Poncke Princen: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
(60 revisi perantara oleh 36 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{gaya penulisan}} {{nofootnote}}
[[Gambar:princen.jpg|thumb|150 px|right|Poncke Princen]]▼
[[Berkas:Poncke 'Hajji Princen'.jpg|jmpl|Poncke Princen]]
'''Haji Johannes Cornelis ([[H.J.C) Princen]]''', lebih dikenal sebagai '''Poncke Princen''' ([[Den Haag]], [[21 November]] [[1925]] – [[Jakarta]], [[22 Februari]] [[2002]]) adalah seorang oposan sejati berkebangsaan [[Belanda]] yang pada [[1949]] beralih menjadi [[warga negara Indonesia]], sejak muda hingga tua, melawan berbagai rezim yang melakukan penindasan dan penyelewengan, mulai dari [[Nazi]] hingga [[Orde Baru]], mulai dari rezim sayap kanan hingga rezim yang cenderung ke-kiri-kiri-an. Dia hanya hidup di Belanda sejak lahir hingga masa muda, selebihnya dia habiskan di [[Indonesia]]. Nama “Poncke” konon diperolehnya dari roman yang digemarinya tentang pastur jenaka di Belgia Utara yang bernama Pastoor Poncke. Pada tahun 1994 perkumpulan penggemar roman tahun 1940-an tersebut mengadakan rapat dan memutuskan untuk melarang H.J.C Princen menggunakan nama Poncke. Siapalah yang peduli. Ia toh sudah lama terbiasa tak punya apa-apa. Semua sudah diambil darinya, termasuk kesehatannya. Di Indonesia, dia terutama dikenal sebagai pejuang [[Hak Asasi Manusia]]. Princen menikah dengan Sri Mulyati dan dikaruniai empat anak, Ratna, Iwan, Nico, dan Milanda.▼
▲'''Haji Johannes Cornelis (
== Latar belakang ==
Princen lahir dan tumbuh di [[Belanda]]
== Mengabdi Republik
Indonesia
Pada tahun 1956, Princen menjadi politikus
Semenjak akhir tahun 1965, kekuasaan [[
Pada tahun 1968-1969, lewat sebuah investigasi, Poncke mengungkapkan sejumlah fakta dan memprotes pembantaian massal PKI di Purwodadi Jawa Tengah. Kritik tersebut mendapat bantahan dari rezim Soeharto yang baru berkuasa dan akhirnya mengambil sikap represif terhadap kebebasan pers.
▲== Mengkritisi Rezim Orde Baru ==
▲Tetapi Princen kembali dikecewakan dengan rezim yang baru, dan perjuangannya pun tak berhenti walaupun rezim yang berkuasa sudah ganti. Princen justru membela pihak yang dulu memojokkannya, ia membela korban-korban pelanggaran [[HAM]] dan pembantaian yang terdiri dari bekas anggota [[PKI]] dan orang-orang yang dituduh [[komunis]]. Pada tahun 1968 Poncke menitipkan sebuah perekam suara kepada Goenawan Moehammad yang saat itu bekerja di Harian Kami dan termasuk dalam rombongan pertama wartawan dari Jakarta yang akhirnya mendapat izin penguasa untuk melihat para tahanan politik di Pulau Buru. Poncke memintanya mewawancarai [[Pramoedya Ananta Toer]] diam-diam dan membuat sedikti laporan tentang keadaan di Kamp tahanan itu buat [[Amnesty International]] yang kemudian mengangkat Pramoedya sebagai ‘Prisoner of Conscience” lambang korban yang terinjak. Tahun berikutnya, Poncke Karena pembelaan terhadap korban-korban yang dituduh PKI ini, Princen sendiri di kalangan umum juga sempat mendapat cap 'komunis' - orang lupa bahwa dia juga menentang kekuasaan yang didominasi komunis di masa [[Orde Lama]].
Tidak hanya kritik yang dikeluarkan Poncke
▲Tak ayal, Tuduhan pengikut komunis sebagai stigma yang paling terkenal untuk mengamputasi musuh politik orde baru di gunakan Soeharto , Jenderal [[M. Panggabean]] (Panglima [[AD]]-[[KSAD]] pada waktu itu) dan Mayjen [[Soerono Reksodimedjo]] (Pangdam IV [[Diponegoro]]) disematkan kepada Princen agar kemudian lebih mudah untuk memenjarakannya.
▲Tidak hanya kritik yang dikeluarkan Poncke. Kakak dari Keis Princen ini juga menyarankan pemerintah membentuk tim independen untuk memeriksa laporan yang ia siarkan ke beberapa media nasional soal kasus Purwodadi. Hal itu ditujukan agar masyarakat dapat mengetahui apa yang sebenaranya terjadi pada kasus yang cukup menghebohkan masyarakat pesisir utara Jawa Tengah tersebut. Begitu mengerikannya dampak kasus ini, ditahun yang sama, ia bersama dengan rekan-rekannya mendirikan sebuah lembaga yang mencoba mengatasi trauma para korban PKI yang ia namakan Pusat Pemulihan Hidup Baru.
▲Gerakannya semakin meluas seiring ketidakadilan yang ia saksikan. Tahun 1970, Poncke menjadi salah satu yang mempelopori berdirinya Lembaga Bantuan Hukum. Di tahun 1974, Princen terlibat dalam penggalangan demonstrasi menentang pembangunan [[Taman Mini Indonesia Indah]]. Pembangunan monumen raksasa ini secara umum dinilai sebagai langkah yang sangat tidak tepat di tengah kondisi sosial-ekonomi yang masih buruk di saat itu. Princen dipenjarakan karena aksinya ini, sejak tahun 1974 hingga 1976.
== Berjuang hingga akhir hayat ==
Sejak dibebaskan tahun 1976,
== Referensi ==
== Pranala luar ==▼
▲'''Sumber tambahan''': Ahmad Hambali, ''LPHAM dan Princen'', pengantar draft penelitian studi surat-surat protes Princen tahun 1990, LPHAM, Jakarta, 2004
* {{id}} [http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/p/princen/index.shtml HJC Princen - Haji Belanda Pejuang HAM] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20060616034942/http://tokohindonesia.com/ensiklopedi/p/princen/index.shtml |date=2006-06-16 }} dalam "Tokoh Indonesia"▼
▲== Pranala luar ==
* {{en}} [https://web.archive.org/web/20051028052338/http://www.iht.com/articles/1998/03/12/jak.t_1.php
▲* {{id}} [http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/p/princen/index.shtml HJC Princen - Haji Belanda Pejuang HAM] dalam "Tokoh Indonesia"
*
▲* {{en}} [http://www.iht.com/articles/1998/03/12/jak.t_1.php Human Rights Campaigner Continues Fight That He Began Decades Ago as a Dutchman: Just Another Skirmish For Indonesian Warrior], Artikel di International Herald Tribune
* {{en}} {{nl}} [http://www.iisg.nl/archives/en/files/p/10824215full.php Archief Poncke Princen], Arsip di International Institute of Social History
[[
[[Kategori:Tokoh yang berpindah agama dari Kristen ke Islam]]
[[Kategori:Tokoh dari Den Haag]]
[[Kategori:Tokoh Indonesia keturunan Belanda]]
[[Kategori:Indo-Eropa]]
[[Kategori:Penerima Bintang Gerilya]]
[[Kategori:Anggota DPR RI 1956–1959]]
|