Monumen Nasional: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Membatalkan 1 suntingan by 120.188.67.20 (bicara): -> Bajaj bukan bagian dari BRT (🕵️‍♂️)
Tag: Pembatalan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(487 revisi antara oleh lebih dari 100 100 pengguna tak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox building
| building_name = Monumen Nasional
| image = Merdeka =Square Monas by day02.jpg
| caption = Monumen Nasional pada tahun = Monumen Nasional2010
| mapframe-zoom = 15
| map_type =
| altitude =
| building_type =
| architectural_style =
| structural_system =
| cost =
| ren_cost = =
| location = [[Jakarta Pusat]], [[Indonesia]]
| address = [[Gambir, Jakarta Pusat|Gambir]], [[Jakarta Pusat]]
| address = Jalan Lapangan Monas
| client =
| owner = [[Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta]]
| owner =
| operator = Unit Pengelola Kawasan Monumen Nasional
| current_tenants =
| landlord current_tenants =
| coordinates landlord =
| coordinates =
| start_date = [[17 Agustus]] [[1961]]
| start_date = {{launch date and age|df=yes|1961|8|17}}
| inauguration_date = [[12 Juli]] [[1975]]
| completion_date =
| demolition_date =
| inauguration_date = {{launch date and age|df=yes|1975|7|12}}
| destruction_date =
| opened_date =
| height = 132 m
| renovation_date = {{bulleted list|17 Agustus 1995|17 Agustus 2005|17 Agustus 2015}}
| diameter =
| other_dimensions destruction_date =
| height = 132 meter
| floor_count =
| floor_area diameter =
| other_dimensions =
| main_contractor = P.N. Adhi Karya <br />(foundation piles)
| floor_count =
| architect = Frederich Silaban, <br /> R.M. Soedarsono
| floor_area =
| architecture_firm =
| main_contractor = P.N. Adhi Karya (tiang fondasi)
| architect = {{unbulleted list|[[Friedrich Silaban]]|[[Soedarsono (seniman)|Soedarsono]]}}
| architecture_firm =
| structural_engineer =
| services_engineer =
| civil_engineer =
| other_designers =
| quantity_surveyor =
| awards =
| ren_architect =
| ren_firm = =
| ren_str_engineer =
| ren_serv_engineer =
| ren_civ_engineer =
| ren_oth_designers =
| ren_qty_surveyor =
| ren_awards =
| public_transit = {{rint|jakarta|tjk1}} {{rint|jakarta|tjk3}} [[Halte Transjakarta Monumen Nasional|Halte Monumen Nasional]]<br>{{rint|jakarta|tjk2}} [[Halte Transjakarta Balai Kota|Halte Balai Kota]]<br>{{rint|jakarta|tjk2}} [[Halte Transjakarta Gambir|Halte Gambir 1]] dan [[Halte Transjakarta Gambir 2|2]]
| references =
| map_caption = Lokasi di [[Jakarta]]
}}
 
'''Monumen Nasional ''' atau yang populer disingkat dengan '''Monas''' atau '''Tugu Monas''' adalah salah satu dari monumen peringatan yang didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat [[Indonesia]] melawan penjajah [[Belanda]].
'''Monumen Nasional''' atau yang disingkat dengan '''''Monas''''' atau '''''Tugu Monas''''' adalah monumen peringatan setinggi 132 meter (433 kaki) yang terletak tepat di tengah Lapangan [[Medan Merdeka]], [[Jakarta Pusat]]. Monas didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan [[rakyat]] [[Indonesia]] dalam merebut [[kemerdekaan]] dari pemerintahan kolonial [[Kerajaan Belanda]]. Pembangunan dimulai pada [[17 Agustus]] [[1961]] di bawah perintah Presiden [[Soekarno]] dan diresmikan hingga dibuka untuk umum pada [[12 Juli]] [[1975]] oleh Presiden [[Soeharto]]. Tugu ini dimahkotai lidah api yang dilapisi lembaran [[emas]] yang melambangkan semangat perjuangan yang menyala-nyala dari rakyat Indonesia.
 
Tugu Monumen Nasional dan museum buka setiap hari mulai pukul 06:00 hingga 16:00 [[Waktu Indonesia Barat|WIB]] ([[UTC+7]]) sepanjang minggu kecuali hari [[Senin]] saat tugu tutup.
 
== Sejarah ==
Ide awal pendirian Monumen adalah seorang warga negara RI biasa, seorang swasta, warga kota sederhana dari Jakarta bernama Sarwoko Martokoesoemo,” kata Sudiro.
Setelah pusat pemerintahan [[Negara Kesatuan Republik Indonesia]] kembali ke [[Jakarta]] yang sebelumnya berkedudukan di [[Kota Yogyakarta|Yogyakarta]] pada tahun 1950, menyusul pengakuan kedaulatan [[Negara Kesatuan Republik Indonesia]] oleh pemerintahan kolonial [[Kekaisaran Belanda]] pada tahun 1949, perencanaan pembangunan sebuah Monumen Nasional yang setara dengan [[Menara Eiffel]] di lapangan tepat di depan [[Istana Merdeka]]. Pembangunan Tugu Monas bertujuan mengenang dan melestarikan perjuangan [[bangsa Indonesia]] pada masa revolusi kemerdekaan 1945, agar terus membangkitkan inspirasi dan semangat [[patriotisme]] generasi penerus bangsa.
[[File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Reclamepaviljoen_van_Volkswagen_op_de_jaarbeurs_bij_het_Nationaal_Monument_(Monas)_op_het_Merdeka-plein_TMnr_20018020.jpg|263x263px|thumb|Monas Tahun 1969. Foto ini merupakan bagian dari koleksi foto milik [[Tropenmuseum]] di [[Amsterdam]], [[Belanda]].]]
 
Pada tanggal [[17 Agustus]] [[1954]], sebuah komite nasional dibentuk dan [[sayembara]] [[perancangan]] Monumen Nasional digelar pada tahun [[1955]]. Terdapat 51 karya yang masuk, akan tetapi hanya satu karya yang dibuat oleh [[Friedrich Silaban]] yang memenuhi kriteria yang ditentukan komite, antara lain menggambarkan karakter bangsa Indonesia dan dapat bertahan selama berabad-abad. Sayembara kedua digelar pada tahun [[1960]] tetapi sekali lagi tak satupun dari 136 peserta yang memenuhi kriteria. Ketua juri kemudian meminta [[Silaban]] untuk menunjukkan rancangannya kepada [[Soekarno]]. Akan tetapi Soekarno kurang menyukai rancangan itu dan ia menginginkan monumen itu berbentuk [[lingga (arca)|lingga]] dan [[yoni]]. Silaban kemudian diminta merancang monumen dengan tema seperti itu, akan tetapi rancangan yang diajukan Silaban terlalu luar biasa sehingga biayanya sangat besar dan tidak mampu ditanggung oleh anggaran negara, terlebih kondisi ekonomi saat itu cukup buruk. Silaban menolak untuk merancang bangunan yang lebih kecil dan menyarankan pembangunan ditunda hingga ekonomi Indonesia membaik. Soekarno kemudian meminta arsitek [[Soedarsono (seniman)|Soedarsono]] untuk melanjutkan rancangan itu. Soedarsono memasukkan angka 17, 8 dan 45 melambangkan [[17 Agustus]] [[1945]] memulai [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]] ke dalam rancangan monumen itu.<ref name="HEUKEN25"/><ref name="NATMONOFF39">National monument Office, Jakarta (1996) pp. 3-9</ref><ref name="DIMNOTE">Tinggi cawan dari halaman adalah 17 meter, lebar dasar monumen adalah 8 meter, serta lebar halaman cawan adalah 45 meter</ref>
Monumen Nasional yang terletak di Lapangan Monas, [[Jakarta Pusat]], dibangun pada dekade 1920an.
Tugu Peringatan Nasional ini kemudian dibangun di areal seluas 80 hektare. Tugu ini diarsiteki oleh [[Friedrich Silaban]] dan [[Soedarsono (seniman)|Soedarsono]] mulai dibangun [[17 Agustus]] [[1961]].
 
== Pembangunan ==
Tugu Peringatan Nasional dibangun di areal seluas 80 hektar. Tugu ini diarsiteki oleh Friedrich Silaban dan R. M. Soedarsono, mulai dibangun [[17 Agustus]] [[1961]], dan diresmikan [[12 Juli]] [[1975]] oleh [[Presiden Republik Indonesia]] [[Soeharto]].
[[Berkas:Sukarno Inspect Monas Construction.JPG|jmpl|kiri|Soekarno menginspeksi pembangunan Monas. Foto ini dibuat sekitar tahun 1963-1964.]]
Pembangunan terdiri atas tiga tahap. Tahap pertama, kurun [[1961]]/[[1962]]–[[1964]]/[[1965]] dimulai dengan dimulainya secara resmi pembangunan pada tanggal [[17 Agustus]] [[1961]] dengan Soekarno secara seremonial menancapkan pasak beton pertama. Total 284 pasak beton digunakan sebagai [[fondasi]] bangunan. Sebanyak 360 [[pasak bumi]] ditanamkan untuk fondasi museum sejarah nasional. Keseluruhan pemancangan fondasi rampung pada bulan [[Maret]] [[1962]]. Dinding museum di dasar bangunan selesai pada bulan [[Oktober]]. Pembangunan [[obelisk]] kemudian dimulai dan akhirnya rampung pada bulan [[Agustus]] [[1963]]. Pembangunan tahap kedua berlangsung pada kurun [[1966]] hingga [[1968]] akibat terjadinya [[Gerakan 30 September]] sehingga tahap ini sempat tertunda. Tahap akhir berlangsung pada tahun [[1969]]-[[1976]] dengan menambahkan [[diorama]] pada museum sejarah. Meskipun pembangunan telah rampung, masalah masih saja terjadi, antara lain kebocoran air yang menggenangi museum. Monumen secara resmi dibuka untuk umum dan diresmikan pada tanggal [[12 Juli]] [[1975]] oleh [[Presiden Republik Indonesia]] [[Soeharto]].[[Berkas:peresmianmonas.jpg|jmpl|kanan|500px|Presiden [[Soeharto]] dan Ibu [[Tien Soeharto]] meresmikan monas serta dibelakang Gubernur DKI Jakarta [[Ali Sadikin]] dan Istri]]<ref name="NATMONOFF1223">National monument Office, Jakarta (1996) pp. 12-23</ref><ref name="JAKGOVWEBSITE">Jakarta Administration website</ref> Lokasi pembangunan monumen ini dikenal dengan nama [[Medan Merdeka]]. Lapangan Monas mengalami lima kali penggantian nama yaitu ''Lapangan Gambir'', ''[[Lapangan Ikada]]'', ''[[Lapangan Merdeka]]'', ''Lapangan Monas'', dan ''Taman Monas''. Di sekeliling [[tugu]] terdapat taman, dua buah kolam dan beberapa lapangan terbuka tempat berolahraga. Pada hari-hari libur Medan Merdeka dipenuhi pengunjung yang berekreasi menikmati pemandangan Tugu Monas dan melakukan berbagai aktivitas dalam taman.
 
== Rancang Bangun Monumen ==
Pembangunan tugu Monas bertujuan mengenang dan melestarikan perjuangan bangsa Indonesia pada masa revolusi kemerdekaan [[1945]], agar terbangkitnya inspirasi dan semangat patriotisme generasi saat ini dan mendatang.
[[Berkas:Monas Construction Circa 1963.JPG|jmpl|Monumen Nasional dalam tahap pembangunan.]]
Rancang bangun Tugu Monas berdasarkan pada konsep pasangan [[universal]] yang [[abadi]]; [[Lingga (arca)|Lingga]] dan [[Yoni]]. Tugu [[obelisk]] yang menjulang tinggi adalah lingga yang melambangkan laki-laki, elemen [[maskulin]] yang bersifat [[aktif]] dan positif, serta melambangkan siang hari. Sementara pelataran cawan landasan [[obelisk]] adalah Yoni yang melambangkan perempuan, elemen [[feminin]] yang pasif dan negatif serta melambangkan malam hari.<ref>Monument Nasional brochure; [[Dinas Pariwisata dan Kebudayaan]] [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta]], Unit Pengelola Monumen Nasional</ref> Lingga dan yoni merupakan lambang [[kesuburan]] dan kesatuan harmonis yang saling melengkapi sedari masa [[prasejarah Indonesia]]. Selain itu bentuk Tugu Monas juga dapat ditafsirkan sebagai sepasang "[[alu]]" dan "[[Lesung]]", alat penumbuk padi yang didapati dalam setiap rumah tangga petani tradisional Indonesia. Dengan demikian rancang bangun Monas penuh dimensi khas budaya bangsa Indonesia. Monumen terdiri atas 117,7 meter obelisk di atas landasan persegi setinggi 17 meter, pelataran cawan. Monumen ini dilapisi dengan [[marmer]] [[Italia]].
 
Kolam di Taman Medan Merdeka Utara berukuran 25 x 25 meter dirancang sebagai bagian dari sistem pendingin udara sekaligus mempercantik penampilan Taman Monas. Di dekatnya terdapat kolam air pancur dan patung [[Pangeran Diponegoro]] yang sedang menunggang kudanya, terbuat dari perunggu seberat 8 ton. Patung itu dibuat oleh pemahat Italia, Prof. Coberlato <ref name="NATMONOFF2829">National monument Office, Jakarta (1996) pp. 28-29</ref> sebagai sumbangan oleh Konsul Jenderal Kehormatan adalah Dr. Mario di Indonesia. Pintu masuk Monas terdapat di taman Medan Merdeka Utara dekat patung [[Pangeran Diponegoro]]. Pintu masuk melalui terowongan yang berada 3 m di bawah taman dan jalan silang Monas inilah, pintu masuk pengunjung menuju tugu Monas. Loket tiket berada di ujung terowongan. Ketika pengunjung naik kembali ke permukaan tanah di sisi utara Monas, pengunjung dapat melanjutkan berkeliling melihat relief sejarah perjuangan Indonesia; masuk ke dalam museum sejarah nasional melalui pintu di sudut timur laut, atau langsung naik ke tengah menuju ruang kemerdekaan atau lift menuju pelataran puncak monumen.
Tugu Monas yang menjulang tinggi dan melambangkan lingga (alu atau anatan) yang penuh dimensi khas budaya bangsa Indonesia. Semua pelataran cawan melambangkan Yoni (lumbung). Alu dan lumbung merupakan alat rumah tangga yang terdapat hampir di setiap rumah penduduk pribumi Indonesia.
 
== Relief Sejarah Indonesia ==
Lapangan Monas mengalami lima kali penggantian nama yaitu ''Lapangan Gambir'', ''Lapangan Ikada'', ''Lapangan Merdeka'', ''Lapangan Monas'', dan ''Taman Monas''. Di sekeliling tugu terdapat taman, dua buah kolam dan beberapa lapangan terbuka tempat berolahraga. Pada hari-hari libur
[[Berkas:Relief of Indonesian History, Monas.JPG|jmpl|ka|250px|Relief timbul sejarah Indonesia menampilkan [[Gajah Mada]] dan sejarah [[Majapahit]]]]
Pada tiap sudut halaman luar yang mengelilingi monumen terdapat [[relief]] yang menggambarkan [[sejarah Indonesia]]. Relief ini bermula di sudut timur laut dengan mengabadikan kejayaan [[Nusantara]] pada masa lampau; menampilkan sejarah [[Singhasari]] dan [[Majapahit]]. Relief ini berlanjut secara [[kronologis]] searah jarum jam menuju sudut tenggara, barat daya, dan barat laut.
 
Secara kronologis menggambarkan masa [[penjajahan]] [[Belanda]], perlawanan rakyat Indonesia dan pahlawan-pahlawan nasional Indonesia, terbentuknya organisasi modern yang memperjuangkan Indonesia Merdeka pada awal abad ke-20, [[Sumpah Pemuda]], [[Pendudukan Jepang]] dan Perang Dunia II, proklamasi kemerdekaan Indonesia disusul [[Revolusi]] dan [[Perang kemerdekaan]] Republik Indonesia, hingga mencapai masa pembangunan Indonesia modern.
== Konstruksi dan Pameran ==
Relief dan patung-patung ini dibuat dari semen dengan kerangka pipa atau logam, namun beberapa patung dan arca tampak tak terawat dan rusak akibat hujan serta cuaca tropis.
 
== Museum Sejarah Nasional ==
Bentuk Tugu peringatan yang satu ini sangat unik. Sebuah batu obeliks yang terbuat dari marmer yang berbentuk lingga yoni simbol kesuburan ini tingginya 132 meter.
Di bagian dasar monumen pada kedalaman 3 meter di bawah permukaan tanah, terdapat Museum Sejarah Nasional Indonesia. Ruang besar museum sejarah perjuangan nasional dengan ukuran luas 80 x 80 meter, dapat menampung pengunjung sekitar 500 orang. Ruangan besar berlapis marmer ini terdapat 48 [[diorama]] pada keempat sisinya dan 3 diorama di tengah, sehingga menjadi total 51 diorama. Diorama ini menampilkan sejarah Indonesia sejak masa pra sejarah hingga masa [[Orde Baru]]. Diorama ini dimula dari sudut timur laut bergerak searah jarum jam menelusuri perjalanan sejarah Indonesia; mulai masa pra sejarah, masa kemaharajaan kuno seperti [[Sriwijaya]] dan [[Majapahit]], disusul masa penjajahan [[bangsa]] [[Eropa]] yang disusul perlawanan para pahlawan nasional pra kemerdekaan melawan [[Vereenigde Oostindische Compagnie|VOC]] dan pemerintah [[Hindia Belanda]]. [[Diorama]] berlangsung terus hingga masa pergerakan nasional Indonesia awal abad ke-20, [[Sejarah Nusantara (1942–1945)|pendudukan Jepang]], [[Sejarah Indonesia (1945–1949)|perang kemerdekaan]] dan [[Revolusi Nasional Indonesia|masa revolusi]] hingga masa [[Orde Baru]] pada masa pemerintahan [[Soeharto]].
 
== Ruang Kemerdekaan ==
Di puncak Monumen Nasional terdapat cawan yang menopang berbentuk nyala obor perunggu yang beratnya mencapai 14,5 ton dan dilapisi emas 35 Kilogram. Lidah api atau obor ini sebagai simbol perjuangan rakyat Indonesia yang ingin meraih kemerdekaan.
[[Berkas:Independence_Room.JPG|jmpl|ka|250px|Ruang Kemerdekaan]]
Di bagian dalam cawan monumen terdapat Ruang Kemerdekaan berbentuk amphitheater. Ruangan ini dapat dicapai melalui tangga berputar dari pintu sisi utara dan selatan. Ruangan ini menyimpan [[simbol]] kenegaraan dan [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia|kemerdekaan Republik Indonesia]]. Diantaranya [[naskah]] asli [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]] yang disimpan dalam kotak kaca di dalam gerbang berlapis emas, lambang negara Indonesia, peta kepulauan [[Negara Kesatuan Republik Indonesia]] berlapis emas dan [[Bendera Indonesia|bendera merah putih]] dan dinding yang bertulis naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.<ref name="HEUKEN25"/><ref name="NATMONOFF2428">National monument Office, Jakarta (1996) pp. 24-28</ref>
 
Di dalam Ruang Kemerdekaan Monumen Nasional ini digunakan sebagai ruang tenang untuk [[mengheningkan cipta]] dan bermeditasi mengenang hakikat kemerdekaan dan perjuangan bangsa Indonesia. Naskah asli proklamasi kemerdekaan Indonesia disimpan dalam kotak kaca dalam pintu gerbang berlapis emas. Pintu mekanis ini terbuat dari perunggu seberat 4 ton berlapis emas dihiasi ukiran [[Wijayakusuma (bunga)|bunga Wijaya Kusuma]] yang melambangkan keabadian, serta [[Teratai|bunga Teratai]] yang melambangkan kesucian. Pintu ini terletak pada dinding sisi barat tepat di tengah ruangan dan berlapis marmer hitam. Pintu ini dikenal dengan nama ''Gerbang Kemerdekaan'' yang secara mekanis akan membuka seraya memperdengarkan lagu "'''[[Padamu Negeri]]'''" diikuti kemudian oleh rekaman suara [[Soekarno]] tengah membacakan naskah proklamasi pada [[17 Agustus]] [[1945]].
Pelataran puncak dengan luas 11x11 dapat menampung sebanyak 50 pengunjung. Pada sekeliling badan elevator terdapat tangga darurat yang terbuat dari besi. Dari pelataran puncak tugu Monas, pengunjung dapat menikmati pemandangan seluruh penjuru kota [[Jakarta]]. Arah ke selatan berdiri dengan kokoh dari kejauhan Gunung Salak di wilayah kabupaten Bogor, Jawa Barat, arah utara membentang laut lepas dengan pulau-pulau kecil berserakan. Bila menoleh ke Barat membentang Bandara Soekarno-Hatta yang setiap waktu terlihat pesawat lepas landas.
 
Pada sisi selatan terdapat patung [[Lambang negara Indonesia|Garuda Pancasila]] sebagai [[lambang negara Indonesia]] terbuat dari perunggu seberat 3,5 ton dan berlapis emas. Pada sisi timur terdapat tulisan naskah proklamasi berhuruf perunggu, seharusnya sisi ini menampilkan bendera yang paling suci dan dimuliakan [[Bendera Indonesia|Sang Saka Merah Putih]], yang aslinya dikibarkan pada tanggal [[17 Agustus]] [[1945]]. Akan tetapi karena kondisinya sudah semakin tua dan rapuh, bendera suci ini tidak dipamerkan. Sisi utara dinding marmer hitam ini menampilkan [[kepulauan Nusantara]] berlapis emas, melambangkan lokasi [[Indonesia|Negara Kesatuan Republik Indonesia]].
Dari pelataran puncak, 17 m lagi ke atas, terdapat lidah api, terbuat dari perunggu seberat 14,5 ton dan berdiameter 6 m, terdiri dari 77 bagian yang disatukan.
 
== Pelataran Puncak dan Api Kemerdekaan ==
Pelataran puncak tugu berupa "Api Nan Tak Kunjung Padam" yang berarti melambangkan Bangsa Indonesia agar dalam berjuang tidak pernah surut sepanjang masa. Tinggi pelataran cawan dari dasar 17 m dan ruang museum sejarah 8 m. Luas pelataran yang berbentuk bujur sangkar, berukuran 45x45 m, merupakan pelestarian angka keramat [[Proklamasi Kemerdekaan RI]] (17-8-1945).
 
[[Berkas:Monas Peak Platform.JPG|jmpl|ka|250px|Pelataran setinggi 115 meter tempat pengunjung dapat menikmati panorama Jakarta dari ketinggian]]
Pengunjung kawasan Monas, yang akan menaiki pelataran tugu puncak Monas atau museum, dapat melalui pintu masuk di seputar plaza taman Medan Merdeka, di bagian utara Taman Monas. Di dekatnya terdapat kolam air mancur dan patung Pangeran Diponegoro yang sedang menunggang kudanya, terbuat dari perunggu seberat 8 ton.
[[Berkas:Collectie NMvWereldculturen, TM-20023694, Dia- Java, Jakarta Bezoekers van het uitkijkpunt op het Monas; oude man ', Jaap de Jonge, 1993.jpg|jmpl|ka|250px|Seorang kakek tampak sedang menikmati panorama Jakarta dari balik kaca di Pelataran Puncak dan Api Kemerdekaan Monas, 1993.]]
Sebuah [[lift]] (elevator) pada pintu sisi selatan akan membawa pengunjung menuju pelataran puncak berukuran 11 x 11 meter di ketinggian 115 meter dari permukaan tanah. Lift ini berkapasitas 11 orang sekali angkut. Pelataran puncak ini dapat menampung sekitar 50 orang, serta terdapat teropong untuk melihat panorama Jakarta lebih dekat. Pada sekeliling badan elevator terdapat tangga darurat yang terbuat dari besi. Dari pelataran puncak tugu Monas, pengunjung dapat menikmati pemandangan seluruh penjuru kota [[Jakarta]]. Bila kondisi cuaca cerah tanpa asap kabut, di arah ke selatan terlihat dari kejauhan Gunung Salak di wilayah kabupaten Bogor, Jawa Barat, arah utara membentang laut lepas dengan pulau-pulau kecil.
 
Di puncak Monumen Nasional terdapat cawan yang menopang nyala lampu perunggu yang beratnya mencapai 14,5 ton dan dilapisi emas 35 Kilogram. Lidah api atau obor ini berukuran tinggi 14 meter dan berdiameter 6 meter terdiri dari 77 bagian yang disatukan. Lidah api ini sebagai simbol semangat perjuangan rakyat Indonesia yang ingin meraih kemerdekaan. Awalnya nyala api perunggu ini dilapisi lembaran emas seberat 35 kilogram,<ref name="HEUKEN25">Heuken (2008) p25</ref> akan tetapi untuk menyambut perayaan setengah abad (50 tahun) kemerdekaan Indonesia pada tahun 1995, lembaran emas ini dilapis ulang sehingga mencapai berat 50 kilogram lembaran emas.<ref name="NATMONOFF">National monument Office, Jakarta (1996) p28</ref> Puncak tugu berupa "Api Nan Tak Kunjung Padam" yang bermakna agar Bangsa Indonesia senantiasa memiliki semangat yang menyala-nyala dalam berjuang dan tidak pernah surut atau padam sepanjang masa. Pelataran cawan memberikan pemandangan bagi pengunjung dari ketinggian 17 meter dari permukaan tanah. Pelataran cawan dapat dicapai melalui elevator ketika turun dari pelataran puncak, atau melalui tangga mencapai dasar cawan. Tinggi pelataran cawan dari dasar 17 meter, sedangkan rentang tinggi antara ruang museum sejarah ke dasar cawan adalah 8 m (3 meter di bawah tanah ditambah 5 meter tangga menuju dasar cawan). Luas pelataran yang berbentuk bujur sangkar, berukuran 45 x 45 meter, semuanya merupakan pelestarian angka keramat [[Proklamasi Kemerdekaan RI]] (17-8-1945).
Patung itu dibuat oleh pemahat Italia, Prof. Coberlato sebagai sumbangan oleh Konsulat Jendral Honores, Dr Mario Bross di Indonesia. Melalui terowongan yang berada 3 m di bawah taman dan jalan silang Monas inilah, pintu masuk pengunjung ke tugu puncak Monas yang berpagar "Bambu Kuning".
 
Sebanyak 28&nbsp;kg dari 38&nbsp;kg emas pada obor monas tersebut merupakan sumbangan dari [[Teuku Markam]], seorang pengusaha [[Aceh]] yang pernah menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia.<ref>[http://www.merdeka.com/khas/monas-5-merekam-jejak-keluarga-markam.html Teuku Markam]</ref>
Landasan dasar Monas setinggi 3 m, di bawahnya terdapat ruang museum sejarah perjuangan nasional dengan ukuran luas 80x80 m, dapat menampung pengunjung sekitar 500 orang.
 
{{Wide image|View of Jakarta from Monas.jpg|1800px|Pandangan Jakarta Pusat dari puncak Monumen Nasional}}
Pada keempat sisi ruangan terdapat 12 jendela peragaan yang mengabdikan peristiwa sejak zaman kehidupan nenek moyang bangsa Indonesia. Keseluruhan dinding, tiang dan lantai berlapis marmer. Selain itu, ruang kemerdekaan berbentuk amphitheater yang terletak di dalam cawan tugu Monas, menggambarkan atribut peta kepulauan [[Negara Kesatuan Republik Indonesia]], Kemerdekaan RI, bendera merah putih dan lambang negara dan pintu gapura yang bertulis naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
 
== Transportasi ==
Di dalam bangunan Monumen Nasional ini juga terdapat museum dan aula untuk bermeditasi. Para pengunjung dapat naik hingga ke atas dengan menggunakan elevator. Dari atau Monumen Nasional dapat dilihat kota Jakarta dari puncak monumen. Monumen dan museum ini dibuka setiap hari, mulai pukul 09.00 - 16.00 Waktu Indonesia Barat.
Monumen Nasional dapat diakses dengan transportasi umum berikut ini:
* BRT [[Transjakarta]]:
** {{rint|jakarta|tjk1}} {{rint|jakarta|tjk3}} [[Halte Transjakarta Monumen Nasional|Halte Monumen Nasional]]
** {{rint|jakarta|tjk2}} {{rint|jakarta|tjk2a}} {{rint|jakarta|tjk5c}} {{rint|jakarta|tjk6a}} {{rint|jakarta|tjk6b}} {{rint|jakarta|tjk7f}} [[Halte Transjakarta Balai Kota|Halte Balai Kota]]
** {{rint|jakarta|tjk2}} {{rint|jakarta|tjk2a}} {{rint|jakarta|tjk7f}} [[Halte Transjakarta Gambir|Halte Gambir 1]] dan [[Halte Transjakarta Gambir 2|2]]
 
 
Di dalam kompleks Monumen Nasional terdapat kereta wisata untuk membawa pengunjung ke pintu masuk monumen. Kereta wisata ini diresmikan pada tanggal 9 Maret 2008 oleh Gubernur DKI Jakarta [[Fauzi Bowo]].<ref>{{cite web|url=http://djakarta.biz.id/monumen-nasional-monas/|title=Monumen Nasional (Monas)|website=www.djakarta.biz.id|access-date=26 Maret 2023|language=id}}</ref> Kereta ini mengangkut penumpang dari Lapangan IRTI (Silang Monas Barat Daya) sampai ke mulut terowongan masuk area tugu, dengan tidak berhenti selain di tempat pemberhentian yang sudah disediakan. Kereta ini beroperasi dari pukul pukul 06.00 sampai dengan 16.00 WIB .setiap harinya dan penumpang tidak dipungut biaya.
== Ringkasan ==
 
== Galeri ==
Seluruh isi monas tingginya 132 m. Lidah api di atasnya tingginya 14 m, lantai 3 di monas tingginya 115 m diatas permukaan tanah.
<gallery>
Di dalam monas terdapat 51 diorama. Diorama adalah bahasa Sangsekerta yang berarti dio: dalam, rama: gambar. Jadi, diorama berarti gambar di dalam.
Berkas:Collectie NMvWereldculturen, TM-20000934, Negatief- Gezicht vanaf het Nationaal Monument op het Merdeka plein met de Jalan Thamrin, Henk van Rinsum, 1981.jpg|Pemandangan Kota Jakarta dari puncak Monas, 1981.
Biaya pembangunan monas adalah 7 Miliar rupiah dan blia di jual, lidah apinya, bisa mencapai 14 juta rupiah.
Berkas:Monas Museum of Indonesian History.JPG|<small>Museum Sejarah Nasional Indonesia di kaki monumen. </small>
Monas sampai saat ini belum di resmikan tetapi '''dibuka untuk umum''' pada 12 Juni 1975 oleh Gubernur DKI Jakarta : Adi Sadikin.
Berkas:Monas view from Gambir Bus Terminal.JPG|<small>Kolam pantul Monas di Taman Medan Merdeka Monas.</small>
Berkas:Monas avond.JPG|<small>Monas di kala malam.</small>
Berkas:Statue at Monas.JPG|<small>Dewi Pertiwi</small>
Berkas:Garuda Pancasila.jpg|<small>[[Garuda Pancasila]] di dalam Ruang Kemerdekaan Monas. </small>
Berkas:Proclamation of Independence Text.JPG|<small>Naskah asli [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]] disimpan di Ruang Kemerdekaan Monas. </small>
Berkas:Indonesian Archipelago and Students.JPG|<small>Peta [[Nusantara]] berlapis emas di dalam Ruang Kemerdekaan. </small>
Berkas:Monumen Nasional, Jakarta, Indonesia.jpg|
Berkas:Jakarta Panorama.jpg|
Berkas:Monas (Monumen Nasional) te Jakarta, KITLV 160579.tiff|
Berkas:Monas (Monumen Nasional) op Medan Merdeka te Jakarta, KITLV D13240.tiff|
</gallery>
 
== Referensi ==
* Heuken, A, (2008) ''Medan Merdeka - Jantung Ibu kota RI'', Yayasan Cipta Loka Caraka, Jakarta, No ISBN
* [http://www.jakarta.go.id/jakartaku/museum_di_dki01.htm Jakarta Local Government website: Museums in Jakarta] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20100310162517/http://www.jakarta.go.id/jakartaku/museum_di_dki01.htm |date=2010-03-10 }}
* National Monument Office, Jakarta Capital City Administration (1996), ''National Monument: The Monument of the Indonesian National Struggle'' ISBN 979-95172-0-6
 
== Catatan kaki ==
{{Reflist}}
 
== Pranala luar ==
{{commonscat|Monas}}
* {{id}} [http://www.jakarta.go.id/jakartaku/museum_di_dki01.htm InfoInformasi tentang Monas di Situssitus Pemprovweb resmi Pemerintah Provinsi Jakarta] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20100310162517/http://www.jakarta.go.id/jakartaku/museum_di_dki01.htm |date=2010-03-10 }}
* {{id}} [http://indonesia.travel/id/destination/424/monas Situs web resmi Pariwisata Indonesia] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20140927031843/http://www.indonesia.travel/id/destination/424/monas |date=2014-09-27 }}
 
{{Museum di Jakarta}}
{{Topik Jakarta}}
{{coord|6|10|31.45|S|106|49|37.61|E|type:landmark|display=title}}
 
[[Kategori:Monas]]
[[Kategori:Markah tanah di Indonesia]]
[[Kategori:Tempat wisata di Jakarta]]
[[Kategori:Monumen di Indonesia|Nasional]]
[[Kategori:Menara di Indonesia]]
[[Kategori:Museum di Jakarta]]
[[Kategori:Pendirian tahun 1975 di Indonesia]]
 
[[de:Monumen Nasional]]
[[en:National Monument (Indonesia)]]
[[fr:Monumen Nasional]]
[[ja:モナス]]
[[nl:Monumen Nasional]]
[[simple:Monas]]
[[zh:印尼國家紀念塔]]