Simbolon: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Triono dodoi (bicara | kontrib)
k ←Membuat halaman berisi ''''I. MARGA SIMBOLON''' Simbolon adalah salah satu marga orang Batak. Marga ini termasuk golongan PARNA. PARNA adalah akronim dari Pomparan Nai Ambaton atau keturanan Na...'
 
Tokoh: Menghapus artikel berwarna merah
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(247 revisi perantara oleh 72 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Bedakan||text=[[Tampubolon]]. Keduanya merupakan marga yang berbeda '''tanpa''' hubungan kekerabatan}}
'''I. MARGA SIMBOLON'''
{{Untuk|tempat|Simbolon (disambiguasi)#Tempat {{!}} Simbolon (disambiguasi)}}
{{Short description|Marga Simbolon berasal dari Samosir menurunkan Si Pitu Sohe}}
{{Infobox Marga Batak
|nama=Simbolon
|gambar=
|keterangan=
|gambar2=
|keterangan2=
|marga=Simbolon
|alias=
|aksara={{btk|ᯘᯔᯪ᯲ᯅᯬᯞᯉᯬ᯲}} <br>
{{small|([[Surat Batak#Bentuk|Surat Batak Toba]])}}
|julukan=
|arti= ''si'' + ''(m)bolon'' <br> {{small|(si besar)}}
 
<!-- Silsilah -->
Simbolon adalah salah satu marga orang Batak. Marga ini termasuk golongan PARNA. PARNA adalah akronim dari Pomparan Nai Ambaton atau keturanan Nai Ambaton. Sebenarnya nama Nai Ambaton adalah ibu dari Raja Nabolon dan Raja Sitempang, yang mana keduanya akan menurunkan marga-marga yang masuk dalam kelompok Parna. Namun keturunan dari kedua kelompok ini sepakat menggunakan nama Ibu mereka sebagai pemersatu. Seluruh marga yang termasuk dalam Marga ini (66 marga) tidak boleh saling menikah. Peraturan ini masih dipertahankan sampai saat ini.
|nama lengkap=Simbolon Tua
|nama istri=[[Limbong|boru Limbong]]
|nama anak={{ubl
|1. Suri Raja/Tunggul Sibisa <br> {{small|(menikah dengan Marria Rudang Bako, Leang Nagurasta, dan [[Manurung|boru Manurung]])}}
|2. Martua Raja <br> <!-- {{small|(menikah dengan isi nama istri)}}-->}}
|induk=
|persatuan=[[Parna]] <br> {{small|''(bersama seluruh marga keturunan Tuan Sorbadijulu)''}}
|kerabat={{ubl|'''Si Onom Hudon''':|
{{ubl|[[Tinambunan]]|[[Tumanggor]]|[[Turutan]]|[[Maharaja (marga)|Maharaja]]|[[Pinayungan]]|[[Nahampun]]}}}}|turunan={{ubl|'''Si Pitu Sohe''':|
{{ubl
|1. Tuan Nahoda Raja I
|2. Altong Nabegu
|3. Pande Sahata
|4. Tuan Juara Bulan (Panihai)
|5. Suhut Ni Huta
|6. Sirimbang
|7. Hapotan}}}}
|mataniaribinsar=[[Limbong]]
|padan=|suku=[[Suku Batak|Batak]]|kampung={{ubl
|[[Pangururan, Samosir|Pangururan]]
|[[Palipi, Samosir|Palipi]]
|[[Ronggur Nihuta, Samosir|Ronggur Ni Huta]]}}|etnis=[[Suku Batak Toba|Batak Toba]]|jarak={{Infobox | subbox = yes
| labelstyle = background-color:#FF9966;
| label1 = 1 | data1 = {{{gen1 | [[Si Raja Batak]]}}}
| label2 = 2 | data2 = {{{gen2 | [[Raja Isumbaon]]}}}
| label3 = 3 | data3 = {{{gen3 | Tuan Sorimangaraja}}}
| label4 = 4 | data4 = {{{gen4 |Tuan Sorbadijulu <br> {{small|(Raja Nai Ambaton)}}}}}
| label5 = 5 | data5 = {{{gen5 |Ompu Raja Nabolon}}}
| label6 = 6 | data6 = {{{gen6 |'''Simbolon'''}}}}}}}
'''Simbolon''' ([[Surat Batak]]: {{Btk|ᯘᯔᯪ᯲ᯅᯬᯞᯉᯬ᯲}}) adalah salah satu [[Daftar marga Suku Batak|marga]] [[Suku Batak Toba|Batak]] yang berasal dari [[Pulau Samosir|Samosir]].<!-- Marga Simbolon mendiami daerah [[Pangururan, Samosir|Pangururan]], [[Palipi, Samosir|Palipi]], dan [[Ronggur Nihuta, Samosir|Ronggur Ni Huta]]. -->
 
== Silsilah ==
Menurut [[Sastra|literatur]] [[Suku Batak Toba|Batak Toba]] yang diterima secara umum, [[Raja Isumbaon]] memiliki tiga anak, yakni Tuan Sori Mangaraja, Raja Asiasi, dan Sangkar Somalindang. Tuan Sori Mangaraja juga mempunyai tiga anak, yakni Tuan Sorba Di Julu, Tuan Sorba Di Jae, dan Tuan Sorba Di Banua.
 
Tuan Sorba Di Julu memiliki dua keturunan, yakni Ompu Raja Nabolon (yang akan menurunkan marga Simbolon) dan Tanjabau. <!-- (yang akan menurunkan marga [[Sitanggang]] dan [[Sigalingging]]). Beberapa literatur bertentangan tentang urutan keturunan Tuan Sorba Dijulu. Namun, semua sepakat bahwa baik Simbolon maupun Sitanggang merupakan keturunan Tuan Sorba Dijulu melalui anak yang berbeda. --> Ompu Raja Nabolon menurunkan empat orang anak, yakni Simbolon Tua, Tamba Tua, Saragi Tua, dan Munte Tua. Marga Simbolon dimulai dari Simbolon Tua yang memperistri perempuan boru [[Limbong]].
 
Simbolon Tua dan boru [[Limbong]] memiliki dua orang anak, yakni Suri Raja (dikenal juga sebagai Tunggul Sibisa) dan Martua Raja. Kedua keturunan Simbolon ini diakui oleh Punguan Simbolon (PSBI) sebagai pokok Si Pitu Sohe.
'''II. KISAH TUAN SIMBOLON'''
 
Suri Raja memperistri Marria Rudang Bako menurunkan Simbolon Tuan Nahoda Raja I. Keturunan Tuan Nahoda Raja I yang bermukim di daerah [[Parlilitan, Humbang Hasundutan|Kalasan]] (Kelasen) menurunkan kelompok marga baru yang disebut sebagai Si Onom Hudon (enam periuk), yakni Tambun ([[Tinambunan]]), Tanggor ([[Tumanggor]]), [[Turutan]], [[Maharaja (marga)|Maharaja]], [[Pinayungan]], dan Anakampun ([[Nahampun]]).
Tersebutlah Ompu Mulajadi Nabolon (Tuhan menurut kepercayaan orang batak di masa lampau), yang konon katanya bertempat tinggal di langit. Ada sepuluh orang putranya tiga laki-laki dan tujuh orang perempuan. Yang tercantik diantara ke tujuh anaknya yang perempuan adalah Siboru Leang Nagurasta. Dia pulalah yang bungsu dari kesepuluh bersaudara anak Ompu Mula Jadi Nabolon. selain beranak Ompu Mula Jadi Nabolon ada pula mempunyai seorang saudara perempuan. Itulah yang menganakkan Sudiraja Simbolon.
 
Suri Raja memperistri Leang Nagurasta menurunkan Simbolon Tuan Juara Bulan. Beberapa literatur menyebut Simbolon Tuan Juara Bulan sebagai Simbolon Panihai. Namun, namanya yang disepakati oleh Punguan Simbolon (PSBI) sebagai bagian Si Pitu Sohe adalah Simbolon Tuan Juara Bulan. Baik Tuan Nahoda Raja I maupun Tuan Juara Bulan saling menggunakan nama "Tuan" dan keturunannya terkadang tidak ingin dipisahkan antara keduanya.
Sekali peristiwa Sudiraja Simbolon pergi berburu ke lembah bukit Pusuk Buhit. Dalam perburuannya itu dia melihat seekor burung tekukur yang amat cantik, sehingga timbul keinginannya untuk menangkap dan membawanya pulang. Sayangnya tidak begitu mudah untuk mendapatkan burung itu. Tak ubahnya seperti kata pribahasa : “Jinak-jinak merpati”, rasa-rasa akan dapat ditangkap, namun begitu akan dipegang dia melompat dan menjauh ketempat lain. Begitu asiknya Sudiraja mengejar burung itu dari sebuah tempat ke lain tampat, dengan tak disadarinya dia telah sampai di puncak bukit. Disana didapati sebuah tempat permandian, tempat putri-putri Ompu Mula Jadi Nabolon berenang dan berkecimpung bersukaria.
 
Suri Raja memperistri boru [[Manurung]] menurunkan Simbolon Pande Sahata dan Simbolon Altong Nabegu. Sementara, Martua Raja menurunkan Simbolon Suhut Ni Huta, Simbolon Sirimbang, dan Simbolon Hapotan.
Ketika Simbolon sampai disitu didapatinya ketujuh puteri sedang mandi-mandi. Dia sangat terpikat dengan kecantikan si Leang Nagurasta, yang memang tercantik dari ketujuh bersaudara. Timbul keinginan simbolon untuk mendapatkan gadis itu, tetapi belum tahu cara yang dapat dilakukannya. Namun akhirnya diketahuinya juga, yakni dengan jalan mengambil baju tuan putri.
 
== Tokoh ==
Adapun baju bagi putri-putri itu selain penutup tubuh juga bertugas sebagai sayap untuk terbang ke langit ke tempat asalnya. Jika baju itu sempat diambil orang, maka tertutuplah jalan untuk pulang ke langit, dan tinggallah di bumi seperti manusia biasa lainnya. Hal inilah yang rupanya diketahui oleh pemuda Simbolon. Begitulah ketika mandi sudah selesai, maka ketujuh putri itu naik ke darat dan masing-masing mengambil dan mengenakan bajunya. Hanya si Leang Nagurasta juga yang tidak melihat bajunya, sudah dicarinya kesana kemari, namun tidak berhasil ditemuinya. Karena sudah lama menunggu maka hilanglah kesabaran kakak-kakaknya, maka diputuskanlah untuk meninggalkan sibungsu, dan yang lain terbanglah ke langit.
[[File:PRRI colorized by colorbykevin.jpg|jmpl|Kolonel [[Maludin Simbolon]] (kedua dari kanan) merupakan [[Daftar Panglima Komando Daerah Militer I/Bukit Barisan|tokoh militer]] [[Sumatera Utara|Sumatera Utara]] yang menjabat sebagai Menteri Luar Negeri [[Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia|PRRI]].]]
Beberapa tokoh yang bermarga Simbolon, di antaranya adalah:
{{Col|2}}
* [[Bastian Steel|Bastian Bintang Simbolon]]
* [[Cornel Simbolon]]
* [[Edison Simbolon]]
* [[Effendi Simbolon]]
* [[Guntur Simbolon]]
* [[Mahidin Simbolon]]
* [[Maludin Simbolon]]
* [[Mangindar Simbolon]]
*[[Keiko Warman]]
* [[Marhuale Simbolon]]
* [[Nasib Simbolon]]
* [[Parakitri T. Simbolon|Parakitri Tahi Simbolon]]
* [[Rapidin Simbolon]]
* [[Romaria Magdalena Simbolon]]
* [[Romulo Simbolon]]
{{EndDiv}}
 
== Referensi ==
Alangkah sedihnya perasaan si Leang Nagurasta ditinggalkan kakak-kakaknya itu. Tapi apa hendak dikata, karena semua sudah berangkat meninggalkan dia seorang diri. Dan ketika Nagurasta dalam suasana sedih dan bingung itu muncullah Simbolon memperlihatkan baju yang hilang, tetapi tidak dengan maksud untuk mengembalikan. Terkejutlah putri itu mengetahui bajunya ada ditangan seorang pemuda. dicobanya meminta namun si pemuda tidak mau menyerahkan. Si gadis mendekati pemuda itu dengan maksud hendak merebut baju tersebut, tapi Simbolon melompat mengelak diri. Demikianlah diperbuatnya berulang-ulang, sehingga lama kelamaan sampailah mereka ke kampung orang tua Simbolon. Disana pemuda itu hilang dari penglihatan gadis tersebut, tak diketahuinya dimana ia bersembunyi. Dilihatnya ada sebuah rumah, didatanginya dan bertemulah dia dengan seorang perempuan, yang tak lain adalah bibinya (adik ayahnya) sendiri. Maka ditanyakanlah tentang pemuda Simbolon oleh Nagurasta, dijawab oleh perempuan itu bahwa dia tak melihatnya. Kemudia diajaknyalah Nagurasta tinggal di rumahnya.
{{Reflist}}
 
[[Kategori:Marga Batak]]
Akan halnya Sudiraja, setibanya dirumah segera menyembunyikan baju Nagurasta yang diambilnya dan segera berbuat pura-pura tidur. Baju itu disembunyikannya didalam sondi. Dia mempunyai sejenis kepandaian dapat mengubah wajah sehingga tak mudah dikenal orang. Beberapa lama dirumah itu Nagurasta sangat benci melihat pemuda tersebut, tapi kemudian Simbolon menukar siasatnya. Diubahnya wajahnya menjadi seorang pemuda yang gagah dan tampan dan dipakainya pula pakaian yang bagus-bagus. Nagurasta yang melihat ada pemuda tampan dirumah bertanya kepada bibinya, yang tak lain dari pada ibu Simbolon tentang siapa pemuda itu. Sejak waktu itu Nagurasta mulai tertarik kepada Simbolon dan menyatakan ingin bersuamikan pemuda itu. Hal itu dapat disetujui oleh Simbolon dan ibunya, maka kawinlah mereka.
[[Kategori:Marga Batak Toba]]
[[Kategori:Marga Parna]]
[[Kategori:Marga Simbolon]]
 
{{Suku-Batak-stub}}
Mereka beranak dua orang, seorang laki-laki dan seorang perempuan. Yang laki-laki yang tua bernama Simbolon Tua Nahodaraja, dan yang kecil perempuan bernama si Mombang Tua. Pada suatu kali Sudiraja ingin mengadakan pesta adat untuk anaknya. Dipukullah gendang dan orangpun menarilah, namun yang paling menarik dari semua itu adalah si Leang Nagurasta juga. Dia menarik karena cantiknya yang tetap saja seperti waktu gadisnya. Tapi dia juga menarik karena dia jugalah yang paling pandai menari diantara orang-orang yang sedang menari, seluruhnya ditempat pesta tersebut.
 
Raja Sitempang Raja Naibaho adalah seorang raja didaerah Pangururan. Sifatnya keras dan katanya pantang ditolak. Raja ini bersama-sama dengan pengetua-pengetua adat lainnya ingin melihat Nagurasta lebih cantik lagi. Merekalah menganjurkan kepada Sudiraja supaya memakai baju terbang yang dibawa dari langit kepada si Leang Nagurasta. Tuan putri itu sendiri tak mau melakukannya karena hal itu akan memisahkannya dengan anak dan suaminya. Jika baju sampai dipakainya, maka ia akan segera diterbangkan ke langit, dan hal itu tidak diinginkannya lagi, karena kasihnya kepada anak dan suaminya.
 
Raja si Tempang tatap mendesak. dan sebagai usaha pencegahan supaya Nagurasta tidak diterbangkan, maka disuruhnyalah membuat penutup tempat pesta itu dengan langit-langit tujuh lapis. Sesudah itu dipakaikanlah baju itu kepada Nagurasta, ia menerima perlakuan itu dengan peresaan teramat sedih. diciumilah dan ditangisinyalah anaknya, dan dia pun menari kembali. Memang sesudah memakai baju itu kecantikannya bertambah berlipat ganda, dan tariannya tambah lebih mempesona para penonton yang hadir di tempat itu. Pemukul gendang tambah bersemangat memainkan alat-alatnya, dan hadirin dengan tak sengaja terbawa dalam arus tarian, seolah-olah semua terpukau oleh suasana tarian yang dibawakan Nagurasta. Dan pada waktu itulah dia tiba-tiba melayang dari lapangan pesta, terusa melangbung ke angkasa menembus langit-langit penahan dengan mudahnya. Orang yang hadir keheran-heranan, anak-anaknya menangis dan menangis dengan penuh kesedihan, begitupula Sudiraja Simbolon tak tau apa yang harus diperbuatnya melihat sang istri sudah pulang ke langit.
 
Dilangit Nagurasta kembali menemui orang tuanya dan saudara-saudaranya yang sudah lam ditinggalkannya. Tetapi mereka semua tidak sudi lagi menerimanya ditengah-tengah mereka. Agaknya mereka menganggap si Leang Nagurasta sudah tidak sesuci semula karena sudah bercampur dengan makhluk manusia di bumi. Sebagai jalan penyelesaian Ompu Mulajadi Na Bolon menyurus Nagurasta untuk pindah ke bulan dan bertempat tinggal disana. Hal itu dipatuhi oleh Nagurasta. Keturunannya dibumi mempercayai bahwa tuan putri itu memang dapat dilihat dari bumi jika bulan sedang purnama. Kepada keturunan Simbolon dipesankan, bahwa jika terjadi gerhana bulan itu tandanya sang putri sedang datang ke bumi melihat keadaan anak cucunya. Hanya saja keturunan yang bermarga Simbolon dilarang meneriakkan dan memberitahukan adanya gerhana terlebih dahulu. Haruslah orang lain yang melakukan hal itu lebih dahulu, barulah boleh diikuti keturunan Simbolon. Keadaan seperti itu kabarnya masih dipatuhi oleh orang-orang bermarga Simbolon.
 
'''III. PEMBAGIAN SIMBOLON'''
 
Marga Simbolon sebenarnya terdiri dari tujuh kelompok, tetapi kadang ada yang membagi menjadi enam kelompok. Ketujuh kelompok ini dibagi berdasarkan Simbolon yang tertua. Adapun kelompok tersebut:
 
1. Simbolon Tuan atau juga Simbolon Tua (Simbolon paling sulung).
2. Simbolon Altong
3. Simbolon Pande
4. Simbolon Panihai
5. Simbolon Suhut Ni huta
6. Simbolon Sirimbang
7. Simbolon Hapotan.
 
'''IV. PENYEBARAN SIMBOLON'''
 
Marga-marga Simbolon pada umumnya bermukim di kampung Simbolon di Pulau Samosir. Dalam beberapa generasi kelompok Simbolon Tuan selalu memiliki anak tunggal. Hingga pada generasi ke-enam: Omp. Tuan Batuholing memiliki 6 putera. Empat dari putera Tuan Batuholing tetap tinggal di Kampung Simbolon. Dua dari putera Tuan Batuholing pergi merantau keluar dari Kampung Simbolon. Ompu Tuan Seul pergi merantau ke daerah Siambaton. Sampai sekarang keturunan Omp. Tuan Seul masih didapati di sana. Keturunan Ompu Tuan Seul selalu menyebut diri Simbolon Tuan dari Pakkat atau Siambaton. Sementara itu, Putera Tuan Batuholing yang bernama Tuan Simbolon, pergi merantau ke daerah Dairi atau Pak-pak. Tuan simbolon ini di daerah Pak-Pak menurunkan marga: Tinambunan,Tumanggor, Pinanyungan, Maharaja, Turunan, Anakampun (Mereka sering disebut sebagai Si Onom Hudon).
 
Di kemudian hari keturuan marga Simbolon mulai menyebar ke daerah-daerah sekitar bahkan sampai ke luar P. Sumatera dan juga keseluruh penjuru Dunia.
 
 
cerita Tuan Simbolon diambil dari: http://www.mediabolon.com/index.php?option=com_content&view=article&id=161:sileang-nagurasta-simbolon&catid=37:batak-culture