Ratu Nilakendra: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kisti (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(19 revisi perantara oleh 17 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Ratu Nilakendra atau Tohaan di Majaya''' naik tahta sebagai penguasa [[Pakwan Pajajaran|Pajajaran]] yang kelima (1551 - 1567 M) untuk menggantikan [[Ratu Sakti]]. Pada saat itu situasi kenegaraan telah tidak menentu dan frustasi telah melanda segala lapisan masyarakat. [[Carita Parahyangan|Carita Parahiyangan]] memberitakan sikap petani ''"Wong huma darpa mamangan, tan igar yan tan pepelakan"'' (Petani menjadi serakah akan makanan, tidak merasa senang bila tidak bertanam sesuatu). Ini merupakan berita tidak langsung, bahwa kelaparan telah berjangkit.<ref>https://www.historyofcirebon.id/2017/12/kerajaan-pajajaran-masa-pendirian.html, diakses 17 Agustus 2021</ref>
 
Frustasi di lingkungan kerajaan lebih parah lagi. Ketegangan yang mencekam menghadapi kemungkinan serangan musuh yang datang setiap saat telah mendorong raja beserta para pembesarnya memperdalam aliran keagamaan [[Tantrisme|Tantra]]. AliranSekte iniTantra mengutamakanadalah mantera-manterasekte yang terusmelakukan menerusmeditasi diucapkandengan sampaimempersatukan kadang-kadangYoni orangdan yangLingga. bersangkutanArtinya merasameditasi bebasdilakukan daridengan keadaanmelakukan dihubungan sekitarnya.antara Seringkali,laki untuklaki mempercepatdan keadaanperempuan. tidakPrabu sadar[[Kertanagara]] itu,dari digunakan[[Kerajaan minumanSingasari|Kerajaan kerasSinghasari]] yangjuga didahuluipenganut denganajaran pesta pora makanan enakini.
 
"Lawasnya ratu kampa kalayan pangan, tatan agama gyan kewaliya mamangan sadrasa nu surup ka sangkan beuangharbeunghar"
 
(Karena terlalu lama raja tergoda oleh makanan, tiada ilmu yang disenanginya kecuali perihal makanan lezat yang layak dengan tingkat kekayaan).
 
Selain itu, Nilakendra malah memperindah [[keraton]], membangun taman dengan jalur-jalur berbatu ("dibalay") mengapit gerbang larangan. Kemudian membangun "rumah keramat" (bale bobot) sebanyak 17 baris yang ditulisi bermacam-macam kisah dengan emas.
 
Mengenai musuh yang harus dihadapinya, sebagai penganut ajaran Tantra yang setia, ia membuat sebuah "bendera keramat" ("ngibuda Sanghiyang Panji"). Bendera inilah yang diandalkannya menolak musuh. Meskipun bendera ini tak ada gunanya dalam menghadapi laskarLaskar Banten karena mereka tidak takut karenanya. Akhirnya nasib Nilakendra dikisahkan "alah prangrang, maka tan nitih ring kadatwan" (kalah perang, maka ia tidak tinggal di keraton).
 
Nilakendra sejaman dengan [[Maulana Hasanuddin dari Banten|Panembahan Hasanudin]] dari [[Banten]] dan bila diteliti isi buku Sejarah Banten tentang serangan ke Pakuan yang ternyata melibatkan Hasanudin dengan puteranya [[Maulana Yusuf dari Banten|Maulana Yusuf]], dapatlah disimpulkan, bahwa yang tampil ke depan dalam serangan itu adalah Putera Mahkota [[Maulana Yusuf dari Banten|Maulana Yusuf]]. Peristiwa kekalahan Nilakendra ini terjadi ketika [[Sunan Gunung Jati|Susuhunan Jati]] masih hidup (ia baru wafat tahun 1568 dan Fadillah wafat 2 tahun kemudian).
 
Demikianlah, sejak saat itu ibukotaibu kota Pakuan telah ditinggalkan oleh raja dan dibiarkan nasibnya berada pada penduduk dan para prajurit yang ditinggalkan. Namun ternyata Pakuan sanggup bertahan 12 tahun lagi.
 
== Referensi ==
{{reflist}}
 
{{kotak mulai}}
{| align="center" border="1"
{{s-reg}}
|width="30%" align="center"|Didahului oleh<br>[[Ratu Sakti]]
{{kotak suksesi|jabatan=[[Kerajaan Sunda|Raja Sunda-Galuh]]|pendahulu=[[Ratu Sakti]]|pengganti=[[Raga Mulya]]|tahun=[[1551]]–[[1567]]}}
|width="40%" align="center"|'''[[Pajajaran]]'''
{{kotak selesai}}
|width="30%" align="center"|Dilanjutkan:<br>[[Raga Mulya]]
|}
 
[[kategoriKategori:Pakuan Pajajaran]]
[[Kategori:Raja Sunda]]
[[Kategori:Raja Sunda Galuh]]