Kesultanan Paser: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Alamnirvana (bicara | kontrib)
 
(118 revisi perantara oleh 22 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Het interieur van het paleis van de sultan in Pasir TMnr 60030839.jpg|jmpl|Istana Sultan Paser pada tahun 1910-1925]]
'''Kesultanan Paser''' (yang sebelumnya bernama '''Kerajaan Sadurengas''') adalah sebuah kerajaan yang berdiri pada tahun [[630]] dan dipimpin oleh seorang wanita (Ratu I) yang dinamakan [[Putri Petong]]. Wilayah kekuasaan kerajaan Sadurengas meliputi [[Kabupaten Paser]] yang ada sekarang, ditambah dengan [[Kabupaten Penajam Paser Utara]], [[Balikpapan]] dan sebagian wilayah Provinsi [[Kalimantan Selatan]].
'''Kesultanan Paser Darul Aman''' (sebelumnya bernama '''[[Kerajaan Sadurengas]]''') adalah sebuah kerajaan yang berdiri pada tahun [[1516]]<ref name="Sejarah Paser">{{Cite web |url=http://www.paserkab.go.id/10/1/1/Sejarah-Paser |title=Pemkab Paser - Sejarah Paser |access-date=2010-06-19 |archive-date=2010-08-05 |archive-url=https://web.archive.org/web/20100805032620/http://www.paserkab.go.id/10/1/1/Sejarah-Paser |dead-url=yes }}</ref> dan dipimpin oleh seorang wanita (Ratu I) yang dinamakan [[Ratu Aji Petri Botung/Ratu Aji Putri Petong]]. Wilayah kekuasaan kerajaan Sadurengas meliputi [[Kabupaten Paser]] yang ada sekarang, ditambah dengan [[Kabupaten Penajam Paser Utara]], [[Balikpapan]] dan [[Pamukan]] sekarang menjadi Kabupaten [[Tanah Bumbu]] dan Kabupaten [[Kota Baru]] di Provinsi [[Kalimantan Selatan]].<ref>{{Cite web |url=http://www.indonesianhistory.info/map/borneo1879.html?zoomview=1 |title=Salinan arsip |access-date=2013-11-13 |archive-date=2012-05-05 |archive-url=https://web.archive.org/web/20120505053147/http://www.indonesianhistory.info/map/borneo1879.html?zoomview=1 |dead-url=yes }}</ref> Menurut perjanjian VOC-Belanda dengan [[Kesultanan Banjar]], [[negeri Paser]] merupakan salah satu bekas [[negara]] [[dependensi]] ([[negara bagian]]) di dalam "[[negara Banjar Raya]]".<ref>perjanjian antara [[Kesultanan Banjar]] dan [[pemerintah]] kerajaan [[kolonial]] [[Hindia Belanda]] tersebut hanyalah perjanjian yang hanya berlaku di atas kertas saja ini dibuktikan bahwa Kesuktanan Paser tidak mau tunduk dengan hasil perjanjian antara kedua belah pihak itu karena dianggap sebagai perjanjian yang sepihak saja dan ini dibuktikan oleh Kesultanan Paser dengan tidak mau membayar [[upeti]] baik kepada [[Kesultanan Banjar]] maupun kepada pemerintah Kerajaan Kolonial [[Hindia Belanda]] ([[VOC]]) pada saat itu.[http://www.indonesianhistory.info/map/borneo1750.html Borneo, ca 1750 (abad ke-18)] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20120610210302/http://www.indonesianhistory.info/map/borneo1750.html |date=2012-06-10 }}</ref><ref>{{id}} {{cite book|author=Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto, Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan|year=1992|url=http://books.google.co.id/books?id=N5jc0h1BktwC&lpg=PA110&dq=Tanah%20Laut.&pg=PA110#v=onepage&q=Tanah%20Laut.&f=false|title=Sejarah nasional Indonesia: Nusantara pada abad ke-18 dan ke-19|publisher=PT Balai Pustaka|isbn=9794074101|access-date=2012-05-17|archive-url=https://web.archive.org/web/20130922175954/http://books.google.co.id/books?id=N5jc0h1BktwC&lpg=PA110&dq=Tanah%20Laut.&pg=PA110#v=onepage&q=Tanah%20Laut.&f=false|archive-date=2013-09-22|dead-url=yes}}ISBN 978-979-407-410-7</ref><ref name="Royal Geographical Society">{{en}} {{cite journal|author=Royal Geographical Society (Great Britain)| url=http://books.google.com/books?id=grENAAAAQAAJ&dq=banjarmassin&hl=id&pg=PA841#v=onepage&q=banjarmassin&f=false | title=A Gazetteer of the world: or, Dictionary of geographical knowledge, compiled from the most recent authorities, and forming a complete body of modern geography -- physical, political, statistical, historical, and ethnographical|volume= 5 | publisher=A. Fullarton | year=1856}}</ref><ref>{{nl}} {{cite book|pages=2|url=http://books.google.co.id/books?id=JRQ5AQAAIAAJ&dq=Sulthan%20Soerian%20Sjach&hl=id&pg=PA9#v=onepage&q=Sulthan%20Soerian%20Sjach&f=false|title=De bandjermasinsche krijg van 1859-1863|first=[[Willem Adriaan van Rees|Willem Adriaan]]|last=Rees|publisher=D. A. Thieme|year=1865}}</ref><ref>{{en}} (1848){{cite journal|pages=438 |url=http://books.google.co.id/books?id=sJAaAQAAIAAJ&dq=Fran%C3%A7ois%20Wittert.&pg=PA438#v=onepage&q&f=false|title=The Journal of the Indian archipelago and eastern Asia|volume=2}}</ref> Dalam tahun 1853 penduduk Kesultanan Paser 30.000 jiwa.<ref>{{nl}} {1853){{cite book|pages=358|url=http://books.google.co.id/books?id=c6AAAAAAMAAJ&dq=tanah-koessan&pg=PA358#v=onepage&q&f=false|title=Verhandelingen en berigten betrekkelijk het zeewezen en de zeevaartkunde|volume=13}}</ref>
 
== Sejarah ==
=== Asal Kerajaan{{artikel|Sejarah Paser ===}}
=== Kerajaan Sadurengas ===
Dalam '''Sempuri Paser''' yang berhubungan dengan kerajaan di Tanah Paser. Pada jaman dahulu kala, pernah berdiri sebuah kerajaan yang bernama Padang Kero dengan rajanya yang bernama Nuas. Raja Nuas tidak lama memerintah, karena merasa uzur digantikan oleh si anak yang bernama Mandan. Begitu juga halnya dengan Raja Mandan, tidak lama kemudian raja meninggal dunia digantikan oleh si anak yang bemama Tampuk Gulung. Tampuk Gulung menyerahkan kekuasaan kerajaan kepada si anak yang bemama Selendo Tuo dan raja selanjutnya adalah Dato Tuo Puti Songkong. Tidak lama kemudian raja Dato Tuo Puti Songkong menyerahkan kepada si anak yang bernama Nalau, disaat pemerintahan raja Nalau masyarakat menjadi makmur, oleh sebab itu Nalau diberi nama oleh masyarakatnya Raja Tondoi atau Nalau pemimpin kemakmuran.
Tentang terbentuknya awal kerajaan Paser, Haji Aji Abdoel Rasyid dan kawan-kawan yang ditulis oleh M.Irfan lqbal, et.al. Dalam bukunya yang berjudul “[[Budaya dan Sejarah Kerajaan Paser]]” mengatakan terbentuknya [[Kerajaan Paser]] pada tanggal 2 Safar tahun 9 Hijriyah atau tahun [[630]] Masehi. Pada saat [[Putri Petong]] berusia 22 tahun dilantik atau dinobatkan menjadi ratu (ratu pertama kerajaan Paser) yang semula [[kerajaan Padang Bertinti]] menjadi [[kerajaan Sadurengas]]. Namun, dalam versi [[Pemerintah Kabupaten Paser]], Kerajaan Sadurangas didirikan pada abad ke-16 atau sekitar tahun [[1516]].<ref name="Sejarah Paser"/>
Pada masa pemerintahan Raja Nalau ini, salah seorang sepupunya yang bernana Gasing Putih merasa iri hati kepada Nalau Raja Tondoi, sehingga timbul perselisihan diantara kedua bersepupu, terjadi perang yang berkepanjangan dan akhirnya peperangan dimenangkan oleh Nalau Raja Tondoi. Beberapa saat kemudian Nalau menyerahkan kerajaan kepada anaknya yang bernama Sumping.
Di saat Sumping menjadi raja, ketiga anaknya mengadakan perjalanan hibah, perjalanan hibah ini terbagi dua kelompok, satu kelompok dipimpin oleh Andir Palai, anak Sumping dari istrinya yang pertama, satu kelompok lagi dipimpin oleh Nurang dan Anjang, anak Sumping dari istri yang kedua. Setelah melakukan perjalanan beberapa lamanya mereka akhirnya sampai di tepi sungai Lembok, disinilah Andir Palai bersama dengan pengikutnya bermukim.
Kelompok yang dipimpin oleh Nurang dan Ajang bertemu dengan sungai Kendilo. Di tepi sungai Kendilo inilah Nurang bersama kelompoknya bermukim. Sedangkan Anjang melanjutkan perjalanan bersama pengikutnya menuju ke arah Barat Laut, setelah beberapa lama dalam perjalanan akhirnya mereka sampai di sungai Komam. Di tepi sungai Komam ini Anjang meninggalkan pengikutnya sepertiga, dan yang lainnya melanjutkan perjalanan bersama Anjang ke arah Barat Daya dan akhirnya mereka bertemu dengan sungai Biu, Anjang bersama pengikutnya bermukim di tepi sungai Biu ini, akan tetapi Anjang memilih untuk tinggal di Samurangau.
Anjang mempunyai dua orang anak yang bernama Dengut dan Uma Dana. Anjang memberikan kekuasaan kepada Dengut untuk memimpin masyarakat di daerah sungai Komam, sedangkan Uma Dana memimpin di daerah sungai Biu. Anjang sendiri tetap di daerah Samurangau.
Sepeninggal Andir Palai, Nurang dan Anjang di kerajaan Padang Kero, raja Sumping mengadakan sesembahan kepada para dewa dan roh-roh halus, dengan mengadakan Belian selama 40 hari 40 malam, di saat malam yang ke 40, istana kerajaan bersama dengan rajanya beserta masyarakat hilang lenyap tanpa bekas. Itulah sebabnya masyarakat Paser tidak mau mengadakan belian sampai 40 hari 40 malam, takut terjadi seperti raja Sumping.
Lenyapnya kerajaan Padang Kero bersama dengan rajanya, diangkat Andir Palai menjadi raja dengan pusat kerajaan di Lembok. Andir Palai menyerahkan kerajaan kepada keponakannya yang bernama Talin. Talin beristrikan seorang perempuan yang bernama Tiong dari Selang Samuntae sekarang ini, justru itu diselang (Samuntae) ada kerajaan yang bemama Tiong Talin. Dari hasil perkawinan mereka melahirkan seorang anak perempuan yang diberi nama Puteri Salika. Saudara Talin yang bernama Lintung kawin dengan puteri yang bernama Selang, dari hasil perkawinan mereka melahirkan 6 orang anak lelaki, anak-anak mereka diberi nama sebagai berikut:
1. Pego alias Temindong Doyong alias Kaka Ukop
2. Temindong Tokiu
3. Manungko
4. Patang anak Dogut
5. Seranta Tuleng Tunggel
6. Bumbut Tuon Adang
 
Sebelum [[Putri Petong]] menikah dengan [[Abu Mansyur Indra Jaya]]. Putri Petong diyakini menganut kepercayaan [[animisme]] atau suatu kepercayaan yang memuja roh-roh halus dan dewa-dewa. Roh-roh halus atau dewa-dewa diyakini bisa membantu sewaktu-waktu diperlukan, untuk memanggil roh-roh halus tersebut dibutuhkan sebuah bangunan berbentuk rumah yang dinamakan ''[[Panti]]'', di dalam panti tersebut diberi sesajen kue-kue yang dibuat berbentuk patung-patung dari tepung beras menyerupai [[roh]] yang akan dipanggil. Putri Petong setelah bersuamikan Abu Mansyur Indra Jaya, setahun kemudian Putri Petong melahirkan anak yang pertama seorang lelaki yang diberi nama [[Aji Mas Nata Pangeran Berlindung]] bin [[Abu Mansyur Indra Jaya]]. Tiga tahun kemudian Putri Petong melahirkan lagi seorang anak perempuan, yang diberi nama [[Aji Putri Mitir]] binti [[Abu Mansyur Indra Jaya]] dan enam tahun kemudian Putri Petong melahirkan lagi seorang lelaki yang diberi nama [[Aji Mas Pati Indra]] [[bin]] [[Abu Mansyur Indra Jaya]].
Setelah Pego dewasa dikawinkan dengan puteri Salika sepupunya sendiri anak dari Talin.
Setelah Pego beristerikan Puteri Salika Raja Talin membagi-bagikan daerah kekuasaan kepada anak-anaknya juga kepada Dengut dan Uma Dena, adapun daerah kekuasaan yang dibagikan:
1) Pego, mendapat pembagian kekuasaan di daerah sungai Sadu Lempesu sekarang.
2) Temindong Tokiu, daerah batu miris Seratai.
3) Manungko, di daerah Petalan, Suatang dan Pasir Belengkong.
4) Patang anak Dogut, daerah Afier dan Tabruk.
5) Seranta Tuleng Tunggal,daerah Ingkur, Sepaku dan Balikpapan.
6) Bumbut Tuon Adang, di daerah Lembok sampai Muara Adang dan Telake.
7) Dengut, di daerah kepala sungai Kendilo dan Komam.
8) Uma Dana, di daerah Biu dan Samurangau.
 
=== Islamisasi ===
Setelah daerah-daerah dibagikan kepada Pego bersaudara, muncullah anak-anak suku Paser (etnis Paser) seperti berikut:
Islamisasi di Kerajaan Paser melalui beberapa jalur, antara lain:
1) Paser Pematang
* Jalur perkawinan-perkawinan dilakukan oleh [[Abu Mansyur Indra Jaya]] dengan [[Putri Petong]], dari [[Kerajaan Paser]] raja komunitas Paser. Begitu juga perkawinan [[Sayyid Ahmad Khairuddin]] yang kawin dengan [[Aji Mitir]] anak Putri Petong dengan Abu Mansyur Indra Jaya.
2) Paser Pembesi
* Jalur perdagangan [[sungai Kendilo]] merupakan sungai besar pada zaman mereka, yang selalu dilalui para pedagang dari berbagai daerah [[Nusantara]], termasuk pedagang dari [[Arab]]. Interaksi antara masyarakat Kerajaan Paser dengan para [[pedagang muslim]] menyebabkan sebagian masyarakat penduduk tertarik untuk memeluk agarna Islam.
3) Paser Adang
* Dalam sebuah cerita rakyat, Putri Petong sebelum kawin dengan Abu Mansyur Indra Jaya, sudah beberapa kali kawin, akan tetapi jika akan berhubungan badan dengan lelaki, jika tidak lari dari peraduan atau mati. Hal ini disebabkan [[sari bambu]] yang melekat pada Putri Petong. Kawinlah dengan Abu Mansyur Indra Jaya yang dapat menyembuhkan penyakit tersebut<ref>Vr, Cilik Riwut. Kalimantan Membangun alam dan kebudayaan, PT. Tiara Wacana Yogya, cetakan pertama 17 Agustus 1993 halaman 119-120</ref>
4) Paser Migi
5) Paser Tikas
6) Paser Tiong Talin
7) Paser Balik
8) Paser Lusan
 
Daerah Paser saat kedatangan [[Islam]], banyak diketahui dari berbagai tulisan, diantaranya berdasarkan [[kitab]] yang ditulis [[Aji Aqub]] tahun 1350 Hijriyah atau tahun 1920 Masehi yang berjudul "''[[Pelayaran mencari raja tanah Paser]]''" Sumber lain dari tulisan [[A.S Assegaf]] dengan judul "[[Sejarah kerajaan Kutai dan Kesultanan Paser]]" tanpa tahun. Sumber yang lain dapat ditelusuri dari sumber-sumber [[Belanda]], diantaranya oleh S.C Knappert dengan judul "[[Tijdschrift voor ned Indie 1883]]" Sedangkan yang memuat legenda Putri Petong ditulis oleh III Nieuwkuyk dalam Versi R''[[eide opstillen ove Boneo]]'', Velome 9 kerajaan Paser juga disinggung dalam tulisan J.Zwager dengan judul "[[Tijdschrift voor Nederlan Indie]]. Seri 4, [[1866]].
Walaupun daerah-daerah sudah dibagi-bagikan oleh Talin kepada anak-anaknya akan tetapi mereka bukan menjadi raja di daerah masing-masing, mereka hanya menjadi penggawa. Karena Pego saudara yang tertua diantara saudaranya yang lain. Pegolah yang menjadi kepala penggawa. Itulah sebabnya dia diberi nama Temindong Doyong.
 
=== Versi Hikayat Banjar ===
Pego atau Temindong Doyong ingin mengundurkan diri, dan meminta kepada saudara-saudaranya agar mau menggantikan dirinya sebagai kepala penggawa, akan tetapi saudara-saudaranya menolak permintaan Temindong Doyong, karena mereka mengharapkan, anak Temindong Doyong yang akan menjadi raja mereka.
* Keberadaan kerajaan Paser yang pertama disebutkan di dalam [[Kakawin Nagarakretagama]] yang ditulis tahun [[1365]], menyatakan Paser adalah salah satu daerah taklukan [[Gajah Mada]] dari [[Majapahit]].<ref>{{nl}} J.L.A. Brandes, ''[[Nāgarakrětāgama]]; Lofdicht van Prapanjtja op koning Radjasanagara, Hajam Wuruk, van Madjapahit, naar het eenige daarvan bekende handschrift, aangetroffen in de puri te Tjakranagara op Lombok'' [[1902]].</ref> Sedangkan menurut [[Salasilah Kutai]], seorang putera dari [[Maharaja Sakti]] bin [[Aji Batara Agung Paduka Nira]] menjadi [[raja muda]] di Paser. Putera dari raja muda tersebut yang bernama [[Aji Pangeran Tumenggung Bayabaya]] kemudian dilantik menjadi Raja [[Kutai Kartanegara]] V menggantikan Raja Kutai Kertanegara IV [[Aji Raja Mandarsyah]]. Kerajaan Paser yang disebutkan dalam [[Nagarakretagama]] maupun dalam Salasilah Kutai merupakan kerajaan yang sama yang masih dalam pemerintahan [[Dinasti Kutai Kartanegara]]. Kerajaan berikutnya yang muncul di Tanah Paser adalah [[Kerajaan Sadurangas]] yang kelak mengganti namanya sebagai [[Kesultanan Paser Balengkong]], yang asal mulanya didirikan seorang panglima ([[Aria Manau/Sang Pangaruntung Manau/Teruntung Manau]]) dari [[Kerajaan Kuripan-Daha]] ([[Banjar Hindu]]).<ref name="Orang-Orang Terkemuka dalam Sejarah Kalimantan">{{cite book
Sudah beberapa lama mereka menantikan agar putri Salika melahirkan anak akan tetapi yang diharapkan tidak kunjung ada. Sehingga mereka bersaudara berunding untuk mencari raja. Beberapa kali sudah melakukan perundingan akhirnya mendapat kata sepakat dan mufakat, agar mereka melakukan pelayaran dengan harapan dapat menemukan raja. Untuk melakukan pelayaran, disiapkan sebuah perahu atau Jong.
| authorlink= Anggraini Antemas
Disaat akan mencari raja, disiapkan sebuah perahu (JONG) yang didatangkan dari Telake, Mendik milik dua orang yang bernama Turi dan Kunkun, konon jong tersebut dapat dari hasil semedi mereka dan dapat dipakai hanya satu kali berlayar.
| first= Anggraini
Dalam pelayaran mencari raja tersebut. Menurut versi Aji Aqub, ada di beberapa orang sebagai berikut:
| last= Antemas
1) Uma Dena, dari Telake
| language= id
2) Uma Kamal, dari Kesunge
| title= Orang-Orang Terkemuka dalam Sejarah Kalimantan
3) Petung anak Dogut, dari kepala Kandilo
| location= Kalimantan Selatan
4) Seranta Tatau Lantungkau,dari Laburan
| publisher= Ananda Nusantara
5) Tanjung Kuti, dari Payang
| year= 2004
6) Dengu, dari Tebalong
| edition= 5
7) Bepaung, dari Aper
| year= 54
8) Bumbut Tuwaw Adang, dari Adang
}}</ref>
 
Setelah mengadakan perundingan dengan saudara-saudaranya termasuk Dengut dan Uma Dana, diambil keputusan untuk mencari raja. Misi pencari raja memulai perjalanan dari sungai Sadu, dengan menggunakan jong/perahu, Jong berlayar dengan tenang dan melaju diatas permukaan laut, angin bertiup dari belakang membuat layar berkembang diterpa angin.
Tiga bulan sudah misi pencari raja dalam perjalanan. Temindong Doyong bersama dengan saudaranya merasakan perahu mereka tidak bergerak maju, walaupun layar berkembang ditiup angin, Temindong Doyong meminta kepada salah seorang saudaranya untuk terjun ke laut memeriksa apa yang menjadi penyebab sehingga perahu mereka tidak dapat bergerak maju, temyata sepotong bambu yang terhalang di halauan perahu mereka, setelah bambu dilepaskan perahupun melancar di perrnukaan air laut dengan lajunya tiga kali bambu itu tersangkut dan yang ketiga kalinya terhalang di kemudi. Temindong Doyong meminta agar bambu tersebut dibawa naik ke atas perahu (jong). Tertunda tiga kali Temindong Doyong memberitahukan kepada juru mudi untuk memutar haluan menuju pulang.
Ketika sampai di rumah Pego menyerahkan bambu tersebut kepada si isteri untuk disimpan. Pak Pego mengatakan kepada si isteri bambu tersebut pemberian Dayu Sang Liang.
Beberapa hari sudah beristirahat di rumah, misi pencari raja kembali berlayar mengarungi lautan luas, dan singgah di beberapa kerajaan mengutarakan maksud dan tujuan mereka. Akan tetapi setiap raja yang disinggahi memberi jawaban yang sama bahwa raja yang mereka cari sudah ada di kampung halaman mereka.
Dua tahun sudah lamanya misi pencari raja dalam pelayaran, akhirnya mereka menuju pulang, dalam pelayaran pulang misi ini kekurangan air minum dan bahan pangan. Mereka singgah di sebuah pulau untuk mengisi air dan keperluan lain, setelah selesai misi pencari raja akan meninggalkan pulau, tetapi misi pencari raja diajak untuk mengikuti adu manusia oleh pimpinan pulau. Pertandingan adu manusia dengan menggunakan senjata tajam dan menaiki ayunan papan. Diantara misi pencari raja ada salah seorang bernama Usin. Sanggup untuk mengikuti pertandingan adu manusia, sejak dimulai sampai selesai Usin kalah dalam perlagaan dan mati.
Disaat mayat Usin akan dibawa ke perahu masyarakat pulau meminta agar mayat Usin diserahkan saja kepada mereka untuk merawatnya, Pak Pego menyetujui saja permintaan masyarakat pulau, akan tetapi jika Usin diserahkan kepada masyarakat pulau, Usin pun hidup kembali, Pak Pego melihat Usin hidup meminta kembali. Serah terima mayat Usin berlaku tujuh kali, akhirnya masyarakat pulau berkata kepada Pak Pego, “tinggalkan saja Usin kepada kami, dan kami memberikan kepada kalian, satu buah gong tujuh buah bungkusan dan satu peti pendala tane, sebagai tanda persahabatan kita”.
Selesai memberikan benda-benda tersebut, yang diterima Pak Pego, masyarakat pulau berpesan:
1. Sebelum sampai di Muara Paser, gong tersebut jangan dibunyikan, terkecuali sudah sampai.
2. Sebelum sampai di dalam daerah Paser, ketujuh bungkusan itu jangan dibuka, terkecuali sudah sampai.
3. Jika sudah sampai di tengah kampung halaman, peti bendala tana baru dibuka.
 
Dalam pelayaran menuju pulang cukup lama menyita waktu selama dua tahun, sehingga mereka merasa jauh di dalam perahu (jong) diantara saudara Pak Pego memukul gong juga ada yang membuka ketujuh bungkusan dan peti pendata tana. Walaupun mereka mengetahui pesan masyarakat pulau disaat akan berangkat.
Ketika perahu misi pencari raja sampai di Muara Paser, gong dibunyikan, suaranya tidak seperti dipukul yang pertama, suaranya bergetar dan menggema, begitu juga dengan tujuh bungkusan ketika dibuka tidak ada reaksi apa-apa, juga peti pendala tana, ketika dibuka di tengah-tengah kampung tidak ada apa-apa kosong melompong, tidak seperti dibuka yang pertama, dari dalam peti tersebut memancarkan kuning.
Lama sudah Pak Pego atau Dato Temindong Doyong berada dirumah bersama Itak Pego, timbul pikiran untuk mengetahui bambu yang ditemukan saat dalam pelayaran mencari raja, bambu tersebut dibelah temyata berisikan sebutir telur, lalu disimpan di piring melawen beralaskan cadar kuning, sedangkan belahan bambu tersebut ditancapkan oleh Pak Pego ke tanah sebagai tanda atau peringatan kepada keturunan Paser. Sampai sekarang bambu tersebut tumbuh dengan subur di daerah Lempesu sekarang.
Telur yang disimpan dalam piring melawen setelah 40 hari 40 malam menetas, ternyata seorang bayi perempuan yang cantik dan molek. Pak Pego bersama Itak Pego terkejut dan bangun dari tidurnya yang lelap, mendengar suara tangisan bayi, betapa suka citanya kedua orang tua ini, melihat bayi di dalam piring melawen.
Bayi yang berasal dari bambu yang dibawa Pak Pego tidak mau menyusu, sudah beberapa orang ibu yang bersedia untuk menyusui Putri Petong, akan tetapi si bayi tidak mau menyusu. Bertepatan pada saat itu kerbau putih Pak Pego beranak, dari susu kerbau putih itulah Putri Petong mau menyusu. Pak Pego mempunyai sepasang kerbau putih, kerbau tersebut pandai dan penurut dengan perintah Pak Pego itulah sebabnya Pak Pego diberi nama Kaka Ukop artinya Kakek Ukop. Itulah masyarakat Paser tidak boleh atau pantang, Dion dalam bahasa Paser memakan daging kerbau putih.
 
==== Terbentuknya Kerajaan Paser ====
Tentang terbentuknya awal kerajaan Paser, Haji Aji Abdoel Rasyid dan kawan-kawan yang ditulis oleh M.Irfan lqbal, et.al. Dalam bukunya yang berjudul “Budaya dan Sejarah Kerajaan Paser” mengatakan terbentuknya Kerajaan Paser pada tanggal 2 Safar tahun 9 Hijriyah atau tahun [[630]] Masehi. Pada saat Putri Petong berusia 22 tahun dilantik atau dinobatkan menjadi ratu (ratu pertama kerajaan Paser) yang semula kerajaan Padang Bertinti menjadi kerajaan Sadurengas.
 
Sebelum Putri Petong menikah dengan [[Abu Mansyur Indra Jaya]]. Putri Petong diyakini menganut kepercayaan [[animisme]] atau suatu kepercayaan yang memuja roh-roh halus dan dewa-dewa. Roh-roh halus atau dewa-dewa diyakini bisa membantu sewaktu-waktu diperlukan, untuk memanggil roh-roh halus tersebut dibutuhkan sebuah bangunan berbentuk rumah yang dinamakan ''Panti'', di dalam panti tersebut diberi sesajen kue-kue yang dibuat berbentuk patung-patung dari tepung beras menyerupai roh yang akan dipanggil. Putri Petong setelah bersuamikan Abu Mansyur Indra Jaya, setahun kemudian Putri Petong melahirkan anak yang pertama seorang lelaki yang diberi nama [[Aji Mas Nata Pangeran Berlindung]] bin Abu Mansyur Indra Jaya. Tiga tahun kemudian Putri Petong melahirkan lagi seorang anak perempuan, yang diberi nama Aji Putri Mitir binti Abu Mansyur Indra Jaya dan enam tahun kemudian Putri Petong melahirkan lagi seorang lelaki yang diberi nama Aji Mas Pati Indra bin Abu Mansyur Indra Jaya.
 
Tentang Abu Mansyur Indra Jaya. Dapat ditelusuri dari peninggalan batu-batuan yang diangkat dari kapal ketika Abu Mansyur Indra Jaya pertama datang di Paser.
Melihat dari nama Abu Mansyur Indra Jaya pasti beliau dari Arab, dan juga masih keturunan Alawiyah keturunan Nabi Muhammad Rasullullah SAW gencar melaksanakan islamisasi sambil berdagang. (Vr, H.M. Yusuf "Kisah Kampung Daya Taka" diterbitkan oleh BAPPEDA Kabupaten Paser tahun 2000 menceritakan Putri Petong sebelum menikah menyebut Dua Kalimat Syahadat dan membaca ayat-ayat Al-Qur'an*).
 
==== Islamisasi ====
Islamisasi di Kerajaan Paser melalui beberapa jalur, antara lain :
* Jalur perkawinan-perkawinan dilakukan oleh Abu Mansyur Indra Jaya dengan Putri Petong, dari Kerajaan Paser raja komunitas Paser. Begitu juga perkawinan Sayyid Ahmad Khairuddin yang kawin dengan Aji Mitir anak Putri Petong dengan Abu Mansyur Indra Jaya.
* Jalur perdagangan sungai Kendilo merupakan sungai besar pada jaman mereka, yang selalu dilalui para pedagang dari berbagai daerah Nusantara, termasuk pedagang dari Arab. Interaksi antara masyarakat Kerajaan Paser dengan para pedagang muslim menyebabkan sebagian masyarakat penduduk tertarik untuk memeluk agarna Islam.
* Dalam sebuah cerita rakyat, Putri Petong sebelum kawin dengan Abu Mansyur Indra Jaya, sudah beberapa kali kawin, akan tetapi jika akan berhubungan badan dengan lelaki, jika tidak lari dari peraduan atau mati. Hal ini disebabkan sari bambu yang melekat pada Putri Petong. Kawinlah dengan Abu Mansyur Indra Jaya yang dapat menyembuhkan penyakit tersebut<ref>Vr, Cilik Riwut. Kalimantan Membangun alam dan kebudayaan, PT. Tiara Wacana Yogya, cetakan pertama 17 Agustus 1993 halaman 119-120</ref>
 
Daerah Paser saat kedatangan Islam, banyak diketahui dari berbagai tulisan, diantaranya berdasarkan kitab yang ditulis Aji Aqub tahun 1350 Hijriyah atau tahun 1920 Masehi yang berjudul "''Palayaran mencari raja tanah Paser''" Sumber lain dari tulisan A.S Assegaf dengan judul "Sejarah kerajaan Kutai dan Kesultanan Paser" tanpa tahun. Sumber yang lain dapat ditelusuri dari sumber-sumber Belanda, diantaranya oleh S.C Knappert dengan judul "Tijdschrift voor ned Indie 1883" Sedangkan yang memuat legenda Putri Petong ditulis oleh III Nieuwkuyk dalam Versi R''eide opstillen ove Boneo'', Velome 9 kerajaan Paser juga disinggung dalam tulisan J.Zwager dengan judul "Tijdschrift voor Nederlan Indie. Seri 4, [[1866]].
 
==== KEDATANGAN SAYYID AHMAD KHAIRUDDIN ====
Siapa Sayyid Ahmad Khairuddin, mengapa dia datang ke Kerajaan Paser? Berdasarkan Gelar Sayyid nyata Sayyid Ahmad Khairuddin dari keturunan Arab kalangan Alawiyyah sebagai keturunan Nabi, dan mereka menyebutkan diri sebagai "Ahlul Bayit”.
Di Kerajaan Paser sendiri sangat jelas bahwa Sayyid Ahmad Khairuddin mendapat gelar Sayyid Imam Pawa. Sayyid Ahmad Khairuddin masih berkaitan erat dengan Maulana Malik Ibrahim keturunan Zainal Abidin bin Husain bin Ali R.A .
Beberapa lama tinggal di Kerajaan Paser akhirnya Sayyid Ahmad Khairuddin kawin dengan Aji Putri Mitir anak Putri Petong dengan Abu Mansyur Indra Jaya. Saudara dari Aji Mas Pati Indra, bibi Aji Mas Anom Indra. Sumber lain mengatakan bahwa yang menjadi Imam pada masa itu adalah Imam Mustafa (Vr, sumber dari Aji Zainal Abidin dan kawan-kawan). Lebih kurang 15 tahun menyiarkan agama Islam di Kerajaan Paser, Sayyid Ahmad Khairuddin menunaikan ibadah haji. Sebelum berangkat haji, pada saat anak beliau naik ayunan Sayyid Ahmad Khairuddin menciptakan sebuah nyanyian yang dinamakan 'Nyanyian Fatimah" dengan bait syair seperti berikut:
 
"Bismillahirrahmanirrahim"
Huu Allah, Allah Awwal, Allah Huu, Akhir
Allahhuu, Allah Allahu wal batin, Allah Waddlij
Dijahir
Allah huu, Allah maidandam ilham
Allahu huu Allahu, air zam-zam karam dilaut
bahaarullah.
Ayun-ayun silangka pulan
Ayun putra, putri ku jaya
Yaa hunaini silangka pulan
Wannahiruun-wannahiruun
Yaa hayyu yaa Qayyuum
Yaa hannanu yaa Burhan
 
Ketika Sayyid Ahmad Khairuddin yang menjadi guru dari raja Paser Aji Mas Anom Indra diangkat menjadi imam di kerajaan Paser, Sareat Islam pun diperlakukan dalam kerajaan Paser, sehingga Islam masuk dalam struktur kekuasaan kerajaan Paser, sehingga islam menyebar dikalangan rakyat Paser.
Setelah Sayyid Ahmad Khairuddin menunaikan ibadah haji, rupanya takdir Allah menghendaki Sayyid Ahmad Khairuddin di Makatul Musyarrafah (Vr, A.S. Assegaff. Op cit hlm 40*). Siar Islam dilanjutkan keturunan beliau, Imam Sayyid Abdurrahman bin Sayyid Ahmad Khairuddin (Vr, Haji Aji Padang Arjan. Haji Sardani Usman, et. al Op cit hlm 4*)
 
* Menurut [[Hikayat Banjar]] ([[1663]]), semenjak masa kekuasaan [[Maharaja Suryanata]],[[gubernur Majapahit]] untuk [[Negara Dipa]] (= Banjar Hindu), orang besar (penguasa) Paser sudah menjadi taklukannya. Pasir dalam [[Hikayat Banjar]] disebutkan sebagai salah satu ''tanah yang di atas angin'' (= negeri di sebelah timur atau utara) yang takluk dan menyerahkan upeti kepada [[Maharaja Suryanata]] hingga masa [[Maharaja Sukarama]], selanjutnya sampai masa [[Sultan]] [[Suriansyah dari Banjar]].<ref name="hikayat banjar">{{ms}}[[Johannes Jacobus Ras]], [[Hikayat Banjar]] diterjemahkan oleh Siti Hawa Salleh, Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka, Lot 1037, Mukim Perindustrian PKNS - Ampang/Hulu Kelang - [[Selangor]] Darul Ehsan, [[Malaysia]] [[1990]].</ref>
* Penguasa/orang besar Paser, Haji Tunggul ([[Adji Tenggal]])<ref>{{cite journal|[ang=nl|url=http://books.google.co.id/books?id=HBEDAAAAYAAJ&dq=aji%20tenggal&pg=PA241#v=onepage&q&f=false |pages=241 |title=Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde |volume= 6 |author=Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, Lembaga Kebudajaan Indonesia |publisher=Lange & Co.|year= 1857}}</ref> ([[Aria Manau/Kakah Ukop]]) menjadi bawahan [[Sultan Banjar]], [[Mustain Billah]] yang berkuasa tahun [[1595]]-[[1642]]. Ketika itu [[keraton Kesultanan Banjar]] telah dipindahkan dari [[Pemakuan, Sungai Tabuk, Banjar|Pemakuan]] ke daerah [[Batang Banyu]] (antara 1622-1632) karena sebelumnya pada tahun [[1612]] [[Keraton Kuin]] diserang [[VOC]], tatkala itu Marhum Panembahan (= [[Sultan Mustain Billah]]) menyuruh '''[[Kiai Lurah Cucuk]]''' membawa sebuah perahu beserta awak perahu empat puluh orang untuk menjemput Aji Tunggul ([[Adji Tenggal]]) dengan anak-isteri serta keluarganya. Ketika tiba di [[keraton Banjar]] waktu itu berada di daerah [[Batang Banyu[[, '''[[Aji Ratna]]''' puteri Aji Tunggul dinikahkan dengan '''[[Dipati Ngganding]][''' ([[adipati]] [[Kotawaringin]]) kemudian memperoleh dua anak, '''[[Andin Juluk]]''' dan '''[[Andin Hayu]]'''.<ref>Sudah itu maka [[Marhum Panembahan]] menyuruh [[Kiai Lurah Tjutjuk]] orang empat puluh sebuah perahu ke Pasir, ia itu mengambil [[Haji Tunggul]] serta anak isterinya - Artinya Haji ([[Aji]]) itu orang besarnya, bukannya haji artinya orang datang dari Mekkah - Sudah itu datang Haji Tunggul itu dengan anak isterinya serta keluarganya. Sudah itu anaknya yang perempuan bernama [[Haji Ratna]] itu dijadikan oleh [[Marhum Panembahan]] lawan Dipati Ngganding. Hatta sudah itu beranak perempuan dinamai [[Andin Djuluk]]. Sudah itu beranak pula itu perempuan namanya [[Andin Hayu]]. Banyak tiada tersebut (petikan HIKAYAT BANJAR).</ref> Kemudian Andin Juluk menikahi [[Pangeran Dipati Anta-Kasuma]] putera Sultan Mustainbillah dengan [[permaisuri]] Ratu Agung yaitu yang kelak menjabat adipati/[[raja Kotawaringin]] menggantikan Dipati Ngganding. Pasangan [[Anta-Kasuma]] dan Andin Juluk ini memperoleh empat anak: [[Putri Gelang]], [[Raden Tuan]], [[Raden Pamadi]] dan [[Raden Nating]]. Sedangkan Andin Hayu menikahi [[Pangeran Dipati Tapasena]] putera [[Sultan Mustainbillah]] dari [[selir]] [[orang Jawa]], kemudian memperoleh anak [[Pangeran Aria Wiraraja]] dan [[Putri Samut]].<ref name="hikayat banjar"/><ref name="Tijdschrift 23">{{en}} {{cite journal|author=Tijdschrift voor Nederlandsch-Indië |url=http://books.google.co.id/books?id=sAxBAAAAcAAJ&dq=sulthan%20Acihhat-ollah%20VI&pg=RA1-PA198#v=onepage&q=sulthan%20Acihhat-ollah%20VI&f=false|title=Tijdschrift voor Nederlandsch-Indië |volume= 23|issue=1-2|pages=198 | publisher=Nederlandsch-Indië | year=1861 }}</ref>
* Perkawinan seorang puteri dari Aria Manau/Kakah Ukop/Aji Tunggul, bernama Sri Sukma Dewi yang bergelar [http://kesultanan_pasir.tripod.com/sadurangas/id14.html Putri Betung] <ref>'''[[Putri di Dalam Petung]]''' merupakan [[gelar]] [[anumerta]] yang berkaitan dengan mitos putra/putri yang keluar dari buluh betung sebagai [[cikal bakal]] [[dinasti]] raja-raja yang banyak terdapat dalam [[mitos]] [[ Melayu]][.</ref> dengan Abu Mansyur Indra Jaya (pimpinan ekspedisi agama [[Islam]] dari [[Giri Kedaton|Giri]]) yang dikaruniai anak, yaitu:<ref>[http://kesultanan_pasir.tripod.com/sadurangas/id02.html Asal Usul Kerajaan Pasir (Sadurangas)]</ref>
*# [[Adjie Patih]] ([[Raden Aria Mandalika]]), memiliki anak bernama [[Adjie Anum]] ([[Raden Kakatang]])
*# [[Putri Adjie Meter]], memiliki anak bernama [[Imam Mustafa]] dan [[Putri Ratna Berana]]
* Beberapa tahun berlalu setelah pernikahan [[Aji Ratna]] binti [[Aji Tunggul]] dengan [[Dipati Ngganding]] di [[negeri Banjar]], seorang cucu Aji Tunggul<ref>Kemudian lagi tersebut ada seorang anak orang besar Pasir bernama [[Raden Aria Mandalika]]. Asal bapanya itu [[priyayi]] dari [[Giri]] beristerikan anak [[Haji Tunggul]], [[orang Pasir]]. Maka Raden Aria Mandalika datang ke Martapura diperisterikan lawan [[Gusti Limbuk]] itu, saudara [[Raden Kasuma Raga]] itu. Maka pangandika Marhum Panembahan pada Haji Tunggul itu: "Dahulunya anak Haji Tunggul itu menjadi pawaranganku jadi mintuha oleh [[Dipati Anta-Kasuma]] itu, maka sekarang ini Aria Mandalika ini sudah beristeri lawan cucuku Si [[Dayang Limbuk]]. Adapun akan [[upati]] di Pasir itu akan berikan arah cucuku itu. Lamun ada suruhanku meminta atau maambili maka serahkan, lamun tiada itu jangan seperti zaman dahulu kalanya itu." Maka sembah Haji Tunggul itu:"Kaula junjung kaula suhun nugraha sampian itu atas batu kepala kaula." Itulah mulanya Pasir itu maka tiada tiap-tiap tahun menghantarkan [[upati]] ke [[Banjar]], ke [[Martapura]] itu (Cuplikan [[HIKAYAT BANJAR]]).</ref> yaitu [[Raden Aria Mandalika]] ([[Adjie Patih]]) putera dari [[priyayi]] dari [[Giri Kedaton|Giri]] yang menikah dengan puteri dari [[Aji Tunggul]] ([[Aria Manau/Kakah Ukop]]) datang berkunjung ke [[Kesultanan Banjar]] ketika itu [[keraton]] telah dipindah dari [[Batang Banyu]] ke [[Martapura]], kemudian [[Raden Aria Mandalika]] oleh [[Sultan Mustainbillah]] dinikahkan dengan cucunya bernama [[Putri Limbuk/Dayang Limbuk]] binti [[Pangeran Dipati Antasari]]i. Dengan adanya perkawinan ini maka Aji Tunggul tidak lagi diharuskan mengantarkan [[upeti]] tiap-tiap tahun seperti zaman dahulu kala, karena upeti tersebut sudah diberikan kepada Putri Limbuk/Dayang Limbuk, kecuali hanya jika ada suruhan dari [[Marhum Panembahan]] untuk memintanya atau mengambilnya. Dengan demikian, Paser mendapat pembebasan pembayaran upeti, bahkan kemungkinan Raden Aria Mandalika ([[Adjie Patih]]) menjadi [[raja mud]]a di Paser sebagai perwakilan Kesultanan Banjar. Pasangan Aria Mandalika (Adjie Patih) dan Putri Limbuk ini memperoleh anak bernama [[Raden Kakatang]] ([[Adjie Anum]]). Setahun setelah kelahiran [[Raden Kakatang]], Sultan Mustainbillah kemudian mangkat.<ref name="hikayat banjar"/> Dengan demikian maka [[penguasa Paser]] kemungkinan masih termasuk trah Sultan Banjar IV Marhum Panembahan, [[Raja Kutai Kartanegara]] II [[Aji Batara Agung Paduka Nira]] dan bangsawan dari [[Giri Kedaton|Giri]].
* [[1636]], Paser kembali ditaklukan atas bantuan [[VOC]] sesuai Perjanjian [[4 September]] [[1635]], antara Sultan Banjar dengan VOC.<ref name="Bandjermasin">{{id}} Bandjermasin (Sultanate), Surat-surat perdjandjian antara Kesultanan Bandjarmasin dengan pemerintahan2 V.O.C.: Bataafse Republik, Inggeris dan Hindia- Belanda 1635-1860, Penerbit Arsip Nasional Republik Indonesia, Kompartimen Perhubungan dengan Rakjat 1965</ref>
* [[1641]], Sultan Mustain Billah menyuruh '''Kiai Martasura''' ke [[Makassar]] (Tallo-Gowa) untuk menjalin [[hubungan bilateral]] kedua negara pada masa I Mangadacinna Daeng Sitaba Karaeng Pattingalloang Sultan Mahmud, Raja [[Tallo, Makassar|Tallo]] yang menjabat mangkubumi bagi [[Sultan Malikussaid]] [[Raja Gowa]] 1638-1654, ia meminjam Pasir kepada Marhum Panembahan sebagai [[tempat berdagang]]. Sejak itu Paser dan wilayah ring terluar tidak lagi mengirim upeti ke Banjar.<ref>Kemudian daripada itu tatkala [[Kiai Martasura]] ke Mangkasar, zaman Karaing Patigaloang itu, ia menyuruh pada Marhum Panembahan itu meminjam Pasir itu akan tempatnya berdagang serta bersumpah: "Barang siapa anak cucuku hendak aniaya lawan negeri Banjar mudah-mudahan dibinasakan Allah itu." Maka dipinjamkan oleh Marhum Panembahan. Itulah mulanya Pasir - serta diberi desa namanya [[Satui, Tanah Bumbu|Satui]] dan [[Asam Asam, Jorong, Tanah Laut|Hasam-Hasam]] dan [[Kintap, Tanah Laut|Kintap]], dan [[Swarangan, Jorong, Tanah Laut|Sawarangan]] itu, Banacala, Balang Pasir dan [[Kesultanan Kutai|Kutai]] dan [[Kesultanan Berau|Berau]] serta [[Kesultanan Sulu|Karasikan]] - itu tiada mahanjurkan hupati ke [[Martapura]] itu. (Cuplikan HIKAYAT BANJAR)</ref> Peristiwa sebelum adanya Perjanjian [[Bungaya, Gowa|Bungaya]] ini menunjukkan pengakuan Makassar ([[Tallo-Gowa]]) mengenai kekuasaan [[Kesultanan Banjar]] terhadap daerah di sepanjang tenggara dan timur [[pulau Kalimantan]]. Pada masa itu [[Sultan Makassar]] terfokus untuk menaklukkan kerajaan-kerajaan di kawasan timur [[Nusantara]]. Namun setelah [[Perjanjian Bungaya]] (1667), [[Kesultanan Gowa]] dilarang berdagang ke timur dan utara [[Kalimantan]].
* Pada abad ke-18 [[Raja Wajo]], [[La Madukelleng]] menawan daerah [[Kutai]], [[Paser]], [[Pagatan]] dan menyerang Banjarmasin tetapi berhasil dipatahkan. Sebelumnya [[La Madukelleng]] menikah dengan [[Andin]] Anjang/Andeng Ajeng putri dari [[Aji Geger]] bin [[Aji Anom Singa Maulana]] ([[Sultan Aji Muhammad Alamsya]]h). Ketika Sultan wafat, istri La Maddukelleng dicalonkan menjadi Ratu Paser, Namun sebagian orang-orang Paser menolak pencalonan tersebut dan terjadi [[pemberontakan]] di kerajaan. Untuk meredakan keadaan [[La Maddukelleng]] bersama Pasukannya menyerang dan menaklukkan Paser. Ia menjadi Raja Paser tahun [[1726]]–[[1736]]. Salah seorang putri La Maddukelleng dengan Andeng Ajeng bernama Aji Putri Agung kemudian menikah dengan [[Sultan Aji Muhammad Idris]] (Sultan Kutai XIV).
* [[1736]], Datanglah Utusan dari [[Kerajaan Wajo]] [[La Dalle Arung Taa]], memanggilnya kembali ke Wajo. Dengan [[kekuatan bersenjata]] yang baru dibeli dari [[Inggris]], La Madukkeleng bersama Sultan Aji Muhammad Idris dan [[pasukan]] ([[Kerajaan Kutai]]), pasukan [[Kerajaan Pagatan]], dan beberapa tambahan pasukan [[kerajaan Johor]], berangkat ke [[Sulawesi]] untuk bergabung dengan [[Kerajaan Gowa]], [[Kerajaan Tallo]], dan Kerajaan Wajo, untuk menghadapi [[Kerajaan Bone]] dan [[VOC]] yang [[bersekutu]] dengan [[Ternate]], [[Tidore]], [[Bacan]], [[Butung]], [[Bugis ]]([[Bone]]), [[Soppeng]], [[Luwu]], [[Turatea]], [[Layo]], [[Bajing]], [[Bima]]. Sepeninggal La Maddukelleng, selanjutnya kerajaan Paser dipimpin [[Sultan Sepuh Alamsyah]] (Sultan Paser II) [[1738]]–[[1799]].
* [[1765]], [[VOC]] berjanji membantu [[Sultan Banjar]] [[Tamjidullah I]] yang dibantu VOC Belanda untuk menaklukan Paser kembali untuk memungut upeti. Paser sudah berada di bawah pengaruh [[La Madukkeleng]] yang anti VOC Belanda<ref name="Bandjermasin"/>
* [[1768]]–[[1799]], Pemerintahan Aji Dipati yang bergelar Sultan Dipati Anom Alamsyah, ia menikahi Ratu Intan I binti Daeng Malewa, Ratu [[negeri Cantung]] dan [[Batulicin]].<ref name="tijdschrift 1853">{{cite journal
| url=http://books.google.co.id/books?id=exRJAAAAMAAJ&dq=pangeran%20praboe%20tanah%20boemboe&pg=PA340#v=onepage&q=pangeran%20praboe%20tanah%20boemboe&f=true
| lang= nl
| author= Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen Lembaga Kebudajaan Indonesia |title=Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde
| volume= 1
| publisher= Lange & Co.
| year= 1853
}}</ref>
* [[1787]], Paser sebagai salah satu [[vazal]] Banjarmasin yang diserahkan Sultan Banjar [[Sunan Nata Alam]] kepada VOC dalam [[Traktat]] [[13 Agustus]] [[1787]] setelah Pangeran Nata diakui oleh VOC sebagai Sultan Banjarmasin dan berhasil menangkap [[ahli waris]] Kesultanan Banjar yang sah [[Pangeran Amir]] bin [[Sultan Muhammadillah]] yang telah dibantu [[Arung Trawe]] dan [[bangsawan]] Bugis-Paser tetapi gagal. [[Sunan Nata Alam]][ berkuasa atas tanah yang dipinjam dari [[VOC]][ atau sebagai daerah [[protektorat]] VOC.<ref name="Bandjermasin"/>
* [[1797]], Kedaulatan atas Paser dan Pulau Laut diserahkan kembali oleh VOC kepada [[Sultan Banjar]] [[Sunan Nata Alam]]. [[Belanda]] kemudian digantikan oleh [[kolonial]] [[Inggris]].<ref name="Bandjermasin"/>
* [[1799]]–[[1811]], Pemerintahan Aji Panji yang bergelar [[Sultan Sulaiman Alamsyah]], ia menganeksasi negeri-negeri [[Kerajaan Tanah Bumbu]] yang berada di bawah kekuasaan Raja [[Gusti Besar]] selama 15 tahun, Aji Radin suami Gusti Besar mati terbunuh oleh seorang Bugis yang menjadi misi dari Sultan Sulaiman raja Paser, kemudian tanah milik Gusti Besar ([[Landschap Cengal]])) dapat direbut kembali oleh [[Adi Jawi]] (anak Gusti Besar) dengan bantuan Punggawa Tatioep.
* [[1817]], Paser diserahkan sebagai daerah [[pendudukan Hindia Belanda]] dalam Kontrak Persetujuan [[Karang Intan]] I pada [[1 Januari]] [[1817]] antara Sultan [[Sulaiman dari Banjar]] dengan [[Hindia Belanda]] diwakili [[Residen]] [[Aernout van Boekholzt]]. Hal ini terjadi setelah [[Belanda]] masuk kembali ke [[Kalimantan]] menggantikan [[Inggris]].<ref name="Bandjermasin"/>
* [[1823]], Paser menjadi daerah pendudukan [[Hindia Belanda]] dalam Kontrak [[Persetujuan Karang Intan II]] pada [[13 September]] [[1823]] antara Sultan [[Sulaiman dari Banjar]] dengan [[Hindia Belanda]] diwakili Residen [[Mr. Tobias]].<ref name="Bandjermasin"/>
* [[1826]], Paser ditegaskan kembali menjadi daerah pendudukan Hindia Belanda menurut Perjanjian Sultan [[Adam dari Banjar]] dengan [[Hindia Belanda]] yang ditandatangani dalam [[loji]] [[Belanda]] di [[Banjarmasin]] pada tanggal [[4 Mei]] [[1826]].<ref name="Bandjermasin"/>
* [[1815]]–[[1843]], Pemerintahan [[Sultan Mahmud Han Alamsyah]], ia membuat kontrak politik dengan [[Hindia Belanda]].
* [[1849]], Berdasarkan [[Staatsblad van Nederlandisch Indië]] no. 40 tahun 1849, wilayah Paser termasuk dalam ''[[zuid-ooster-afdeeling]]'' menurut ''Bêsluit van den Minister van Staat, Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie'', pada 27 Agustus 1849, No. 8.<ref>{{nl icon}} {{cite journal|url=http://books.google.co.id/books?id=KJFBAAAAYAAJ&dq=Verdeeling%20van%20het%20Eiland%20Borneo%20in%20tteee%20%20afdeelingen%2C%20onder%20de%20benaming%20van%20Wester%20afdeeling%20en%20Zuid%20en%20Ooster%20afdeeling.&pg=PA55-IA22#v=onepage&q=Verdeeling%20van%20het%20Eiland%20Borneo%20in%20tteee%20%20afdeelingen,%20onder%20de%20benaming%20van%20Wester%20afdeeling%20en%20Zuid%20en%20Ooster%20afdeeling.&f=false |author=Nederlandisch Indië|title=Staatsblad van Nederlandisch Indië|publisher= s.n.|year=1849}}</ref>
* [[1880]]–[[1897]], Pemerintahan [[Sultan Muhammad Ali Alamsyah]], dialah yang pertama kali berani menentang [[Belanda]] sehingga ia dibuang dan mangkat di [[Banjarmasin]]<ref>Seksi Sejarah Perlawanan Terhadap Belanda, Jilid 2 Seksi [[Sejarah Perlawanan Terhadap Belanda]], Proyek [[Inventarisasi]] dan [[Dokumentasi]] Sejarah Nasional ([[Indonesia]]), Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional, [[Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional]], [[Departemen Pendidikan dan Kebudayaan]], 1982</ref>
* [[1906]]-[[1918]], masa perjuangan rakyat Paser melawan pemerintahan kolonial [[Hindia Belanda]].
* Hingga [[1959]], Wilayah Paser berstatus [[kawedanan]] di dalam wilayah [[Provinsi]] [[Kalimantan Selatan]].
 
== Penguasa Pasir ==
Baris 116 ⟶ 69:
! align="center" |Tahun Berkuasa
|-
| Putri PetongDi Dalam Petung
|
| [[6301516]]-xxxx
|-
|-
|-
| Aji Mas Anom Indra bin Aji Mas Pati Indra
Baris 140 ⟶ 91:
| Aji Geger bin Aji Anom Singa Maulana
| [[Sultan Aji Muhammad Alamsyah]] (Sultan Pasir I)
| [[1703]]–[[17381726]]
|-
| La Madukelleng
| Aji Negara bin Sultan Aji Muhammad Alamsyah
| [[La Madukelleng]] (Sultan Pasir, Arung Matoa [[Kerajaan Wajo]], [[Bugis]],)
| [[1726]]–[[1736]]
|-
| Aji Negara bin Sultan Aji Muhammad Alamsyah
| [[Sultan Sepuh Alamsyah]] (Sultan Pasir II)
| [[1738]]–[[1768]]
Baris 159 ⟶ 114:
|-
| Aji Karang bin Sultan Sulaiman Alamsyah
| [[Sultan Mahmud Han Alamsyah]]
| [[1815]]–[[1843]]
|-
Baris 170 ⟶ 125:
| [[1853]]–[[1875]]
|-
| Aji Timur Balam bin Sultan Adam Alamsyah
| [[Sultan Abdurahman Alamsyah]]
| [[1875]]–[[1890]]
|-
| Aji Tiga bin Mahmud Han Alamsyah
|
| [[Sultan Muhammad Ali Alamsyah]]
| [[1880]]–[[1897]]
Baris 186 ⟶ 141:
| [[1898]]–[[1900]]
|-
| PengeranPangeran Mangku Jaya Kesuma
| [[Sultan Ibrahim Khaliluddin]]<ref>[http://books.google.co.id/books?id=j8kZAQAAIAAJ&dq=adji%20mandoera&pg=RA1-PA354#v=onepage&q&f=true {{nl}} Verhandelingen en Berigten Betrekkelijk het Zeewegen, Zeevaartkunde, de Hydrographie, de Koloniën, Volume 13, 1853]</ref>
| [[Sultan Ibrahim Khaliluddin]]
| [[1900]]–[[1906]]
|}
 
== Afdeeling Pasir en de Tanah Boemboe ==
Kesultanan Pasir mengadakan [[kontrak]] dengan [[Belanda]] pada 18 November 1850 di bawah [[Sultan Mahmud Han]].<ref name="wilem">{{nl}} Willem Adriaan Rees, De bandjermasinsche krijg van 1859-1863: met portretten, platen en een terreinkaart, Bagian 1, D. A. Thieme, 1865</ref> Kesultanan Pasir merupakan salah satu daerah ''[[leenplichtige landschappen]]'' dalam [[Afdeeling Pasir en de Tanah Boemboe]] menurut Staatblaad tahun 1898 no. 178.
 
== Referensi ==
{{reflist}}
 
== Pranala luar ==
 
* {{id}} [http://kesultanan_pasir.tripod.com/ Kesultanan Pasir]
* {{en}} [http://en.rodovid.org/wk/Special:Search?search=Raja+Pasir&go=Go Silsilah Raja Pasir]
* http://kabarbanjarmasin.com/posting/keluarga-gusti-dan-keluarga-sultan-pasir.html {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20150419112346/http://kabarbanjarmasin.com/posting/keluarga-gusti-dan-keluarga-sultan-pasir.html |date=2015-04-19 }}
 
{{Kerajaan di Kalimantan}}
{{indo-sejarah-stub}}
 
[[Kategori:Kesultanan PasirPaser| ]]
[[Kategori:Kerajaan di Nusantara|Pasir]]
[[Kategori:Kerajaan di Kalimantan Timur|Pasir]]