Na (aksara Bali): Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
M. Adiputra (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan |
k clean up |
||
(14 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{AksaraBali infobox
| Image
| Nama = Na
| Warga = dantya
| Latin = Na
| Fonem = [
| Gantungan =
| Aksara = Bali
| IAST = Na
| Unicode = 1B26
}}
== Fonem ==
== Penggunaan ==
Baris 20 ⟶ 21:
! bgcolor="white"|''Dantya'' (gigi)
|-
| [[Berkas:Dental.png|Center|180px
|-
|
Baris 26 ⟶ 27:
! bgcolor="white"|''Murdhanya'' (tarik-belakang)
|-
| [[Berkas:Retroflex.png|
|-
|
Baris 32 ⟶ 33:
! bgcolor="white"|''Talawya'' (langit-langit)
|-
| [[Berkas:Palataal.JPG|
|}
Penggunaan aksara
Gantungan aksara Na disebut Na kojong (dalam [[bahasa Bali]], ''kojong'' berarti [[kerucut]]).
Apabila dalam suatu kata terkandung bunyi /n/ yang menyusul bunyi /r/ (contohnya: "warna", "purna", "sirna", dsb), maka apabila disalin menjadi aksara Bali, huruf N pada kata tersebut patut ditulis dengan Na rambat, bukan Na kojong.<ref>Simpen, hal. 27.</ref> Hal ini dianjurkan karena penulisan kata-kata dengan menggunakan aksara Bali harus memperhatikan daerah artikulasi. Posisi lidah saat mengucapkan bunyi /r/ disusul bunyi /n/ (contohnya huruf N pada kata "warna") berbeda dengan mengucapkan bunyi /n/ tidak menyusul bunyi /r/ (contohnya huruf N pada kata "nama"). Saat menyusul bunyi /r/, bunyi /n/ berubah menjadi bunyi /ɳ/.▼
=== Perubahan menjadi Na rambat ===
Apabila dalam suatu kata terkandung bunyi /n/ ([[konsonan dental]]/warga dantya) yang disusul oleh bunyi /c/ atau /ɟ/ ([[konsonan palatal]]/warga talawya), maka bunyi /n/ tersebut berubah menjadi bunyi /ɲ/ (konsonan nasal palatal). Contohnya: "ra<u>nj</u>ang", "pa<u>nc</u>ing", "pa<u>nj</u>ang", "ma<u>nj</u>a", dsb. Dalam aksara Bali, konsonan nasal palatal dilambangkan dengan huruf [[Nya (aksara Bali)|Nya]] (huruf Latin: Ñ). Maka dari itu, apabila dalam suatu kata ada huruf N yang diikuti oleh huruf C maupun J, bila disalin menjadi aksara Bali, huruf N tersebut patut ditulis dengan [[Nya (aksara Bali)|Nya]], bukan Na kojong.<ref>Tinggen, hal. 28.</ref>▼
▲Apabila dalam suatu kata terkandung bunyi {{IPA|/n/}} yang menyusul bunyi {{IPA|/r/}} (contohnya: "warna", "purna", "sirna", dsb), maka apabila disalin menjadi aksara Bali, huruf N pada kata tersebut patut ditulis dengan Na rambat, bukan Na.<ref
Apabila dalam suatu kata ada bunyi /n/ yang diikuti oleh /ʈ/ maupun /ɖ/ (konsonan retrofleks/warga murdhanya), maka bunyi /n/ (konsonan dental) tersebut akan berubah menjadi /ɳ/ (konsonan retrofleks). Maka dari itu, apabila dalam suatu kata ada huruf Na kojong yang dilekati oleh gantungan Ta latik maupun Da madu, huruf Na kojong tersebut patut diganti dengan Na rambat.<ref>Tinggen, hal. 29.</ref>▼
=== Perubahan menjadi Nya ===
▲Apabila dalam suatu kata terkandung bunyi {{IPA|/n/}} ([[konsonan
=== Mengikuti konsonan tarik-belakang ===
▲Apabila dalam suatu kata ada bunyi {{IPA|/n/}} yang diikuti oleh {{IPA|/ʈ/}} maupun {{IPA|/ɖ/}} ([[konsonan
== Lihat pula ==
Baris 46 ⟶ 55:
* [[Nya (aksara Bali)|Nya]]
* [[Ra (aksara Bali)|Ra]]
* [[Bantuan:Pengucapan|Halaman panduan pengucapan fonem]]
== Catatan kaki ==
Baris 54 ⟶ 64:
* Surada, I Made. 2007. ''Kamus Sanskerta-Indonesia.'' Surabaya: Penerbit Paramitha.
* Simpen, I Wayan. ''Pasang Aksara Bali.'' Diterbitkan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Daerah Tingkat I Bali.
{{aksara Bali}}
[[Kategori:
|