&sa=X&ei=3tvRU4fTCcSIuASNsYKYCQ&ved=0CEcQuwUwCA#v=onepage&q=adnan%20ma%27ad%20nizar&f=false|last=Chalil|first=KH Moenawar|title=Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW|volume=3|year=2001|publisher=Gema Insani Press|location=Jakarta|edition=1|id= ISBN 978-979-561-714-3 |ref=harv}}
* {{cite book |last1=Ginzberg |first1=Louis |authorlink= |translator=Henrietta Szold |title=The Legends of the Jews |url=https://ia800302.us.archive.org/8/items/legendsofjews01ginz/legendsofjews01ginz.pdf |year=1909 |publisher=Jewish Publication Society |location=[[Philadelphia]] |isbn= |ref=harv}}
* {{cite book |last=Haykal |first=Muhammad Husayn|authorlink=Muhammad Husayn Haykal |title=The Life of Muhammad |url=https://books.google.com/books?id=fOyO-TSo5nEC&pg=PA29 |year=2008 |publisher=Islamic Book Trust |location=[[Selangor]] |isbn=978-983-9154-17-7 |ref=harv}}
* {{cite book |last1=Ibnu Katsir |first1= |authorlink=Ibnu Katsir |translator=Muhammad Zaini |title=Kisah-Kisah Para Nabi |year=2014 |publisher=Insan Kamil Solo |location=[[Kota Surakarta|Surakarta]] |isbn=978-602-6247-11-7 |url= |ref=harv}}
* {{cite book |last=Peters |first=Francis Edward |title= The Hajj: The Muslim Pilgrimage to Mecca and the Holy Places|url=https://books.google.com/books?id=EK5MqskDYC0C&pg=PA4|year=1994 |publisher=[[Princeton University Press]] |location=[[New Jersey]] |isbn= 0-691-02120-1 |ref=harv}}
* {{cite book |last=Peters |first=Francis Edward|authorlink= |title=The Children of Abraham: Judaism, Christianity, Islam |url= https://books.google.com/?id=OaVf79Ui0i4C&printsec=frontcover#v=onepage |accessdate= |year=2010 |publisher=Princeton University Press |location= |isbn=978-1-4008-2129-7 |page= |ref=harv}}
 
== Pranala luar ==
* {{id}} [https://kisahmuslim.com/2564-kisah-nabi-ibrahim-alaihissalam-bag-1.html Kisahmuslim: Kisah Nabi Ibrahim]
{{refbegin}}
* {{id}} [http://www.bangsamusnah.com/hzibrahim.html Kehidupan Nabi Ibrahim a.s]
* {{id}} [http://www.dzikir.org/b_ceri06.htm dzikir.org]
{{refend}}
 
{{Nabi Islam dalam Al-Qur'an}}
{{Authority control}}
 
[[Kategori:Nabi Islam]]
[[Kategori:Tokoh yang disebutkan dalam Al-Qur'an]]
[[Kategori:PoligamisRasul|Ibrahim]]
 
[[ace:Ibrahim]]
[[bn:ইব্রাহিম]]
[[bg:Ибрахим (пророк)]]
[[dv:އިބްރާހީމްގެފާނު]]
[[en:Islamic view of Abraham]]
[[fr:Ibrahim]]
[[ms:Nabi Ibrahim a.s.]]
[[no:Ibrahim]]
[[ru:Ибрахим]]
[[sd:ابراهيم]]
[[sv:Ibrahim (islamisk profet)]]
[[ur:ابراہیم علیہ السلام]]