Peristiwa Sanggoledo: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k bot kosmetik perubahan |
k Membatalkan 1 suntingan oleh 125.166.124.149 (bicara) ke revisi terakhir oleh Hysocc Tag: Pembatalan |
||
(37 revisi perantara oleh 24 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{kembangkan}}
'''Peristiwa Sanggau Ledo''' adalah sebuah konflik etnis yang melibatkan [[suku Dayak]] dengan [[suku Madura]] yang terjadi di [[Sanggau Ledo, Bengkayang|Sanggau Ledo]] (sekarang masuk [[Kabupaten Bengkayang]]), provinsi [[Kalimantan Barat]] pada bulan Desember 1996 hingga Januari 1997.
▲|rapikan=Maret 2010}}
==
Kerusuhan terbesar dan terluas terjadi akhir tahun [[1996]] yang dimulai di [[Sanggau Ledo, Bengkayang|Sanggau Ledo]], [[Kabupaten Sambas]]. Kerusuhan yang kemudian disebut Kasus Sanggau Ledo tersebut bermula dari kejadian sepele: "''senggolan dangdut''".
Awalnya, menjelang tahun baru [[1997]], ada pertunjukan musik dangdut untuk merayakan sebuah resepsi perkawinan di Pasar Ledo. Anak muda dari beberapa kecamatan, termasuk dari Sanggau Ledo yang bertaut sekitar 30 kilometer, pun ramai-ramai bertandang.
Di antara keremangan Minggu malam [[29 Desember]] itu, ketika anak-anak muda tersebut asyik berjoget, dua pemuda tuan rumah menyenggol seorang wanita yang dibawa pemuda Sanggau Ledo. Tak senang kawan wanitanya disenggol, sekelompok pemuda dari Sanggau Ledo melabrak. Mereka kemudian mengeroyok kedua pemuda tadi. Di antara pengeroyok, tiba-tiba ada yang menghunus senjata tajam, lalu tubuh kedua pemuda itu bergantian rebah bersimbah darah. Mereka segera dilarikan ke rumah sakit Bethesda di Kecamatan [[Samalantan, Bengkayang|Samalantan]], tak jauh dari sana.
Lantas saja tersiar kabar, kedua pemuda setempat suku Dayak itu meninggal dalam perjalanan. "Padahal mereka masih dirawat di rumah sakit," kata Kolonel Zainuri Hasyim --waktu itu Komandan Korem Kalimantan Barat--. Namun desas-desus telanjur menyebar.
Esoknya, [[30 Desember]], ratusan warga [[Ledo, Bengkayang|Ledo]] menyerbu Kecamatan Sanggau Ledo. Orang-orang Sanggau Ledo menyongsong. Maka tawuran massal tak terhindarkan di kampung yang berjarak sekitar 250 kilometer dari Pontianak, ibu kota Kalimantan Barat, tersebut.
Warga Sanggau Ledo asal Madura yang diserang tak mampu menahan. Maka sekitar 800 warga Sanggau Ledo diungsikan ke Pangkalan TNI Angkatan Udara Singkawang II, yang terletak di kota kecamatan tersebut. Sekitar 200 warga lain diungsikan ke asrama Kompi C di Batalyon 641/Beruang Hitam di Singkawang, sekitar 120 kilometer dari Ledo.
Penyerbuan tak berlangsung sekali, pada tanggal [[1 Januari]], massa malah mengepung Lanud Singkawang II, yang telah menjadi kamp pengungsi itu. Untung mereka berhasil dihalau oleh Pasukan Khas TNI AU (Paskhas) berpusat di Bandung yang diterjunkan melalui udara menggunakan Alutsista TNI AU sehingga terkenal dengan sebutan "tentara langit" didukung satuan Brimob dan pasukan Beruang Hitam. Berangsur-angsur pengungsi dari Lanud Singkawang II ini diangkut ke Asrama Haji Pontianak dengan lima pesawat Cassa milik TNI Angkatan Udara.
Kerusuhan tak berhenti di kampung kecil yang letaknya tak jauh dari perbatasan negeri Serawak, Malaysia Timur, tersebut. Beberapa penduduk asal Madura yang tinggal di kecamatan tetangga, seperti Ledo, Bengkayang, dan Samalantan, juga terpaksa mengungsi. Hingga [[2 Januari]] [[1997]], empat hari setelah Kerusuhan Sanggau Ledo, sekitar 4.000 orang telah "hijrah" ke Singkawang. Panglima Kodam (Pangdam) VI/Tanjungpura Mayor Jenderal Namoeri Anoem yang berkantor di Balikpapan, Kalimantan Timur, datang ke daerah kerusuhan. Ia juga mengirimkan pasukan tambahan.
Kerusuhan mulai bisa ditanggulangi. Bersama pimpinan daerah Kalimantan Barat, tepat pada hari tahun baru itu, Pangdam menggelar pertemuan dengan sejumlah tokoh Dayak dan Madura di Singkawang. "Kedua belah pihak telah
bersedia membantu aparatur keamanan untuk menenangkan situasi," ujar Namoeri Anoem seusai pertemuan tersebut. Namun, di pelosok-pelosok suasana masih panas. Arus pengungsi terus berdatangan ke tempat aman.
Menurut Bupati Sambas, Tarya Aryanto, para pengungsi belum bisa kembali ke desa asal. "Mereka sudah tak memiliki tempat berteduh", kata Tarya. Sekitar 1.094 rumah, menurut Tarya, habis terbakar dalam kerusuhan yang disebut aparatur keamanan mengakibatkan lima orang meninggal dunia tersebut.<ref>{{id}} [http://www.gatra.com/versi_cetak.php?id=684 Gatra versi cetak – Rusuh Pontianak: Konflik 32 Tahun di Bumi Khatulistiwa.]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }} Pontianak, [[27 Oktober]] [[2000]].</ref>
== Referensi ==
{{reflist}}
== Lihat pula ==
* {{id}} [[Kerusuhan Sambas|Peristiwa Sambas]]
{{Bencana di Indonesia tahun 1990an}}
{{br}}{{peristiwa-stub}}
[[Kategori:Indonesia dalam tahun 1996]]
[[Kategori:Indonesia dalam tahun 1997]]
[[Kategori:Kerusuhan]]
[[Kategori:Sejarah Kalimantan]]
[[Kategori:Kabupaten Bengkayang]]
[[Kategori:Kabupaten Sambas]]
|