Beras Tekad: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Erik Evrest (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8.7
 
(15 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{ambox
'''Beras TeKaD''' merupakan beras yang terbuat dari ke'''Te'''la, '''Ka'''cang, dan '''D'''jagung (ejaan lama). Nasi ini kalau masih panas dan baru diangkat dari tungku memang bentuknya sama persis seperti nasi. Namun jika sudah mendingin nasi ini berubah menjadi jenang dan rasanya tidak enak. Beras ini konon pernah diciptakan oleh pemerintahan Indonesia ketika kebutuhan pangan di Indonesia sedang sangat sulitnya.
|image=[[Berkas:Broom icon.svg|50px]]
|type=content
|text='''{{#if:|{{{2}}}|Artikel {{#if:|bertopik {{{topik}}}|}}}} ini perlu [[Wikipedia:Merapikan artikel|dirapikan]] agar memenuhi standar Wikipedia'''{{#if:|{{br}}<font color="red">'''({{{1}}})'''</font>}}{{br}}<small>Merapikan artikel bisa berupa membagi artikel ke dalam paragraf atau [[Wikipedia:Wikifikasi|wikifikasi artikel]]. Setelah dirapikan, tolong hapus pesan ini.</small>}}{{#if:||}}{{#if:|}}
'''Beras TeKaD''' merupakan beras yang terbuat dari ke'''Te'''la, '''Ka'''cang, dan '''D'''jagung (ejaan lama). NasiMakanan ini kalauberbentuk masihseperti panasnasi danjika baru diangkatdimasak, dari tungku memang bentuknya sama persis seperti nasi. Namunnamun jika sudah mendingin nasi ini berubah menjadi jenang dan rasanya tidak enak. Beras ini konon pernah diciptakan oleh pemerintahan Indonesia ketika kebutuhan pangan di Indonesia sedang sangat sulitnyasulit.
 
== Latar Belakang ==
 
Setelah Indonesia berhasil membebaskan Irian Barat, Indonesia pun mulai 'mengganyang' Malaysia. Situasi politik dan ekonomi ketika itu menjadi sangat memprihatinkan. Harga-harga naik tak terkendali. Harga beras sangat mahal hingga rakyat pun terpaksa menggantinya dengan jagung, ketela, dan hasil tanaman umbi lainnya. Sementara orang yang dapat membeli beras merupakan suatu kebanggaan bagi mereka sendiri. Dengan kepercayaan diri yang tinggi, orang Indonesia bertekad mencanangkan strategi "berdikari" (berdiri di kaki sendiri). Orang Indonesia bertekad untuk makan dan berpakaian dari hasil bumi sendiri. DalamSebenarnya, keadaanSoeharto serbapernah sulitmelansir itulah,Inpres pemerintahNo. kemudian14 menciptakantahun beras1974 TeKaDdan Inpres No. Namun20 dengantahun terciptanya1979 berastentang TeKaDDiversifikasi tetaplahPangan tidakuntuk Mengatasi Rawan Pangan yang mengkampanyekan keragaman makanan efektifpokok. PadaKala waktuitu sempat muncul istilah beras TeKaD yang bersamaanberbahan puladasar singkong. Hanya saja, bencanapemerintah hamaOrde tikusBaru melandatak dimana-manapernah menyiapkan cetak biru keragaman pangan. SampaiDesain pertanian terfokus untuk mengejar swasembada beras. Pemerintah juga terus memberi jatah beras kepada para pegawai negeri secara pukul rata tanpa melihat tradisi pangan di masing-sampaimasing kulittempat. batangSaat pohonswasembada kerasberas puntercapai pada 1984, kampenye itu redup begitu saja. Beras TeKaD seperti pohonmenjadi ketelasatir terkelupasyang habispahit olehbagi kampanye keragaman pangan yang butuh lebih dari cakarsekadar tikustekad.
 
Pada 1954, pangsa beras di Indonesia hanya 53,5 persen, separuhnya merupakan para pemakan non-beras. Pada 1987, angka itu melonjak menjadi 81,1 persen. Dalam rentang 45 tahun, dari 1954-1999, pangsa singkong yang tadinya sebesar 22,6 persen menyusut menjadi hanya 8,83 persen.<ref>{{Cite web |url=http://nationalgeographic.co.id/featurepage/53/bukan-negeri-singkong/7 |title=(Bukan) Negeri Singkong |access-date=2010-03-04 |archive-date=2010-03-04 |archive-url=https://archive.today/20100304091757/http://nationalgeographic.co.id/featurepage/53/bukan-negeri-singkong/7 |dead-url=no }}</ref>
 
Kembalinya Soeharto menoleh tiwul saat krisis pangan pada awal 1990-an justru memperkokoh status tiwul dan singkong sebagai makanan kelas dua, pangan yang terpaksa digunakan dalam keadaan darurat. Tak aneh jika jarang terdengar masyarakat dengan tradisi panjang pangan non-beras yang mampu bertahan dari penetrasi padi dan beras. Namun dengan terciptanya beras TeKaD tetaplah tidak efektif. Pada waktu yang bersamaan pula, bencana hama tikus melanda di mana-mana. Sampai-sampai kulit batang pohon keras pun seperti pohon ketela terkelupas habis oleh gigitan tikus.
 
== Referensi ==
 
{{reflist|1}}
 
[[Kategori:Nasi]]