==== Masa kecil ====
Agus lahir di daerah [[Baros, Cimahi Tengah, Cimahi|Baros]], [[Cimahi Tengah, Cimahi|Cimahi Tengah]] pada tanggal 5 Agustus 1967.<ref>{{Cite web|date=29 Oktober 2023|title=Jenderal TNI Agus Subiyanto: Prajurit Professional Pemimpin yang Berintegritas|url=https://www.tempo.co/info-tempo/jenderal-tni-agus-subiyanto-prajurit-professional-pemimpin-yang-berintegritas-819443|website=Tempo|language=id|access-date=2024-12-26}}</ref> Ia merupakan anak ke-2 dari 6 bersaudara dari pasangan Dedi Unadi dan Cicih Gunasih yang berasal dari [[Cijulang, Pangandaran]].<ref>{{Cite web|last=|date=2024-07-30|title=Pembangunan Masjid Unik Selain Penuh Kenangan, Juga Untuk Bekal Hidup di Akhirat - Surya Rengganis|url=https://suryarengganisnews.com/2024/07/pembangunan-masjid-unik-selain-penuh-kenangan-juga-untuk-bekal-hidup-di-akhirat/|language=id|access-date=2024-12-26}}</ref> Ayahnya adalah seorang [[Bintara]],pensiunan [[Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat dengan pangkat terakhir [[Sersan Kepala (TNI)|sersan kepala]],. Saat ayahnya berpangkat [[Kopralkopral]] ketikadan ia berusia sekitar 4 tahun. , Keluarganyakeluarganya tinggal di Jalan Terusan, di daerah Kandang Ucal, [[Kota Cimahi]], di sebuah rumah panggung kecil berlantai papan dan berdinding bambu.{{Sfn|Subiyanti|2021|p=1-14}}
Ketika ia berusia 4 tahun, sering diajakPenghasilan ayahnya kesebagai lapanganseorang sepaktentara boladengan yangpangkat terletak kurang lebih 1,5 Km dari rumahnya. Penghasilan ayahnya sebagai seorang [[Bintara]] yang kurang mencukupi, menjadikanmembuat Ayahnyaayahnya memiliki usaha penyewaan [[becak]], hingga berjumlah 12 unit. Setiap sisi [[Becak|becaknya]] bertuliskan "Putra Cijulang", yang mengingatkan ayahnya akan kota kelahirannya, [[Cijulang, Pangandaran|Cijulang]]. Ayahnya mulanya berpangkat [[Prajurit Dua]], [[Kopral]] dan akhirnya [[Sersan]], [[Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat]]. Karena tingkat ekonomi keluarga yang seadanya, membuat kakak dan seorang adiknya, terpaksa diasuh dan tinggal bersama Mamak, kakak perempuan Ayahnyaayahnya dan tinggal di [[Cijulang, Pangandaran|Cijulang]].{{Sfn|Subiyanto, S.E., M.Si.Subiyanti|2021|p=1-14}}
[[Jenderal (Indonesia)|Jenderal]] [[Tentara Nasional Indonesia|TNI]] Agus Subiyanto sangat menyukai masakan ibunya,Cicih, ''angeun kacang bereum'', yaitu sebuah masakan semacam sop[[sup kacang merah, yang juga masih sangat disukai hingga sekarang]]. Perjalanan hidupnya penuh dengan lika-liku, dimana ketikaKetika usianya masih 5 tahun, sang ibu meninggalkan ia,keluarga adik, serta ayahnyamereka. TerenggutnyaKepergian kasih sayang Ibunya di masa kecil, sempatibunya membuatnya marah dan frustasi, dansehingga juga ketika itu tidak ada yang menghiburnya. Iaia merasa menjadi tiada berharga, diabaikan, minder serta cenderung menjadi anak yang menarik diri dari pergaulan. TakKemudian, berapa lama, ayahnya memperkenalkannyamenikah denganlagi Ibudan barunyamemperkenalkannya yang menjadidengan Ibu tirinya. KetikaSaat ia di SMP, Ibu kandungnya sempat mencarinya dan mereka sempat bertemu, yangdan ternyata Mamah Cicih sudahtelah menikah lagi dengan laki-laki yang tinggal di daerah Pejagalan, [[Bogor]]. Semenjak Mamah Cicih berpisahiberpisah dengan ayahnya, beliauibunya sudahtelah menikah lagi hingga dua kali.{{Sfn|Subiyanto, S.E., M.Si.Subiyanti|2021|p=1-14}}
[[Jenderal (Indonesia)|Jenderal]] [[Tentara Nasional Indonesia|TNI]] Agus Subiyanto juga suka mengunjungi Kakek dan Neneknyaneneknya yang tinggal di [[Cijulang, Pangandaran]] dengan menaiki kereta api, karena merupakan moda transportasi menujupaling kesanamurah yanguntuk palingmenuju murahke saat itusana. Kakeknya bernama Marta adalah seorang pembuat perahu disana dan beliau wafat sebelum ia dilahirkan. Dari hasil menjual perahu buatannya, keluarga kakeknya memiliki banyak tanah yang dipakai untuk tempat tinggal dan kebun. Sedangkan Neneknya,neneknya Nenekyang bernama Sulyi adalah seorang pekerja keras yang setiap hari mengambilpenjual hasil kebunnya untuk dijual guna kebutuhan sehari-harikebun. Rumah Kakek dan Neneknyaneneknya berupa bilik bambu berukuran 6 X 6 m<sup>2</sup>, berbentuk rumah panggung berhiaskan perabotan sederhana dan, dipan tua, dan kompor tanah liat. Semasa di sana, dia kerapkali bermain-main di sungai dengan melompat dari atas [[Haurseah, Argapura, Majalengka|Jembatan Haurseah]] atau berburu [[teritip]] di area [[Cukang Taneuh]]. Selain itu, ia kerapkalijuga bermainsering kemengunjungi rumah Budenyabudenya dan disanalahmenumbuhkan ia mulai jatuh cinta dengan group musikkecintaanya pada[[The Beatles]].{{Sfn|Subiyanto, S.E., M.Si.Subiyanti|2021|p=1-14}}
==== Masa remaja ====
Semenjak bersama Ibu tirinya, ayahnya bertugas sebagai [[Intelijenintelijen militer|Intel]] di [[Komando Distrik Militer 0618|Kodim 0618/BS]], sehingga jarang tinggal di rumah, dan itu membuat mereka pindah ke daerah [[Baros, Cimahi Tengah, Cimahi|Baros]], yang kala itu terkenal sebagai daerah dengan anak-anak nakal. Ia mulai mengenal cinta pada lawan jenisnya semenjak duduk di bangku kelas 2, SMPN 2, Cimahi, namun cinta monyetnya ditolak oleh gadis pujaannya. Memiliki jiwa pemberontak dalam dirinya, membuatnya mendaftar organisasi [[Karate]], Kei Shin Kan, dimana pemimpinnya adalah seorang tentara, dengan satu tujuan, agar jago berkelahi.{{Sfn|Subiyanto, S.E., M.Si.|2021|p=1-14}}
Setelah lulus dari SMPN 2, Cimahi, ia masuk ke [[SMA Negeri 13 Bandung|SMA Cimindi (sekarang menjadi SMA Negeri 13 Bandung)]] dan di masa itu, ia mulai berkenalan dengan minuman beralkohol yang sering membuatnya mabuk, yang dilakukan untuk meredakan gundah gulana di hatinya karena kekurangan kasih sayang dari orang tuanya. Saat ia mabuk, ia sering bertandang ke rumah temannya, Sonson (Sonny Chandra Santika) hingga sadar dan diantarkan pulang ke rumahnya oleh Sonson.{{Sfn|Subiyanto, S.E., M.Si.|2021|p=17-30}}
Pertemuannya dengan [[Prabowo Subianto]] terjadi beberapa kali dalam kehidupannya. Pertemuan pertama keduanya terjadi ketika [[Prabowo Subianto]] yang kala itu masih berpangkat [[Letnan Kolonel|Letnan Kolonel Inf.]]<nowiki/>dan menjabat sebagai [[Batalyon Infanteri 328|Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara 328 (Yonif Para Raider 328)]], ke [[Pussenif]] dalam rangka mencari para perwira muda untuk bergabung dengan [[Kostrad]], dan Agus terpilih sebagai salah satunya. Merekapun langsung digembleng ke [[Cilodong, Depok|Cilodong]] untuk menjalani latihan Syiwa Yudha selama tidak kurang dari sembilan bulan. Latihan ini bertujuan membekali para prajurit dengan kualifikasi pemburu atau dikenal juga dengan julukan "pasukan pemburu" dan juga memiki kualifikasi anti teror dan gerilya. Setelah menjalani pelatihan ini, Agus dan pasukannya dikirimkan ke garis depan di [[Kepulauan Natuna]] dengan misi penerjunan.{{Sfn|Subiyanto, S.E., M.Si.|2021|p=115-132}}<ref name=":3" />
Setelah menyelesaikan misi dan pelatihan tersebut, Agus bergabung dengan pasukan khusus dengan sandi '''"Rajawali'''", dengan materi utama penajaman dari pelatihan anti teror dan gerilya. Perang gerilya adalah perang si lemah melawan si kuat, sebagaimana disampaikan oleh [[Jenderal Besar (Indonesia)|Jenderal Besar]] [[Abdul Haris Nasution|A. H. Nasution]], dimana kata gerilya sendiri berasal dari [[Bahasa Spanyol]] yang berarti perang kecil.{{Sfn|Subiyanto, S.E., M.Si.|2021|p=115-132}}{{Sfn|Nasution|1980|p=}}
==== Penugasan [[Timor Timur]] ====
Pada tahun 1995, Agus memulai tugas pertamanya di bumi Lorosae, [[Timor Timur]] dengan menaiki [[KRI Teluk Amboina (503)]], mereka mendarat di [[Pelabuhan Dili]]. Pada saat itu pasukannya bertugas untuk melumpuhkan salah seorang tokoh [[Front Revolusi Independen Timor Leste]] dengan timah panas. Dan sebagai hadiah atas keberhasilanya bersama pasukannya dalam menyelesaikan tugasnya, Agus mendapatkan hadiah, berupa pelatihan [[Komando Pasukan Khusus]] dan Selapa (Sekolah Lanjutan Perwira).{{Sfn|Subiyanto, S.E., M.Si.|2021|p=115-132}}
==== Menjabat Kasad ====
|