Peristiwa Sanggoledo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
TjBot (bicara | kontrib)
k bot kosmetik perubahan
k Membatalkan 1 suntingan oleh 125.166.124.149 (bicara) ke revisi terakhir oleh Hysocc
Tag: Pembatalan
 
(37 revisi perantara oleh 24 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{kembangkan}}
{{ArtikelBermasalah
|{{rapikan=Maret 2010}}
|tone=Maret 2010
'''Peristiwa Sanggau Ledo''' adalah sebuah konflik etnis yang melibatkan [[suku Dayak]] dengan [[suku Madura]] yang terjadi di [[Sanggau Ledo, Bengkayang|Sanggau Ledo]] (sekarang masuk [[Kabupaten Bengkayang]]), provinsi [[Kalimantan Barat]] pada bulan Desember 1996 hingga Januari 1997.
|nocat=Maret 2010
|rapikan=Maret 2010}}
'''Peristiwa Sanggoledo''' adalah sebuah peristiwa sosial yang menarik karena peristiwa ini tidak dapat lagi dilepaskan dari persoalan ensititas <ref>Google Books "Mencari Indonesia: demografi-politik pasca-Soeharto, Riwanto Tirtosudarmo" 'Google Books' [http://books.google.co.id/books?id=oLVTKSefAtIC&pg=PR13&lpg=PR13&dq=Peristiwa+Sanggoledo+1997&source=bl&ots=IinzP0x5u4&sig=rW8rg1GB5JklmYrJj4BC-8mE778&hl=id&ei=O4-nS5jfAcmfrAfRzNjiAQ&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=1&ved=0CAgQ6AEwAA#v=onepage&q=Peristiwa%20Sanggoledo%201997&f=false]</ref>
Peristiwa ini adalah sebuah peristiwa berdarah yang terjadi di sanggau ledo kalimantan barat, antara suku dayak dan madura, peristiwa ini lebih parah daripada kerusuhan - kerusuhan sebelumnya.
 
== Kapan TerjadinyaKronologi ==
Kerusuhan terbesar dan terluas terjadi akhir tahun [[1996]] yang dimulai di [[Sanggau Ledo, Bengkayang|Sanggau Ledo]], [[Kabupaten Sambas]]. Kerusuhan yang kemudian disebut Kasus Sanggau Ledo tersebut bermula dari kejadian sepele: "''senggolan dangdut''".
 
Awalnya, menjelang tahun baru [[1997]], ada pertunjukan musik dangdut untuk merayakan sebuah resepsi perkawinan di Pasar Ledo. Anak muda dari beberapa kecamatan, termasuk dari Sanggau Ledo yang bertaut sekitar 30 kilometer, pun ramai-ramai bertandang.
Perang antar suku Madura dan Dayak di Sanggauledo - Kalimantan pada bulan [[Desember 1996]] hingga [[Januari 1997]]. <ref>[http://www.fica.org/hr/Sanggauledo.html FICA.org: Sanggoledo]</ref>
 
Di antara keremangan Minggu malam [[29 Desember]] itu, ketika anak-anak muda tersebut asyik berjoget, dua pemuda tuan rumah menyenggol seorang wanita yang dibawa pemuda Sanggau Ledo. Tak senang kawan wanitanya disenggol, sekelompok pemuda dari Sanggau Ledo melabrak. Mereka kemudian mengeroyok kedua pemuda tadi. Di antara pengeroyok, tiba-tiba ada yang menghunus senjata tajam, lalu tubuh kedua pemuda itu bergantian rebah bersimbah darah. Mereka segera dilarikan ke rumah sakit Bethesda di Kecamatan [[Samalantan, Bengkayang|Samalantan]], tak jauh dari sana.
== Sejarah ==
Kerusuhan di tahun ini adalah kerusuhan yang amat berbau bar-bar di sebuah situs digambarkan foto seorang anak kecil yang kepalanya telah putus lalu diangkat oleh dua orang madura yang mengendarai sepeda motor.
 
Lantas saja tersiar kabar, kedua pemuda setempat suku Dayak itu meninggal dalam perjalanan. "Padahal mereka masih dirawat di rumah sakit," kata Kolonel Zainuri Hasyim --waktu itu Komandan Korem Kalimantan Barat--. Namun desas-desus telanjur menyebar.
Peristiwa ini juga melibatkan mangkuk merah yaitu sejenis mangkuk atau cawan terbuat dari porselin atau tanah liat yang diisi dengan beras, kunyit, dan darah Karena adanya darah berwarna merah, maka disebut mangkok merah. Keberadaan darah dalam mangkuk itu menunjukkan kepada orang yang menerima bahwa ada saudara sesuku yang mengeluarkan darah oleh karena perlakuan orang yang dianggap musuh atau lawan.
 
Esoknya, [[30 Desember]], ratusan warga [[Ledo, Bengkayang|Ledo]] menyerbu Kecamatan Sanggau Ledo. Orang-orang Sanggau Ledo menyongsong. Maka tawuran massal tak terhindarkan di kampung yang berjarak sekitar 250 kilometer dari Pontianak, ibu kota Kalimantan Barat, tersebut.
== Awal terjadi ==
Menurut situs Faith Freedom<ref>[http://indonesia.faithfreedom.org/forum/beginilah-jadinya-kalo-gak-menghormati-tuan-tanah-dayak-t6929/ "FFI" 'beginilah Jadinya kalo Gak menghormati Tuan tanah Dayak']</ref> ditulis bahwa :
"Salah satu penyebabnya adalah karena orang Dayak selama ini merasa terpinggirkan. Mereka adalah penduduk mayoritas di Kalimantan Barat, namun mereka tersisih secara ekonomi, budaya, maupun politik. Ketersisihan ini membuat orang Dayak tertekan dan frustasi.
 
Warga Sanggau Ledo asal Madura yang diserang tak mampu menahan. Maka sekitar 800 warga Sanggau Ledo diungsikan ke Pangkalan TNI Angkatan Udara Singkawang II, yang terletak di kota kecamatan tersebut. Sekitar 200 warga lain diungsikan ke asrama Kompi C di Batalyon 641/Beruang Hitam di Singkawang, sekitar 120 kilometer dari Ledo.
Suku Madura menjadi sasaran konflik karena dianggap mewakili kaum pendatang yang menjarah kekayaan milik orang Dayak. Selain itu, etnis Madura juga dikenal agresif, baik dalam keseharian atau mencari nafkah. "Tapi, ini hanya salah satu sebab. Dalam konflik seperti ini, penyebabnya tidak tunggal tapi kompleks," jelasnya kepada detikcom.
 
Penyerbuan tak berlangsung sekali, pada tanggal [[1 Januari]], massa malah mengepung Lanud Singkawang II, yang telah menjadi kamp pengungsi itu. Untung mereka berhasil dihalau oleh Pasukan Khas TNI AU (Paskhas) berpusat di Bandung yang diterjunkan melalui udara menggunakan Alutsista TNI AU sehingga terkenal dengan sebutan "tentara langit" didukung satuan Brimob dan pasukan Beruang Hitam. Berangsur-angsur pengungsi dari Lanud Singkawang II ini diangkut ke Asrama Haji Pontianak dengan lima pesawat Cassa milik TNI Angkatan Udara.
Pengamat tentang budaya dan masyarakat Dayak ini lalu menunjuk pola pendidikan yang mendewakan keseragaman, dan menabukan perbedaan selama 30 tahun masa orde baru. Ini menyebabkan orang tidak menerima segala yang berbeda dari dirinya. Termasuk, etnis dan budaya.
 
Kerusuhan tak berhenti di kampung kecil yang letaknya tak jauh dari perbatasan negeri Serawak, Malaysia Timur, tersebut. Beberapa penduduk asal Madura yang tinggal di kecamatan tetangga, seperti Ledo, Bengkayang, dan Samalantan, juga terpaksa mengungsi. Hingga [[2 Januari]] [[1997]], empat hari setelah Kerusuhan Sanggau Ledo, sekitar 4.000 orang telah "hijrah" ke Singkawang. Panglima Kodam (Pangdam) VI/Tanjungpura Mayor Jenderal Namoeri Anoem yang berkantor di Balikpapan, Kalimantan Timur, datang ke daerah kerusuhan. Ia juga mengirimkan pasukan tambahan.
Kelompok Diskusi Kalbar di Singkawang, dalam kajiannya tak lama setelah Tragedi Sambas 1999, melihat masalah perbenturan budaya sebagai salah satu akar konflik antara etnis Madura dengan Dayak maupun Melayu "
 
Kerusuhan mulai bisa ditanggulangi. Bersama pimpinan daerah Kalimantan Barat, tepat pada hari tahun baru itu, Pangdam menggelar pertemuan dengan sejumlah tokoh Dayak dan Madura di Singkawang. "Kedua belah pihak telah
Sementara itu dari sebuah situs yang lain<ref>Muhlis Blogspot 'mereka yang tercabut' [http://muhlissuhaeri.blogspot.com/2007/05/mereka-yang-tercerabut.html]</ref>
bersedia membantu aparatur keamanan untuk menenangkan situasi," ujar Namoeri Anoem seusai pertemuan tersebut. Namun, di pelosok-pelosok suasana masih panas. Arus pengungsi terus berdatangan ke tempat aman.
mengungkapkan bahwa :
" seorang aktifis LSM Mitra Sekolah menuturkan, kerusuhan Sambas hanya soal waktu. Ada prakondisi sebelum kerusuhan meledak. Kerusuhan Sanggoledo 1997, waktunya menjelang Pemilu 1998. Kerusuhan 1999, juga menjelang Pemilu 1999.
 
Menurut Bupati Sambas, Tarya Aryanto, para pengungsi belum bisa kembali ke desa asal. "Mereka sudah tak memiliki tempat berteduh", kata Tarya. Sekitar 1.094 rumah, menurut Tarya, habis terbakar dalam kerusuhan yang disebut aparatur keamanan mengakibatkan lima orang meninggal dunia tersebut.<ref>{{id}} [http://www.gatra.com/versi_cetak.php?id=684 Gatra versi cetak – Rusuh Pontianak: Konflik 32 Tahun di Bumi Khatulistiwa.]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }} Pontianak, [[27 Oktober]] [[2000]].</ref>
Mabes Polri, sebagaimana ditulis majalah D&R edisi 3-8 Mei 1999, sempat menunjuk Prof. Parsudi Suparlan guna memimpin pakar antropologi, sosiologi, dan psikologi, untuk meneliti akar konflik itu selama 9-20 April 1999. Tim dianggotai Prof. Budhisantoso, Prof. Sardjono Jatiman, Prof. Sarlito Wirawan, dan Prof. Syarif Ibrahim Alqadrie.
 
== Referensi ==
Suparlan berpendapat, konflik antarkomunitas etnis di Sambas terjadi karena orang Madura yang ada di Sambas atau di Kalbar, umumnya bersifat ingin menang-menangan. Tidak ada patokan aturan yang mereka ikuti. Sementara itu, orang Melayu seperti orang Jawa, lebih nrimo, mengalah. Orang Melayu lebih senang hidup rukun damai daripada cari perkara. Orang Madura sekiranya ada persengketaan sedikit, langsung cabut clurit. Membacok. Orang-orang Melayu takut. “Karena orang Madura tahu orang Melayu takut, ya, mereka menjadi lebih sewenang-wenang lagi.” "
{{reflist}}
 
== Lihat pula ==
Kesimpulannya adalah penyebab terjadi sanggoledo ini belum diketahui.
* {{id}} [[Kerusuhan Sambas|Peristiwa Sambas]]
 
{{Bencana di Indonesia tahun 1990an}}
== Awal terjadinya pengungsian, dan di daerah mana pengungsian itu berada ==
 
{{br}}{{peristiwa-stub}}
Pemda menempatkan pengungsi di berbagai fasilitas umum, seperti komplek GOR Pangsuma, Stadiun Sultan Syarif Abdurrahman, Stadiun Bulu Tangkis Khatulistiwa, dan asrama haji.
 
[[Kategori:Indonesia dalam tahun 1996]]
Dan ketika kerusuhan yang berbau SARA kembali meluas di tahun 1999 yaitu [[peristiwa Sambas]]. banyak pengungsi yang ingin kembali menempati tempat umum tersebut. Kala itu, masyarakat diangkut dengan truk, dan sebagian lagi dengan kapal perang milik TNI AL.
[[Kategori:Indonesia dalam tahun 1997]]
terjadi pula perdebatan alot antara Pemda Kalbar dengan mahasiswa, dan tokoh masyarakat Madura ketika pengungsi mendekati Pontianak. Dalam rapat itu, Pemda menolak menempatkan pengungsi di berbagai fasilitas umum, seperti komplek GOR Pangsuma, Stadiun Sultan Syarif Abdurrahman, Stadiun Bulu Tangkis Khatulistiwa, dan asrama haji. Dengan alasan ketika peristiwa sanggoledo banyak barang-barang yang dirusak. <ref>Muhlis Blogspot 'mereka yang tercabut' [http://muhlissuhaeri.blogspot.com/2007/05/mereka-yang-tercerabut.html]</ref>
[[Kategori:Kerusuhan]]
Akhirnya Negosiasi berlangsung di rumah pendopo gubernur Kalbar yang kala itu dipimpin oleh Alm. [[Aspar Aswin]], beberapa kepala dinas, mahasiswa dan tokoh Madura, H. Sulaiman. Dan akhirnya sikap pemerintah melunak dan menampung pengungsi di tempat umum.
[[Kategori:Sejarah Kalimantan]]
[[Kategori:Kabupaten Bengkayang]]
== Keadaan Kalimantan Barat sekarang ==
[[Kategori:Kabupaten Sambas]]
Syukur alhamdulillah keadaan Kalimantan Barat saat ini sudah aman, dan semoga tidak ada lagi peristiwa-peristiwa yang berdarah terjadi di kalimantan barat ini. Hal ini dikarenakan Gubernur Kalimantan Barat dipimpin oleh [[Cornelis]] yang bersuku dayak, Wakil Gubernur adalah [[Christiandy Sanjaya]] bersuku tionghoa, Walikota Pontianak[[Sutarmidji]] bersuku melayu, wakil walikota[[Paryadi]] bersuku Madura, dan belum lagi beberapa bupati - bupati yang bersuku Jawa.
Hingga tulisan ini dibuat, seluruh penduduk kalimantan barat masih berbeda-beda namun harmonis.
 
== References ==
 
{{refs|2}}