Riau: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Melindungi "Riau": Menjadi sasaran penyuntingan yang mengganggu: sering menjadi sasaran pengubahan statistik tanpa pembaruan referensi ([Sunting=Hanya untuk pengguna terdaftar otomatis] (kedaluwarsa 5 Maret 2025 02.05 (UTC)) [Pindahkan=Hanya untuk pengguna terdaftar otomatis] (kedaluwarsa 5 Maret 2025 02.05 (UTC))) |
|||
(769 revisi antara oleh lebih dari 100 100 pengguna tak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{untuk|
{{disambiginfo
{{Kotak info provinsi Indonesia
|nama = Riau
|translit_lang1 = bahasa Melayu
|translit_lang1_info = رياو
|translit_lang1_type = [[Abjad Jawi|Jawi]]
|foto = {{multiple image|border=infobox|total_width =300|image_style = border:1;
|perrow = 2/2/2
|
|image2=Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu Riau Indonesia.jpg
|image3=Anjung Seni Idrus Tintin.JPG
|image4=Istana Kerajaan Siak (3).jpg
|image5=Stadion utama-saidmufti.jpg
|image6=Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah.jpg
}}
|caption = '''Kiri ke kanan, atas ke bawah''': Panorama [[Kota Pekanbaru]], [[Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu]], [[Anjung Seni Idrus Tintin]], [[Istana Siak]], [[Stadion Utama Riau]], dan [[Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah]].
|bendera = Flag of Riau.svg
|lambang = Coat of arms of Riau.svg
|julukan = {{Hlist|Bumi Lancang Kuning}}
|motto = Bumi bertuah negeri beradat<br/>{{small|{{ms icon}} Bumi Sang Raja Negeri Beradat}}{{efn|Secara legal, provinsi ini tidak memiliki motto daerah pada lambangnya. Namun kata-kata ini berasal dari [[Hang Tuah]].<ref>{{Cite book|last=Nadie|first=Lahyanto|date=2020|url=https://www.worldcat.org/oclc/1255404643|title=Nurhayadi : anak Betawi di puncak Telkom Landmark Tower|location=Jakarta|isbn=978-602-5735-60-8|edition=Cetakan kelima|oclc=1255404643}}</ref>}}
|peta = Riau in Indonesia.svg
|dasar hukum = UU RI No. 19/drt Tahun 1957
|hari jadi = {{start date and age|1957|8|9}}
|ibu kota = [[Kota Pekanbaru]]
|kota besar = [[Kota Dumai]]
|kabupaten = 10
|kota
|kecamatan = 172
|kelurahan = 271
|desa = 1.876
|nama gubernur = [[Rahman Hadi]] ([[Penjabat|Pj.]])
|nama wakil gubernur = ''lowong''
|nama sekretaris daerah = [[S. F. Hariyanto]]
|nama ketua DPRD = [[Yulisman]]
|luas = 89935,90
|ref luas = <ref>[https://web.archive.org/web/20130823022329/http://riau.bps.go.id/publikasi-online/riau-dalam-angka/bab-1-keadaan-geografis.html-0 "Keadaan Alam"]. Badan Pusat Statistik, diakses 17 Oktober 2013.</ref>
|luasdaratan = <!-- Tuliskan angka saja, tanpa satuan (km, dsb.) dan tanda titik sebagai pembatas ribuan. -->
|luasperairan = <!-- Tuliskan angka saja, tanpa satuan (km, dsb.) dan tanda titik sebagai pembatas ribuan. -->
|persenperairan = <!-- Tuliskan angka saja, tanpa satuan (%). -->
|penduduk = 6969031
|tahun populasi = 30 Juni [[2024]]
|populasi ref = <ref name="DUKCAPIL"/><ref name="RIAU">{{cite web|url=https://riau.bps.go.id/publication/2022/02/25/85c4ce5fd9662f99e34a5071/provinsi-riau-dalam-angka-2022.html|title=Provinsi Riau Dalam Angka 2022|publisher=BPS Provinsi Riau|accessdate=26 Februari 2022|format=pdf|page=29, 30, 68, 236}}</ref>
|kepadatan = auto
|agama = {{ublist |item_style=white-space;
|87,04% [[Islam]]
|{{Tree list}}
* 10,95% [[Kekristenan]]
** 9,85% [[Protestan]]
** 1,10% [[Katolik]]
{{Tree list/end}}
|1,96% [[Agama Buddha|Buddha]] |0,03% [[Konghucu]] |0,01% [[Hindu]] |0,01% Kepercayaan<ref name="DUKCAPIL"/>}}
|bahasa = [[Bahasa Indonesia|Indonesia]] (resmi), [[Bahasa Melayu Riau|Melayu Riau]] (dominan), [[Bahasa Jawa|Jawa]], [[Bahasa Minangkabau|Minangkabau]], [[Rumpun bahasa Batak|Batak]], [[Bahasa Banjar|Banjar]], [[Bahasa Loncong|Loncong]], [[Bahasa Tionghoa|Tionghoa]], [[Bahasa Bugis|Bugis]], Lainnya
|IPM = {{increase}} 74,95 ([[2023]])<br>{{fontcolor|#00726a|tinggi}}<ref name="IPM">{{cite web|url=https://riau.bps.go.id/indicator/26/415/1/-metode-baru-indeks-pembangunan-manusia-umur-harapan-hidup-hasil-long-form-sp2020-.html|title=Indeks Pembangunan Manusia (Umur Harapan Hidup Hasil Long Form SP2020) 2021-2023|website=www.bps.go.id|accessdate=8 Januari 2024}}</ref>
|DAU = Rp 1.603.291.532.000,00- ([[2020]])<ref>{{cite web|url=http://www.djpk.kemenkeu.go.id/wp-content/uploads/2019/09/2.-DAU.pdf |title=Rincian Alokasi Dana Alokasi Umum Provinsi/Kabupaten Kota Dalam APBN T.A 2020|website=www.djpk.kemenkeu.go.id|date=(2020)|accessdate=26 Februari 2021}}</ref>
|lagu = {{hlist|"[[Lancang Kuning]]"|"[[Soleram]]"|"[[Kelewang]]"}}
|rumah = [[Selaso Jatuh Kembar]]
|senjata = {{hlist|[[Keris]]|[[Beladau]]}}
|TNKB = BM
|kode pos = 28''xxx''-29''xxx''
|kode area = {{Collapsible list|
0760—Teluk Kuantan (Kabupaten Kuantan Singingi)|
0761—Kota Pekanbaru—Pangkalan Kerinci (Kabupaten Pelalawan)—Minas - Tualang (Kabupaten Siak)|
0762—Bangkinang (Kabupaten Kampar)—Pasir Pengaraian (Kabupaten Rokan Hulu)|
0763—Selatpanjang (Kabupaten Kepulauan Meranti)|
0764—Siak Sri Indrapura (Kabupaten Siak)|
0765—Kota Dumai—Duri (Kabupaten Bengkalis)—Bagan Batu (Kabupaten Rokan Hilir)—Ujung Tanjung (Kabupaten Rokan Hilir)|
0766—Bengkalis (Kabupaten Bengkalis)|
0767—Bagansiapiapi (Kabupaten Rokan Hilir)|
0768—Tembilahan (Kabupaten Indragiri Hilir)|
0769—Rengat - Air Molek (Kabupaten Indragiri Hulu)|
0624—Panipahan (Kabupaten Rokan Hilir)}}
|utc = +07:00
|fauna = [[Serindit]]
|flora = [[Nibung]]
|zona waktu = [[Waktu Indonesia Barat|WIB]]
|ISO = ID - RI
|web = {{URL|riau.go.id/}}
|catatankaki = {{notelist}}
}}
'''Riau''' ([[Jawi]]: رياو) adalah sebuah [[provinsi]] di [[Indonesia]] yang terletak di pantai timur pulau [[Sumatra]] bagian tengah. Wilayah pesisirnya berbatasan dengan [[Selat Melaka|Selat Malaka]]. Hingga tahun 2004, provinsi ini juga meliputi [[Kepulauan Riau]], sekelompok besar pulau-pulau kecil (pulau-pulau utamanya antara lain [[Pulau Batam]] dan [[Pulau Bintan]]) yang terletak di sebelah Timur Sumatra dan sebelah Selatan [[Singapura]]. Kepulauan ini dimekarkan menjadi provinsi tersendiri pada Juli 2004.
[[Ibu kota]] dan [[kota]] terbesar di provinsi Riau adalah [[Kota Pekanbaru|Pekanbaru]], dan kota besar lainnya setelah Pekanbaru adalah kota [[Kota Dumai|Dumai]]. Berdasarkan hasil [[Badan Pusat Statistik]] Riau tahun [[2022]], penduduk provinsi Riau berjumlah 6.493.603 jiwa, dengan kepadatan penduduk 75 jiwa/km², dan pada pertengahan [[2024]] berjumlah 6.969.031 jiwa peduduk.<ref name="DUKCAPIL">{{cite web|url=https://gis.dukcapil.kemendagri.go.id/peta/|title=Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2024|website=www.dukcapil.kemendagri.go.id|accessdate=14 Oktober 2024|format=Visual}}</ref><ref name="RIAU"/>
Riau saat ini merupakan salah satu provinsi terkaya di Indonesia, dan sumber dayanya didominasi oleh sumber alam, terutama [[minyak bumi]], [[gas alam]], [[karet]], [[kelapa sawit]] dan perkebunan serat. Tetapi, penebangan hutan yang merajalela telah mengurangi luas hutan secara signifikan, dari 78% pada 1982 menjadi hanya 33% pada 2005.<ref>{{Cite web |url=http://www.wwf.or.id/attachments/pdf/EleventhHourRiau'sForests.pdf |title=WWF: The Eleventh Hour for Riau's Forests |access-date=2013-10-17 |archive-date=2007-06-14 |archive-url=https://web.archive.org/web/20070614232555/http://www.wwf.or.id/attachments/pdf/EleventhHourRiau%27sForests.pdf |dead-url=yes }}</ref> Rata-rata 160.000 hektare hutan habis ditebang setiap tahun, meninggalkan 22%, atau 2,45 juta hektare pada tahun 2009.<ref>Rizal Harahap (16 Mei 2009) [https://web.archive.org/web/20131019104527/http://www.thejakartapost.com/news/2009/05/16/logging-moratorium-a-must039-save-riau-forests.html "Logging moratorium `a must' to save Riau forests"]. ''[[The Jakarta Post]]'', diakses 17 Oktober 2013.</ref> [[Deforestasi]] dengan tujuan pembukaan kebun-kebun kelapa sawit dan produksi kertas telah menyebabkan [[kabut asap]] yang sangat mengganggu di provinsi ini selama bertahun-tahun, dan menjalar ke negara-negara tetangga seperti [[Malaysia]] dan [[Singapura]].
== Etimologi ==
Ada tiga kemungkinan asal kata ''riau'' yang menjadi nama provinsi ini. Pertama, dari [[bahasa Portugis|kata Portugis]], ''[https://en.wiktionary.org/wiki/rio rio]'' berarti [[sungai]].<ref>[[Suwardi MS]] (1991). [https://web.archive.org/web/20180221035440/http://www.worldcat.org/title/budaya-melayu-dalam-perjalanannya-menuju-masa-depan/oclc/29530430 ''Budaya Melayu dalam perjalanannya menuju masa depan'']. [[Pekanbaru]]: Yayasan Penerbit MSI-Riau.</ref><ref name="Kondisisosbud-setneg">[https://web.archive.org/web/20180304175653/http://indonesia.go.id/in/provinsi-riau/sosial-budaya/6022-kondisi-sosial-budaya-riau "Kondisi Sosial Budaya Provinsi Riau"]. Sekretariat Negara, diakses 17 Oktober 2013.</ref> Pada tahun 1514, terdapat sebuah ekspedisi militer Portugis yang menelusuri [[Sungai Siak]], dengan tujuan mencari lokasi sebuah kerajaan yang diyakini mereka ada pada kawasan tersebut, dan sekaligus mengejar pengikut [[Mahmud Syah dari Malaka|Sultan Mahmud Syah]] yang melarikan diri setelah kejatuhan [[Kesultanan Malaka]].<ref>Schnitger, F. M., Fürer-Haimendorf, C. ., & Tichelman, G. L. (1939). ''[https://web.archive.org/web/20230124082749/https://books.google.co.id/books/about/Forgotten_Kingdoms_in_Sumatra.html?id=dcYUAAAAIAAJ&redir_esc=y&hl=id Forgotten kingdoms in Sumatra]''. Leiden: E. J. Brill.</ref>
Versi kedua menyebutkan bahwa ''riau'' berasal dari kata ''riahi'' yang berarti air laut. Kata ini diduga berasal dari tokoh [[Sinbad al-Bahar]] dalam kitab [[Seribu Satu Malam]],<ref name="Kondisisosbud-setneg"/> dan versi ketiga menyebutkan bahwa kata ini berasal dari penuturan masyarakat setempat, diangkat dari kata ''rioh'' atau ''riuh'', yang berarti ramai, hiruk pikuk orang bekerja.<ref name="Pemprov Kepri 2002 y887">{{cite web | title=Tentang Kepri | website=Portal Pemprov Kepri | date=2002-09-24 | url=https://kepriprov.go.id/laman/tentang-kepri | access-date=2023-07-09 | archive-date=2022-06-29 | archive-url=https://web.archive.org/web/20220629093409/https://kepriprov.go.id/laman/tentang-kepri | dead-url=no }}</ref>
== Sejarah ==
{{utama|Sejarah Riau}}
=== Masa prasejarah ===
[[Berkas:Riouw.jpg|ki|jmpl|220px|ki|Lukisan pesisir Riau oleh seorang pelukis Belanda, sekitar tahun 1850.]]
Riau diduga telah dihuni sejak masa antara 10.000-40.000 SM. Kesimpulan ini diambil setelah penemuan alat-alat dari [[zaman Pleistosin]] di daerah aliran sungai Sungai Sengingi di [[Kabupaten Kuantan Singingi]] pada bulan Agustus 2009. Alat batu yang ditemukan antara lain [[kapak penetak]], perimbas, [[serut]], serpih dan batu inti yang merupakan bahan dasar pembuatan alat serut dan serpih. Tim peneliti juga menemukan beberapa fosil kayu yang diprakirakan berusia lebih tua dari alat-alat batu itu. Diduga manusia pengguna alat-alat yang ditemukan di Riau adalah ''[[pithecanthropus erectus]]'' seperti yang pernah ditemukan di Sangiran, [[Jawa Tengah]]. Penemuan bukti ini membuktikan ada kehidupan lebih tua di Riau yang selama ini selalu mengacu pada penemuan [[Candi Muara Takus]] di [[Kampar]] sebagai titik awalnya.<ref>Tanggal tidak diketahui. [https://web.archive.org/web/20160304234553/http://www.antaranews.com/print/150784/ "Artefak Masa Prasejarah Ditemukan di Riau"]. ''[[ANTARA]]'', diakses 17 Oktober 2013.</ref><ref>13 Agustus 2009. [https://web.archive.org/web/20131017191011/http://politik.tvonenews.tv/berita/view/20139/2009/08/13/fosil_dari_zaman_prasejarah_ditemukan_di_riau.tvOne "Fosil Dari Zaman Prasejarah Ditemukan di Riau"]. ''[[TvOne]]'', diakses 17 Oktober 2013.</ref>
=== Masa prakolonial ===
Pada awal abad ke-16, [[Tome Pires]], seorang penjelajah [[Portugal]], mencatat dalam bukunya, [[Suma Oriental]] bahwa kota-kota di pesisir timur Sumatra antara suatu daerah yang disebutnya ''Arcat'' (sekitar [[Aru]] dan [[Rokan]]) hingga [[Jambi]] adalah pelabuhan dagang yang dikuasai oleh raja-raja dari [[Minangkabau]].<ref name=Andaya>{{Cite book|last=Andaya|first=Leonard Y.|title=Leaves of the Same Tree: Trade and Ethnicity in the Straits of Melaka|publisher=University of Hawaii press|URL=http://books.google.co.id/books/about/Leaves_of_the_Same_Tree.html?id=w7AqZR1ZUZgC&redir_esc=y|year=2008|location=New York|isbn=978-082-4-83189-9|page=200|access-date=2013-10-18|archive-date=2023-01-24|archive-url=https://web.archive.org/web/20230124082753/https://books.google.co.id/books/about/Leaves_of_the_Same_Tree.html?id=w7AqZR1ZUZgC&redir_esc=y&hl=id|dead-url=no}}</ref> Di wilayah tersebut, para [[pedagang Minangkabau]] mendirikan kampung-kampung perdagangan di sepanjang [[Sungai Siak]], [[Sungai Kampar|Kampar]], [[Sungai Rokan|Rokan]], dan [[Sungai Indragiri|Indragiri]]. Satu dari sekian banyak kampung yang terkenal adalah [[Senapelan, Pekanbaru|Senapelan]] yang kemudian berkembang menjadi [[Pekanbaru]], yang kini menjadi ibu kota provinsi.
Sejarah Riau pada masa pra-kolonial didominasi beberapa kerajaan otonom yang menguasai berbagai wilayah di Riau. Kerajaan yang terawal, [[Kerajaan Keritang]], diduga telah muncul pada abad keenam, dengan wilayah kekuasaan diperkirakan terletak di [[Keritang, Indragiri Hilir]]. Kerajaan ini pernah menjadi wilayah taklukan [[Majapahit]], namun seiring masukkan ajaran Islam, kerajaan tersebut dikuasai pula oleh [[Kesultanan Melaka]]. Selain kerajaan ini, terdapat pula [[Kerajaan Kemuning]], [[Kerajaan Batin Enam Suku]], dan [[Kerajaan Indragiri]], semuanya diduga berpusat di [[Indragiri Hilir]].<ref name="PemkabInhil">[https://web.archive.org/web/20150924035140/http://www.inhilkab.go.id/index.php/Profil/sejarah-singkat-indragiri-hilir.html "Sejarah Singkat Indragiri Hilir"]. Situs resmi pemerintah [[kabupaten Indragiri Hilir]], diakses 17 Oktober 2013.</ref> hingga kedatangan kolonial, terdapat beberapa kerajaan dan kesultanan di Riau. Kerajaan [[Kerajaan Tambusai|Tambusai]], Rambah, Kepenuhan, [[Kerajaan Rokan IV Koto|Rokan IV Koto]] dan Kunto Darussalam menguasai kawasan hulu sungai [[Sungai Rokan|Rokan]] dan anak sungainya yang sekarang menjadi kabupaten [[Kabupaten Rokan Hulu|Rokan Hulu]].
Kerajaan [[Kerajaan Kampar Kiri|Kampar Kiri]] dan Singingi menguasai kawasan sehilir sungai [[Sungai Kampar Kiri|Kampar Kiri]] dan Singingi yang sekarang menjadi sebagian wilayah kabupaten [[Kabupaten Kampar|Kampar]] dan sebagian wilayah kabupaten [[Kabupaten Kuantan Singingi|Kuantan Singingi]]. Kerajaan [[Kerajaan Kuantan|Kuantan]] menguasai kawasan sehilir sungai [[Batang Kuantan|Kuantan]] yang sekarang menjadi sebagian wilayah kabupaten [[Kabupaten Kuantan Singingi|Kuantan Singingi]]. Kesultanan [[Kesultanan Siak Sri Inderapura|Siak Sri Inderapura]] menguasai kawasan yang sekarang menjadi kabupaten [[Kabupaten Rokan Hilir|Rokan Hilir]], [[Kabupaten Bengkalis|Bengkalis]], kota [[Kota Dumai|Dumai]], [[Kabupaten Siak|Siak]], [[Kabupaten Kepulauan Meranti|Kepulauan Meranti]], sebagian kota [[Kota Pekanbaru|Pekanbaru]], kawasan sehilir sungai Tapung Kiri dan kanan serta [[Siak Hulu, Kampar|Taratak Buluh]] dan sekitarnya yang sekarang masuk kabupaten [[Kabupaten Kampar|Kampar]].
Kesultanan [[Kesultanan Pelalawan|Pelalawan]] menguasai kawasan yang sekarang menjadi kabupaten [[Kabupaten Pelalawan|Pelalawan]]. Dan kesultanan [[Kerajaan Indragiri|Indragiri]] menguasai kawasan yang sekarang menjadi kabupaten [[Kabupaten Indragiri Hulu|Indragiri Hulu]] dan [[Kabupaten Indragiri Hilir|Indragiri Hilir]], sedangkan sebagian kawasan pesisir Indragiri dulunya menjadi wilayah kesultanan [[Kesultanan Lingga|Lingga–Riau]] yang berpusat di [[Daik, Lingga, Lingga|Daik Lingga]]. Kawasan sehilir sungai [[Sungai Kampar Kanan|Kampar Kanan]] dipimpin oleh Datuk-datuk adat mereka sendiri.
=== Masa kerajaan Melayu ===
==== Kesultanan Indragiri ====
Kesultanan Indragiri didirikan pada tahun 1298 oleh Raja Merlang I, yang uniknya tidak berkedudukan di Indragiri, melainkan di Melaka.<ref name="RiauPos1"/> Urusan pemerintahan diserahkan pada para pembesar tradisional. Baru pada masa kekuasaan [[Narasinga II]] sekitar tahun 1473, para raja Indragiri mulai menetap di pusat pemerintahannya di Kota Tua.<ref name="PemkabInhil"/><ref name="RiauPos1">[https://web.archive.org/web/20131019104929/http://riaupos.co/spesial.php?act=full&id=988&kat=6#.UmEdqnCl6f "Tanpa Narasinga II, Sejarah Berkata Lain"]. ''[[Riau Pos]]'', 3 Februari 2013. Diakses 17 Oktober 2013.</ref> Pada tahun 1815, di bawah Sultan Ibrahim, ibu kota kerajaan dipindahkan ke [[Rengat]], yang kini menjadi ibu kota [[Kabupaten Indragiri Hulu]]. Pada masa inilah Belanda mulai campur tangan dengan urusan internal Indragiri, termasuk dengan mengangkat seorang Sultan Muda yang berkedudukan di [[Peranap]].<ref name="PemkabInhil"/>
Dengan adanya traktat perdamaian dan persahabatan yang ditandatangani pada tanggal 27 September 1938 antara Indragiri dengan Belanda, maka Kesultanan Indragiri menjadi ''zelfbestuur'' lindungan Belanda, dipimpin seorang ''controleur'' yang memegang wewenang mutlak terhadap kekuasaan lokal.<ref name="PemkabInhil"/>
==== Kesultanan Siak ====
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De Sultan van Siak met rijksgroten in de afdeling Bengalis oostkust van Sumatra TMnr 60012313.jpg|kiri|jmpl|220px|Sultan Siak bersama para tetua adat di ''afdeling'' Bengkalis pada 1888. Siak menyerahkan Bengkalis kepada Belanda pada tahun 1873.]]
[[Kesultanan Siak Sri Inderapura]] didirikan oleh [[Raja Kecil]] dari [[Kerajaan Pagaruyung|Pagaruyung]] pada tahun 1723.<ref name="Andaya2">Leonard Y. Andaya (1972). ''[https://web.archive.org/web/20230124082744/https://www.jstor.org/stable/41492060 RAJA KECHIL AND THE MINANGKABAU CONQUEST OF JOHOR IN 1718]''. ''Journal of the Malaysian Branch of the Royal Asiatic Society'', Vol. 45, No. 2 (222), pp. 51-75</ref> Siak segera saja menjadi sebuah kekuatan besar yang dominan di wilayah Riau: atas perintah Raja Kecil, Siak menaklukkan [[Rokan]] pada 1726 dan membangun pangkalan armada laut di [[Pulau Bintan]].<ref name="Barnard">Barnard, T. P., (2003), ''[https://web.archive.org/web/20230124082758/https://www.jstor.org/stable/3351340 Multiple centres of authority: society and environment in Siak and eastern Sumatra, 1674-1827]'', KITLV Press, ISBN 90-6718-219-2.</ref> Namun keagresifan Raja Kecil ini segera ditandingi oleh orang-orang Bugis pimpinan Yang Dipertuan Muda dan Raja Sulaiman. Raja Kecil terpaksa melepaskan pengaruhnya untuk menyatukan kepulauan-kepulauan di lepas pantai timur Sumatra di bawah bendera Siak, meskipun antara tahun 1740 hingga 1745 ia bangkit kembali dan menaklukkan beberapa kawasan di [[Semenanjung Malaya]].<ref>{{Citation | author1=Ryan, N. J. (Neil Joseph) | title=The making of modern Malaysia and Singapore : a history from earliest times to 1966 | URL=http://books.google.co.id/books/about/The_making_of_modern_Malaysia_and_Singap.html?id=naJuAAAAMAAJ&redir_esc=y | publication-date=1969 | publisher=Oxford University Press | edition=4th ed., rev | isbn=978-0-19-638120-6 | accessdate=2013-10-18 | archive-date=2023-01-24 | archive-url=https://web.archive.org/web/20230124082753/https://books.google.co.id/books/about/The_making_of_modern_Malaysia_and_Singap.html?id=naJuAAAAMAAJ&redir_esc=y&hl=id | dead-url=no }}</ref>
Pada akhir abad ke-18, Siak telah menjelma menjadi kekuatan yang dominan di pesisir timur [[Sumatra]]. Pada tahun 1761, [[Sultan Abdul Jalil Syah III]] mengikat perjanjian eksklusif dengan [[Belanda]], dalam urusan dagang dan hak atas kedaulatan wilayahnya, serta bantuan dalam bidang persenjataan. Walau kemudian muncul dualisme kepemimpinan di dalam tubuh kesultanan yang awalnya tanpa ada pertentangan di antara mereka, Raja Muhammad Ali, yang lebih disukai Belanda, kemudian menjadi penguasa Siak, sementara sepupunya Raja Ismail, tidak disukai oleh Belanda, muncul sebagai ''Raja Laut'', menguasai perairan timur Sumatra sampai ke [[Laut Cina Selatan]], membangun kekuatan di gugusan [[Pulau Tujuh]].<ref name="Barnard1">Barnard, T.P., ''[https://web.archive.org/web/20131028223920/http://journals.cambridge.org/action/displayAbstract;jsessionid=5365E9E69F47A7FB44C03D5C80572F47.journals?fromPage=online&aid=90305 Texts, Raja Ismail and Violence: Siak and the Transformation of Malay Identity in the Eighteenth Century]'', Journal of Southeast Asian Studies, Vol. 32, No. 3 (Oct., 2001), pp. 331-342.</ref> Tahun 1780, Siak menaklukkan daerah [[Langkat]], termasuk wilayah [[Deli]] dan [[Serdang]]. Di bawah ikatan perjanjian kerjasama mereka dengan [[VOC]], pada tahun 1784 Siak membantu tentara Belanda menyerang dan menundukkan [[Selangor]], dan sebelumnya mereka telah bekerjasama memadamkan pemberontakan [[Raja Haji Fisabilillah]] di [[Pulau Penyengat]].
=== Masa kolonial Belanda ===
[[Berkas:Native States of Central Sumatra.png|ka|jmpl|220px|ka|Wilayah ''[[zelfbestuur]]'' di [[Sumatra Tengah]], 1941.]]
Invasi Belanda yang agresif ke pantai timur Sumatra tidak dapat dihadang oleh Siak. Belanda mempersempit wilayah kedaulatan Siak, dengan mendirikan Keresidenan Riau (''Residentie Riouw'') di bawah pemerintahan [[Hindia Belanda]] yang berkedudukan di [[Tanjung Pinang]].<ref>Netscher, E., (1854), ''Beschrijving van een Gedeelte der Residentie Riouw'', Tijdschrift voor Indische Taal- Land- en, Volkenkunde.</ref> Para sultan Siak tidak dapat berbuat apa-apa karena mereka telah terikat perjanjian dengan Belanda. Kedudukan Siak semakin melemah dengan adanya tarik-ulur antara Belanda dan [[Inggris]] yang kala itu menguasai [[Selat Melaka]], untuk mendapatkan wilayah-wilayah strategis di pantai timur Sumatra. Para sultan Siak saat itu terpaksa menyerah kepada kehendak Belanda dan menandatangani perjanjian pada Juli 1873 yang menyerahkan [[Bengkalis]] kepada Belanda, dan mulai saat itu, wilayah-wilayah yang sebelumnya menjadi kekuasaan Siak satu demi satu berpindah tangan kepada Belanda. Pada masa yang hampir bersamaan, Indragiri juga mulai dipengaruhi oleh Belanda, namun akhirnya baru benar-benar berada di bawah kekuasaan Batavia pada tahun 1938. Penguasaan Belanda atas Siak kelak menjadi awal pecahnya [[Perang Aceh]].
Di pesisir, Belanda bergerak cepat menghapuskan kerajaan-kerajaan yang masih belum tunduk. Belanda menunjuk seorang residen di [[Tanjung Pinang]] untuk mengawasi daerah-daerah pesisir, dan Belanda berhasil memakzulkan [[Kesultanan Lingga|Sultan Riau-Lingga]], Sultan Abdul Rahman Muazzam Syah pada Februari 1911.<ref>[https://web.archive.org/web/20131019164302/http://tanjungpinangpos.co.id/2013/09/78233/penghapusan-kerajaan-riau-lingga-1911-1913.html "Penghapusan Kerajaan Riau-Lingga 1911-1913"]. ''[[Tanjungpinang Pos]]'', 14 September 2013. Diakses 17 Oktober 2013.</ref>
=== Pendudukan Jepang ===
Pada [[Sejarah Nusantara (1942–1945)|masa pendudukan Jepang di Indonesia]], Riau menjadi salah satu sasaran utama untuk diduduki. Bala tentara Jepang menduduki Rengat pada 31 Maret 1942.<ref name="PemkabInhil"/> Seluruh Riau dengan cepat tunduk di bawah pemerintahan Jepang. Salah satu peninggalan masa pendudukan Jepang adalah jalur [[Jalur kereta api Muarakalaban–Muaro–Pekanbaru|kereta api]] sepanjang 220 km yang menghubungkan [[Muaro Sijunjung]] dan Pekanbaru yang terbengkalai. Ratusan ribu rakyat Riau dipaksa bekerja oleh tentara Jepang untuk menyelesaikan proyek ini.<ref>[https://web.archive.org/web/20190517111038/http://www.riaupos.co/33305-berita-jejak-rel-sudah-pupus,-penemuan-tengkorak-manusia-hal-biasa.html "Menyusuri Jejak Romusa Jepang Pembangunan Rel Kereta Api di Kuansing-Pekanbaru: Jejak Rel Sudah Pupus, Penemuan Tengkorak Manusia Hal Biasa"]. ''[[Riau Pos]]'', 25 Agustus 2013. Diakses 23 Oktober 2013.</ref><ref>[https://web.archive.org/web/20190517111043/http://pekanbaru.tribunnews.com/2013/06/10/menyusuri-bentangan-rel-kereta-api-di-riau "Menyusuri Bentangan Rel Kereta Api di Riau"]. ''[[Tribunnews.com]]'', 10 Juni 2013. Diakses 23 Oktober 2013.</ref><ref>[https://web.archive.org/web/20190517111050/https://tekno.kompas.com/read/2009/11/06/1440205/lok.uap.di.muaro.sisa.jalur.kereta.api.maut.muaro.sijunjung.-.pekanbaru "Lok Uap di Muaro, Sisa Jalur Kereta Api Maut Muaro Sijunjung - Pekanbaru"]. ''[[Kompas.com]]'', 6 November 2009. Diakses 23 Oktober 2013.</ref>
=== Era kemerdekaan ===
[[Berkas:Rumah Adat Balai Selasar Jatuh Tunggal, Rumah Adat Riau di Taman Mini Indonesia Indah.jpg|jmpl|ka|220px|Rumah Adat Balai Selasar Jatuh Tunggal, Rumah Adat Riau di [[Taman Mini Indonesia Indah]], [[DKI Jakarta]].]]
==== Revolusi nasional dan Orde Lama ====
Pada [[Revolusi Nasional Indonesia|awal kemerdekaan]] [[Indonesia]], bekas wilayah Keresidenan Riau dilebur dan tergabung dalam Provinsi Sumatra yang berpusat di [[Kota Medan|Medan]]. Seiring dengan penumpasan simpatisan [[Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia]] (PRRI), Provinsi Sumatra dimekarkan lagi menjadi tiga provinsi, yakni [[Sumatera Utara]], [[Sumatra Tengah]], dan [[Sumatera Selatan]]. Ketika itu, Sumatra Tengah menjadi basis terkuat dari PRRI, situasi ini menyebabkan pemerintah pusat membuat strategi memecah Sumatra Tengah dengan tujuan untuk melemahkan pergerakan PRRI.<ref name="Gusti1">{{cite book|last=Asnan|first=Gusti|authorlink=Gusti Asnan|title=Memikir Ulang Regionalisme: Sumatera Barat tahun 1950-an|year=2007|publisher=Yayasan Obor Indonesia|id=ISBN 978-979-461-640-6}}</ref> Selanjutnya pada tahun 1957, berdasarkan [https://anri.sikn.go.id/index.php/uud-no-19-1957 Undang-Undang Darurat Nomor 19 tahun 1957], Sumatra Tengah dimekarkan menjadi tiga provinsi yaitu Riau, [[Jambi]] dan [[Sumatera Barat]]. Kemudian yang menjadi wilayah Provinsi Riau yang baru terbentuk adalah bekas wilayah Kesultanan Siak Sri Inderapura dan Keresidenan Riau serta ditambah [[Kabupaten Kampar|Kampar]].
Riau sempat menjadi salah satu daerah yang terpengaruh [[Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia]] pada akhir 1950-an. Pemerintah pusat menggelar Operasi Tegas dibawah pimpinan [[Kaharuddin Nasution]], yang kelak menjadi gubernur provinsi ini, dan berhasil menumpas sisa-sisa simpatisan PRRI.<ref>[https://web.archive.org/web/20131108154823/http://www.kodam4.mil.id/poradvi/prri.html Sejarah Singkat Kodam IV/Diponegoro: KILAS BALIK PENGABDIAN KODAM IV/DIPONEGORO DARI MASA KE MASA]. Situs resmi [[Kodam IV/Diponegoro]], diakses 23 Oktober 2013.</ref>
Setelah situasi keamanan berangsur pulih, pemerintah pusat mulai mempertimbangkan untuk memindahkan ibu kota provinsi dari [[Tanjung Pinang]] ke [[Pekanbaru]], yang secara geografis terletak di tengah-tengah. Pemerintah akhirnya menetapkan Pekanbaru sebagai ibu kota provinsi yang baru pada 20 Januari 1959 lewat Kepmendagri No. Desember 52/I/44-25.<ref>[https://web.archive.org/web/20131104153747/http://www.rripekanbaru.com/index.php?option=com_content&view=article&id=69:pekanbaru-kota-bertuah&catid=41:rotator-news "Pekanbaru Kota Bertuah"]. Situs resmi [[RRI]] Pekanbaru, diakses 23 Oktober 2013.</ref>
==== Masa Orde Baru ====
Setelah jatuhnya Orde Lama, Riau menjadi salah satu tonggak pembangunan ekonomi Orde Baru yang kembali menggeliat.<ref name="Orba">Samad, R. S., & Zulkarnain (2010). ''[https://web.archive.org/web/20230124082817/https://books.google.co.id/books/about/Negara_dan_masyarakat.html?id=_VJdewAACAAJ&redir_esc=y&hl=id Negara dan masyarakat: Studi penetrasi negara di Riau Kepulauan masa Orde Baru]''. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.</ref> Pada tahun 1944, ahli geologi NPPM, [[Richard H. Hopper]] dan [[Toru Oki]] bersama timnya menemukan sumur minyak terbesar di Asia Tenggara yaitu di [[Minas, Siak]]. Sumur ini awalnya bernama ''Minas No. 1''. Minas terkenal dengan jenis minyak Sumatra Light Crude (SLC) yang baik dan memiliki kadar belerang rendah.<ref>[https://web.archive.org/web/20131104042109/http://nationalgeographic.co.id/berita/2013/08/geliat-industri-hulu-minyak-indonesia "Geliat Industri Hulu Minyak Indonesia"]. ''[[National Geographic]] Indonesia'', diakses 23 Oktober 2013</ref> Pada masa awal 1950-an, sumur-sumur minyak baru ditemukan di Minas, Duri, Bengkalis, [[Pantaicermin, Tapung, Riau|Pantaicermin]], dan Petapahan. Eksploitasi minyak bumi di Riau dimulai di Blok Siak pada September 1963, dengan ditandatanganinya kontrak karya dengan PT California Texas Indonesia (kini menjadi [[Chevron Pacific Indonesia]]).<ref>[https://web.archive.org/web/20160331080246/http://www.antarariau.com/berita/25720/perebutan-secuil-ladang-di-negeri-kaya-minyak-(bagian-1).html "Perebutan Secuil Ladang di Negeri Kaya Minyak"].''[[ANTARA]]'', 26 Maret 2013. Diakses 23 Oktober 2013.</ref> Provinsi ini sempat diandalkan sebagai penyumbang 70 persen dari produksi minyak nasional pada tahun 1970-an.<ref name="tinggalsejarah">[https://web.archive.org/web/20160305055518/http://www.jpnn.com/index.php?mib=berita.detail&id=92483 "Sumur Minyak di Riau Tinggal Sejarah"]. ''[[JPNN]]'', 19 Mei 2011. Diakses 23 Oktober 2013</ref>
Riau juga menjadi tujuan utama program [[transmigrasi]] yang dicanangkan oleh pemerintahan [[Soeharto]]. Banyak keluarga dari [[Pulau Jawa]] yang pindah ke perkebunan-perkebunan [[kelapa sawit]] yang baru dibuka di Riau, sehingga membentuk suatu komunitas tersendiri yang kini berjumlah cukup signifikan.<ref>[https://web.archive.org/web/20141211095953/http://finance.detik.com/read/2012/05/03/100547/1907819/4/80-petani-sawit-di-riau-transmigran-asli-jawa "80% Petani Sawit di Riau Transmigran Asli Jawa"]. ''[[Detik.com]]'', 3 Mei 2012. Diakses 23 Oktober 2013.</ref>
==== Era reformasi ====
Pada tahun 1999, [[Saleh Djasit]] terpilih menjadi putra daerah asli Riau kedua (selain [[Arifin Achmad]]) dan pertama dipilih oleh DPRD Provinsi sebagai gubernur. Pada tahun 2003, mantan Bupati Indragiri Hilir, [[Rusli Zainal]], terpilih menjadi gubernur, dan terpilih kembali lewat pemilihan langsung oleh rakyat pada tahun 2008. Mulai tanggal 19 Februari 2014, Provinsi Riau secara resmi dipimpin oleh gubernur, [[Annas Maamun]]. Baru memimpin 7 Bulan, Annas Maamun dilengserkan setelah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Menangkap Tangan Annas Maamun dalam kasus Alih Fungsi Lahan di Kabupaten Kuansing. Saat ini provinsi Riau dipimpin oleh [[Arsyadjuliandi Rachman]] (Andi Rachman).
Setelah kejatuhan Orde Baru, Riau menjadi salah satu sasaran provinsi yang akan dimekarkan. Pada tahun 2002, pemerintah menetapkan pemekaran [[Kepulauan Riau]] yang beribu kota di [[Tanjung Pinang]], dari provinsi Riau.<ref>[http://www.setneg.go.id]<span> [<nowiki>http://www.setneg.go.id/components/com_perundangan/docviewer.php?id=294&filename=UU_no_25_th_2002.pdf</nowiki> "UU Nomor 25 Tahun 2002"</span>. Situs resmi Sekretariat Negara Republik Indonesia, diakses 26 Oktober 2013</ref>
== Kondisi dan sumber daya alam ==
=== Geografi ===
Luas wilayah provinsi Riau adalah 87.023,66 km², yang membentang dari lereng [[Bukit Barisan]] hingga Selat Malaka.<ref name="RIAU"/> Riau memiliki iklim tropis basah dengan rata-rata curah hujan berkisar antara 2000-3000 milimeter per tahun, serta rata-rata hujan per tahun sekitar 160 hari.
=== Sumber daya alam ===
Provinsi ini memiliki sumber daya alam, baik kekayaan yang terkandung di perut bumi, berupa minyak bumi dan gas, serta emas, maupun hasil hutan dan perkebunannya. Seiring dengan diberlakukannya otonomi daerah, secara bertahap mulai diterapkan sistem bagi hasil atau perimbangan keuangan antara pusat dengan daerah. Aturan baru ini memberi batasan tegas mengenai kewajiban penanam modal, pemanfaatan sumber daya, dan bagi hasil dengan lingkungan sekitar.
== Politik dan pemerintahan ==
=== Kepala daerah ===
{{utama|Daftar gubernur Riau|Daftar Wakil Gubernur Riau}}
[[Berkas:Office of Governor Riau Province.jpg|jmpl|264x264px|Kantor Gubernur Riau]]
Sejak berdirinya Provinsi Riau pada tahun 1958, provinsi ini telah dipimpin oleh tiga belas orang gubernur dan tujuh orang pejabat atau pelaksana tugas gubernur. Gubernur Riau petahana adalah [[Syamsuar]], yang dilantik pada 20 Februari 2019 oleh Presiden [[Joko Widodo]] setelah memenangkan [[pemilihan umum Gubernur Riau 2018|pemilihan gubernur tahun 2018]].<ref name="Lantik-Syamsuar">{{Cite news|url=https://nasional.tempo.co/read/1177597/jokowi-lantik-gubernur-riau-syamsuar-dan-wakilnya-edy-nasution|title=Jokowi Lantik Gubernur Riau Syamsuar dan wakilnya, Edy Nasution|last=Sani|first=Ahmad Faiz Ibnu|date=20 Februari 2019|work=[[Tempo.co]]|access-date=5 Juli 2020|editor-last=Widiastuti|editor-first=Rina|language=id|archive-date=2020-07-06|archive-url=https://web.archive.org/web/20200706165400/https://nasional.tempo.co/read/1177597/jokowi-lantik-gubernur-riau-syamsuar-dan-wakilnya-edy-nasution|dead-url=no}}</ref>
Dalam menjalankan tugasnya, Gubernur Riau dibantu oleh seorang Wakil Gubernur. Wakil Gubernur petahana adalah [[Edy Nasution]], yang dilantik pada 20 Februari 2019 bersama Gubernur Syamsuar.<ref name="Lantik-Syamsuar" /> Kemudian, pada 27 November 2023, presiden [[Joko Widodo]] melantik [[Edy Nasution]] sebagai gubernur Riau, karena Syamsuar selaku gubernur Riau mengundurkan diri, ia mencalonkan diri sebagai calon anggota legislatif dalam pemilu 2024.<ref name="GUB">{{cite web|url=https://setkab.go.id/presiden-jokowi-lantik-edy-natar-nasution-sebagai-gubernur-riau/|title=Presiden Jokowi Lantik Edy Natar Nasution Sebagai Gubernur Riau|website=setkab.go.id|accessdate=3 April 2024}}</ref> Selanjutnya, [[S. F. Hariyanto]] dilantik menjadi penjabat gubernur Riau pada 29 Februari 2024. Pada tanggal 15 Agustus 2024, Menteri Dalam Negeri [[Tito Karnavian]] resmi melantik Sekretaris Jenderal DPD RI [[Rahman Hadi]] sebagai Pj Gubernur Riau menggantikan [[S. F. Hariyanto]] yang akan maju sebagai kandidat calon kepala daerah tahun 2024.
{| class="wikitable" style="background:#ffffef; float:center; text-align:center"
!{{Abbr|No.|Number}}
!Potret
![[Gubernur Riau|Gubernur]]
!Mulai menjabat
!Akhir menjabat
![[Wakil Gubernur Riau|Wakil Gubernur]]
!Referensi
|-
!13
!
![[Rahman Hadi]]
!15 Agustus 2024
!''Petahana''
!''Lowong''
!<ref name="GUB"/>
|}
=== DPRD Provinsi ===
{{utama|Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Riau}}
[[Berkas:Gedung dprd riau.webp|jmpl|261x261px|Gedung DPRD Provinsi Riau Jalan Jend. Sudirman, Pekanbaru]]
{{:Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Riau}}
== Pembagian administratif ==
{{utama|Daftar kabupaten dan kota di Riau}}
{{Peta kabupaten dan kota di Riau}}
{{:Daftar kabupaten dan kota di Riau}}
== Demografi ==
Jumlah penduduk provinsi Riau berdasarkan data [[Badan Pusat Statistik]] tahun [[2022]], sebanyak 6.493.603 jiwa.<ref name="RIAU"/> Kabupaten atau kota yang memiliki jumlah penduduk terbanyak adalah [[kota Pekanbaru]] dengan jumlah penduduk ± 994 ribu jiwa. Sedangkan kabupaten atau kota dengan jumlah penduduk paling sedikit adalah [[kabupaten Kepulauan Meranti]] yakni sebesar 210.407 jiwa.<ref name="DUKCAPIL"/>
=== Suku bangsa ===
Penduduk provinsi Riau terdiri dari bermacam-macam suku bangsa. Berdasarkan [[Sensus Penduduk Indonesia 2010]] menunjukkan bahwa [[Suku Melayu-Indonesia|Melayu]] adalah masyarakat terbesar dengan komposisi 33,35% dari seluruh penduduk Riau. Mereka umumnya berasal dari daerah pesisir di Rokan Hilir, Dumai, Bengkalis, Kepulauan Meranti, Indragiri Hilir, hingga ke daerah daratan di Pelalawan, Siak, Pekanbaru, dan Indragiri Hulu. Suku bangsa lainnya yaitu [[Suku Jawa|Jawa]] (29,20%), [[Suku Batak|Batak]] (12,55%), [[Orang Minangkabau|Minangkabau]] (12,29%), [[Suku Banjar|Banjar]] (4,13%), [[Suku Bugis|Bugis]] (1,95%), [[Tionghoa-Indonesia|Tionghoa]] (1,85%), [[Suku Sunda|Sunda]] (1,44%), [[Suku Nias|Nias]] (1,30%), dan lainnya 1,94%.<ref name="SUKU">{{Cite web|url=http://demografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas_mobilitas_pak_chotib/Kelompok_1/Referensi/BPS_kewarganegaraan_sukubangsa_agama_bahasa_2010.pdf|title=Kewarganegaraan Suku Bangsa, Agama, Bahasa 2010|website=demografi.bps.go.id|publisher=[[Badan Pusat Statistik]]|year=2010|format=PDF|accessdate=23 Oktober 2021|pages=23, 36-41|archive-date=2017-07-12|archive-url=https://web.archive.org/web/20170712140438/http://demografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas_mobilitas_pak_chotib/Kelompok_1/Referensi/BPS_kewarganegaraan_sukubangsa_agama_bahasa_2010.pdf|dead-url=yes}}</ref> Ada juga masyarakat asli Melayu Riau rumpun Minang seperti masyarakat [[Suku Petalangan|Melayu Petalangan]] di sebagian Pelalawan, juga yang berasal dari Rokan Hulu, terutama Kampar, dan Kuantan Singingi memiliki kekerabatan dekat dengan Minangkabau karena wilayah-wilayah tersebut berdekatan bahkan berbatasan langsung dengan Sumatera Barat. Juga terdapat masyarakat Batak Mandailing di Rokan Hulu, yang kerap lebih mengaku sebagai Mandaling dan Melayu daripada sebagai Batak ataupun Minangkabau.<ref>Tsuyoshi Kato, Adat Minangkabau dan Merantau dalam Perspektif Sejarah, Balai Pustaka</ref>
[[Berkas:Rumah Melayu Bangkinang.JPG|jmpl|250px|ka|[[Bangkinang (kota)|Rumah Melayu Bangkinang]] di Pekanbaru]]
[[Berkas:Rumah Melayu Pelalawan.JPG|jmpl|250px|ka|[[Kabupaten Pelalawan|Rumah Melayu Pelalawan]] di Pekanbaru]]
Berdasarkan data dari [[Sensus Penduduk Indonesia 2010]], berikut ini komposisi etnis atau suku bangsa di provinsi Riau, yakni;<ref name="SUKU"/>
{| class="wikitable sortable" style="font-size:90%;"
|-
|+'''Suku bangsa di provinsi Riau tahun 2010'''
|- style="background-color:#cfc;"
! style="background:#E0F0FF;" |No
! style="background:#E0F0FF;" |Suku
! style="background:#E0F0FF;" |Jumlah [[2010]]
! style="background:#E0F0FF;" |%
|-
| 1
| [[Suku Melayu-Indonesia|Melayu]]
! style="text-align: right;" | 1.836.812
! style="text-align: right;" | 33,35%
|-
| 2
| [[Suku Jawa|Jawa]]
| style="text-align: right;" | 1.608.552
| style="text-align: right;" | 29,20%
|-
| 3
| [[Suku Batak|Batak]]
| style="text-align: right;" | 691.399
| style="text-align: right;" | 12,55%
|-
| 4
| [[Orang Minangkabau|Minangkabau]]
| style="text-align: right;" | 676.948
| style="text-align: right;" | 12,29%
|-
| 5
| [[Suku Banjar|Banjar]]
| style="text-align: right;" | 227.239
| style="text-align: right;" | 4,13%
|-
| 6
| [[Suku Bugis|Bugis]]
| style="text-align: right;" | 107.159
| style="text-align: right;" | 1,95%
|-
| 7
| [[Tionghoa-Indonesia|Tionghoa]]
| style="text-align: right;" | 101.864
| style="text-align: right;" | 1,85%
|-
| 8
| [[Suku Sunda|Sunda]]
| style="text-align: right;" | 79.289
| style="text-align: right;" | 1,44%
|-
| 9
| [[Suku Nias|Nias]]
| style="text-align: right;" | 71.537
| style="text-align: right;" | 1,30%
|-
| 10
| Asal Riau
| style="text-align: right;" | 53.691
| style="text-align: right;" | 0,97%
|-
| 11
| Suku lainnya
| style="text-align: right;" | 53.352
| style="text-align: right;" | 0,97%
|-
!
! Provinsi Riau
! style="text-align: right;" | 5.507.842
! style="text-align: right;" | 100%
|-
|}
Dalam [[Sensus Penduduk Indonesia 2010]], suku asal Riau lainnya sudah termasuk 6 kelompok suku terasing seperti: Suku Hutan, [[Suku Bonai|Bonai]], [[Orang Talang Mamak|Talang mamak]], [[Orang Sakai|Sakai]], [[Suku Akik|suku Akit]], dan [[Suku Laut (Indonesia)|Orang Laut]] dari provinsi Riau. Sedangkan suku lain sisanya termasuk [[Suku Aceh|Aceh]], [[Suku Madura|Madura]], [[Suku Makassar|Makassar]], dan lain-lain.<ref name="SUKU"/>
Abad ke-19, masyarakat [[Suku Banjar|Banjar]] dari [[Kalimantan Selatan]] dan [[Suku Bugis|Bugis]] dari [[Sulawesi Selatan]], juga mulai berdatangan ke Riau. Mereka banyak bermukim di [[Kabupaten Indragiri Hilir|Indragiri Hilir]] khususnya [[Tembilahan, Indragiri Hilir|Tembilahan]].<ref>Majalah Prisma, Masalah 1-8, Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial, 1990</ref> Dibukanya perusahaan pertambangan minyak [[Chevron Pacific Indonesia|Caltex]] pada tahun 1940-an di [[Rumbai, Pekanbaru]], mendorong orang-orang dari daerah-daerah di Indonesia untuk mengadu nasib di Riau.
=== Bahasa ===
Riau merupakan provinsi dengan latar belakang penduduk yang majemuk, sehingga terdapat banyak bahasa yang dituturkan sehari-hari. Menurut [[Sensus Penduduk Indonesia 2010|sensus 2010]], 40,05% penduduk Riau berusia 5 tahun ke atas berbicara menggunakan [[bahasa Indonesia]], sedangkan 58,68% menggunakan [[bahasa daerah]]. 1,27% sisanya menggunakan bahasa asing, tidak terdata/tidak didata (tidak diketahui), tidak ditanyakan, atau tidak menjawab.<ref>{{Cite web|title=Badan Pusat Statistik|url=https://www.bps.go.id/publication/2012/05/23/55eca38b7fe0830834605b35/kewarganegaraan-suku-bangsa-agama-dan-bahasa-sehari-hari-penduduk-indonesia.htm|website=www.bps.go.id|access-date=2021-01-24|archive-date=2021-03-25|archive-url=https://web.archive.org/web/20210325171828/https://www.bps.go.id/publication/2012/05/23/55eca38b7fe0830834605b35/kewarganegaraan-suku-bangsa-agama-dan-bahasa-sehari-hari-penduduk-indonesia.htm|dead-url=no}}</ref> Bahasa-bahasa daerah yang dominan dituturkan di Riau, antara lain [[Bahasa Melayu|Melayu]], [[Bahasa Jawa|Jawa]], [[Bahasa Minangkabau|Minangkabau]], [[Rumpun bahasa Batak|Batak]], dan [[Bahasa Banjar|Banjar]].<ref name=":0">Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud RI. ''Bahasa di Provinsi Riau''. Pada: Bahasa dan Peta Bahasa di Indonesia. 2017 [https://web.archive.org/web/20180812115450/http://118.98.223.79/petabahasa/infobahasa2.php?idb=20&idp=Riau]</ref>
Bahasa Melayu, yang dikenal sebagai bahasa Melayu Riau beserta dialeknya, merupakan bahasa yang dipertuturkan secara luas oleh etnis [[Suku Melayu-Indonesia|Melayu]] yang merupakan penduduk asli Riau khususnya di daerah pesisir, seperti [[Kabupaten Rokan Hilir|Rokan Hilir]], [[Kabupaten Bengkalis|Bengkalis]], [[Kota Dumai|Dumai]], [[Kabupaten Kepulauan Meranti|Kepulauan Meranti]], [[Kabupaten Indragiri Hilir|Indragiri Hilir]], hingga ke daerah daratan, seperti [[Kabupaten Pelalawan|Pelalawan]], [[Kota Pekanbaru|Pekanbaru]], [[Kabupaten Siak|Siak]], [[Kabupaten Indragiri Hulu|Indragiri Hulu]], [[Kabupaten Kampar|Kampar]], [[Kabupaten Kuantan Singingi|Kuantan Singingi]], dan [[Kabupaten Rokan Hulu|Rokan Hulu]].<ref name=":6" />
Bahasa Minangkabau dipergunakan secara luas/dominan menjadi bahasa perniagaan di perkotaan (Pekanbaru) dan di sebagian wilayah bagian barat Riau yang berbatasan dengan Sumatera Barat. Selain menjadi bahasa yang digunakan masyarakat etnis Minangkabau dan digunakan di pasar-pasar/tempat perniagaan, dialek/bahasa Minangkabau juga bahkan dominan dan menjadi bahasa sehari-hari, bahasa pengantar/komunikasi (lingua franca), dan bahasa pergaulan masyarakat kota Pekanbaru.
Di Pekanbaru sendiri mayoritas etnis Minang, etnis Minang merupakan etnis terbesar di Pekanbaru. Hal ini dikarenakan banyak orang Minang yang merantau lalu berniaga, bekerja, dan sekolah/kuliah di Riau hingga menetap dan menjadi warga Riau (khususnya Pekanbaru yang merupakan ibu kota provinsi Riau), ini juga menyebabkan logat khas Minang dengan ciri khas penambahan partikel "do" diakhir kalimat dan beberapa kosakata/partikel seperti "mah", "wak", dan lainnya banyak dipakai masyarakat kota Pekanbaru oleh non-Minang seperti pendatang lainnya ataupun masyarakat asli Melayu Riau itu sendiri.
Bahasa Melayu lokal di daerah sekitar Pekanbaru yang dituturkan oleh masyarakat Melayu Riau memang terdengar banyak kemiripan dan ada beberapa persamaan dengan dialek bahasa Minangkabau terutama dari logatnya. Bahasa Melayu lokal disana juga memiliki ciri kata diakhiri "o" seperti Minang juga dengan beberapa kosakata yang sama dan banyak kemiripan terutama dari logat bahasa. Selain dituturkan di Pekanbaru, bahasa ini juga dituturkan oleh masyarakat asli Minang yang berada di sebagian wilayah yang berbatasan dengan Sumatera Barat di [[Kabupaten Kampar|Kampar]], [[Kabupaten Rokan Hulu|Rokan Hulu]], dan [[Kabupaten Kuantan Singingi|Kuantan Singingi]]. Ketiga daerah tersebut mempunyai banyak kemiripan dan persamaan dari adat-istiadat, budaya/kebudayaan, dan bahasa dengan daerah tetangganya di Sumatera Barat, serta mempunyai ciri dialek tersendiri yang agak berbeda dengan masyarakat Melayu Riau lainnya.
Pada umumnya, penutur asli tersebut tidak menyebutkan bahasanya sebagai bahasa Minang, tetapi sebagai bahasa tersendiri atau sebagai dialek Melayu.<ref>Saidat Dahlan, Saidat Dahlan and Anwar Syair, Anwar Syair and Abdullah Manan, Abdullah Manan and Amrin Sabrin, Amrin Sabrin (1985) ''Pemetaan Bahasa Daerah Riau dan Jambi (1985).'' Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Jakarta.[https://web.archive.org/web/20210131033747/http://repositori.perpustakaan.kemdikbud.go.id/1685/]</ref><ref>Agus Sri Danardana, Agus Sri Danardana (2010) ''persebaran dan kekerabatan bahasa-bahasa di prov riau dan kep riau 149h.'' Balai Bahasa Provinsi Riau. ISBN 978-979-1104-46-3 [https://web.archive.org/web/20210130022127/http://repositori.perpustakaan.kemdikbud.go.id/3413/]</ref> Dialek-dialek rumpun Minang yang tersebar di Riau antara lain, [[Bahasa Kampar|dialek Melayu Kampar]],<ref>Witrianto dan Arfinal, 2011. Bahasa Ocu: Akulturasi antara Bahasa Minangkabau dengan Bahasa Melayu Riau di Kabupaten Kampar. ''Seminar Internasional Forum Ilmiah VII FPBS UPI “Pemikiran-pemikiran Inovatif dalam Kajian Bahasa, Sastra, Seni, dan Pembelajarannya” Bandung''. 30 November 2011: 1-18. [https://web.archive.org/web/20180817023105/https://anzdoc.com/bahasa-ocu-akulturasi-antara-bahasa-minangkabau-dengan-bahas.html]</ref><ref name=":12">Said, C., (1986), ''Struktur bahasa Minangkabau di Kabupaten Kampar'', Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.</ref> [[Bahasa Kuantan|dialek Melayu Kuantan]], dan dialek Melayu Rokan.<ref name=":6">Sugono, Dendy, Sasangka, S.S.T. Wisnu, Rivay, Ovi Soviaty, et al., 2017. ''Bahasa dan peta bahasa di Indonesia.'' Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta. ISBN 9786024373762 [https://web.archive.org/web/20210131022024/http://repositori.perpustakaan.kemdikbud.go.id/7191/]</ref><ref>Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud RI. ''Bahasa Minangkabau di Provinsi Riau''. Pada: Bahasa dan Peta Bahasa di Indonesia. 2017 [https://web.archive.org/web/20180812115450/http://118.98.223.79/petabahasa/infobahasa2.php?idb=20&idp=Riau]</ref><ref>Hamidy, U. U. 2003, ''Bahasa Melayu dan Kreativitas Sastra di Riau / U.U. Hamidy'' Unri Press kerjasama dengan Yayasan Adikarya Ikapi dan The Ford Foundation Pekanbaru, <nowiki>ISBN 979-3297-33-6</nowiki></ref>
Dialek-dialek dari [[Rumpun bahasa Batak|bahasa Batak]], juga dipertuturkan di provinsi Riau. Khususnya [[Bahasa Batak Toba|Batak Toba]] dituturkan oleh masyarakat [[Suku Batak Toba|Batak Toba]] yang tinggal disekitar perkotaan (Pekanbaru & Dumai) serta daerah-daerah Riau lainnya di beberapa kabupaten.<ref name=":0" />, [[Bahasa Batak Angkola|Batak Angkola]], [[Bahasa Mandailing|dialek Mandailing]] yang dituturkan oleh masyarakat [[Suku Angkola|Batak Angkola]] dan [[Suku Mandailing|Batak Mandailing]] di wilayah kabupaten Rokan Hulu yang berbatasan dengan Sumatera Utara.<ref name=":0" />
Bahasa Banjar di Riau banyak dituturkan [[Suku Banjar|orang Banjar]] di Kabupaten Indragiri Hilir. Ada 4 dialek yang tersebar, yaitu dialek Pekan Kamis, dialek Simpang Gaung, dialek Sungai Raya-Sungai Piring, dan dialek Teluk Jira. Menurut perhitungan dialektrometri, dialek-dialek Banjar yang ada di Riau memiliki perbedaan cukup signifikan dari daerah asalnya di [[Kalimantan Selatan]]. Bahasa Banjar di Riau sudah tercampur dan terpengaruh beberapa bahasa salah satunya yang dominan ialah bahasa Melayu. Banyak kosakata yang diserap dari bahasa Melayu Riau (baik Indragiri Hilir dan sekitarnya maupun dialek Melayu Riau di wilayah lain), sisanya terdapat pula sebagian serapan dari bahasa Jawa dan Bugis.
Selain itu [[Bahasa Hokkien|dialek Hokkien]] juga masih banyak digunakan di kalangan masyarakat Tionghoa, terutama yang bermukim di [[Kota Pekanbaru|Pekanbaru]], [[Kota Dumai|Dumai]], [[Selatpanjang (kota)|Selatpanjang]], [[Bengkalis, Bengkalis|Bengkalis]], dan [[Bagansiapiapi (kota)|Bagansiapiapi]]{{fact}}.
Dalam skala yang cukup besar juga didapati penutur bahasa Jawa yang digunakan oleh keturunan para pendatang asal Jawa yang telah bermukim di Riau sejak masa penjajahan dahulu, serta oleh para transmigran dari pulau Jawa pada masa setelah kemerdekaan.
=== Agama ===
[[Berkas:Masjid Raya Sultan Riau.jpg|jmpl|ki|250px|Masjid Raya Sultan Penyengat]]
[[Berkas:Bakar tongkang prosesi.jpg|jmpl|ka|250px|[[Ritual Bakar Tongkang]] di [[Bagansiapiapi (kota)|Bagansiapiapi]].]]
Dilihat dari komposisi, penduduk provinsi Riau meiliki latar belakang sosial budaya, bahasa, dan agama yang berbeda. Agama-agama yang dianut penduduk provinsi ini sangat beragam, di antaranya [[Islam]], [[Protestanisme|Kristen Protestan]], [[Agama Buddha|Buddha]], [[Gereja Katolik Roma|Kristen Katolik]], [[Konfusianisme|Konghucu]], dan [[Agama Hindu|Hindu]].<ref name="AGAMA2018">{{cite web|url=https://www.riau.go.id/home/content/67/sosial-budaya|title=Sosial Budaya, Demografi, Provinsi Riau 2018|website=www.riau.go.id|accessdate=5 Februari 2020|archive-date=2019-12-03|archive-url=https://web.archive.org/web/20191203083102/https://www.riau.go.id/home/content/67/sosial-budaya|dead-url=no}}</ref>
Berdasarkan data [[Kementerian Dalam Negeri]] pertengahan tahun [[2024]], mayoritas warga Riau menganut agama [[Islam]]. Penganut agama [[Islam]] sebanyak 87,04% yang umumnya dianut orang [[Suku Melayu-Indonesia|Melayu]], [[Suku Jawa|Jawa]], [[Orang Minangkabau|Minangkabau]], [[Suku Banjar|Banjar]], [[Suku Bugis|Bugis]], [[Suku Sunda|Sunda]], dan sebagian Batak, umumnya [[Suku Mandailing|Mandailing]] dan sebagian [[Suku Batak Angkola|Angkola]]. Kemudian, [[Kekristenan]] dianut oleh 10,95% dengan rincian [[Protestanisme]] sebanyak 9,85% dan [[Gereja Katolik Roma|Katolik Roma]] sebanyak 1,10% yang kebanyakan berasal dari etnis Batak (Khususnya [[Suku Batak Toba|Toba]], [[Suku Simalungun|Simalungun]], serta [[Suku Pakpak|Pakpak]]), [[Suku Nias|Nias]], [[Suku Karo|Karo]], dan sebagian dianut etnis Jawa, Tionghoa, serta penduduk dari Indonesia Timur (suku asal NTT, Minahasa, dan Ambon). Penganut [[Agama Buddha|Buddhisme]] sebanyak 1,96% dan [[Konfusianisme|Konfusianisme/Konghucu]] sebanyak 0,03% yang berasal dari etnis Tionghoa serta sebagian Jawa dan suku lainnya juga menganut Buddha. Sekitar 0,01% menganut [[Agama Hindu|Hindu]] yang dianut oleh masyarakat suku Bali serta sebagian masyarakat keturunan [[Orang India Indonesia|India-Indonesia]] (Hindi & Tamil), dan agama tradisional sebanyak 0,01%.<ref name="DUKCAPIL"/>
Berbagai sarana dan prasarana peribadatan bagi masyarakat Riau sudah terdapat di provinsi ini, seperti masjid & musala (Islam), gereja Protestan dan gereja Katolik (Kristen), vihara/wihara Buddha, serta kuil atau pura Hindu. Jumlah rumah ibadah ibadah di Riau hingga tahun [[2021]], yakni masjid sebanyak 6.318 bangunan, kemudian musala sebanyak 6.544 bangunan, gereja Protestan sebanyak 1.895 bangunan, gereja Katolik sebanyak 244 bangunan, vihara/wihara sebanyak 94 bangunan, beberapa kelenteng, dan pura atau kuil sebanyak 8 bangunan.<ref name="RIAU"/>
== Pendidikan ==
Riau mempunyai beberapa perguruan tinggi, di antaranya:
[[Berkas:Gedung Rektorat UIN SUSKA Riau.jpg|jmpl|216x216px|Gedung Rektorat [[UIN SUSKA]] Provinsi Riau]]
{{col|3}}
* [[Universitas Riau]]
* [[Universitas Islam Riau]]
* [[Universitas Muhammadiyah Riau]]
* [[UIN Sultan Syarif Kasim Riau|Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau]]
* [[Universitas Lancang Kuning]]
* Universitas Abdurrab
* Universitas Pasir Pengaraian
* Universitas Islam Indragiri
* Universitas Islam Kuantan Singingi
* Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Tuanku Tambusai
* Politeknik Negeri Bengkalis
* Politeknik Kampar
* [[Politeknik Caltex Riau]]
* Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tafaqquh Fiddin Dumai
* Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Lancang Kuning Dumai
* STMIK AMIK & STT Dumai
* Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Ar-Ridho Bagan Siapi-Api, Rokan Hilir
{{EndDiv}}
== Kesehatan ==
Daftar rumah sakit di Provinsi Riau sebagai berikut:
{{col|3}}
*RSUD Arifin Achmad
*RSUD Petala Bumi
*RS Santa Maria
*RS Syafira
*RS Awal Bros
*RS Eka Hospital
*RS Lancang Kuning
*RS Islam Ibnu Sina
*RS dr.Tabrani Rab
*RSIA Andini
*RSIA Eria Bunda
*RST Korem 031/WB
*RS Polisi Bhayangkara
{{EndDiv}}
== Perekonomian ==
=== Pertanian & perkebunan ===
Perkebunan yang berkembang adalah perkebunan [[karet]] dan perkebunan [[kelapa sawit]], baik itu yang dikelola oleh [[negara]] ataupun oleh [[rakyat]]. Selain itu juga terdapat perkebunan [[jeruk]] dan [[kelapa]]. Untuk luas lahan perkebunan kelapa sawit saat ini provinsi Riau telah memiliki lahan seluas 1.34 juta hektare. Selain itu telah terdapat sekitar 116 pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) yang beroperasi dengan produksi ''coconut palm oil'' (CPO) 3.386.800 ton per tahun.
=== Hutan & ikan ===
[[Berkas:Riau deforestation 2006.jpg|jmpl|250px|Deforestasi di [[Kabupaten Indragiri Hulu|Indragiri Hulu]]]]
Pembangunan kehutanan pada hakikatnya mencakup semua upaya memanfaatkan dan memantapkan fungsi sumber daya alam hutan dan sumber daya alam hayati lain serta ekosistemnya, baik sebagai pelindung dan penyangga kehidupan dan pelestarian keanekaragaman hayati maupun sebagai sumber daya pembangunan. Namun dalam realitanya tiga fungsi utamanya sudah hilang, yaitu fungsi ekonomi jangka panjang, fungsi lindung, dan estetika sebagai dampak kebijakan pemerintah yang lalu.
Hilangnya ketiga fungsi diatas mengakibatkan semakin luasnya lahan kritis yang diakibatkan oleh pengusahaan hutan yang mengabaikan aspek kelestarian. Efek selanjutnya adalah semakin menurunnya produksi kayu hutan non HPH, sementara upaya reboisasi dan penghijauan belum optimal dilaksanakan. Masalah lain yang sangat merugikan tidak saja provinsi Riau pada khususnya tetapi Indonesia pada umumnya, adalah masalah ''ilegal logging'' yang menyebabkan berkurangnya kawasan hutan serta masalah pengerukan pasir secara liar.
=== Industri ===
[[Berkas:Pabrikrapp-1.jpg|jmpl|220px|ki|Pabrik Kertas PT. Riau Andalan Pulp and Paper Kabupaten Pelalawan]]
Pada provinsi ini terdapat beberapa perusahaan berskala internasional yang bergerak di bidang minyak bumi dan gas serta pengolahan hasil hutan dan sawit. Selain itu terdapat juga industri pengolahan [[kopra]] dan [[karet]].
Beberapa perusahaan besar tersebut di antaranya [[Chevron Pacific Indonesia]] anak perusahaan [[Chevron Corporation]], PT [[Indah Kiat Pulp & Paper]] Tbk di Perawang, dan [[PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP)|PT. Riau Andalan Pulp & Paper]] di [[Pangkalan Kerinci]]
=== Komunikasi ===
{{utama|Daftar stasiun televisi di Riau}}
=== Pertambangan ===
[[Berkas:Kilang Minyak Pertamina RU II Dumai.jpg|jmpl|220px|ka|Kilang Minyak Bumi terbesar se Riau dan Indonesia milik Pertamina RU II Dumai]]
Hasil pertambangan provinsi Riau adalah [[Minyak bumi]], [[Gas]], dan [[Batu Bara]].
=== Transportasi ===
[[Berkas:Sultan Syarif Kasim II International Airport Riau.JPG|jmpl|220px|ka|[[Bandar Udara Internasional Sultan Syarif Kasim II]].]]
Provinsi Riau merupakan satu-satunya provinsi yang mempunyai [[BUMD]] di bidang transportasi udara yakni PT. Riau Air, yang bertujuan untuk melayani daerah-daerah yang sulit dijangkau melalui jalan darat maupun laut. Riau Air mengoperasikan [[Fokker-50]] buatan [[Belanda]] sebanyak lima armada, dan tahun 2008 perusahaan ini menambah dua armada lagi dengan jenis Avro-RJ 100.
Provinsi Riau memiliki Jalan Tol yang menghubungkan Kota Pekanbaru dan Kota Dumai yang bernama ''Jalan Tol Pekanbaru-Dumai (Jalan Tol Permai)'' memiliki panjang 131,5 KM dan melewati 3 Kabupaten yaitu Siak, Kampar, dan Bengkalis serta di Tol ini memiliki Jembatan Khusus untuk Gajah karena saat pembangunan melewati Balai Latihan Gajah tepatnya di kecamatan Minas. Riau memiliki Jalan Tol yang menghubungkan antara Kota Pekanbaru dan Kota Bangkinang, Kabupaten Kampar bagian dari Ruas [[Jalan Tol Padang–Pekanbaru]] sepanjang 30,9 Km.<ref>{{Cite web|date=2023-01-05|title=Ini Profil dan Tarif Jalan Tol Pekanbaru-Bangkinang|url=https://ekonomi.bisnis.com/read/20230105/45/1615348/ini-profil-dan-tarif-jalan-tol-pekanbaru-bangkinang|website=Bisnis.com|language=id|access-date=2023-01-08|archive-date=2023-01-08|archive-url=https://web.archive.org/web/20230108015220/https://ekonomi.bisnis.com/read/20230105/45/1615348/ini-profil-dan-tarif-jalan-tol-pekanbaru-bangkinang|dead-url=no}}</ref>
Riau bersama PT Hutama Karya sedang menggesa progres proyek pembangunan Jalan Tol Trans Sumatra yaitu [[Jalan Tol Padang–Pekanbaru]], [[Jalan Tol Rengat–Pekanbaru]], [[Jalan Tol Duri-Rantau Prapat]], dan [[Jalan Tol Dharmasraya-Kuansing-Inhu]]. Sehingga dengan keberadaan jalan tol tersebut akan bisa menaikkan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Riau akan lebih baik.
[[Berkas:Gerbang tol bangkinang.jpg|jmpl|279x279px|Gerbang Tol Bangkinang Ruas [[Jalan Tol Padang–Pekanbaru]]]]
[[Berkas:Pulaujemur.jpg|jmpl|Pulau Jemur Kabupaten Rokan Hilir]]
Provinsi Riau memiliki 3 bandara aktif seperti [[Bandara Sultan Syarif Kasim II]] di kota Pekanbaru, [[Bandara Pinang Kampai]] di kota Dumai, dan [[Bandara Japura]] di Rengat, Indragiri Hulu yang menghubungkan antar satu daerah ke daerah lain seperti [[Banda Aceh]][[Medan]],[[Padang]] [[Jakarta]],[[Bandung]],[[Yogyakarta]],[[Semarang]],[[Surabaya]] dan bukan rute domsetik aja bahkan hingga ke internasional seperti [[Malaysia]],[[Singapura]],[[Thailand]], dll.
Riau juga memiiki pelabuhan penumpang yang berada di Bengkalis,Dumai,Pekanbaru,Selatpanjang yang melayani rute AKAP dan bahkan Internasional yaitu [[Malaysia]].
=== Keuangan & perbankan ===
Untuk bidang perbankan di provinsi sangat berkembang pesat, ini ditandai banyaknya bank swasta dan BPR, selain bank milik pemerintah daerah seperti [[Bank Riau Kepri]].
== Pariwisata ==
=== Wisata alam ===
Provinsi Riau sebenarnya memiliki bermacam-macam kawasan pariwisata alam di antaranya yaitu:
==== Pulau Jemur ====
Terletak lebih kurang 45 mil dari ibu kota Kabupaten [[Rokan Hilir]], [[Bagansiapiapi]], dan 45 mil dari negara tetangga yakni [[Malaysia]], sedangkan provinsi [[Sumatera Utara]] adalah provinsi yang terdekat dari [[Pulau Jemur]]. Pulau Jemur sebenarnya merupakan gugusan pulau-pulau yang terdiri dari beberapa buah pulau antara lain, Pulau Tekong Emas, Pulau Tekong Simbang, Pulau Labuhan Bilik, serta pulau-pulau kecil lainnya. Pulau-pulau yang terdapat di Pulau Jemur ini berbentuk lingkaran sehingga bagian tengahnya merupakan laut yang tenang. Pada musim angin barat laut tiba, gelombang laut di Selat Malaka sangat besar, dan biasanya nelayan-nelayan setempat berlindung di bagian tengah Pulau Jemur, karena air laut pada kawasan tersebut tenang. Setelah gelombang laut mengecil atau badai berkurang barulah para nelayan keluar untuk memulai aktivitas menangkap ikan kembali. Pulau Jemur memiliki pemandangan dan panorama alam yang indah, selain itu Pulau Jemur ini amat kaya dengan hasil lautnya, serta pulau ini dimanfaatkan oleh penyu untuk menyimpan telurnya di bawah lapisan pasir-pasir pantai. Selain itu pada pulau Jemur juga terdapat beberapa potensi wisata lain di antaranya adalah Gua Jepang, mercusuar, sisa-sisa pertahanan Jepang, batu Panglima Layar, taman laut dan pantai berpasir kuning emas.
==== Taman Nasional Bukit Tiga Puluh ====
[[Taman Nasional Bukit Tiga Puluh]] (TNBT) memiliki luas 144.223 Ha, dengan ekosistem hutan hujan tropika dataran rendah (''lowland tropical rain forest''), kawasan ini merupakan peralihan antara hutan rawa dan hutan pegunungan dengan ekosistem yang unik dan berbeda dibandingkan dengan kawasan taman nasional lainnya yang ada di Indonesia. Bukit Tiga Puluh merupakan hamparan perbukitan yang terpisah dari rangkaian pegunungan [[Bukit Barisan]] dan berbatasan dengan provinsi Jambi, daerah ini merupakan daerah tangkapan air (''catchment area'') sehingga membentuk sungai-sungai kecil dan merupakan hulu dari sungai-sungai besar di daerah sekitarnya. Beberapa jenis fauna yang dapat dijumpai di Taman Nasional Bukit Tiga Puluh antara lain: Harimau Sumatra, Beruang Madu, Tapir, Siamang, Kancil, Babi Hutan, Burung Rangkong, Kuaw, dan berbagai jenis satwa lainnya. Sedangkan jenis flora langka yang diduga endemik di kawasan tersebut adalah Cendawan Muka Rimau (''Rafflesia haseltii''). Selain merupakan habitat dari berbagai jenis flora dan fauna langka yang dilindungi, kawasan TNBT juga merupakan tempat hidup dan bermukim beberapa komunitas masyarakat suku asli seperti Talang Mamak, Anak Rimba, dan Melayu Tua.
==== Pantai Rupat Utara Tanjung Medang ====
Berlokasi di Kecamatan Rupat Utara, [[Pulau Rupat]]. Kawasan Pantai Pasir Panjang terdiri atas Tanjung Medang, Teluk Rhu dan Tanjung Punak di Kecamatan Rupat dan berhadapan langsung dengan [[Kota Dumai]], dengan mudah dapat dicapai karena dari [[Dumai]] tersedia transportasi laut untuk penumpang umum. Pasir di pantai ini berwarna putih dan bersih yang memungkinkan pengunjung untuk mandi, berjemur, berolahraga air, rekreasi keluarga dan bersantai menikmati kejernihan air lautnya dengan ombak yang sedang.
==== Pantai Ketapang & Pantai Makruh Rupat Tengah ====
[[Berkas:Pantaiketapangrupat.jpg|jmpl|Pantai Ketapang Rupat Bengkalis]]
Berlokasi di Kecamatan Rupat Selatan, Kawasan Pantai berhadapan langsung dengan Selat Malaka,terdiri atas Pantai Ketapang, Pantai Lohong dan Pantai Makruh, tepatnya di Desa Sungai Cingam dan Desa Makruh. Panjang Garis Pantai +/- 4 KM dari Selat Morong sampai ke Pantai Makruh. Sarana transportasi darat dan laut dari Kota Dumai dapat ditempuh 1 Jam.
==== Air Terjun Aek Martua ====
Terletak di kecamatan Bangun Purba, [[kabupaten Rokan Hulu]] adalah air terjun bertingkat-tingkat, sehingga sering pula disebut air terjun tangga seribu, dapat ditempuh melalui jalan darat, kira-kira dua per tiga dari bawah terdapat kuburan pertapa Cipogas dengan air terjun yang bertingkat-tingkat dan sungguh mengagumkan untuk dinikmati.
==== Objek Wisata Bono ====
[[Berkas:Ombak-bono-pelalawan-keajaiban-tuh.jpg|jmpl|257x257px|Wisata Ombak Bono Kabupaten Pelalawan]]
Terletak di Desa Teluk Meranti, sepanjang Sungai Kampar dan Sungai Rokan. Bono adalah fenomena alam yang datang sebelum pasang. Air laut mengalir masuk dan bertemu dengan air sungai Kampar sehingga terjadi gelombang dengan kecepatan yang cukup tinggi, dan menghasilkan suara seperti suara guntur dan suara angin kencang. Pada musim pasang tinggi, gelombang sungai Kampar bisa mencapai 4-6 meter, membentang dari tepi ke tepi menutupi keseluruhan badan sungai. Peristiwa ini terjadi setiap hari, siang maupun malam hari. Hal yang menarik turis ke objek wisata ini adalah kegiatan berenang, memancing, naik sampan, dan kegiatan lainnya.
==== Wisata Bahari di Kabupaten Siak ====
Wisata bahari di kabupaten Siak yaitu Danau Pulau Besar yang terletak di Desa Zamrud, Kecamatan Siak Sri Indrapura. Danau ini memiliki luas sekitar 28.000 Ha, dan danau Naga di sungai Apit. Danau Bawah dan Danau Pulau Besar terletak dekat lapangan minyak Zamrud, Kecamatan Siak. Memiliki panorama indah yang mengagumkan dan menarik. Di sekitar danau masih ditemukan hutan yang masih asli. Kondisi danau maupun hutan di sekitar danau berstatus Suaka Marga Satwa yang luasnya mencapai 2.500 hektare, di mana masih terdapat berbagai aneka jenis satwa dan tumbuhan langka. Sumber daya hayati yang terdapat di danau ini seperti pinang merah, ikan arwana dan ikan Balido yang termasuk dilindungi. Keanekaragaman jenis satwa liar di Suaka Marga Satwa danau Pulau Besar dan danau Bawah merupakan kekayaan tersendiri sebagai objek wisata tirta di Riau Daratan.
=== Wisata religi, budaya dan sejarah ===
Provinsi Riau memiliki berbagai wisata religi, budaya maupun sejarah. Beberapa wisata religi, budaya, dan sejarah yang terkenal dari daerah Riau di antaranya:
==== Bakar Tongkang di Bagansiapiapi ====
{{Utama|Ritual Bakar Tongkang}}
[[Berkas:Festival bakar tongkang 2019 yang mendunia.jpg|jmpl|250px|ka|Ritual Bakar Tongkang di [[Bagansiapiapi]].]]
Upacara bakar Tongkang yang merupakan upacara tradisional masyarakat [[Tionghoa-Indonesia|Tionghoa]] berlokasi di [[Bagansiapiapi]] adalah wisata budaya unggulan provinsi Riau dari kabupaten [[Kabupaten Rokan Hilir|Rokan Hilir]] dan telah menjadi wisata nasional bahkan terkenal hingga internasional. Upacara Bakar Tongkang ini diadakan setiap tahun di bulan Juni untuk penutupan segala kegiatan aktivitas di hari raya [[Imlek]]. Ketika pandemi [[Covid-19]], perayaan ini ditiadakan mengingat masih tingginya angka penyebaran COVID-19 di [[Indonesia]] khususnya provinsi Riau dan juga mengundang kerumunan dan tidak menerapkan protokol kesehatan sehingga menyebabkan penularan covid-19.
==== Perayaan Imlek di Selatpanjang, Kabupaten Kepulauan Meranti ====
Acara Perayaan Imlek memang sudah menjadi bagian dari tradisi di Kota Selatpanjang. Hampir setiap tahun perayaan Imlek di kota ini dirayakan sangat meriah bahkan juga termasuk Perayaan Imlek yang paling meriah di kawasan Provinsi Riau. Apalagi pemerintah daerah Kabupaten Kepulauan Meranti juga sudah menjadikan ivent perayaan Imlek sebagai salah satu aset wisata tahunan yang masuk kedalam Kalender Wisata Riau. Puluhan ribu orang baik dari dalam maupun luar Selatpanjang, bahkan wisatawan dari luar negeri seperti [[Singapura]], [[Malaysia]], [[Hongkong]], [[China]], [[Taiwan]], akan membanjiri Kota Selatpanjang untuk turut serta memeriahkan perayaan Imlek. Puncak acara Perayaan Tahun Baru Imlek di Selatpanjang berlangsung pada hari ke-6 bulan pertama Tahun Baru Imlek yang biasanya disebut Cue Lak [[Bahasa Hokkien]],tetapi kemeriahannya mulai terasa dihari H-7 yaitu seminggu sebelum jatuhnya perayaan Imlek.
Penyambutan tahun baru imlek di Selatpanjang di pusatkan di Vihara Sejahtera Sakti. Pada puncak perayaan Imlek, bertepatan dengan dilangsungkannya upacara ulang tahun dewa 清水祖師 Qing Shui Zu Shi.<ref>{{Cite web |url=http://jindeyuan.org/en/qing-shui-zu-shi-a-master-from-rocky-ground-of-clear-water/index.htm |title=http://jindeyuan.org |access-date=2011-08-10 |archive-date=2009-08-08 |archive-url=https://web.archive.org/web/20090808063500/http://jindeyuan.org/en/qing-shui-zu-shi-a-master-from-rocky-ground-of-clear-water/index.htm |dead-url=yes }}</ref> Pada momen ini, warga [[Tionghoa]] menyakini bahwa sang dewa sedang turun ke bumi dengan maksud untuk mengusir unsur-unsur kejahatan dan memberikan kemakmuran serta ketentraman bagi warga kota Selatpanjang. Untuk itu diadakan penyambutan khusus dengan menggotong tandu patung dewa dan diarak berkeliling kota melewati beberapa kelenteng lain disertai atraksi tarian ''liong'' (naga), dan ''barongsai'' (singa) yang diiringi seni budaya Jawa, [[Reog Ponorogo]]. Perayaan Cue Lak tersebut juga dihadiri oleh para tetua atau orang yang terpilih dan dirasuki oleh roh para dewa yang biasa disebut Thangkie, yaitu di mana raga atau tubuh orang tersebut dijadikan alat komunikasi atau perantara roh dewa. Budaya ini memiliki kesamaan dengan masyarakat [[Kota Singkawang|Singkawang]] ([[Kalimantan Barat]]) yang biasa dikenal dengan Tatung.
==== Kelenteng Hoo Ann Kiong/Vihara Sejahtera Sakti Selatpanjang ====
Kelenteng Hoo Ann Kiong (lebih dikenal luas sebagai Vihara Sejahtera Sakti/Tua Pek Kong Bio ([[bahasa Hokkien]]) adalah kelenteng tertua yang ada di Selatpanjang, dan juga merupakan Kelenteng Tertua di Provinsi Riau. Kelenteng ini didirikan pada masa kolonial Belanda dan sampai hari ini belum diketahui dengan pasti kapan berdirinya. Sejarawan memprediksi kelenteng ini berumur lebih dari 150 tahun, setelah dilihat dari relief arsitektur bangunannya. Kelenteng ini sangat dikenal luas oleh masyarakat Selatpanjang maupun masyarakat luar negeri terutama bagi wisatawan [[Singapura]] dan [[Malaysia]] sebagai tempat ibadah umat [[Agama Buddha|Buddha]], maupun [[Konfusianisme|Konghucu]].
==== Mesjid Raya Pekanbaru ====
Masjid Raya dan Makan Marhum Bukit serta Makam Marhum Pekan. Masjid Raya Pekanbaru terletak di Kecamatan Senapelan memiliki arsitektur tradisional yang amat menarik dan merupakan masjid tertua di Kota Pekanbaru. Masjid ini dibangun pada abad ke-18 dan sebagai bukti Kerajaan Siak pernah berdiri di kota ini pada masa pemerintahan Sultan Abdul Jalil Muazzam Syah dan Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah sebagai sultan keempat dan kelima dari Kerajaan Siak Sri Indrapura. Di areal Masjid terdapat sumur mempunyai nilai magis untuk membayar zakat atau nazar yang dihajatkan sebelumnya. Masih dalam areal kompleks masjid kita dapat mengunjungi makam Sultan Marhum Bukit dan Marhum Pekan sebagai pendiri kota Pekanbaru. Marhum Bukit adalah Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah (Sultan Siak ke-4) memerintah tahun 1766–1780, sedangkan Marhum Bukit sekitar tahun 1775 memindahkan ibu kota kerajaan dari Mempura Siak ke Senapelan dan dia mangkat tahun 1780.
==== Istana Siak Sri Indrapura ====
Kerajaan Siak adalah sebuah kerajaan Melayu-Islam yang terbesar di Riau. Mencapai masa kejayaannya pada abad ke-16 sampai abad ke-20. Dalam silsilah, sultan Kerajaan Siak Sri Indrapura dimulai pada tahun 1725 dengan 12 sultan yang pernah bertahta. Kini sebagai bukti sejarah atas kebesaran kerajaan Melayu Islam tersebut, dapat kita lihat peninggalan kerajaan berupa kompleks Istana Kerajaan Siak yang dibangun oleh Sultan Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin pada tahun 1889 dengan nama Assirayatul Hasyimah, lengkap dengan peralatan kerajaan. Sekarang Istana Kerajaan Siak Sri Indrapura dijadikan tempat penyimpanan benda-benda koleksi kerajaan antara lain: kursi singgasana kerajaan yang berbalut emas, duplikat mahkota Kerajaan, brankas Kerajaan, payung Kerajaan, tombak Kerajaan, komet sebagai barang langka dan menurut cerita hanya ada dua di dunia, serta barang-barang lain-lainnya. Di samping istana kerajaan terdapat pula istana peraduan.
==== Candi Muara Takus ====
[[Berkas:003 Site from South-West (38244920665).jpg|jmpl|ka|250px|[[Candi Muara Takus]] di [[Kabupaten Kampar]].]]
[[Berkas:Sejahtera Sakti Selatpanjang.jpg|jmpl|kiri|200px|Vihara Sejahtera Sakti Selatpanjang]]
[[Candi Muara Takus]] terletak di Desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto Kampar, [[Kabupaten Kampar]]. Jaraknya kurang lebih 135 km dari Kota Pekanbaru. Jarak antara kompleks candi ini dengan pusat desa Muara Takus sekitar 2,5 km dan tak jauh dari pinggir Sungai Kampar Kanan. Kompleks candi ini dikelilingi tembok berukuran 74 x 74 meter. Di luar arealnya terdapat pula tembok tanah berukuran 1,5 x 1,5 kilometer yang mengelilingi kompleks ini sampai ke pinggir Sungai Kampar Kanan. Di dalam kompleks ini terdapat pula bangunan Candi Tua, Candi Bungsu, Mahligai Stupa, serta Palangka. Bahan bangunan candi terdiri dari batu pasir, batu sungai, dan batu bata. Menurut sumber tempatan, batu bata untuk bangunan ini dibuat di desa Pongkai, sebuah desa yang terletak di sebelah hilir kompleks candi.
Bekas galian tanah untuk batu bata itu sampai saat ini dianggap sebagai tempat yang sangat dihormati penduduk. Untuk membawa batu bata ke tempat candi, dilakukan secara beranting dari tangan ke tangan. Cerita ini walaupun belum pasti kebenarannya memberikan gambaran bahwa pembangunan candi ini dilakukan secara bergotong royong oleh orang ramai. Selain Candi Tua, Candi Bungsu, Mahligai Stupa, dan Palangka, di dalam kompleks candi ini ditemukan pula gundukan yang diperkirakan sebagai tempat pembakaran tulang manusia. Di luar kompleks ini terdapat pula bangunan-bangunan yang terbuat dari batu bata, yang belum dapat dipastikan jenis bangunannya. Kompleks candi Muara Takus, satu-satunya peninggalan sejarah yang berbentuk candi di Riau. Candi yang bersifat Buddhisme ini merupakan bukti pernahnya agama Buddha berkembang di kawasan ini beberapa abad yang silam. Kendatipun demikian, para pakar purbakala belum dapat menentukan secara pasti kapan candi ini didirikan. Ada yang mengatakan abad kesebelas, ada yang mengatakan abad keempat, abad ketujuh, abad kesembilan dan sebagainya.
==== Benteng Tujuh Lapis ====
Benteng Tujuh Lapis terletak di daerah Dalu-Dalu, kecamatan Tambusai, [[Kabupaten Rokan Hulu]]. Benteng tanah ini dibuat oleh masyarakat Dalu-Dalu pada masa [[Perang Paderi]] atas petuah [[Tuanku Tambusai]]. Bekas benteng tersebut ditinggalkan Tuanku Tambusai pada tanggal 28 Desember 1839. Di sekitar daerah Dalu-Dalu ini juga terdapat beberapa benteng yang disebut Kubu Gedung, Kubu Baling-Baling dan Kubu Talikemain. Benteng yang pada awalnya diberi nama Kubu Aur Duri ini juga sempat digunakan oleh Sultan Zainal Abidin untuk melawan penjajah Belanda.
== Lihat pula ==
* [[Daftar Provinsi Indonesia]]
* [[
* [[Orang Kampar|Orang Kampar/Ocu]]
{{Wilayah Geografis
|Centre = Riau
|North = [[Sumatera Utara]]
|Northeast =
|East = [[Selat Malaka]] dan [[Kepulauan Riau]]
|Southeast =
|South = [[Jambi]]
|Southwest =
|West = [[Sumatera Barat]]
|Northwest =
}}
== Referensi ==
{{reflist|2}}
== Pranala luar ==
{{Sister project links|Riau}}
{{Wikiportal|Indonesia}}
* {{id}} [http://www.riau.go.id Situs resmi provinsi Riau]
* {{id}} [http://indonesia.travel/id/discover-indonesia/region-detail/21/riau Situs Resmi Kementrian Pariwisata]
{{BI}}
{{Riau}}
{{Provinsi Indonesia}}
{{coor title dm|0|42|N|101|55|E|region:ID_type:adm1st_scale:2000000|display=title}}
{{Authority control}}
[[Kategori:Riau| ]]
[[Kategori:Provinsi di Indonesia]]
[[Kategori:Negara dan wilayah yang didirikan tahun 1957]]
|