Kerajaan Melayu: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k bot kosmetik perubahan |
kTidak ada ringkasan suntingan Tag: halaman dengan galat kutipan Suntingan visualeditor-wikitext |
||
(192 revisi perantara oleh 72 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox Former Country
| conventional_long_name = Melayu
| common_name = Melayu
| native_name = ( Mo - Lo - Yeu )
| continent = Asia
| region = [[Asia Tenggara]]
| country = [[Indonesia]]
| religion = [[Buddha Vajrayana]], [[Buddha Mahayana]], [[Buddha Hinayana]], [[Hindu]]
| p1 = Kerajaan Kandali
| p2 = Dinasti Chola
| s1 = Sriwijaya
| s2 = Majapahit
| life_span = 645 - 682<br>1028 - 1286<br>1347 - ....
| date_start =
| date_end =
| event_start =
| event_end = Invasi [[Sriwijaya]]
| symbol_type =
| image_map = Malay Kingdoms id.svg
| image_map_caption = Peta kerajaan-kerajaan purba (kadatuan) Melayu yang bersifat Hindu-Buddha, sebelum perluasan dan penaklukan oleh Kemaharajaan Sriwijaya pada sekitar akhir abad ke-7 masehi. Negeri-negeri atau kadatuan-kadatuan Melayu ini terletak di kedua tepi Selat Malaka, yaitu di Swarnadwipa dan Semenanjung Melayu. Kerajaan-kerajaan ini antara lain Kerajaan Melayu (Muaro Jambi), Sriwijaya (Palembang), Langkasuka (Kedah), dan lain-lain.
| capital = [[Minanga]] <br> [[Dharmasraya]] <br> [[Pagaruyung]]
| common_languages = [[Melayu Kuno]], [[Sanskerta]]
| government_type = Monarki
| title_leader = Maharaja
| leader1 = [[Trailokyaraja]]
| year_leader1 = 1183
| leader2 = [[Tribhuwanaraja]]
| year_leader2 = 1286 - 1316
| leader3 = [[Akarendrawarman]]
| year_leader3 = 1316 - 1347
| leader4 = [[Adityawarman]]
| year_leader4 = 1347 - 1375
| leader5 = [[Ananggawarman]]
| year_leader5 = 1375 - 1417
| leader6 = [[Wijayawarman]]
| year_leader6 = 1417 - 1440
| leader7 = [[Puti Panjang Rambut II]]
| year_leader7 = 1440 - 1470
| leader8 =
| year_leader8 =
| currency = Koin [[emas]] dan [[perak]]
| footnotes =
| demonym =
| area_km2 =
| area_rank =
| GDP_PPP =
| GDP_PPP_year =
| HDI =
| HDI_year =
| today = {{Plainlist|
*{{flag|Indonesia}}
*{{flag|Singapura}}
*{{flag|Malaysia}}
*{{flag|Thailand}}}}
| flag_p2 = Flag_of_Chola_Kingdom.png
}}
{{Sejarah Indonesia|Kerajaan Hindu-Buddha}}
'''Kerajaan Melayu''' (juga dikenal sebagai '''Malayu''', '''Malayapura''' atau '''Kerajaan Dharmasraya''' atau '''Kerajaan Jambi'''; {{zh|t=末羅瑜國|p=Mòluóyú Guó}}, penyebutan bahasa Tiongkok pertengahan [[wikt:Appendix:Baxter-Sagart Old Chinese reconstruction|yang direkonstruksi]] ''mat-la-yu kwok'')<ref name="Muljana">Muljana, Slamet , (2006), ''Sriwijaya'', Yogyakarta: LKIS, {{ISBN|979-8451-62-7}}.</ref><ref name="Takakusu">{{Cite book|title= A Record of the Buddhist Religion As Practised in India and the Malay Archipelago (A.D. 671–695)|pages=xl – xlvi|author=I-Tsing|translator-last1=Takakusu|translator-first1=Junjiro|isbn= 978-81-206-1622-6|year= 2000|publisher=Asian Educational Services}}</ref><ref name="MalayIdentity2001">{{cite journal|last=Reid|first=Anthony| journal=[[Journal of Southeast Asian Studies]]|title=Understanding Melayu (Malay) as a Source of Diverse Modern Identities| volume=32|issue=3|year=2001|pages=295–313|doi=10.1017/S0022463401000157|pmid=19192500}}</ref> merupakan sebuah nama kerajaan yang berada di [[Pulau Sumatra]]. Dari bukti dan keterangan yang disimpulkan dari prasasti dan berita dari Tiongkok, keberadaan kerajaan yang mengalami naik turun ini dapat diketahui dimulai pada abad ke-7 yang berpusat di [[Kerajaan Minanga|Minanga]], pada abad ke-13 yang berpusat di [[Dharmasraya]] dan diawal abad ke-15 berpusat di [[Suruaso, Tanjung Emas, Tanah Datar|Suruaso]]<ref name="Kozok06">Kozok, Uli, (2006), ''Kitab Undang-Undang Tanjung Tanah: Naskah Melayu yang Tertua'', Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, ISBN 979-461-603-6.</ref> atau [[Pagaruyung]].<ref name="Munoz">Paul Michel Munoz, (2006), ''Early Kingdoms of the Indonesian Archipelago and the Malay Peninsula''.</ref>
Kerajaan ini berada di pulau ''Swarnadwipa'' atau ''Swarnabumi'' ([[Bahasa Thailand|Thai]]:''Sovannophum'') yang oleh para pendatang disebut sebagai pulau emas yang memiliki tambang emas, dan pada awalnya mempunyai kemampuan dalam mengontrol perdagangan di [[Selat Melaka]] sebelum akhirnya terintegrasi dengan [[Kerajaan Sriwijaya]] ([[Bahasa Thailand|Thai]]:''Sevichai'') pada tahun [[682]].<ref name="Damais">Louis-Charles Damais, 1952, ''Etude d’Epigraphie Indonesienne III: Liste des Principales Datees de l’Indonesie'', BEFEO, tome 46. (merupakan terjemahan [[Pararaton]] dalam bahasa Prancis)</ref>
Penggunaan kata ''Melayu'', telah dikenal sekitar tahun 100–150 seperti yang tersebut dalam buku ''Geographike Sintaxis'' karya Ptolemy yang menyebutkan ''maleu-kolon''.<ref>Berggren, J. Lennart and Jones, Alexander, (2000), ''Ptolemy's Geography: An Annotated Translation of the Theoretical Chapters'', Princeton University Press, Princeton and Oxford, ISBN 0-691-01042-0.</ref> Kemudian dalam kitab Hindu ''Purana'' pada zaman Gautama Buddha terdapat istilah ''Malaya dvipa'' yang berarti "Pulau Melayu".
== Nama resmi kerajaan ==
=== Catatan I-Tsing ===
Berita tentang kerajaan Melayu antara lain diketahui dari dua buah buku karya Pendeta [[I Tsing]] atau '''I Ching''' (義淨; [[pinyin]] ''Yì Jìng'') (634–713), yang termasyhur yaitu ''Nan-hai Chi-kuei Nei-fa Chuan'' (Catatan Ajaran Buddha yang dikirimkan dari Laut Selatan) serta ''Ta-T’ang Hsi-yu Ch’iu-fa Kao-seng Chuan'' (Catatan Pendeta-pendeta yang menuntut ilmu di India zaman Dinasti Tang)<ref name="Wolters">[[O. W. Wolters]], (1967), ''Early Indonesian Commerce'', Cornell University Press, Ithaca</ref> dalam pelayarannya dari [[Tiongkok]] ke [[India]] tahun 671, singgah di Sriwijaya enam bulan lamanya untuk mempelajari ''Sabdawidya'', dan menerjemahkan naskah-naskah Buddha dari bahasa Sanskerta ke bahasa Tionghoa.<ref name="Takasuku">Junjiro Takakusu, (1896), ''A record of the Buddhist Religion as Practised in India and the Malay Archipelago AD 671-695, by I-tsing'', Oxford, London.</ref><ref name="Chavannes">Edouard Chavannes, (1894), ''Memoire compose a l’epoque de la grande dynastie Tang, sur les Religieux Eminents qui allerent chercher la loi dans les pays d’Occident, par I-tsing'', Ernest Leroux, Paris.</ref>
{{cquote2|''“Ketika angin timur laut mulai bertiup, kami berlayar meninggalkan '''Kanton''' menuju selatan .... Setelah lebih kurang dua puluh hari berlayar, kami sampai di negeri '''Sriwijaya'''. Di sana saya berdiam selama enam bulan untuk belajar Sabdawidya. Sri Baginda sangat baik kepada saya. Dia menolong mengirimkan saya ke negeri '''Malayu''', di mana saya singgah selama dua bulan. Kemudian saya kembali meneruskan pelayaran ke '''Kedah''' .... Berlayar dari Kedah menuju utara lebih dari sepuluh hari, kami sampai di Kepulauan Orang Telanjang (Nikobar) .... Dari sini berlayar ke arah barat laut selama setengah bulan, lalu kami sampai di Tamralipti (pantai timur India)”''}}
Perjalanan pulang dari India tahun 685 diceritakan oleh I-tsing sebagai berikut:<ref name="Wolters"/>
{{cquote2|''“Tamralipti adalah tempat kami naik kapal jika akan kembali ke Tiongkok. Berlayar dari sini menuju tenggara, dalam dua bulan kami sampai di '''Kedah'''. Tempat ini sekarang menjadi kepunyaan Sriwijaya. Saat kapal tiba adalah bulan pertama atau kedua .... Kami tinggal di Kedah sampai musim dingin, lalu naik kapal ke arah selatan. Setelah kira-kira sebulan, kami sampai di negeri '''Malayu''', yang sekarang menjadi bagian Sriwijaya. Kapal-kapal umumnya juga tiba pada bulan pertama atau kedua. Kapal-kapal itu senantiasa tinggal di Malayu sampai pertengahan musim panas, lalu mereka berlayar ke arah utara, dan mencapai Kanton dalam waktu sebulan.”''}}
Menurut catatan I Tsing, Sriwijaya menganut agama [[Buddha]] aliran [[Hinayana]], kecuali Ma-la-yu. Tidak disebutkan dengan jelas agama apa yang dianut oleh kerajaan Melayu.
===
Berita lain mengenai kerajaan Melayu berasal dari ''T'ang-Hui-Yao'' yang disusun oleh [[Wang p'u]] pada tahun 961, kerajaan Melayu mengirimkan utusan ke Tiongkok pada tahun 645 untuk pertama kalinya, tetapi setelah munculnya Sriwijaya sekitar 670, kerajaan Melayu tidak ada lagi mengirimkan utusan ke Tiongkok.<ref name="Muljana">Slamet Muljana. (2006). ''Sriwijaya''. Yogyakarta: LKIS</ref>
=== Istilah San-fo-tsi ===
Dalam naskah-naskah kronik Tiongkok, istilah San-fo-tsi digunakan untuk menyebut Pulau Sumatra secara umum. Pada zaman Dinasti Song sekitar tahun 990–an, istilah ini identik dengan Sriwijaya. Namun, ketika Sriwijaya mengalami kehancuran pada tahun 1025, istilah San-fo-tsi masih tetap dipakai dalam naskah-naskah kronik Tiongkok. Kronik Tiongkok mencatat bahwa pada periode 1079 dan 1088, San-fo-tsi masih mengirimkan utusan masing-masing dari Kien-pi (Jambi) dan Pa-lin-fong (Palembang). Dalam berita Tiongkok yang berjudul Sung Hui Yao disebutkan bahwa Kerajaan San-fo-tsi tahun 1082 mengirim duta besar ke Tiongkok yang saat itu di bawah pemerintahan Kaisar Yuan Fong. Duta besar tersebut menyampaikan surat dari raja Kien-pi bawahan San-fo-tsi, dan surat dari putri raja yang diserahi urusan negara San-fo-tsi, serta menyerahkan pula 227 tahil perhiasan, rumbia, dan 13 potong pakaian. Dan kemudian dilanjutkan pengiriman utusan selanjutnya tahun 1088.
Sebaliknya, dari daftar daerah bawahan San-fo-tsi tersebut tidak ada menyebutkan Ma-la-yu ataupun nama lain yang mirip dengan Dharmasraya. Dengan demikian, istilah San-fo-tsi pada tahun 1225 tidak lagi identik dengan Sriwijaya, melainkan identik dengan Dharmasraya. Jadi, daftar 15 negeri bawahan San-fo-tsi tersebut merupakan daftar jajahan kerajaan Dharmasraya, karena saat itu masa kejayaan Sriwijaya sudah berakhir.
Jadi, istilah San-fo-tsi yang semula bermakna Sriwijaya tetap digunakan dalam berita Tiongkok untuk menyebut Pulau Sumatra secara umum, meskipun kerajaan yang berkuasa saat itu adalah Dharmasraya. Hal yang serupa terjadi pada abad ke-14, yaitu zaman Dinasti Ming dan Majapahit. Catatan sejarah Dinasti Ming masih menggunakan istilah San-fo-tsi, seolah-olah saat itu Sriwijaya masih ada. Sementara itu, catatan sejarah Majapahit berjudul Nagarakretagama tahun 1365 sama sekali tidak pernah menyebut adanya negeri bernama Sriwijaya melainkan Palembang.
== Kajian letak pusat pemerintahan ==
{{utama|Kerajaan Minanga}}
Dari uraian I-tsing jelas sekali bahwa Kerajaan Melayu terletak di tengah pelayaran antara Sriwijaya dan Kedah. Jadi Sriwijaya terletak di selatan atau tenggara Melayu. Hampir semua ahli sejarah sepakat bahwa negeri Melayu berlokasi di hulu sungai [[Batang Hari]], sebab pada alas arca Amoghapasa yang ditemukan di Padangroco terdapat prasasti bertarikh 1208 Saka (1286) yang menyebutkan bahwa arca itu merupakan hadiah raja Kertanagara (Singhasari) kepada raja Melayu.<ref>R.Pitono Hardjowardojo, 1966, ''Adityawarman, Sebuah Studi tentang Tokoh Nasional dari Abad XIV'', Bhratara, Djakarta</ref>
[[Berkas:Candi Gumpung
[[Prof. Slamet Muljana]] berpendapat, istilah ''Malayu'' berasal dari kata ''Malaya'' yang dalam [[bahasa
<!-- SEMENTARA DISEMBUNYIKAN KARENA MENGANGGU ALUR CERITA
Slamet Muljana memakai rujukan berdasarkan tulisan kronik '''I-tsing''' tahun [[671]] sedangkan menurut kronik '''Hsin-T’ang-shu''' bahwa pada periode tahun [[670]]-[[673]] Kerajaan Sriwijaya telah pernah mengirim utusan ke Tiongkok <ref> {{cite book | first=Denis | last=Twitchett | coauthors= | title=Deux Itineraires de Chine en Inde a la Fin du VIIIe Siecle, Tome 4| publisher= Bulletin de l'Ecole française d'Extrême-Orient | year=1904 | isbn= |pages='''333-334'''| chapter='''XXXVI'''}}</ref> demikian pula dengan maksud askara ''Marwuat Wanua'' yang dipakai rujukan Slamet Muljana dalam prasasti Kedukan Bukit, ''Marwuat'' yakni dapat berarti membuat atau membangun, sedangkan ''Wanua '' mempunyai arti ganda dapat berarti bangunan rumah atau negeri (kota) <ref>{{cite book | first=Philippus Samuel | last=van Ronke | coauthors= | title=A Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde Vol VI| publisher=University of California Press | year=1920 | isbn= |pages='''12-21'''| chapter=}}</ref> sumber pada pecahan prasasti nomor D.161 yang ditemukan di Palembang, yang isinya serupa dengan isi prasasti tersebut diatas tertulis: ... wihara ini, di wanua ini <ref>{{cite book | first=J. G. | last=de Casparis | coauthors= | title=Indonesian chronology Vol 3| publisher=University of Michigan Press | year=1978 | isbn=9004057528, 9789004057524 |page=69| |pages='''14-15''' | chapter=}}</ref> dengan demikian dapat diartikan bahwa ''Marwuat Wanua'' pada tahun 682 adalah membangun sebuah bangunan tempat peribadatan bukan sebuah negeri (kota).-->
Dari keterangan Abu Raihan Muhammad ibn Ahmad [[Al-Biruni]], ahli geografi Persia, yang pernah mengunjungi Asia Tenggara tahun 1030 dan menulis catatan perjalanannya dalam '''Tahqiq ma li l-Hind''' (Fakta-fakta di Hindia) yang menyatakan bahwa ia mengunjungi suatu negeri yang terletak pada garis khatulistiwa pulau penghasil emas atau ''Golden Khersonese'' yakni pulau
<!-- SEMENTARA DISEMBUNYIKAN KARENA MASIH KONTROVERSI APAKAH PRASASTI KEDUKAN BUKIT MERUPAKAN CERITA PENAKLUKAN SRIWIJAYA
== Penaklukan Sriwijaya ==
{{utama|Kerajaan Sriwijaya}}
Prasasti Kedukan Bukit menguraikan jayasiddhayatra (perjalanan jaya) dari penguasa Kerajaan Sriwijaya yang bergelar Dapunta Hyang (Yang Dipertuan Hyang). Oleh karena Dapunta Hyang membawa puluhan ribu tentara lengkap dengan perbekalan, sudah tentu perjalanan itu adalah ekspedisi militer menaklukkan suatu daerah. Dari prasasti Kedukan Bukit, didapatkan data-data<ref name="Damais">Louis-Charles Damais, 1952, ''Etude d’Epigraphie Indonesienne III: Liste des Principales Datees de l’Indonesie'', BEFEO, tome 46.</ref>
:
Baris 40 ⟶ 109:
Jadi, penaklukan Malayu oleh Sriwijaya terjadi pada tahun 682. Pendapat ini sesuai dengan catatan I Tsing bahwa, pada saat berangkat menuju India tahun 671, Ma-la-yu masih menjadi kerajaan merdeka, sedangkan ketika kembali tahun 685, negeri itu telah dikuasai oleh Shih-li-fo-shih.
Pelabuhan Malayu merupakan penguasa lalu lintas Selat Malaka saat itu. Dengan direbutnya Minanga, secara otomatis pelabuhanpun jatuh ke tangan Kerajaan Sriwijaya. Maka sejak tahun 682 penguasa lalu lintas dan perdagangan Selat Malaka digantikan oleh kerajaan Melayu Sriwijaya<ref>{{cite book | first= Milton Walter| last= Meyer| authorlink= | coauthors= | origyear= | year= 1997| title= Asia: a concise history | url= https://archive.org/details/asiaconcisehisto0000meye|edition= | publisher= Rowman & Littlefield Publishers | location= Lanham, Md| isbn= 0-8476-8063-0}}</ref><ref name="Muljana"
-->
== Dari Minanga ke Dharmasraya ==
{{utama|Kerajaan Dharmasraya}}
=== Munculnya Wangsa Mauli ===
Kekalahan kerajaan [[
Kerajaan Melayu, selama beberapa waktu, diidentifikasi oleh orang Tionghoa sebagai penerus Sriwijaya. Hal ini ditunjukkan oleh catatan Cina yang selalu menyebut ''Sanfoqi'', istilah mereka untuk Sriwijaya, setelah jatuhnya Sriwijaya pada tahun 1025. ''Sanfoqi'' mengirim utusan ke Cina pada tahun 1028, tetapi ini merujuk pada Malayu-dharmasraya, bukan Sriwijaya-Palembang.<ref name=":02">{{Cite book|last=Miksic|first=John N.|last2=Goh|first2=Geok Yian|date=2017|title=Ancient Southeast Asia|location=London|publisher=Routledge}}</ref>{{rp|398, 405}}
Prasasti
Prasasti kedua berselang lebih dari satu abad kemudian, yaitu [[Prasasti Padang Roco]] tahun [[1286]]. Prasasti ini menyebut adanya seorang raja bernama ''Maharaja [[Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa]]''. Ia mendapat kiriman [[arca Amoghapasa]] dari [[Kertanagara]] raja [[Kerajaan Singhasari|Singhasari]] di [[pulau Jawa]]. Arca tersebut kemudian diletakkan di [[Dharmasraya]].
Dharmasraya dalam ''[[Pararaton]]'' disebut dengan nama Malayu. Dengan demikian, Tribhuwanaraja dapat pula disebut sebagai raja Malayu. Tribhuwanaraja sendiri kemungkinan besar adalah keturunan dari Trailokyaraja. Oleh karena itu, Trailokyaraja pun bisa juga dianggap sebagai raja Malayu, meskipun [[prasasti Grahi]] tidak menyebutnya dengan jelas.
Yang menarik di sini adalah daerah kekuasaan Trailokyaraja pada tahun 1183 telah mencapai Grahi, yang terletak di selatan [[Thailand]] ([[Chaiya]] sekarang). Itu artinya, setelah Sriwijaya mengalami kekalahan, Malayu bangkit kembali sebagai penguasa [[Selat Malaka]]. Namun, kapan kiranya kebangkitan tersebut dimulai tidak dapat dipastikan, dari catatan Tiongkok <ref name="Muljana"/> disebutkan bahwa pada tahun 1082 masih ada utusan dari ''Chen-pi'' (Jambi) sebagai bawahan San-fo-ts'i, dan disaat bersamaan muncul pula utusan dari ''Pa-lin-fong'' (Palembang) yang masih menjadi bawahan keluarga Rajendra.
Istilah ''Srimat'' yang ditemukan di depan nama Trailokyaraja, Tribhuwanaraja dan Adityawarman berasal dari [[bahasa Tamil]] yang bermakna ”tuan pendeta”. Dengan demikian, kebangkitan kembali kerajaan Melayu dipelopori oleh kaum pendeta. Namun, tidak diketahui dengan jelas apakah pemimpin kebangkitan tersebut adalah Trailokyaraja, ataukah raja sebelum dirinya, karena sampai saat ini belum ditemukan prasasti Wangsa Mauli yang lebih tua daripada prasasti Grahi.
Setelah serangan Chola, tidak ada informasi tentang masalah angkatan laut di Selat Malaka. Istilah Tiongkok untuk Sriwijaya, yaitu Sanfoqi, masih terus digunakan sampai berabad-abad setelahnya, namun setelah tahun 1025 istilah Sanfoqi merujuk pada [[kerajaan Malayu Dharmasraya]].<ref name=":02" />{{rp|398, 405}} Catatan baru muncul dalam dalam ''Lingwai daida'' (tahun 1178), yang ditulis oleh Zhou Qufei:<blockquote>Negara ini (Sanfoqi) tidak memiliki produk, tetapi orang-orangnya terlatih dengan baik dalam peperangan. Jika mereka mengoleskan obat pada tubuh mereka, mereka tidak dapat dilukai. Dalam perang angkatan laut ofensif, serangan mereka tak tertandingi. Oleh karena itu, negara-negara tetangga bersekutu dengannya. Jika kapal asing yang melewati sekitarnya tidak singgah pada negara ini, [kapal] diluncurkan untuk memberi mereka pelajaran dan membunuh. Oleh karena itu, negara ini kaya, dengan cula badak, (gading) gajah, mutiara, barang aromatik dan obat-obatan.<ref>Tu Youxiang, ''Zhou Qufei : Lingwai daida'' [Answers from beyond the Southern Mountains] (Shanghai: Yuandong chubanshe, 1996), h. 42.</ref></blockquote>Informasi serupa tentang Sanfoqi juga dicatat dalam ''Zhufanzhi'' (sekitar 1225), yang mencatat:<blockquote>Semuanya sangat baik dalam peperangan laut dan darat. Setiap saat ketika perintah mobilisasi dilakukan, kepala suku [adalah orang-orang yang] memerintahkan [pasukan]. Mereka semua mempersiapkan dan memperlengkapi [diri] dengan tentara, peralatan dan makanan. Tiba di musuh, mereka berani mati (yaitu tidak takut mati). [Oleh karena itu dianggap sebagai] tetua dari berbagai negara-negara (yaitu [[Primus inter pares|yang paling utama di antara yang sederajat]])... Negara ini berada di tengah laut, mengendalikan titik sempit yang dilalui berbagai kapal asing yang datang dan pergi. Di masa lalu, [mereka] menggunakan rantai besi sebagai penghalang... Tahun ini (yaitu saat ini) rantai itu tidak ditautkan (yaitu tidak dibentangkan) dan tidak digunakan, [berbaring di] tumpukan di dalam air... Jika pedagang kapal melintasi [sekitarnya] dan tidak masuk [yaitu singgah di pelabuhan], maka kapal dikirim untuk bertempur [dengan mereka]. Mereka harus mati (yaitu orang-orang yang ada di kapal dagang harus dibunuh). Oleh karena itu, negara ini (Sanfoqi) adalah pusat pelayaran yang besar.<ref name=":Chau" /><ref>Chen and Qian, ''Zhufanzhi zhubu'', h. 46.</ref></blockquote>
Informasi ini kemungkinan merujuk pada peperangan laut dan sungai khususnya mengingat kemampuan navigasi yang luas dari sungai Musi dan Batang Hari di mana pusat-pusat utama kerajaan disekitar selat Malaka (Palembang dan Jambi) berada. Catatan-catatan ini menunjukkan bahwa baik sifat angkatan laut maupun peran yang dimainkannya dalam kelangsungan pemerintahan itu sendiri, pada akhir abad ke-12 dan ke-13, menjadi sangat berbeda.{{sfn|Heng|2013|p=387-388}}
Pada saat yang sama, abad ke-12 menyaksikan awal dari kemunduran kerajaan disekitar selat Malaka di dalam maritim Asia Tenggara dan di mata mitra asingnya. Kedah jatuh di luar pengaruh Sanfoqi selama abad ke-11. Pada awal abad ketiga belas, Pahang, Kuala Beranang, dan Kompei telah didirikan langsung hubungan ekonomi dengan pelabuhan Cina [[Quanzhou]].<ref>Zhao Yanwei, ''Yunlu manchao'' [Writings from the clouds and foothills], 1206, 5: 88.</ref> Jambi merdeka dari pengaruh Sanfoqi pada awal abad ke-13, sementara Ligor jatuh di bawah pengaruh [[Tambralingga]] pada 1230-an.<ref>Chen and Qian, ''Zhufanzhi zhubu'', h. 78.</ref>
Setelah serangan kerajaan Singhasari ke Malayu pada 1275, sejumlah besar negara-pelabuhan Melayu muncul di Selat Malaka, masing-masing berusaha untuk terlibat langsung dengan pedagang asing, dengan berbagai tingkat keberhasilan. Oleh karena itu, pengembangan strategi angkatan laut yang semakin proaktif bukan hanya sebuah reaksi ke sifat interaksi yang berubah dengan mitra dagang utama seperti Cina dan India, tetapi juga sebagai akibat dari menurunnya kekuasaan kerajaan-kerajaan disekitar selat Malaka.{{sfn|Heng|2013|p=393-394}}
Dalam naskah berjudul ''[[Zhufan Zhi]]'' (諸蕃志) karya [[Zhao Rugua]] tahun [[1225]]<ref>Friedrich Hirth & W.W.Rockhill, 1911, ''Chao Ju-kua, His Work on the Chinese and Arab Trade in the Twelfth and Thirteen centuries, entitled Chu-fan-chi, St Petersburg.</ref><ref>{{cite book|last=Hirth|first=F.|year=1911|title=Chao Ju-kua, His Work on the Chinese and Arab Trade in the Twelfth and Thirteen centuries, entitled Chu-fan-chi|publisher=St Petersburg|authorlink=|coauthors=Rockhill, W.W.}}.</ref><ref name="Muljana2">{{cite book|last=Muljana|first=Slamet|year=2006|title=Sriwijaya|url=https://archive.org/details/Sriwijaya|location=|publisher=PT LKiS Pelangi Aksara|editor=F.W. Stapel|pages=|id=ISBN 978-979-8451-62-1|authorlink=Slamet Muljana}}</ref><ref name="Soekmono2">{{cite book|last=Soekmono|first=R.|year=2002|title=Pengantar sejarah kebudayaan Indonesia 2|publisher=Kanisius|id=ISBN 979-413-290-X|authorlink=Soekmono}}</ref> disebutkan bahwa negeri San-fo-tsi memiliki 15 daerah bawahan, yaitu :
# ''Che-lan'' ([[Kamboja]]),
# ''Kia-lo-hi'' (Grahi, Ch'ai-ya atau [[Chaiya]] selatan [[Thailand]] sekarang),
# ''Tan-ma-ling'' ([[Tambralingga]], selatan [[Thailand]]),
# ''Ling-ya-si-kia'' ([[Langkasuka]], selatan Thailand),
# ''Ki-lan-tan'' ([[Kelantan]]),,
# ''Ji-lo-t'ing'' ([[Cherating]], pantai timur semenanjung malaya),
# ''Tong-ya-nong'' ([[Terengganu]]),
# ''Fo-lo-an'' (muara sungai [[Dungun]], daerah Terengganu sekarang),
# ''Tsien-mai'' ([[Semawe]], pantai timur semenanjung malaya),
# Pa-t'a ([[Sungai Paka]], pantai timur semenanjung malaya),
# ''Pong-fong'' ([[Pahang]]),
# ''Lan-mu-li'' ([[Lamuri]], daerah [[Aceh]] sekarang),
# ''Kien-pi'' ([[Jambi]]),
# ''Pa-lin-fong'' ([[Palembang]]),
# ''Sin-to'' ([[Kerajaan Sunda|Sunda]]), dan dengan demikian, wilayah kekuasaan San-fo-tsi membentang dari Kamboja, Semenanjung Malaya, Sumatra sampai Sunda.
== Dalam kitab ''Nagarakretagama'' ==
{{utama|Kerajaan Majapahit}}
[[Kakawin Nagarakretagama]] yang ditulis tahun [[1365]] menyebut Dharmasraya sebagai salah satu di antara sekian banyak negeri jajahan [[Kerajaan Majapahit]] di Pulau Sumatra.<ref>J.L.A. Brandes, 1902, ''Nāgarakrětāgama; Lofdicht van Prapanjtja op koning Radjasanagara, Hajam Wuruk, van Madjapahit, naar het eenige daarvan bekende handschrift, aangetroffen in de puri te Tjakranagara op Lombok''.</ref>
Pada tahun [[1339]] Adityawarman dikirim sebagai ''uparaja'' atau raja bawahan Majapahit untuk menaklukan wilayah Swarnnabhumi nama lain pulau
== Dari Dharmasraya ke Pagaruyung ==
{{utama|Kerajaan Pagaruyung}}
Setelah membantu Majapahit dalam melakukan beberapa penaklukan,
Dari catatan Dinasti Ming (
== Daftar
Berikut ini daftar nama raja
{| class="wikitable sortable" border="1" width="90%"
!width="70px"|Tarikh
!width="140px"|Nama
!width="140px"|
!width="400px"|Prasasti, catatan pengiriman utusan ke Tiongkok serta peristiwa
|-
|671
|
|[[
|Berita China, catatan perjalanan [[I Tsing|I-tsing]] (
|-
|682–1156
|
|
|Belum ada berita
|-
|1157–1182
|
|
|Belum ada berita
|-
|1183
Baris 114 ⟶ 197:
|[[Dharmasraya]]
|[[Prasasti Grahi]] tahun [[1183]] di selatan [[Thailand]], perintah kepada bupati Grahi yang bernama Mahasenapati Galanai supaya membuat arca Buddha seberat 1 bhara 2 tula dengan nilai emas 10 tamlin.
|-
|1184–1285
|
|
|Belum ada berita
|-
|1286
|[[Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa]]
|Dharmasraya
|[[Prasasti Padang Roco]] tahun [[1286]] di
|-
|1316
|[[Akarendrawarman]]
|Dharmasraya atau [[Suruaso, Tanjung Emas, Tanah Datar|Suruaso]]
|[[Prasasti Suruaso]] (Kab. Tanah Datar sekarang).
|-
|1347
|[[Adityawarman|Srimat Sri Udayadityawarman Pratapaparakrama Rajendra Maulimali Warmadewa]]
|
|[[Arca Amoghapasa]],tahun [[1347]] di (Kab. Dharmasraya sekarang),
Pindah ke Suruaso, [[Prasasti Suruaso]] (
|-
|1375
|[[Ananggawarman]]
|
|[[Prasasti
|}
==
* [[Kerajaan Minanga]]
* [[Kerajaan Sriwijaya]]
* [[Kerajaan Dharmasraya]]
* [[Kerajaan Singhasari]]
Baris 149 ⟶ 233:
* [[Kerajaan Pagaruyung]]
== Referensi ==
{{reflist|2}}
{{Topik Kepulauan Riau}}
[[Kategori:Kerajaan di Nusantara]]
[[Kategori:Kerajaan di Sumatera Barat|Melayu]]
[[Kategori:Kerajaan di Jambi|Melayu]]
[[Kategori:Negara prakolonial di Indonesia]]
|