Ngayau: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(60 revisi perantara oleh 26 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{
{{Untuk|desa di Kalimantan Timur|Ngayau, Muara Bengkal, Kutai Timur}}
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Een Ibu Dajak krijger uit Long Nawan Z. en O. afdeling Borneo. TMnr 60034031.jpg|jmpl|250px|Temenggong Koh Anak Jubang (kiri) panglima perang dari suku [[Suku Dayak Iban|Dayak Iban]] dengan kepala musuh di belakangnya.<ref>{{Cite web|last=Seng|first=Alan Teh Leam|date=2018-06-03|title=The greatest Dayak leader {{!}} New Straits Times|url=https://www.nst.com.my/lifestyle/sunday-vibes/2018/06/376156/greatest-dayak-leader|website=NST Online|language=en|access-date=2023-12-20}}</ref>]]
'''Ngayau''' merupakan
Praktik berburu kepala adalah salah satu bentuk
▲Praktik berburu kepala adalah salah satu bentuk kompleks perilaku sosial dan sudah memancing munculnya beragam penjelasan dari berbagai penulis, baik dari kalangan “penjelajah” maupun kalangan akademisi.
== Tradisi Dayak Ngaju ==
== Keyakinan suku Dayak ==
Miller yang seorang penjelajah, misalnya menulis dalam Black Borneo-nya
Mungkin ada sebuah pertanyaan, dalam tradisi Ngayau tersebut mengapa harus kepala dan bukan bagian-bagian tubuh yang lain yang diambil.
▲Miller yang seorang penjelajah, misalnya menulis dalam Black Borneo-nya (1946 : 121), menyatakan bahwa praktik memburu kepala bisa dijelaskan dalam kerangka kekuatan supernatural yang oleh orang-orang Dayak diyakini ada di kepala manusia. Bagi orang Dayak, tengkorak kepala manusia yang sudah dikeringkan adalah sihir yang paling kuat di dunia. Sebuah kepala yang baru dipenggal cukup kuat untuk menyelamatkan seantero kampung dari wabah penyakit. Sebuah kepala yang sudah dibubuhi ramu-ramuan bila dimanipulasi dengan tepat cukup kuat untuk menghasilkan hujan, meningkatkan hasil panen padi, dan mengusir roh-roh jahat. Kalau ternyata tak cukup kuat, itu karena kekuatannya sudah mulai pudar dan diperlukan sebuah tengkorak yang baru.
== Alegori Dayak Iban ==
▲Mungkin ada sebuah pertanyaan, dalam tradisi Ngayau tersebut mengapa harus kepala dan bukan bagian-bagian tubuh yang lain yang diambil. Mc Kinley berpendapat (1976 : 124), kepala dipilih sebagai simbol yang pas untuk ritual-ritual ini karena kepala mengandung unsur wajah, yang dengan cara serupa dengan nilai sosial tentang nama-nama personal, merupakan simbol yang paling konkret dari jati diri sosial (social personhood). Jati diri sendiri ini pada gilirannya adalah atribut paling manusiawi milik si musuh dan karenanya menjadi atribut yang harus diklaim oleh komunitas orang itu sendiri.
Dalam kajiannya tentang [[Suku Dayak Iban]], Freeman mengatakan
== Ngayau dalam tradisi Suku Lain ==
▲Freeman mengatakan (1979 : 234), puncak dari alegori luar biasa yang menjadi hal yang sentral dalam upacara perburuan kepala yang dilakukan oleh orang-orang Iban yang ketika sudah disenandungkan oleh dukun-dukun pembaca mantra, dilakukan oleh calon-calon pemburu kepala, adalah sebuah ritual yang dikenal dengan nama Ngelampang yang secara harfiah berarti mencincang atau memotong menjadi bagian-bagian kecil. Di dalam bagian alegori ini dipaparkan sebuah deskripsi grafis mengenai ritual membelah kepala tiruan atau antu pala oleh seorang Lang Singalang Burong yaitu dewa perang suku Iban. Lang melakukan ritual ini (sesuatu yang melambangkan pemenggalan kepala musuh yang sesungguhnya) dengan satu tebasan pedang (mandau) yang dilakukannya dengan sangat cepat, dan dari kepala yang dibelahnya itu mengalir benih-benih yang bila ditaurkan akan timbul menjadi sesosok tubuh manusia.
Seorang Dayak yang akan berangkat mengayau tidak terlalu menggantungkan kemampuannya pada kemampuan senjatanya, tetapi pada kekuatan jiwa untuk mencapai tujuannya. Pusat kekuatan jiwa terdapat di kepala manusia hasil kayauan.{{sfn|Aloy|2019|p=35}}
Salah satu pengaruh yang cukup besar dalam kehidupan komunitas Dayak adalah semasa pemerintahan kolonial Belanda berlangsung yaitu ketika pada tahun 1874 Damang Batu (Kepala Suku Dayak Kahayan) mengumpulkan sub-sub Suku Dayak untuk mengadakan Musyawarah Damai Tumbang Anoi. Musyawrah tsb dikenal dengan PERJANJIAN TUMBANG ANOI. Dalam musyawarah yang konon berlangsung berbulan-bulan lamanya itu, masyarakat Dayak di seluruh Kalimantan mencapai kesepakatan untuk menghindari dan menghilangkan tradisi mengayau. Karena dianggap telah menimbulkan perselisihan di antara suku Dayak. Akhirnya, dalam musyawarah tsb segala perselisihan dikubur dan pelakunya didenda sesuai dengan hukum adat Dayak.▼
▲Memang tidak semua suku Dayak yang menerapkan tradisi Ngayau, seperti suku Dayak Maanyan dan Dayak Meratus. Mereka tidak mengenal tradisi Ngayau, namun menurut cerita lisan para tetuha adat mereka, pada saat perang waktu jaman dulu para ksatria-ksatria Dayak Meratus dan Dayak Maanyan ketika berperang kepala pimpinan musuhnya yang menjadi target sasaran mereka. Apabila kepala pimpinan musuh mereka sudah dipenggal maka para prajuritnya akan segera menyerah dan bertekuk lutut. Kepala pimpinan musuhnya yang sudah dipenggal tersebut bukan untuk pelengkap ritual-ritual adat seperti yang dilakukan oleh Dayak Kenyah, Iban, dan Ngaju. Kepala musuhnya tersebut tetap akan dikuburkan bersama badannya. Kesimpulannya, meskipun orang Dayak Meratus dan orang Dayak Maanyan tidak ada tradisi Ngayau dalam adat mereka, namun bagi mereka kepala manusia tetap memiliki makna yang penting, yaitu kepala bagian paling atas (tinggi) dari tubuh manusia dan memiliki simbol status seseorang.
== Perjanjian Tumbang Anoi ==
Meskipun hingga kini tidak ada satupun analisa yang dapat menjelaskan secara pasti dan tepat makna yang tersembunyi dari tradisi Ngayau tersebut karena ritual ini sedemikian kompleks dan sedemikian misteriusnya, namun dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa tradisi Ngayau sangat penting bagi penggambaran citra kelompok Dayak yang merupakan salah satu simbol suatu identitas kesukuan.▼
{{main|Perjanjian Tumbang Anoi}}
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Gezicht vanaf de Kahajan rivier op de Dajak kampong Toembanganoi Midden-Borneo. TMnr 60010391.jpg|jmpl|ka|250px|Kampung Tumbang Anoi (tempo dulu) di sungai Kahayan]]
▲Salah satu pengaruh yang cukup besar dalam kehidupan komunitas [[Suku Dayak|Dayak]] adalah semasa pemerintahan [[Hindia Belanda|kolonial Belanda]] berlangsung yaitu ketika pada tahun
[[Rapat Damai Tumbang Anoi|Pertemuan Tumbang Anoi]] diprakarsai oleh pemerintah [[Hindia Belanda|kolonial Belanda]]. Mereka merasa tidak nyaman waktu mulai masuk [[Kalimantan|Pulau Borneo]], karena berada dalam keadaan yang sangat rawan, terutama di pedalaman karena sering terjadi pengayauan di antara [[Suku Dayak|suku-suku Dayak]].{{sfn|Aloy|2019|p=37}}
▲Meskipun hingga kini tidak ada satupun
== Konflik Sampit ==
{{Main|Konflik Sampit}}
[[Berkas:Ngayau sampit.jpg|thumb|200px|Praktik Ngayau dilakukan kembali selama Konflik Sampit.]]
Saat [[Konflik Sampit]] meletus pada [[2001]], praktik Ngayau dimunculkan kembali dengan target orang-orang dari [[suku Madura]].<ref name=cnn>{{cite news|url=http://edition.cnn.com/SPECIALS/2001/kalimantan/feature.html|publisher=CNN|accessdate=2008-08-13|title=Kalimantan's Agony: The failure of Transmigrasi|archiveurl=https://web.archive.org/web/20080531082101/http://edition.cnn.com/SPECIALS/2001/kalimantan/feature.html|archivedate=2008-05-31|dead-url=no}}</ref> Setidaknya terdapat 100 orang yang dipenggal kepalanya oleh suku Dayak selama konflik ini.<ref>{{cite news|publisher=Time|accessdate=2008-08-13|url=http://www.time.com/time/world/article/0,8599,101389,00.html|title=The Darkest Season|date=March 5, 2001|author=Elegant, Simon|archive-date=2012-10-25|archive-url=https://web.archive.org/web/20121025114805/http://www.time.com/time/world/article/0,8599,101389,00.html|dead-url=yes}}</ref>
Peristiwa ini juga menarik perhatian media massa ketika itu. Karena praktik ini telah dinyatakan punah sejak berlakunya Perjanjian Tumbang Anoi. Tragedi ini membuat orang-orang percaya bahwa praktik Ngayau belum sepenuhnya punah.<ref>{{cite news|publisher=BBC|title=Beheading: A Dayak ritual|date=February 23, 2001|accessdate=2008-08-13|url=http://news.bbc.co.uk/2/hi/asia-pacific/1186401.stm}}</ref>
== Referensi ==
;Catatan kaki
{{reflist}}
;Daftar pustaka
{{refbegin|2}}
* {{cite book
|last = Bock
|first = Carl
|isbn =
|year = 1882
|url = http://archive.org/stream/headhuntersborn00bockgoog#page/n12/mode/2up
|title = The head hunters of Borneo; a narrative of travel up the Mahakkam and down the Barito; also, Journeyings in Sumatra
|location = London
|publisher = Sampson Low, Marston, Searle, & Rivington
|ref = harv
}}
* {{cite book
|last = Maunati
|first = Yekti
|isbn =
|year = 2004
|title = Identitas Dayak, Komodifikasi dan Politik Kebudayaan
|location = Yogyakarta
|publisher = Lkis
|ref = harv
}}
* {{cite book
|last = Laksono
|first = P.M. ''et al.''
|isbn =
|year = 2006
|title = Pergulatan Identitas Dayak dan Indonesia: Belajar dari Tjilik Riwut
|location = Yogyakarta
|publisher = Galangpress
|ref = harv
}}
* {{cite book
|last = Aloy
|first = Aloysius
|isbn = 978-623-241-007-7
|year = 2019
|title = Semangat Dayak: Catatan Perjuangan Politik Partai Persatuan Dayak (1945-1963)
|location = Jakarta
|publisher = Penerbit Buku Kompas
|ref = harv
}}
{{refend}}
[[Kategori:Dayak]]
|