Karangtawang, Kuningan, Kuningan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k replaced: komoditi → komoditas
 
(25 revisi perantara oleh 17 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 3:
| peta =
| provinsi = Jawa Barat
| nama dati2 = Kuningan
| dati2 = Kabupaten
| nama dati2 = Kuningan
| kecamatan = Kuningan
<!--| kelurahan = desa-->
| nama pemimpin = NanaDedi Purnadi, S.E.Junaedi
| kode pos = 45515
| luas =-
| penduduk =3.828 jiwa
| kepadatan =-
| kode pos = 45515
}}
'''Karangtawang''' adalah salah satu [[desa]] di [[kecamatan]] [[Kuningan, Kuningan|Kuningan]], [[Kabupaten Kuningan|Kuningan]], [[Jawa Barat]], [[Indonesia]]. Terletak di perbatasan antara [[kecamatan]] [[Kuningan, Kuningan|Kuningan]] dengan [[kecamatan]] [[Garawangi, Kuningan|Garawangi]]. Terdiri dari tiga kampung yaitu kampung Jatinunggal, Pasawahan dan Babakan.
 
 
== Sejarah ==
Menurut asal- usul kata (etimologi) nama Karangtawang berasal dari dua kata yaitu ''karang'' dan ''tawang'', ''karang'' dalam bahasa [[Sunda]] berarti halaman depan rumah sedangkan ''tawang'' bukan merupakan kata dalam bahasa [[Sunda]], kalau merujuk dari bahasa [[bahasa Jawa]] ''tawang'' berarti langit.
 
Menurut sumber lisan yang berkembang dari mulut ke mulut di masyarakat sejak dulu, bahwa asal nama Karangtawang diambil dari peristiwa meninggalnya seorang pengembara yang berasal dari daerah ''[[Tawang'', Tasikmalaya|Tawang]] (sekarang nama sebuah daerahkecamatan di antara [[Ciamis]] dandaerah [[Tasikmalaya]]). Pengembara tersebut pada mulanya berniat untuk menimba ilmu ke pondok pesantren [[Lengkong, Garawangi, Kuningan|Lengkong]] yang dipimpin oleh seorang ulama kharismatik, Kyai Haji [[Hasan Maulani]]. Pada saat itu (sekitar abad XIX atau tahun 1800-an) pesantren [[Lengkong, Garawangi, Kuningan|Lengkong]] merupakan salah satu pondok pesantren yang sangat termashur dan disegani di wilayah [[Jawa Barat]]. Sampai akhirnya si pengembara yang akan ''masantren'' ke [[Lengkong, Garawangi, Kuningan|Lengkong]] tersebut berhasil menginjakan kakinya di tapal batas desa [[Lengkong, Garawangi, Kuningan|Lengkong]] atau pada waktu itu lebih dikenal dengan [[Lengkong, Garawangi, Kuningan|Lengkong]] tonggoh/barat. Namun sayang, sang pengembara dari [[Tawang, Tasikmalaya|Tawang]] tersebut rupanya kelelahan karena menempuh perjalanan jauh dari daerah [[Tasikmalaya]] ke [[Kuningan]], hanya dengan berjalan kaki. Akhirnya pengembara tersebut menghembuskan nafasnya yang terakhir di halaman rumah milik salah seorang penduduk desa [[Lengkong, Garawangi, Kuningan|Lengkong]] ''tonggoh''. Karena niat dan tujuan baik nan suci dari sang pengembara yang pergi jauh-jauh hanya untuk ''masantren'', penduduk setempat mengabadikan daerah sekitar tempat meninggalnya sang pengembara dari [[Tawang, Tasikmalaya|Tawang]] dengan sebutan nama KARANGTAWANG, yang artinya halaman rumah tempat meninggalnya orangsang pengembara dari [[Tawang, Tasikmalaya|Tawang]].
 
Dahulu desa Karangtawang dan desa [[Lengkong, Garawangi, Kuningan|Lengkong]] masih merupakan satu kesatuan, tapi karena ada suatu "peristiwa" kemudian dua desa itu dipisah, bagian Barat menjadi desa Karangtawang sedangkan bagian Timur menjadi desa [[Lengkong, Garawangi, Kuningan|Lengkong]]. Jalan desa yang membentang menjadi batas kedua desa tersebut yaitu jalan yang menuju Desa Sindangsari atau Ancaran sekarang. Asal mula terpecahnya desa Karangtawang dan desa [[Lengkong, Garawangi, Kuningan|Lengkong]] disebabkan adanya peristiwa perselisihan "parebut cai" (berebut air) guna keperluan mengairi areal sawah dan kolam ikan mereka. Sumber air yang diperebutkan berasal dari sungai "Surakatiga" yang membentang dari Selatan ke Utara yang terletak antara Desa Winduhaji dan Desa [[Lengkong, Garawangi, Kuningan|Lengkong]] saat itu. Penduduk [[Lengkong, Garawangi, Kuningan|Lengkong]] sebelah barat rupanya ketika sedang mengalirkan atau mengairi sawah dan kolam mereka dari "Hawangan Surakatiga" ini, anak cabangnya diantaranya ada "Hawangan Cikole" entah sengaja atau tidak disengaja aliran Hawangan Cikole ini sering "dipendet" atau ditutup. Akibatnya penduduk [[Lengkong, Garawangi, Kuningan|Lengkong]] sebelah Timur tidak kebagian air, dan ini akhirnya menimbulkan persengketaan antara penduduk [[Lengkong, Garawangi, Kuningan|Lengkong]] Barat (Tonggoh) dan [[Lengkong, Garawangi, Kuningan|Lengkong]] Timur (Landeuh). Akibat peristiwa ini [[Lengkong, Garawangi, Kuningan|Lengkong]] Barat dan [[Lengkong, Garawangi, Kuningan|Lengkong]] Timur akhirnya terpecah menjadi Desabagian Karangtawangbarat sekarangmenjadi Karangtawang dan Desabagin timur tetap menggunakan kata [[Lengkong, Garawangi, Kuningan|Lengkong]]. Sedangkan masalahMasalah sengketa tadi akhirnya dapat diselesaikan diantaranya dengan sebuah kesepakatan berupa "tukar guling" tanah bengkok desa, yaitu "Hawangan Landeuh" yang mengalir sepanjang Sungai Cisanggarung yang merupakan milik Desa Karangtawang (tadinya [[Lengkong, Garawangi, Kuningan|Lengkong]] Barat) diberikan ke Desa [[Lengkong, Garawangi, Kuningan|Lengkong]], dan tanah pekuburan (makam atau astana) yang berada di daerah [[Lengkong, Garawangi, Kuningan|Lengkong]] juga merupakan pemakaman milik penduduk Desa Karangtawang. Mengenai kebenaran ceritera ini masih perlu penelusuran lebih lanjut. Perlu sumber dan bahan pembanding lainnya yang kadang memang sulit didapatkan. Karena memang cerita di atas diambil dari sumber lisan yang sifatnya kadang dipengaruhi unsur subyektifitas yang tinggi.
 
== Pemerintahan ==
Karangtawang dilihat dari statusnya sebagai sebuah desa maka dipimpin oleh seorang kepala desa atau lebih dikenal dengan sebutan [[Kuwu]]. Letak bale desa berada di kampung Pasawahan. [[Kuwu]] dipilih secara langsung oleh rakyat selama lima tahun sekali. [[Kuwu]] dibantu oleh sekretaris desa (sekdes), kepala dusun atau ''rurah'' , para pamong desa (kesra, raksabumi dan lain-lain) serta Hansip. [[Kuwu]] beserta pamong desa lainnya bukanlah pegawai negeri sipil (kecuali sekdes), mereka di gaji dengan sawah bengkok yang luasnya tergantung pada tinggi rendahnya jabatan yang diembannya. Anehnya yang menjabat sebagai [[Kuwu]] di desa Karangtawang hanya orang-orang yang berasal dari kampung Jatinunggal dan Pasawahan saja, belum pernah ada [[Kuwu]] yang berasal dari kampung Babakan.
 
Berikut daftar [[Kuwu]] desa Karangtawang:
Baris 30 ⟶ 29:
{| {{prettytable}}
|- style="background-color:#cfc;"
! align="center" | No !! align="center" | Nama
|-
| 1
Baris 64 ⟶ 63:
| 11
| Nana Purnadi, S.E
|}-
| 12
| Dedi Junaedi
|-
</center>
 
 
Di bawah [[kuwu]] ada kepala dusun/kampung yang biasa disebut ''rurah''. ''Rurah'' juga dipilih secara langsung oleh masyarakat tiap kampung. Untuk desa Karangtawang sendiri memiliki tiga kampung yaitu kampung Jatinunggal, kampung Pasawahan dan kampung Babakan sehingga ''rurah''nya ada tiga orang. Tiap satu kampung juga merepresentasikan satu RW (Rukun Warga), dan dibawah RW ada RT (Rukun Tetangga) yang merupakan struktur pemerintahan paling bawah. Tiap RT dipimpin oleh seorang ketua RT.
Baris 84 ⟶ 85:
# Di sebelah selatan berbatasan dengan kelurahan [[Citangtu, Kuningan, Kuningan|Citangtu]].
# Di sebelah barat berbatasan dengan kelurahan [[Winduhaji, Kuningan, Kuningan|Winduhaji]].
# Di sebelah timur berbatasan dengan desa [[Lengkong, Garawangi, Kuningan|LengkongLe/ingkong]].
 
=== Geografis ===
Karangtawang terletak di kaki gunung [[Ciremai]],diapit oleh dua sungai besar yaitu sungai Sungai Cigede di sebelah selatan dan sungai Surakatiga/Tangkis di sebelah utara. Selain sebagai batas alami dengan desa lain, hal ini juga menyebabkan tanah di Karangtawang subur dan cocok untuk beberapa jenis tanaman. Kontur wilayahnya sedikit berbukit di sebelah selatan meliputi wilayah kampung Babakan sampai ke perbatasan dengan Salahonje dan juga rata sedikit berkontur di daerah Pasawahan dan Jatinunggal.
 
Keadaan iklim desa Karangtawang dipengaruhi oleh iklim tropis dan angin muson, dengan temperatur bulanan berkisar antara 18&nbsp;° C - 32&nbsp;° C serta curah hujan berkisar antara 2.000 &nbsp;mm - 2.500 &nbsp;mm per tahun. Pergantian musim terjadi antara bulan November - Mei adalah musim hujan dan antara bulan Juni - Oktober adalah musim kemarau.
 
=== Ekonomi ===
Karangtawang dikenal dengan industri rumah tangganya yaitu emping melinjo, karena hampir di tiap RT ibu rumah tangga membuat keripik emping melinjo terutama pusatnya di kampung Babakan. Kemasannya telah dibuat semenarik mungkin dan dengan pilihan beraneka ragam rasa agar nilai jualnya bertambah. Emping tangkil atau emping melinjo, oleh Pemkab [[Kuningan]] dianggap sebagai komoditikomoditas unggulan. Pasalnya telah mengharumkan nama [[Kuningan]] dalam sektor ekonomi karena penjualan emping tangkil tidak hanya di pasar lokal namun merambah juga ke pasar luar daerah seperti [[Jakarta]], [[Bandung]], [[Semarang]] dan [[Surabaya]]. Ada pula yang diekspor ke [[Malaysia]] serta [[Singapura]]. Penjualannya pun tidak hanya di pasar tradisional, tetapi sudah merambah ke supermarket, toko serba ada (Toserba), warung serba ada (Waserba) atau punataupun di Mall.
 
=== Pertanian ===
Baris 101 ⟶ 102:
 
=== Demografi ===
Desa Karangtawang dikenal sebagai desa santri karena banyak terdapat pondok pesantren dan penduduknya dikenal sangat religius. Penduduk desa Karangtawang berjumlah 34.828214 orang, terdiri dari:
 
* 12.893082 orang laki-laki
* 12.935132 orang perempuan
 
Hampir 100% warga Karangtawang adalah suku [[Sunda]], dan menggunakan bahasa [[Sunda]] dalam berkomunikasi sehari-hari. Agama yang dianut adalah [[Islam]]. Pengaruh NU (Nahdatul Ulama) sangat terasa karena ulama-ulama (kiyai) yang ada di Karangtawang merupakan pentolan NU. Terdapat sebuah mesjidmasjid jami yaitu mesjidmasjid Nurul Islam dan 18 buah langgar/musholla(''tajug''). Di mesjidmasjid Nurul Islam terdapat sebuah bedug yang berusia lebih dari 300 tahun, mengingat bedug tersebut sudah kuno sebuah museum di Bandung pernah mengemukakan niatnya untuk memiliki bedug tersebut, namun ditolak oleh masyarakar Karangtawang. Bedug tersebut terbuat dari satu gelondongan pohon utuh dan sudah ada sejak abad ke 17.
 
Kebanyakan penduduk Karangtawang bekerja sebagai petani sekitar 70%, lainnya bekerja di sektor jasa seperti PNS, Pedagang, TNI, dokter, wiraswasta dan sebagainya. Penduduk desa Karangtawang banyak juga yang berurbanisasi ke kota-kota besar seperti [[Jakarta]], [[Bandung]] dan [[Yogyakarta]]. Kebanyakan mereka bekerja sebagai buruh pabrik dan pedagang. Daganganya pun hampir sama yaitu buah dingin, bubur kacang hijau, atau rokok. Ada pula yang pergi ke kota untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang Perguruan Tinggi seperti [[UI]], [[UNPAD]],UNSOED, [[UPI]], [[STAN]], [[UGM]] dan sebagainya. Banyak pula penduduk desa Karangtawang yang bekerja ke luar negeri seperti ke [[Arab Saudi]], [[Malaysia]], [[Korea Selatan]] dan [[Jepang]]. Kebanyakan mereka bekerja di sektor informal seperti pembantu rumah tangga dan sopir, namun ada pula yang bekerja sebagi buruh pabrik.
Baris 112 ⟶ 113:
== Pendidikan ==
=== Pendidikan Formal ===
Sarana dan Prasarana pendidikan sudah cukup lengkap untuk ukuran sebuah desa. Di Karangtawang fasilitas pendidikan dari PAUD, TK sampai MA tersedia.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) biasanya diadakan dengan bimbingan Ibu-ibu PKK, dan diikuti oleh anak-anak pra-sekolah (dibawah 5 tahun).
 
* PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini)
Untuk TK terdapat sebuah TK yaitu:
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) biasanya diadakan dengan bimbingan Ibu-ibu PKK, dan diikuti oleh anak-anak pra-sekolah (dibawah 5 tahun (terletak di kampung Jatinunggal).
 
Untuk TK terdapat sebuah TK yaitu:
* TK YASPIKA (Yayasan Pendidikan Islam Karangtawang).
 
Untuk jenjang Sekolah dasar di tiap kampung memiliki SD masing-masing diantaranya:
 
* SDN Karangtawang I (terletak di kampung Pasawahan)
* SDN Karangtawang II (terletak di kampung Babakan)
* SDN Karangtawang III (terletak di kampung Jatinunggal)
 
Satu Madrasah Tsanawiyah di kampung Jatinunggal yaitu :
 
* MTs YASPIKA (Yayasan Pendidikan Islam Karangtawang)
 
dan untuk MadrasahSekolah AliyahMenengah Kejuruan terletak di kampung Pasawahan yaitu:
* MASMK Darul Ulum
 
=== Pendidikan Non Formal ===
Pendidikan Non Formal di desa Karangtawang dalam bentuk Pondok Pesantren di kampung Pasawahan seperti Pondok Pesantren Darul Ulum, Al-Amin, dan Al Abshori serta ada juga dalam bentuk Majelis Ta'lim. Majelis Ta'lim biasanya diikuti oleh ibu-ibu di mesjidmasjid Nurul Islam atau digilir ke tiap musholla (tajug) dan untuk bapak-bapak juga ada kajian keagamaan setiap malam senin di mesjidmasjid Nurul Islam. Hampir semua ibu-ibu juga setiap malam Jumat mengadakan pengajian Yasin sambil Arisan bergilir di tiap rumah anggotanya.
 
== Kesenian ==
Baris 142 ⟶ 145:
 
* ''Muludan''
''Muludan'' atau di daerah lain dikenal dengan peringatan ''Maulid Nabi'', yaitu acara peringatan kelahiran Nabi [[Muhammad]] SAW diadakan setiap tanggal 12 Rabiul Awal tahun hijriyah. Peringatan dimulai dari tanggal 1 Maulid atau setiap malam jumat dengan pembacaan deba (shalawat kepada Nabi) di langgar-langgar setelah shalatsalat maghrib sampai bulan Mulud berakhir. Di desa [[Kuningan, Kuningan|Karangtawang]] juga Muludan biasanya diperingati di masjid ''Nurul Islam'' dan di mushalla-mushalla (''tajug'')) di tiap kampung.
 
* ''Rajaban''
Baris 164 ⟶ 167:
== Tokoh ==
* [[Edi Suhardi Ekadjati|Prof. Dr. H. Edi Suhardi Ekadjati]]
* [[KH.M. Kholil F. Anwar]]
 
== Radio ==
Baris 169 ⟶ 173:
 
== Akses Transportasi ==
Untuk mencapai desa Karangtawang dari pusat kota [[Kuningan]] tidaklah sulit. Jaraknya dari kota Kuningan kurang lebih 4 &nbsp;km. Desa Karangtawang dilewati kendaraan dari arah kota [[Kuningan]] ke daerah timur seperti [[Garawangi, Garawangi, Kuningan|Garawangi]], [[Maleber, Maleber, Kuningan|Maleber]] dan [[Ciniru, Ciniru, Kuningan|Ciniru]]. Ada dua angkutan umum yang melewati jalan raya Karangtawang yaitu:
 
* Angkot 07 Jurusan Pasar baru- [[Lengkong, Garawangi, Kuningan|Lengkong]]
Baris 177 ⟶ 181:
{{reflist}}
* {{id}} [http://www.kuningankab.go.id/ Pemerintah Kabupaten Kuningan]
* {{id}} [http://www.aditya69.wordpress.com/ Sejarah Kuningan]
 
 
{{Kuningan, Kuningan}}
 
{{Authority control}}
[[su:Karangtawang, Kuningan, Kuningan]]