[[Habib]] '''Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz''' yang dilahirkan pada hari Senin, 27 Mei 1963 ([[Kalender Hijriyah]]: 4 Muharram 1383),<ref name=rabithah/> adalah seorang [[ulama]] dari Yaman, yang kini tinggal di Kota [[Tarim]], Hadramaut sebagai pimpinan Sekolah [[Dar-al Musthafa]] dan berbagai sekolah lain yang telah dibangun di bawah manajemennya.<ref name=MR>{{harvnb|Majelis Rasulullah|2009}}.</ref>
== Kehidupan awalBiografi ==
=== Kehidupan awal dan masa kecil===
Al-Habib Umar Bin Hafidz lahir di [[Tarim]], [[Hadramaut]], salah satu kota tertua di [[Yaman]].<ref name=MR/>
== Genealogi ==
Ia adalah anak dari Muhammad anak dari Salim anak dari Hafiz anak dari Abd-Allah anak dari Abi Bakr anak dari‘Aidarous anak dari al-Hussain anak dari al-Shaikh Abi Bakr anak dari Salim anak dari ‘Abd-Allah anak dari ‘Abd-al-Rahman anak dari ‘Abd-Allah anak dari al-Shaikh ‘Abd-al-Rahman al-Saqqaf anak dari Muhammad Maula al-Daweela anak dari ‘Ali anak dari ‘Alawi anak dari al-Faqih al-Muqaddam Muhammad anak dari ‘Ali anak dari Muhammad Sahib al-Mirbat anak dari ‘Ali Khali‘ Qasam anak dari ‘Alawi anak dari Muhammad anak dari ‘Alawi anak dari ‘Ubaidallah anak dari al-Imam al-Muhajir to Allah Ahmad anak dari ‘Isa anak dari Muhammad anak dari ‘Ali al-‘Uraidi anak dari Ja’far al-Sadiq anak dari Muhammad al-Baqir anak dari ‘Ali Zain al-‘Abidin anak dari Hussain sang cucu laki-laki, anak dari pasangan ‘Ali anak dari Abu Talib dan Fatimah al-Zahra anak dari [[Muhammad]].<ref name="MR" /><ref name="darulmurtadza">{{harvnb|Darul Murtadza|2012}}.</ref>
== Masa Kecil ==
Umar mampu menghafal [[Al-Qur'an]] sejak kecil dan juga menghafal berbagai teks inti dalam [[fikih]], [[hadits]], [[bahasa Arab]] dan berbagai ilmu-ilmu keagamaan yang membuatnya termasuk dalam lingkaran keilmuan yang beraliran sama dengan banyak ulama-ulama tradisional seperti Muhammad bin ‘Alawi bin Shihab dan al-Shaikh Fadl Baa Fadl serta para ulama lain yang mengajar di [[Ribat]], [[Tarim]]. Ia juga mempelajari berbagai ilmu termasuk ilmu-ilmu spiritual keagamaan dari ayahnya, Muhammad bin Salim, yang darinya ia semakin mendalami dakwah dan bimbingan atau tuntunan keagamaan.<ref name="MR" />
Secara tragis, ketika Umar sedang menemani ayahnya untuk salat Jumat, ayahnya diculik oleh golongan komunis dan ia sendirian pulang ke rumahnya dengan masih membawa syal milik ayahnya, dan sejak saat itu ayahnya tidak pernah terlihat lagi. Ini menyebabkan Umar menganggap bahwa tanggung jawab untuk meneruskan pekerjaan yang dilakukan ayahnya dalam bidang dakwah harus dilanjutkan. Sejak saat itu, ia mulai mengumpulkan orang-orang dan membentuk majelis-majelis dakwah. Perjuangan dan usahanya yang keras demi melanjutkan pekerjaan ayahnya mulai membuahkan hasil. Kelas-kelas mulai dibuka bagi anak muda maupun orang tua di masjid-masjid setempat yang di sana ia ditawarkan berbagai kesempatan untuk menghafal Al-Qur’an dan untuk belajar ilmu-ilmu tradisional.<ref name="MR" />
=== Dikirim ke kota Al Bayda ===
Karena kepandaiannya dalam menghafal kitab suci, Umar kemudian dikirim ke kota [[Al-Bayda’]] yang terletak di tempat yang disebut [[Yaman Utara]] untuk semakin memperdalam bidangnya tersebut.<ref name="MR" />
Negara Oman menjadi fase berikutnya dalam pergerakan menuju pembaruan abad ke-15. Setelah menyambut baik undangan dari sekelompok muslim yang ingin belajar kepadanya, ia meninggalkan tanah kelahirannya dan tidak kembali hingga beberapa tahun kemudian. Ia juga memperluas pengaruhnya di Kota [[Shihr]] di Yaman Timur, kota pertama yang disinggahinya ketika kembali ke Hadramaut, Yaman. Di sana ajaran-ajaran dia mulai mengakar dan dibangunlah Ribat al-Mustafa, sekolah miliknya. Hal ini adalah realisasi dan bukti konkritnya dalam menyebarkan pengajarannya.<ref name="MR" />
=== Pulang ke Tarim ===
Kepulangan Habib Umar ke [[Tarim]] menjadi tanda sebuah perubahan mendasar dari tahun-tahun yang dia habiskan untuk belajar, mengajar, membangun mental agamis orang-orang di sekelilingnya, menyebarkan seruan dan menyerukan doktrin benar atau salah berdasarkan hal yang ia yakini.<ref name=MR/> Pada tahun 1993 M atau sekitar 1414 H, Umar mengabadikan ajaran-ajarannya dengan membangun [[Dar-al Musthafa]] atau Pondok Pesantren Darul Musthafa.<ref name=pustakabasmap18>{{harvnb|Tim Pustaka Basma|2012|p=18}}.</ref> Pesantren ini didirikan dengan tiga tujuan:, yaitu nengajarkan berbagai disiplin ilmu keislaman secara bertatap muka (t''alaqqi'') dan para pengajarnya adalah para ahli yang memiliki sanad keilmuan yang dapat dipertanggungjawabkan.<ref name=pustakabasmap18/>, menyucikan diri dan memperbaiki akhlak.<ref name=pustakabasmap18/> serta menyebarkan ilmu yang bermanfaat serta berdakwah menyeru kepada jalan yang diridhai Allah swt dan sesuai dengan apa-apa yang diajarkan oleh Muhammad serta para salaf.<ref name=pustakabasmap18/>
# Mengajarkan berbagai disiplin ilmu keislaman secara bertatap muka (t''alaqqi'') dan para pengajarnya adalah para ahli yang memiliki sanad keilmuan yang dapat dipertanggungjawabkan.<ref name=pustakabasmap18/>
# Menyucikan diri dan memperbaiki akhlak.<ref name=pustakabasmap18/>
# Menyebarkan ilmu yang bermanfaat serta berdakwah menyeru kepada jalan yang diridhai Allah swt dan sesuai dengan apa-apa yang diajarkan oleh Muhammad serta para salaf.<ref name=pustakabasmap18/>
Dalam waktu yang dapat dikatakan demikian singkat, penduduk Tarim menyaksikan berkumpulnya pada murid dari berbagai daerah yang jauh bersatu di satu kota.<ref name=MR/><ref name=pustakabasmap18/> Murid-murid dari [[Indonesia]], [[Malaysia]], [[Singapura]], [[Kepulauan Komoro]], [[Tanzania]], [[Kenya]], [[Mesir]], [[Inggris]], [[Pakistan]], [[Amerika Serikat]] dan [[Kanada]], juga negara-negara Arab lain dan negara bagian di Arab akan diawasi secara langsung oleh Umar.<ref name=MR/><ref name=pustakabasmap18/> Mereka ini akan menjadi perwakilan dan penerus dari apa yang kini telah menjadi perjuangan Umar.<ref name=MR/> Berdirinya berbagai institusi islami serupa di Yaman dan di negara-negara lain dibawah manajemen Umar akan menjadi sebuah tonggak utama dalam penyebaran Ilmu dan perilaku mulia serta menyediakan kesempatan bagi orang-orang awam.
=== Dakwah di Indonesia ===
Awal kedatangan Habib Umar ke [[Indonesia]] adalah pada tahun 1994.<ref name=pustakabasmap22>{{harvnb|Tim Pustaka Basma|2012|p=22}}</ref> Ia diutus oleh Abdul Qadir bin Ahmad Assegaf yang berada di [[Jeddah]] untuk mengingatkan dan menggugah ''ghirah'' (semangat atau rasa kepedulian) para [[Alawiyyin]] Indonesia, disebabkan sebelumnya ada keluhan dari Anis bin Alwi al-Habsyi, seorang [[ulama]] dan [[tokoh]] asal [[Kota Surakarta]], [[Jawa Tengah]] tentang keadaan para [[Alawiyyin]] di [[Indonesia]] yang dianggap mulai jauh dan lupa akan nilai-nilai ajaran para leluhurnya.<ref name=pustakabasmap22/>
[[Berkas:DSC 0241.jpg|jmpl|''A Common Word Conference with The Archbishop of Canterbury and Cambridge University
October 15, 2008'']]
# Pada tanggal 22 Februari sampai dengan 2 Maret 2003 (26-29 Dzulhijjah 1423 H) di [[Dar-al Musthafa]], ia merintis upaya persatuan dalam aktivitas dakwah, dengan mengadakan ''multaqa'' ulama atau simposium yang dalam pertemuan itu dihadiri oleh berbagai ulama dari belahan dunia, dan kemudian berlanjut pada pertemuan berikutnya di berbagai penjuru dunia dalam skala lokal maupun internasional.<ref name=Alqadripviii>{{harvnb|Al Qadri|2012|p=38}}</ref> ▼
# Habib Umar termasuk sebagai salah seorang penandatangan dari dua dokumen internasional yang berpengaruh, yaitu [[Risalah Amman]] pada tahun 2005, pada urutan tandatangan nomor 549,<ref name=ammanmessage.com>{{harvnb|ammanmessage.com}}.</ref> dan [[A Common Word]] pada tahun 2007 dalam urutan tandatangan nomor 42,<ref name=acommonword>{{harvnb|acommonword}}.</ref> yang keduanya ditandatangani oleh tokoh-tokoh muslim dunia, termasuk di antaranya beberapa pemimpin muslim Indonesia.<ref name=Alqadripviii/> ▼
# Di Indonesia, Habib Umar mendeklarasi berdirinya [[Majelis Almuwasholah Bayna Ulama Al Muslimin|Majelis Al-Muwasholah Bayna Ulama Al Muslimin]] atau Forum Silaturrahmi Antar Ulama pada tahun 1327 H / 2007 M. ▼
# Tahun 2009, ''New York Times'' menampilkan al-Habib Umar dan Darul Musthafa dalam salah satu pemberitaannya<ref name=Alqadripviii/> ▼
# Al-Habib Umar bin Hafizh termasuk salah satu dari 50 Urutan teratas dari ''The Muslim 500: The Wordl's 500 Most Influential Muslims'', yang diterbitkan oleh Center for Muslim-Christian Understanding, Georgetown University, [[Amerika Serikat]], yang dipimpin oleh sarjana studi Islam ternama John Esposito<ref>{{harvnb|Al Qadri|2012|p=vii}}</ref><ref name=themuslim500>{{harvnb|themuslim500.com|2013}}.</ref>. ▼
▲# Pada tanggal 22 Februari sampai dengan 2 Maret 2003 (26-29 Dzulhijjah 1423 H) di [[Dar-al Musthafa]], ia merintis upaya persatuan dalam aktivitas dakwah, dengan mengadakan ''multaqa'' ulama atau simposium yang dalam pertemuan itu dihadiri oleh berbagai ulama dari belahan dunia, dan kemudian berlanjut pada pertemuan berikutnya di berbagai penjuru dunia dalam skala lokal maupun internasional.<ref name=Alqadripviii>{{harvnb|Al Qadri|2012|p=38}}</ref>
<!--
=== Wasiat dan Nasihat ===
▲# Habib Umar termasuk sebagai salah seorang penandatangan dari dua dokumen internasional yang berpengaruh, yaitu [[Risalah Amman]] pada tahun 2005, pada urutan tandatangan nomor 549,<ref name=ammanmessage.com>{{harvnb|ammanmessage.com}}.</ref> dan [[A Common Word]] pada tahun 2007 dalam urutan tandatangan nomor 42,<ref name=acommonword>{{harvnb|acommonword}}.</ref> yang keduanya ditandatangani oleh tokoh-tokoh muslim dunia, termasuk di antaranya beberapa pemimpin muslim Indonesia.<ref name=Alqadripviii/>
# Penuhilah hatimu dengan kecintaan terhadap saudaramu, niscaya akan menyempurnakan kekuranganmu dan mengangkat derajatmu di sisi Allah<sup>[10]</sup>
# Barang siapa semakin mengenal kepada Allah niscaya akan semakin takut kepada-Nya.<sup>[10]</sup>
▲# Di Indonesia, Habib Umar mendeklarasi berdirinya [[Majelis Almuwasholah Bayna Ulama Al Muslimin|Majelis Al-Muwasholah Bayna Ulama Al Muslimin]] atau Forum Silaturrahmi Antar Ulama pada tahun 1327 H / 2007 M.
# Barang siapa yang tidak mau duduk dengan orang-orang yang beruntung, bagaimana mungkin ia akan menjadi orang yang beruntung. Dan barangsiapa yang duduk dengan orang-orang yang beruntung, bagaimana mungkin ia tidak akan menjadi orang yang beruntung.<sup>[10]</sup>
# Barang siapa menjadikan kematiaannya sebagai pertemuan dengan Sang Kekasih (Yaitu Allah swt dan Rasul-Nya), maka kematian itu merupakan hari raya baginya.<sup>[10]</sup>
▲# Tahun 2009, ''New York Times'' menampilkan al-Habib Umar dan Darul Musthafa dalam salah satu pemberitaannya<ref name=Alqadripviii/>
# Barang siapa percaya dan yakin pada risalah diutusnya Nabi Muhammad saw, maka ia akan mengabdi dan menannggung sabar karenanya. Dan barang siapa percaya yang membenarkan risalah kerasulan Muhammad saw, maka ia akan mengorbankan harta dan jiwa untuknya.<sup>[10][11]</sup>
# Kedekatan seseorang dengan para nabi pada hari kiamat menurut kadar perhatiannya terhadap dakwah saat orang tersebut berada di alam dunia.<sup>[11]</sup>
▲# Al-Habib Umar bin Hafizh termasuk salah satu dari 50 Urutan teratas dari '' [[The 500 Most Influential Muslims|The Muslim 500: The WordlWorld's 500 Most Influential Muslims ]]'', yang diterbitkan oleh Center for Muslim-Christian Understanding, Georgetown University, [[Amerika Serikat]], yang dipimpin oleh sarjana studi Islam ternama John Esposito .<ref>{{harvnb|Al Qadri|2012|p=vii}}</ref><ref name=themuslim500>{{harvnb|themuslim500.com|2013}}.</ref> .
# Betapa anehnya penduduk bumi ini, semua yang berada di bumi ini adalah pelajaran, namun mengapa mereka tidak mau belajar darinya. Kukira tidak ada sejengkal tanahpun di muka bumi, kecuali di situ ada ibrah (pelajaran) bagi orang yang berakal apabila mau mempelajarinya.<sup>[11]</sup>
# Sebaik-baik nafsu adalah yang dilawan dan seburuk-buruk nafsu adalah yang diikuti.<sup>[11]</sup>
# Tanpa menahan hawa nafsu maka manusia sama sekali tidak akan sampai pada Tuhannya. Ketahuilah bahwa kedekatan manusia terhadap Allah swt menurut kadar kebersihan jiwanya.<sup>[11]</sup>
# Jikalau sebuah hati telah terbuka, maka ia akan mendapatkan apa yang diinginkannya.<sup>[12]</sup>
# Barang siapa yang mempunyai samudra ilmu, kemudian kejatuhan setetes hawa nafsu, maka hawa nafsu itu akan merusak samudra tersebut.<sup>[12]</sup>
# Sesaat dari saat-saat khidmat (pengabdian), lebih baik daripada melihat Arsy(singgasana Allah swt) dan seisinya seribu kali.<sup>[12]</sup>
# Menyatunya seorang murid dengan gurunya, merupakan permulaan di dalam menyatunya dengan Rasulullah SAW. Sedangkan menyatunya dengan Rasulullah SAW, merupakan permulaan untuk lupa kepada yang selain Allah swt<sup>[12]</sup>
# Manusia di setiap waktu senantiasa terdiri dari dua golongan. Golongan pertama adalah, golongan yang diwajahnya terdapat tanda-tanda dari bekas sujud. Sedangkan golongan kedua adalah, golongan yang di wajahnya terdapat tanda-tanda dari bekas keingkaran.<sup>[12][13]</sup>
# Barang siapa yang menuntut keluhuran, maka tidak akan peduli terhadap pengorbanan.<sup>[13]</sup>
# Sesungguhnya di dalam sujud terdapat hakikat, yang mana apabila cahanya turun pada hati seorang hamba, maka hati tersebut akan sujud selama-lamanya dan tidak akan mengangkat kepala dari sujudnya.<sup>[13]</sup>
# Yang wajib bagi kita yaitu harus menjadi da’i(menyampaikan apa yang kita ketahui) dan tidak harus menjadi qodli(hakim/orang yang memutuskan suatu perkara dalam agama) ataupun mufti (orang yang memberikan fatwa)<sup>[13]</sup>
# Arti dakwah adalah memindahkan manusia dari kejelekan menuju kebaikan, dari kelalaian menuju ingat kepada Allah swt dan dari keberpalingan kembali menuju Allah swt, serta dari sifat yang buruk menuju sifat yang baik<sup>[13]</sup>
# Syetan itu mencari sahabat-sahabatnya dan Allah pula yang menjaga kekasih-kekasih-Nya.<sup>[14]</sup>
# Apabila semakin agung nilai ibadah dalam hati seseorang maka ringanlah semua kebiasaan baginya dan akan keluar keagungan kebiasaan dari dirinya.<sup>[14]</sup>
# Apabila benar keluarnya seseorang di dalam berdakwah, maka ia akan naik ke derajat yang tinggi.<sup>[14]</sup>
# Keluarkanlah rasa takut kepada makhluk dari dalam hatimu, niscaya engkau akan tenang dengan rasa takut kepada Sang Khaliq (Allah swt yang Maha Pencipta). Dan keluarkanlah rasa berharap pada makhluk dari dalam hatimu maka engkau akan merasakan kenikmatan dengan hanya berharap pada Sang Khaliq.<sup>[14]</sup>
# Banyak bergurau dan bercanda merupakan pertanda sepinya hati dari mengagungkan Allah swt dan merupakan tanda-tanda dari lemahnya keimanan seseorang.<sup>[14]</sup>
# Hakikat tauhid adalah membaca Al Qur’an dengan merenungi artinya(Tadabbur) dan bangun diwaktu malam(untuk mengisi kemuliaan diwaktu malam dengan berbagai ibadah yang mendatangkan keridhaan Allah swt).<sup>[15]</sup>
# Tidak akan naik pada derajat yang tinggi kecuali dengan himmah (cita-cita yang kuat).<sup>[15]</sup>
# Barang siapa memperhatikan waktu, maka ia akan selamat dari murka Allah.<sup>[15]</sup>
# Salah satu dari penyebab turunnya bencana dan musibah adalah sedikitnya orang yang menangis dalam keheningan malam.<sup>[15]</sup>
# Orang yang selalu mempunyai hubungan dengan Allah swt, maka Allah swt akan memenuhi hatinya dengan rahmat-Nya di setiap waktu.<sup>[15]</sup>
# Janganlah urusan dunia kita mengalahkan urusan akhirat kita.<sup>[16]</sup>
# Carilah dunia sebanyak mungkin, namun janganlah urusan duniamu mengalahkan urusan akhiratmu.<sup>[16]</sup>
# Selalulah bersyukur kepada segala pemberian Allah, baik yang besar maupun yang kecil. Contoh yang telah diajarkan Rasulullah SAW. Seperti menjilati tangan sehabis makan adalah salah satu bentuk perwujudan syukur kita kepada Allah swt.<sup>[16]</sup>
# Tidak menyisakan nasi dalam piring bidangan kita juga merupakan bentuk rasa syukur kita, mengambil sebutir nasi yang terjatuh dari piring kita untuk dimakan adalah juga suatu bentuk perwujudan syukur kita kepada Allah swt.<sup>[16]</sup>
# Kita harus bersyukur walau hanya dapat makan dengan nasi putih saja. Karena Allah swt telah berfirman: "Barangsiapa bersyukur atas nikmat-Ku, maka Aku akan tambahkan nikmat kepadanya"(QS.Ibrahim-14:7). Wahai para hadirin, kata"Aku" disini adalah Allah, jadi Allah sendiri yang akan menambahkan dan memberi tambahan nikmat-Nya atas orang yang mau bersyukur.""<sup>[16]</sup>
# Sungguh agung dan suci anugrah-Nya. Dikatakan bahwa barangsiapa yang taat dan patuh kepada Allah, maka memerintahkan dunia untuk tunduk dan mendatanginya serta melayani hamba-Nya itu.<sup>[17]</sup>
-->
== Daftar kitabKekaryaan ==
Umar juga merupakan ulama yang produktif dalam menulis, di antara kitab karangan ia adalah:
# Is'af at Thalibi<ref name=rabithah/><ref name=pustakabasmap20>{{harvnb|Tim Pustaka Basma|2012|p=20}}.</ref>
# Ridha al-Khalaq bi bayan Makarimal Akhlaq<ref name=pustakabasmap20/>
# Taujihat at-Thullab<ref name=rabithah/><ref name=rabithah/><ref name=pustakabasmap20/>
# Syarah Mandzumah Sanad al-'Ulwi.<ref name=pustakabasmap20/>
# adz-Dzakirah al-Musyarrafah([[Fiqih]])<ref name=rabithah/><ref name=darulmurtadza/><ref name=pustakabasmap20/>
# Dhiyaullami'bidzikri Maulid an-Nabi asy-Syafi'([[Maulid Nabi Muhammad]] SAW)<ref name=rabithah/><ref name=darulmurtadza/><ref name=pustakabasmap20/>
# Khuluquna<ref name=rabithah/>
# Khulasoh madad an-nabawiy([[Dzikir]])<ref name=rabithah/><ref name=darulmurtadza/>
# Syarobu althohurfi dhikri siratu badril budur<ref name=rabithah/>
# Taujihat nabawiyah<ref name=rabithah/>
# Nur aliman([[Aqidah]])<ref name=rabithah/><ref name=darulmurtadza/>
# Almukhtar syifa alsaqim<ref name=rabithah/>
# Al washatiah<ref name=rabithah/>
# Mamlakatul qa’ab wa al ‘adha’<ref name=rabithah/>
# Muhtar Ahadits (Hadits)<ref name=darulmurtadza/>
# Durul Asas (Nahu)<ref name=darulmurtadza/>
# Tsaqafatul Khatib (Panduan Khutbah)<ref name=darulmurtadza/>
Kitab ''Maulid adh-Dhiya' al-Lami'<nowiki/>'' merupakan karya Umar paling monumental yang berisi syair pujian terhadap [[Muhammad]], umat islam Indonesia telah banyak mengenal dan membaca karya ini, yang juga mengenalnya dengan Maulid al-Habib Umar.<ref name=pustakabasmap20/> Secara bahasa, kitab ''Maulid adh-Dhiya' al-Lami''' berarti Cahaya Yang Terang Benderang. Kitab ini merupakan Kitab Maulid mutakhir.<ref name="almuhibbin">{{harvnb|Irawan|2009}}.</ref>
Di suatu malam, Umar memanggil salah seorang muridnya, lalu diperintahkannya membawa pena dan kertas, seraya berkata: ''"Tulis..”,'' lalu ia mengucapkan maulid Dhiya’ullami' itu mulai sepertiga malam, dan sebelum waktu subuh telah selesai.
|