Sujud Sutrisno: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
|||
(19 revisi perantara oleh 13 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
'''
== Biografi ==
Sujud lahir pada tahun [[1953]] dalam [[keluarga]] [[seniman]]. Ayahnya, Wiro Suwito, yang berasal dari [[Klaten]], [[Jawa Tengah]], adalah seorang [[seniman]] [[cokekan]] dan pakar dalam [[Karawitan]]. Karena kondisi keuangan yang lemah pada saat itu memaksa Wiro Suwito untuk menjadi [[musisi]] jalanan alias pengamen. Jenis musik yang dimainkan oleh Wiro Suwito selama mengamen adalah [[uyon-uyon]], salah satu jenis [[musik]] tradisional [[Jawa]] dengan tempo pelan dan diselingi "senggakan".
Sujud belajar [[Karawitan]] dari ayahnya, Wiro Suwito. Sujud menyadari bahwa [[alat musik]] yang menjadi favoritnya adalah [[kendang]] maka kemudian ia memutuskan untuk mengkhususkan diri bermain [[kendang]].
Baris 10 ⟶ 9:
Sujud menjadi seorang pengamen jalanan untuk membiayai sekolahnya. Meskipun dia tidak menyelesaikan pendidikannya di tingkat [[SLTP]] namun Sujud tetap bersemangat untuk belajar. Dia telah mampu mencari [[uang]] dengan bernyanyi dan bermain [[kendang]] sejak tahun 1964.
Sujud tidak menganggap dirinya sebagai pengamen. Sujud cenderung lebih suka menganggap dirinya sebagai "PPRT" atau "Pemungut [[Pajak]] Rumah Tangga". Hal ini karena biasanya dia akan mendatangi satu rumah ke rumah lain untuk bernyanyi dan berharap kebaikan dari penghuni rumah. Bagi penghuni rumah yang ia datangi, bakat besar yang dimiliki Sujud adalah sebuah pertunjukan yang menghibur daripada sesuatu yang mengganggu. Oleh karenanya penghuni rumah yang ia datangi pun menanggapi dengan baik permainan musiknya. Saat Sujud mengamen dari pintu ke pintu, anak-anak dari lingkungan di sekitarnya senantiasa mengikuti dan melihat permainan musiknya.
Sujud sangat dihormati oleh pengamen jalanan dan seniman lainnya. Sujud berkata bahwa kendala utama dalam
Sebagaimana orang [[Jawa]] sejati, Sujud percaya akan salah satu [[Falsafah]] [[Jawa]] yaitu "''[[Nrima ing pandum|nrimo ing pandum]]''" yang berarti menerima suratan takdir dengan kesabaran dan kerendahan hati. Menurut Sujud, takdir atas dirinya berada di tangan Tuhan. Setiap kali mengakhiri permainan musiknya, dia tidak pernah berharap bayaran,
Saat usia beranjak dewasa, Sujud menambahkan nama "Sutrisno" di belakang nama "Sujud" sebagaimana kelaziman pada masyarakat [[Jawa]].
Saat ini, Sujud tinggal seorang diri di sebuah rumah kontrakan di [[Kampung]] [[Notoyudan]] GT II/1175 RW.23, [[Pringgokusuman]], [[Gedongtengen]], [[Yogyakarta]]. Sejak kematian istrinya, Suwakidah, dia melakukan sendiri semua pekerjaan rumah tapi untuk makan ia membelinya di warung makan di sekitar tempat tinggalnya.
Sujud mengatur jadwal kerja. Dia mulai berangkat kerja, setelah tugas rumah rampung. Jam kerjanya dimulai pukul 09.00 sampai 14.00. Hanya seputar wilayah Kota Yogyakarta saja yang dijelajahinya. Dalam sebulan dia hanya mengamen selama 20 hari dan selebihnya dia gunakan untuk istirahat. Tapi itu bukan harga mati. Tergantung kondisi fisik dan job yang masuk.
Sebagai pengamen kendang yang punya ciri khas, Sujud sering diundang mengisi berbagai acara. Seperti acara kampus, launching sebuah produk atau acara komersial lain. Ia pernah tampil di The First Indonesia International Drum Festival. Sempat pula nongol di acara Tembang Kenangan Indosiar. Sujud punya alasan kenapa harus pulang siang hari. Menurutnya, ia takut mengecewakan tamu-tamu yang banyak berdatangan ke rumahnya.
Sujud yang selalu mengenakan blangkon, surjan dan kumis palsu ala Asmuni Srimulat ini mengaku akan berhenti ngamen jika kondisinya tidak memungkinkan lagi. Tapi selama masih kuat, akan terus dijalaninya.
== Karakteristik Musik ==
Sebagai seorang [[musisi]] solo, bermain kendang bukanlah
Terhadap [[musisi]] jalanan lainnya, Sujud membedakan musik yang ia mainkan. Ia menata ulang (re-arrange) musik pop yang kebanyakan dari era tahun [[1970]]an. Sujud suka membuat orang lain tertawa saat mendengarkan [[lagu]] dan [[musik]] yang ia mainkan. Bahkan
Keunikan dan kekayaan bermusiknya secara sederhana berdasarkan komninasi olah [[vokal]]nya dan kepiawaiannya dalam memainkan [[kendang]]. Ciri khas penampilannya ialah memparodikan atau menyanyikan lagu-lagu pop secara [[medley]] atau sambung menyambung tanpa terputus, baik dalam [[Bahasa Indonesia]] maupun [[Bahasa Jawa]]. Meski lagu-lagu itu dimainkan secara medley, penyingkatan atau perubahan ketukan [[kendang]] yang dilakukan Sujud menjadi tanda sebuah lagu baru akan ia nyanyikan dalam medley lagu tersebut.
Di antara lagu-lagu yang sering ia lantunkan di dalam medley ialah "Kolam Susu" ([[Koes Bersaudara]]), "Bunder-bunder" ([[Koes Plus]]), "Pring Gading" ([[Koes Plus]]), "Muda-Mudi" ([[Koes Plus]]), " Kuncung" ([[Didik Kempot]]), "Mata Indah Bola Ping-pong" ([[Iwan Fals]]), "Susana" ([[Ari "Billboard" Wibowo]]), "Ani" ([[Rhoma Irama]]), lagu-lagu daerah, lagu-lagu barat tahun 1970-an, dan lagu anak-anak legendaris seperti "Bobby", "Hely", "Semut-Semut Kecil", "Satu Tambah Satu", dan "Burung Kakatua". Medley lagu-lagu itu dilantunkan dengan tafsir khas ala Sujud.
Penampilannya penuh dengan improvisasi dan ia tidak pernah menyanyikan lagu dua kali dalam setiap satu medley. Improvisasi [[lirik]] [[lagu]] muncul secara spontan, mengandung parodi, lelucon, sindiran, kritik sosial, dan
Tipikal suaranya memiliki karakteristik teknik [[vokal]] orang [[Jawa]]. Irama [[kendang]] merunut pada pola irama empat ketukan.
== Meninggal dunia ==
Sujud Sutrisno meninggal dunia pada tanggal 15 Januari 2018 di RSUD Wirosaban, [[Kota Yogyakarta]], akibat penyakit empedu yang dideritanya.<ref>{{Cite news|url=https://seleb.tempo.co/read/1050881/seniman-sujud-sutrisno-meninggal-ada-hastag-ripsujudkendang|title=Seniman Sujud Sutrisno Meninggal, Ada Hastag #RIPSujudkendang|last=Antara|date=16 Januari 2018|work=[[Tempo.co]]|access-date=23 Januari 2018|editor-last=Pruwanto|language=id}}</ref> Ia sebelumnya sempat menjalani perawatan selama sekitar dua pekan di rumah sakit tersebut. Jenazahnya dimakamkan di pemakaman umum Tompeyan [[Tegalrejo, Yogyakarta]] pada 16 Januari 2018.
== Hasil Karya dan Diskografi ==
* ''Street Music of Java'', musik orisinil, direkam tahun 1976-1978. Album ini diedarkan di [[Amerika Serikat]] dan [[Eropa]]. Namun
* ''Live in Bantul'' (Tahun 2001) oleh Blass record
== Penghargaan dan Keikutsertaan ==
* Tampil di "Pisowanan Agung" di [[Kraton Kesultanan Yogyakarta]] di hadapan [[Sri Sultan Hamengkubuwono X]] pada tanggal [[20 Mei]] [[1998]].
* [[Kua Etnika]], sebuah grup musik yang dipimpin oleh [[Jaduk Ferianto]], memberi penghargaan kepada Sujud dengan menjulukinya sebagai "Pengamen Agung" [[Indonesia]].
* Penampil dalam The First Indonesia International Drum Festival.
* Konser Tunggal di [[Bantul]] pada tanggal [[25 April]] [[2001]].
* Penampil dalam Festival Gamelan Yogyakarta ke-7 pada tahun [[2002]].
== Referensi ==
{{reflist}}
== Pranala luar ==
* {{id}} [http://www.kr.co.id/mp/print.php?sid=3384 Sujud Sutrisno, Pengamen Agung Indonesia]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }} Profil di Harian Kedaulatan Rakyat
* {{id}} [http://mimbarsaputro.wordpress.com/2006/03/07/sujud-sutrisno-pengamen-jalanan/ Sujud Sutrisno pengamen jalanan]
{{lifetime|1953|2018}}
{{Authority control}}
[[Kategori:Pemusik Indonesia]]
[[Kategori:Penyanyi Indonesia]]
[[Kategori:Pengamen]]
[[Kategori:
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[Kategori:Tokoh dari Klaten]]
|