Untung Suropati: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
kTidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(99 revisi perantara oleh 65 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{refimprove|date=Maret 2018}}
{{Infobox royalty
|name = Untung Surapati
|image =Untung Surapati.jpg
|imgw = 220
|alt =
|caption = Bupati Pasuruan ke - 5
|succession =
|moretext =
|spouse = Raden Ayu Gusik Kusuma
|issue = Raden Pengantin<br>Raden Surapati<br>Raden Suradilaga<br>Mas Ayu Gendhing (istri Prabu Danurejo, [[Kerajaan Blambangan|Raja Blambangan]])
|full name = Surawiraaji
|battles = [[Pemberontakan Untung Surapati]]
|house =
|father =
|mother =
|birth_date = 1660
|birth_place = {{flagicon image|Old_Flag_of_Bali.svg}} [[Gelgel]],[[Bali]]
|death_date = {{Death date|1706|12|5|df=yes}}
|death_place = {{flagicon image|Flag of the Mataram Sultanate.svg}} [[Bangil, Pasuruan|Bangil]], [[Mataram]]
|date of burial =
|place of burial =
|occupation =
|signature =
|religion = Islam
}}
'''Untung Surapati''' ([[Bahasa Jawa]]: '''Untung Suropati''') (terlahir '''Surawiraaji''', lahir di [[Kerajaan Gelgel|Gelgel]], [[Bali]], [[1660]] – meninggal dunia di [[Bangil, Pasuruan]], [[Kesultanan Mataram|Mataram]], [[5 Desember]] [[1706]] pada umur 45/46 tahun) adalah seorang tokoh dalam [[sejarah Nusantara]] yang dicatat dalam ''[[Babad Tanah Jawi]]''. Kisahnya menjadi legendaris karena mengisahkan seorang anak rakyat jelata dan [[budak]] [[VOC]] yang menjadi seorang [[bangsawan]] dan Tumenggung (Bupati) [[Pasuruan]] dengan gelar Tumenggung Wiranegara.
==
=== Asal usul Untung ===
[[Berkas:UntungSuropati.jpg|jmpl|250px|Untung Suropati sebagai pelayan Pieter Cnoll dan Cornelia van Nijenroode]]
Untung Surapati, Nama aslinya '''Surawiraaji'''.<ref>{{cite news|title=Surapati: Kepahlawanan Seorang Budak|author=Ngurah Komang Karyadi|url=http://koranbalitribune.com/2012/08/16/surapati-kepahlawanan-seorang-budak/|newspaper=Koran Bali Tribune|date=2012-8-16|accessdate=2013-05-14}}{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> Menurut ''[[Babad Tanah Jawi]]'' ia berasal dari [[Bali]] yang ditemukan oleh Kapten van Beber, seorang perwira [[VOC]] yang ditugaskan di [[Makasar]]. Kapten van Beber kemudian menjualnya kepada perwira [[VOC]] lain.{{Butuh rujukan}} Untung Surapati akhirnya dibeli oleh van Moor di Bali untuk dibawa bersamanya ke [[Batavia]]. Saat menjadi budak, Untung berusia tujuh tahun.<ref>{{Cite journal|last=Octavia, D. A., Sumarjono, dan Marjono|date=2020|title=The Oral Tradition of Untung Suropati Among the People of Pasuruan from 1975 to 2018|url=https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JHIS/article/download/17954/8299/|journal=Jurnal Historica|volume=4|issue=1|pages=42|issn=2252-4673}}</ref> Sejak memiliki budak baru, karier dan kekayaan Moor meningkat pesat. Anak kecil itu dianggap pembawa keberuntungan sehingga diberi nama "'''Si Untung'''".
Ketika Untung berumur 20 tahun, ia dimasukkan penjara oleh Moor karena
▲Ketika Untung berumur 20 tahun, ia dimasukkan penjara oleh Moor karena berani menikahi putrinya yang bernama Suzane. Untung kemudian menghimpun para tahanan dan berhasil kabur dari penjara dan menjadi buronan.
Pada tahun 1683 [[Sultan Ageng Tirtayasa]] raja [[Banten]] dikalahkan [[VOC]]. Putranya yang bernama [[Pangeran Purbaya (Banten)]] melarikan diri ke [[Gunung Gede]]. Ia memutuskan menyerah tetapi hanya mau dijemput perwira [[VOC]] [[pribumi]].▼
Kapten Ruys (pemimpin benteng Tanjungpura) berhasil menemukan kelompok Untung. Mereka ditawari pekerjaan sebagai tentara [[VOC]] daripada hidup sebagai buronan. Untung pun dilatih ketentaraan, diberi pangkat letnan, dan ditugasi menjemput
▲== Mendapat Nama Surapati ==
▲Pada tahun 1683 [[Sultan Ageng Tirtayasa]] raja [[Banten]] dikalahkan [[VOC]]. Putranya yang bernama [[Pangeran Purbaya]] melarikan diri ke Gunung Gede. Ia memutuskan menyerah tetapi hanya mau dijemput perwira [[VOC]] pribumi.
Untung menemui
▲Kapten Ruys (pemimpin benteng Tanjungpura) berhasil menemukan kelompok Untung. Mereka ditawari pekerjaan sebagai tentara [[VOC]] daripada hidup sebagai buronan. Untung pun dilatih ketentaraan, diberi pangkat letnan, dan ditugasi menjemput [[Pangeran Purbaya]].
▲Untung menemui [[Pangeran Purbaya]] untuk dibawa ke Tanjungpura. Datang pula pasukan Vaandrig Kuffeler yang memperlakukan [[Pangeran Purbaya]] dengan kasar. Untung tidak terima dan menghancurkan pasukan Kuffeler di Sungai Cikalong, 28 Januari 1684.
Ketika melewati [[Kesultanan Cirebon]], Untung
▲[[Pangeran Purbaya]] tetap menyerah ke Tanjungpura, tapi istrinya yang bernama Gusik Kusuma meminta Untung mengantarnya pulang ke [[Kartasura]]. Untung kini kembali menjadi buronan [[VOC]]. Antara lain ia pernah menghancurkan pasukan Jacob Couper yang mengejarnya di desa Rajapalah.
▲Ketika melewati [[Cirebon]], Untung bertengkar dengan Raden Surapati anak angkat sultan. Setelah diadili, terbukti yang bersalah adalah Suropati. Surapati pun dihukum mati. Sejak itu nama Surapati oleh [[Sultan]] [[Cirebon]] diserahkan kepada Untung.
== Terbunuhnya Kapten Tack ==
{{main|Pemberontakan Untung Surapati}}
Untung alias Suropati tiba di [[Kartasura]] mengantarkan Raden Ayu Gusik Kusuma pada ayahnya, yaitu Patih Nerangkusuma. Nerangkusuma adalah tokoh anti [[VOC]] yang gencar mendesak [[Amangkurat II]] agar mengkhianati perjanjian dengan bangsa [[Belanda]] itu. Nerangkusuma juga menikahkan Gusik Kusuma dengan Suropati.▼
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Schildering voorstellende de moord op kapitein Tack in Kartasura TMnr H-796.jpg|jmpl|250px|Lukisan tradisional [[Suku Jawa|Jawa]] karya Tirto dari Grisek menggambarkan terbunuhnya Kapten [[François Tack]] oleh Surapati di [[Kartasura]] (1686) di bawah Susuhunan [[Amangkurat II]].]]
▲Untung alias
Kapten
Pertempuran pun meletus di halaman keraton. Pasukan [[VOC]] hancur. Sebanyak 75 orang [[Belanda]] tewas. Kapten Tack sendiri tewas di tangan
== Bergelar Tumenggung Wiranegara ==
[[Amangkurat II]] takut
Untung
Pada tahun 1690 [[Amangkurat II]] pura-pura mengirim pasukan untuk merebut [[Pasuruan]]. Tentu saja pasukan ini mengalami kegagalan karena pertempurannya hanya bersifat sandiwara sebagai usaha mengelabui [[VOC]].
== Kematian Untung
Sepeninggal [[Amangkurat II]] tahun 1703, terjadi perebutan takhta [[Kartasura]] antara [[Amangkurat III]] melawan [[Pangeran Puger]]. Pada tahun 1704 [[Pangeran Puger]] mengangkat diri menjadi [[Pakubuwana I]] dengan dukungan [[VOC]]. Tahun 1705 [[Amangkurat III]] diusir dari [[Kartasura]] dan berlindung ke [[Pasuruan]].
Pada bulan September 1706 gabungan pasukan [[VOC]], [[
Pada tanggal [[18 Juni]] [[1707]] Herman de Wilde memimpin ekspedisi mengejar [[Amangkurat III]]. Ia menemukan makam
▲Pada tanggal 18 Juni 1707 Herman de Wilde memimpin ekspedisi mengejar [[Amangkurat III]]. Ia menemukan makam Suropati yang segera dibongkarnya. Jenazah Suropati pun dibakar dan abunya dibuang ke laut.
[[Berkas:An unknown artist's depiction of the attack on Captain Tack at Kartasura by Untung Suropati in 1684, under Susuhunan Amangkurat, Stichting Nationaal Museum van Wereldculturen.jpg|jmpl|Penggambaran oleh seniman tak dikenal tentang penyerangan Untung Suropati terhadap Kapten Tack di Kartasura]]
Putra-putra Untung
Sebagian pengikut Untung
▲== Perjuangan Putra-Putra Suropati ==
▲Putra-putra Untung Suropati, antara lain Raden Pengantin, Raden Suropati, dan Raden Suradilaga memimpin pengikut ayah mereka (campuran orang [[Jawa]] dan [[Bali]]). Sebagian dari mereka ada yang tertangkap bersama [[Amangkurat III]] tahun 1708 dan ikut dibuang ke [[Srilangka]].
Setelah Jayapuspita kalah tahun 1718 dan mundur ke [[Mojokerto]], pengikut
▲Sebagian pengikut Untung Suropati bergabung dalam pemberontakan Arya Jayapuspita di [[Surabaya]] tahun 1717. Pemberontakan ini sebagai usaha balas dendam atas dihukum matinya [[Adipati Jangrana]] yang terbukti diam-diam memihak Suropati dalam perang tahun 1706.
Salah satu keturunan Untung Suropati yang berjuang melawan VOC adalah [[Adipati Malayakusuma]]. Bersama dengan anak keturunan Suropati lainnya, putra [[Tumenggung Kartonegoro]] ini mempertahankan wilayah Malang pada dari serbuan VOC sejak tahun 1762 hingga 1768. Setelah Malang takluk maka perjuangan anak keturunan Untung Suropati terhenti. Sebagian besar tertangkap sementara yang lainnya bersembunyi di Pegunungan Tengger.
▲Setelah Jayapuspita kalah tahun 1718 dan mundur ke [[Mojokerto]], pengikut Suropati masih setia mengikuti. Mereka semua kemudian bergabung dalam pemberontakan Pangeran Blitar menentang [[Amangkurat IV]] yang didukung [[VOC]] tahun 1719. Pemberontakan ini berhasil dipadamkan tahun 1723. Putra-putra Untung Suropati dan para pengikutnya dibuang [[VOC]] ke [[Srilangka]].
== Dalam karya sastra dan media lain ==
Penulis Hindia Belanda [[Melati van Java]] (nama samaran dari Nicolina Maria Sloot) juga pernah menulis roman berjudul ''Van Slaaf Tot Vorst'', yang terbit pada tahun [[1887]]. Karya ini kemudian diterjemahkan oleh FH Wiggers dan diterbitkan tahun [[1898]] dengan judul ''Dari Boedak Sampe Djadi Radja''. Penulis pribumi yang juga menulis tentang kisah ini adalah sastrawan [[Abdul Muis]] dalam novelnya yang berjudul ''Surapati''.▼
Kisah perjalanan hidup Untung Surapati yang legendaris, selain sekarang menjadi nama jalan yang umum di [[Indonesia]], juga cukup banyak ditulis dalam bentuk sastra. Salah satunya dalam ''[[Babad Tanah Jawi]]''.{{Butuh rujukan}} Kisah Untung juga diceritakan dalam ''Babad Trunajaya-Surapati''. Dalam babad ini, Untung diceritakan memiliki sifat yang ramah, pemberani dan berhati baik.<ref>{{Cite journal|last=Wijaya, G. S., dkk.|date=2019|title=Peranan Untung Surapati di Wilayah Mataram dalam Babad Trunajaya-Surapati|url=http://jurnalfahum.uinsby.ac.id/index.php/Suluk/article/download/268/155/627|journal=Suluk: Jurnal Bahasa, Sastra dan Budaya|volume=1|issue=1|pages=52}}</ref>
▲Penulis Hindia Belanda [[Melati van Java]] (nama samaran dari Nicolina Maria Sloot) juga pernah menulis roman berjudul ''[[Van Slaaf Tot Vorst]]'', yang terbit pada tahun [[1887]]. Karya ini kemudian diterjemahkan oleh [[FH Wiggers]] dan diterbitkan tahun [[1898]] dengan judul ''Dari Boedak Sampe Djadi Radja''. Penulis pribumi yang juga menulis tentang kisah ini adalah sastrawan [[Abdul Muis]] dalam novelnya yang berjudul ''[[Surapatin (novel)|Surapati]]''.
Taman ''Burgemeester Bisschopplein'' di [[Batavia]] (sekarang [[Jakarta]]) pasca kemerdekaan Indonesia diubah namanya menjadi "[[Taman Suropati]]" untuk mengabadikan nama Untung Surapati.
== Referensi ==
{{reflist}}
=== Daftar pustaka ===
* [[Abdul Muis]]. 1999. ''Surapati''. cet. 11. Jakarta: Balai Pustaka
* ''Babad Tanah Jawi, Mulai dari Nabi Adam Sampai Tahun 1647''. (terj.). 2007. Yogyakarta: Narasi
* [[M.C. Ricklefs]]. 1991. ''Sejarah Indonesia Modern'' (terj.). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
* Margana, Sri (2007). "Java's Last Frontier : The struggle for hegemony of Blambangan, c. 1763-1813". The Leiden University Scholarly Repository
== Pranala luar ==
* {{id}} [http://www.kompas.com/kompas-cetak/0308/16/pustaka/493021.htm Artikel di bagian Pustakaloka - "Tenggelamnya Sebuah Roman"], ''[[KOMPAS]]'', 16 Agustus 2003
{{Pahlawan Indonesia}}
{{lifetime|1660|1706|}}
{{DEFAULTSORT:
[[
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia]]
[[Kategori:
[[Kategori:
[[Kategori:Tokoh dari Budak]]
|