Hamengkubuwana I: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Nusantara1945 (bicara | kontrib)
k Perbaikan Pengetikan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(155 revisi perantara oleh 82 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{refimprove}}
'''Sri Sultan Hamengkubuwana I''' ({{lahirmati|[[Kartasura]]|6|8|1717|[[Yogyakarta]]|24|3|1792}}) merupakan pendiri sekaligus raja pertama [[Kesultanan Yogyakarta]] yang memerintah tahun [[1755]] - [[1792]]
{{Infobox royalty
| embed =
| name = Hamengkubuwana I<br/>{{jav|ꦲꦩꦼꦁꦏꦸꦨꦸꦮꦤ꧇꧑꧇}}
| image = Lukisan Pangeran Mangkubumi aka Sultan Hamengkubuwono I.jpg
| image_size = 250px
| caption = Sri Sultan Hamengkubuwana I
| title = Susuhunan Kabanaran<br />Sri Sultan Hamengkubuwana I
| titletext =
| more =
| type =
| succession = Sultan Yogyakarta
| moretext = ke-1
| reign = 13 Februari 1755 - 24 Maret 1792
| reign-type = Bertakhta
| coronation = 13 Maret 1755<ref name="bio"/>
| cor-type = Penobatan
| predecessor = [[Amangkurat IV]]
| successor = [[Hamengkubuwana II]]
| suc-type =
| regent =
| reg-type = Pemahkotaan
| birth_name = Raden Mas Sujana
| birth_date = 4 Agustus 1717 (Rabu Pon, 26 Ruwah Wawu 1641)
| birth_place = {{negara|Kesultanan Mataram}} [[Kartasura, Mataram]]
| death_date = {{death date and age|1792|3|24|1717|8|5|df=y}}
| death_place = {{flagicon image|Flag of Wirabraja - Gula Kelapa.svg}} [[Keraton Yogyakarta|Karaton Yogyakarta]], [[Ngayogyakarta Hadiningrat]]<ref name="bio"/>
| burial_place = [[Pemakaman Imogiri|Astana Kasuwargan, Imogiri]], [[Yogyakarta]]
| spouse = * Gusti Kanjeng Ratu Kencana (Putri dari Arya Dipanagara madiun/Panembahan Erucakra)
* Gusti Kanjeng Ratu Kadipaten
| spouse-type = Permaisuri
| consort = * Bendara Raden Ayu Srenggara
| issue =
| issue-link =
| issue-pipe =
| issue-type =
| full name =
| era name =
| era dates =
| regnal name = ''Ngarsa Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kangjeng Sultan Hamengkubuwana Senapati ing Ngalaga Abdurrahman Sayyidin Panatagama Khalifatullah Ingkang Jumeneng Kaping Satunggal ing Ngayogyakarta Hadiningrat''
| posthumous name = Sunan Kabanaran
| temple name =
| house = [[Wangsa Mataram|Mataram]]
| father = [[Amangkurat IV]]
| mother = Mas Ayu Tejawati<ref name="bio">[https://www.kratonjogja.id/raja-raja/2/sri-sultan-hamengku-buwono-i ''Biografi singkat HB I''] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20190407064547/https://www.kratonjogja.id/raja-raja/2/sri-sultan-hamengku-buwono-i |date=2019-04-07 }}. kratonjogja.id. 2019. Diakses tanggal 19/07/2019</ref>
| religion = Islam
| occupation =
| signature_type = Tanda tangan
| signature =
| module =
}}
'''Sri Sultan Hamengkubuwana I''' ({{lang-jv|ꦲꦩꦼꦁꦏꦸꦨꦸꦮꦤ꧇꧑꧇}}, {{lahirmati|[[Kartasura]]|6|8|1717|[[Yogyakarta]]|24|3|1792}}) merupakan pendiri sekaligus raja pertama [[Kesultanan Yogyakarta]] yang memerintah tahun 1755 - 1792
 
== Asal-Usul ==
Nama aslinya adalah '''Raden Mas Sujana''' yang setelah dewasa bergelar '''Pangeran Mangkubumi'''. Ia merupakan putra [[Amangkurat IV]] raja [[Kasunanansusuhunan KartasuraMataram]] kedelapan, yang lahir dari selir bernama Mas Ayu Tejawati pada tanggal [[6 Agustus]] [[1717]].
 
Pada tahun [[1740]] terjadi pemberontakan orang-orang [[CinaTionghoa]] di [[Batavia]] yang menyebar sampai ke seluruh [[Jawa]]. Pada mulanya, [[Pakubuwana II]] (kakak Mangkubumi) mendukung pemberontakan tersebut. Namun, ketika menyaksikan pihak [[VOC]] unggul, [[Pakubuwana II]] pun berubah pikiran.
 
Pada tahun [[1742]] istana [[Keraton Kartasura]] diserbu kaumkelompok pemberontak . [[Pakubuwana II]] terpaksa membangun istana baru di [[Surakarta]], sedangkan pemberontakan tersebut akhirnya dapat ditumpas oleh [[VOC]] dan [[Cakraningrat IV]] dari [[Pulau Madura|Madura]].
 
Sisa-sisa pemberontak yang dipimpin oleh [[RadenMangkunegara MasI|Pangeran SaidSambernyawa]] (keponakan [[Pakubuwana II]] dan Mangkubumi) berhasil merebut tanah SukowatiSukawati. [[Pakubuwana II]] mengumumkan sayembara berhadiah tanah seluas 3.000 cacah untuk siapa saja yang berhasil merebut kembali SukowatiSukawati. Mangkubumi dengan berhasil mengusir [[Mas Said]]Sambernyawa pada tahun [[1746]], namuntetapi ia dihalang-halangi Patih Pringgalaya yang menghasut rajaPB II supaya membatalkan perjanjian sayembara.
 
Datang pula [[Baron van Imhoff]] gubernur jenderal [[VOC]] yang makin memperkeruh suasana. Ia mendesak [[Pakubuwana II]] supaya menyewakan daerah pesisir kepada [[VOC]] seharga 20.000 real untuk melunasi hutang keraton terhadap [[Belanda]]. Hal ini ditentang Mangkubumi. Akibatnya, terjadilah pertengkaran di mana [[Baron van Imhoff]] menghina Mangkubumi di depan umum.
 
Mangkubumi yang sakit hati meninggalkan [[Surakarta]] pada bulan [[Mei]] [[1746]] dan menggabungkan diri dengan [[Mas Said]] sebagai pemberontak.Sebagai ikatan gabungan Mangkubumi mengawinkan [[Mangkunegara I|Raden Mas Said]] dengan puterinya yaitu [[Rara Inten]] atau [[Gusti Ratu Bendoro]].
 
== Kehidupan Pribadi ==
== Perang Suksesi Jawa Ketiga ==
'''Permaisuri'''<br>
Perang antara Mangkubumi melawan [[Pakubuwana II]] yang didukung [[VOC]] disebut para sejarawan sebagai Perang Suksesi Jawa III. Pada tahun [[1747]] diperkirakan kekuatan Mangkubumi mencapai 13.000 orang prajurit.
(''garwa padmi'')
# Gusti Kanjeng Ratu Kencana<br>putri Bendara Pangeran Harya Dipanegara Madiun / Panembahan Herucokro Madhiun. Kakek dari pihak ayah adalah [[Pakubuwana I]]
# Gusti Kanjeng Ratu Kadipaten<br>putri Ki Ageng Drepayuda. Ia juga dikenal sebagai Gusti Kanjeng Ratu Tegalrejo atau Gusti Kanjeng Ratu Hageng setelah kematian suaminya
'''Selir'''<br>
(''garwa ampeyan'')
# Bendara Raden Ayu Tilarsa
# Bendara Mas Ayu Sawerdi
# Bendara Raden Ayu Srenggara<br>putri Ki Tumenggung Natayudha, Bupati [[Kedu]]
# Bendara Mas Ayu Mindaka
# Bendara Mas Ayu Asmarawati
# Bendara Raden Ayu Jumanten
# Bendara Mas Ayu Wilapa
# Bendara Mas Ayu Ratnawati
# Bendara Mas Ayu Chindaka
# Bendara Mas Ayu Tandhawati
# Bendara Mas Ayu Turunsi
# Bendara Raden Ayu Ratna Puryawati
# Bendara Raden Ayu Daya Asmara
# Bendara Mas Ayu Gandasari
# Bendara Mas Ayu Karnakawati
# Bendara Mas Ayu Setyawati
# Bendara Mas Ayu Padmasari
# Bendara Mas Ayu Sari
# Bendara Mas Ayu Pakuwati
# Bendara Mas Ayu Chitra Kusuma
'''Anak'''
# Gusti Raden Mas Intu<br>lahir dari GKR. Kencana, kemudian bergelar ''Kanjeng Pangeran Adipati Anom Hamengkunegara Ingkang Sudibya Atmarinaja Sudarma Mahanalendra''. Ia meninggal sebelum ditandatanganinya [[Perjanjian Giyanti]]<ref>{{Cite web|last=crew|first=kraton|title=Sri Sultan Hamengku Buwono II|url=https://www.kratonjogja.id/raja-raja/3-sri-sultan-hamengku-buwono-ii/|website=kratonjogja.id|language=en|access-date=2022-07-07|archive-date=2022-07-07|archive-url=https://web.archive.org/web/20220707150134/https://www.kratonjogja.id/raja-raja/3-sri-sultan-hamengku-buwono-ii/|dead-url=no}}</ref>.
# Gusti Pangeran Hangabehi<br>lahir dari BRAy. Tilarsa
# [[Hamengkubuwana II|Gusti Raden Mas Sundara]]<br>lahir dari GKR. Kadipaten. Naik takhta sebagai '''Hamengkubuwana II'''
# Bendara Pangeran Harya Demang Tanpanangkil<br>lahir dari BMAy. Sawerdi
# Bendara Pangeran Harya Dipasanta<br>lahir dari BMAy. Asmarawati
# [[Paku Alam I|Bendara Pangeran Harya Natakusuma]]<br>lahir dari BRAy. Srenggara. Diangkat menjadi Adipati [[Kadipaten Pakualaman]] dengan gelar '''Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Harya Paku Alam I'''
# Bendara Pangeran Harya Kusumayudha<br>lahir dari BMAy. Wilapa. Ia juga dikenal sebagai Bendara Pangeran Harya Hadikusuma
# Bendara Pangeran Harya Silarang<br>lahir dari BMAy. Cindhaka. Ia juga dikenal sebagai Bendara Pangeran Harya Dipawijaya I atau Pangeran Harya Haji Muhammad Abu Bakar
# Bendara Raden Mas Adiwijaya<br>lahir dari BMAy. Tandhawati. Kemudian bergelar Bendara Pangeran Harya Panular, seorang ''Wakil Dalem'' untuk [[Hamengkubuwana V]]
# Bendara Pangeran Harya Mangkukusuma<br>lahir dari BMAy. Turunsi. Ia juga seorang ''Wakil Dalem''
# Bendara Pangeran Harya Hadikusuma II<br>lahir dari BRAy. Daya Asmara
# Bendara Pangeran Harya Dipasana<br>lahir dari BMAy. Gandasari
# Bendara Pangeran Harya Blitar<br>lahir dari BRAy. Daya Asmara
# Bendara Raden Mas Sudarma<br>lahir dari BMAy. Setyawati. Ia kemudian bergelar Bendara Pangeran Harya Santakusuma
# Bendara Raden Mas Sabiril<br>lahir dari BMAy. Padmasari. Ia kemudian bergelar Bendara Pangeran Harya Panengah
# Bendara Raden Mas Suwardi<br>lahir dari BMAy. Sari
# Gusti Raden Ajeng Inten<br>lahir dari GKR. Kencana (Putri BPH Dipanagara Madiun) . Ia kemudian bergelar Gusti Kanjeng Ratu Bendara. Menikah dengan [[Mangkunegara I]] lalu bercerai, menikah lagi dengan Kanjeng Pangeran Harya Dipanegara Bin BPH Hangabehi<ref>{{Cite web|date=2023-01-19|title=Ratu Bendara, Perempuan Korban Pernikahan Politis|url=https://historia.id/kultur/articles/ratu-bendara-perempuan-korban-pernikahan-politis-PzWJ0|website=Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia|language=id-ID|access-date=2024-02-23}}</ref>
# Bendara Raden Ayu Jayaningrat<br>lahir dari BRAy. Tilarsa
# Bendara Raden Ayu Purbayasa<br>lahir dari BRAy. Srenggara. Ia juga dikenal sebagai Bendara Raden Ayu Dhanukusuma. Menikah dengan Kanjeng Raden Tumenggung Dhanukusuma, putra sulung Danurejo I
# Bendara Raden Ayu Sasradiningrat<br>lahir dari BMAy. Mindaka
# Bendara Raden Ayu Rangga Prawiradirja<br>lahir dari BRAy. Srenggara
# Bendara Raden Ayu Natayudha I<br>lahir dari BRAy. Jumanten
# Bendara Raden Ayu Yudhakusuma I<br>lahir dari BRAy. Srenggara
# Bendara Raden Ayu Sasrakusuma I<br>lahir dari BMAy. Ratnawati
# Bendara Raden Ayu Yudhakusuma II<br>lahir BMAy. Trisnawati
# Bendara Raden Ajeng Sutiya<br>Ia juga dikenal sebagai Bendara Raden Ayu Jayadiwira
# Bendara Raden Ayu Pringgalaya<br>lahir dari BRAy. Daya Asmara
# Bendara Raden Ayu Dhanunegara<br>lahir dari BMAy. Turunsi
# Bendara Raden Ayu Mangkundirja<br>lahir dari BMAy. Pakuwati
# Bendara Raden Ayu Ratnadinigrat<br>lahir dari BMAy. Chitra Kusuma
# Bendara Raden Ayu Purwadipura<br>lahir dari BMAy. Sari
# Bendara Raden Mas Surodirjo (Bupati Muneng)<br>lahir dari Bendara Raden Ayu Retno Jumanten
 
== Perlawanan ==
Pertempuran demi pertempuran dimenangkan oleh Mangkubumi, misalnya pertempuran di [[Demak]] dan [[Grobogan]]. Pada akhir tahun [[1749]], [[Pakubuwana II]] sakit parah dan merasa kematiannya sudah dekat. Ia pun menyerahkan kedaulatan negara secara penuh kepada [[VOC]] sebagai pelindung [[Surakarta]] tanggal [[11]] [[Desember]].
Perang antara Mangkubumi dan Sambernyawa melawan kedudukan [[Pakubuwana II]] yang disebut para sejarawan disebut sebagai [[Perang Takhta Jawa Ketiga|Perang Takhta Jawa III]]. Pada tahun 1747 diperkirakan kekuatan Mangkubumi mencapai 13.000 orang prajurit.
 
Pertempuran demi pertempuran dimenangkan oleh Mangkubumi, misalnya pertempuran di [[Demak]] dan [[Grobogan]]. Pada akhir tahun 1749, [[Pakubuwana II]] sakit parah dan merasa kematiannya sudah dekat. Ia pun menyerahkan kedaulatan Mataram kepada VOC untuk melindungi segenap keluarganya pada tanggal 11 Desember.
Sementara itu Mangkubumi telah mengangkat diri sebagai raja bergelar [[Pakubuwana III]] tanggal [[12]] [[Desember]] di markasnya, sedangkan [[VOC]] mengangkat putra [[Pakubuwana II]] sebagai [[Pakubuwana III]] tanggal [[15]]. Dengan demikian terdapat dua orang [[Pakubuwana III]]. Yang satu disebut '''Susuhunan Surakarta''', sedangkan Mangkubumi disebut '''Susuhunan Kebanaran''', karena bermarkas di desa Kebanaran di daerah [[Mataram]].
 
Sementara itu Mangkubumi telah mengangkat diri sebagai [[susuhunan]] bergelar [[Pakubuwana III]] tanggal 12 Desember di basis pertahanannya, sedangkan [[VOC]] mengangkat putra Pakubuwana II yang bernama Raden Mas Suryadi sebagai Pakubuwana III tanggal 15. Dengan demikian terdapat dua orang Pakubuwana III. Raden Mas Suryadi disebut '''Susuhunan Surakarta''', sedangkan Mangkubumi disebut '''Susuhunan Kabanaran''', karena bermarkas di desa Banaran di daerah Sukawati (sekarang [[Sragen]]).
Perang kembali berlanjut. Pertempuran besar terjadi di tepi Sungai Bogowonto tahun [[1751]] di mana Mangkubumi menghancurkan pasukan [[VOC]] yang dipimpin Kapten de Clerck. Orang [[Jawa]] menyebutnya Kapten Klerek.
 
Perang kembali berlanjut. Pertempuran besar terjadi di tepi Sungai Bogowonto tahun 1751 di mana Mangkubumi menghancurkan pasukan [[VOC]] yang dipimpin Kapten de Clerck. Orang [[Jawa]] menyebutnya Kapten Klerek.
== Mendapat Pengakuan sebagai Sultan ==
Pada tahun [[1752]] Mangkubumi dengan [[Mas Said]] berselisih.Perselisihan ini berfokus pada keunggulan supremasi Tunggal atas Mataram yang tidak terbagi.Dalam jajak pendapat dan pemungutan suara dukungan kepada [[Mas Said]] oleh kalangan elite Jawa dan tokoh tokoh Mataram mencapai suara yang bulat mengalahkan dukungan dan pilihan kepada Mangkubumi.Dalam dukungan elite Jawa menemui fakta kalah dengan [[Mas Said]] maka Mangkubumi menggunakan kekuatan bersenjata untuk mengalahkan [[Mas Said]] tetapi Mangkubumi menemui kegagalan.[[Mas Said]] kuat dalam dukungan-pilihan oleh elite Jawa dan juga kuat dalam kekuatan bersenjata.Mangkubumi bahkan menerima kekalahan yang sangat telak dari menantunya yaitu [[Mas Said]].Akibat kekalahan yang telak Mangkubumi kemudian menemui [[VOC]] menawarkan untuk bergabung dan bertiga dengan [[Paku Buwono III]] sepakat menghadapi [[Mas Said]].
 
== Perselisihan ==
Tawaran Mangkubumi untuk bergabung mengalahkan [[Mas Said]] akhirnya diterima [[VOC]] tahun [[1754]]. Pihak [[VOC]] diwakili Nicolaas Hartingh, yang menjabat gubernur wilayah pesisir utara [[Jawa]]. Sebagai perantara adalah Syaikh Ibrahim, seorang [[Turki]]. Perudingan-perundingan dengan Mangkubumi mencapai kesepakatan, Mangkubumi bertemu Hartingh secara langsung pada bulan [[September]] [[1754]].
Pada tahun 1752 Mangkubumi dengan Sambernyawa terjadi perselisihan. Perselisihan ini berfokus pada keunggulan supremasi tunggal atas Mataram yang tidak terbagi.
 
Tawaran Mangkubumi untuk bergabung mengalahkan Sambernyawa akhirnya diterima VOC tahun 1754. Pihak VOC diwakili Nicolaas Hartingh, yang menjabat gubernur wilayah pesisir utara [[Jawa]]. Sebagai perantara adalah Syaikh Ibrahim, seorang [[Turki]]. Perudingan-perundingan dengan Mangkubumi mencapai kesepakatan, Mangkubumi bertemu Hartingh secara langsung pada bulan September 1754.
Perundingan dengan Hartingh mencapai kesepakatan. Mangkubumi mendapatkan setengah wilayah kerajaan [[Pakubuwana III]], sedangkan ia merelakan daerah pesisir disewa [[VOC]] seharga 20.000 real dengan kesepakatan 20.000 real dibagi dua;10.000 real untuk dirinya [[Mangkubumi]] dan 10.000 real untuk [[Pakubuwono III]].
 
Perundingan dengan Hartingh mencapai kesepakatan. Mangkubumi mendapatkan setengah wilayah kerajaan [[Pakubuwana III]], sedangkan ia merelakan daerah pesisir disewa VOC seharga 20.000 real dengan kesepakatan 20.000 real dibagi dua 10.000 real untuk Mangkubumi dan 10.000 real untuk [[Pakubuwana III]].
Akhirnya pada tanggal [[13]] [[Februari]] [[1755]] dilakukan penandatanganan naskah [[Perjanjian Giyanti]] yang mengakui Mangkubumi sebagai Sultan Hamengkubuwana I. Wilayah kerajaan yang dipimpin [[Pakubuwana III]] dibelah menjadi dua. Hamengkubuwana I mendapat setengah bagian.Perjanjian Giyanti ini juga merupakan perjanjian persekutuan baru antara pemberontak kelompok Mangkubumi bergabung dengan [[Pakubuwono III]] dan [[VOC]] menjadi persekutuan untuk melenyapkan pemberontak kelompok [[Mas Said]].
 
Akhirnya pada tanggal 13 Februari 1755 dilakukan penandatanganan naskah [[Perjanjian Giyanti]] yang mengakui Mangkubumi sebagai Sultan Hamengkubuwana I. Wilayah Mataram yang dikuasai Pakubuwana III dibagi menjadi dua. Mangkubumi mendapat setengah bagian. Perjanjian Giyanti ini juga merupakan perjanjian persekutuan baru antara kelompok Mangkubumi bergabung dengan Pakubuwana III dan VOC menjadi persekutuan untuk menghancurkan pemberontakan kelompok Pangeran Sambernyawa.
Bergabungnya [[Mangkubumi]] dengan [[VOC]] dan [[Paku Buwono III]] adalah permulaan menuju kesepakatan pembagian Mataram menjadi Surakarta dan Yogyakarta. Dari persekutuan ini dapat dipertanyakan; Mengapa [[Mangkubumi]] bersedia membagi Kerajaan Mataram sedangkan persellisihan dengan menantunya [[Mas Said]] berpangkal pada supremasi kedaulatan Mataram yang tunggal dan tidak terbagi? Dari pihak [[VOC]] langsung dapat dibaca bahwa dengan pembagian Mataram menjadikan [[VOC]] keberadaannya di wilayah Mataram tetap dapat dipertahankan. [[VOC]] mendapat keuntungan dengan pembagian Mataram.
 
Bersekutunya Mangkubumi dengan Pakubuwana III adalah permulaan menuju kesepakatan pembagian Mataram menjadi Surakarta dan Yogyakarta.
 
== Mendirikan Yogyakarta ==
Sejak saatPerjanjian ituGiyanti wilayah kerajaan terbagiMataram dibagi menjadi dua. [[Pakubuwana III]] sebagai susuhunan tetap menjadimelanjutkan rajapemerintahan di [[Surakarta]], sedangkan Mangkubumi bergelar Hamengkubuwana I menjadi rajasultan di [[Yogyakarta]].Mangkubumi sekarangKemudian, sudahMangkubumi memilikiresmi kekuasaanmenjadi dansultan menjadinamun Rajaia makabelum tinggalmendirikan kerajaan tempatkeraton untuk memerintahtempat belumpemerintahnya. dimilikinya.Untuk mendirikan Keraton/Istanakeraton Mangkubumi kepada [[VOC]] mengajukan uang persekot sewa pantai utara Jawa tetapi [[VOC]] saat itu belum memiliki yang diminta oleh Mangkubumi.
 
Pada bulan [[April]] [[1755]] Hamengkubuwana I memutuskan untuk membuka Hutan Pabringan sebagai ibu kota Kerajaan yang menjadi bagian kekuasaannya . Sebelumnya, di hutan tersebut pernah terdapat pesanggrahan bernama Ngayogya''Ayogya'' sebagaisebuah tempat''dalem'' peristirahatanyang saatbernama mengantarDalem jenazahGarjiwati; darilalu [[Surakarta]]dinamakan menujuulang oleh [[ImogiriPakubuwana II]] sebagai Dalem Ayogya.<ref>Surjomihardjo, Abdurracham. 2008. ''Kota Yogyakarta Tempoe Doeloe, Sejarah Sosial 1880–1930''. Jakarta: Komunitas Bambu.</ref> Oleh karena itu, ibu kota baru dari Kerajaankerajaan yang menjadi bagiannya tersebut pun diberi nama [[Ngayogyakarta Hadiningrat]], atau disingkat [[Yogyakarta]].
 
Sejak tanggal [[7]] [[Oktober]] [[1756]] Hamengkubuwana I pindah dari Kebanarandesa Banaran menuju [[Yogyakarta]]. Seiring berjalannya waktu nama [[Yogyakarta]] sebagai ibu kota kerajaannya justrumenjadi lebih populer. KerajaanKesultanan yang dipimpin oleh Hamengkubuwana I kemudian lebih terkenaldikenal dengan nama [[Kesultanan Yogyakarta]].
 
== Usaha Menaklukkan Surakarta ==
Hamengkubuwana I meskipun telah berjanji damai namun tetap saja berusahaberambisi ingin mengembalikan kerajaanMataram warisanmenjadi [[Sultankerajaan Agung]] menjadiyang utuh kembali. [[Surakarta]] memangsaat itu dipimpin oleh [[Pakubuwana III]] yang lemah namun mendapat perlindungan [[dari Belanda]] sehingga niat Hamengkubuwana I untuk memerangi Surakarta sulit diwujudkan, apalagi masih ada kekuatan ketiga yaitu [[MangkunegoroMangkunagara I]] yang juga tidak senang denganmemiliki Kerajaanambisi yang terpecahsama, sehingga cita cita menyatukan kembali Mataram yang utuh bukan monopoli seorang saja.
 
Pada tahun [[1788]] [[Pakubuwana IV]] naik takhta. Ia merupakan raja yang jauh lebih cakap daripada ayahnya. [[Paku BuwonoPakubuwana IV]] sebagai penguasasusuhunan memiliki kesamaan dengan Hamengku BuwonoHamengkubuwana I.[[Paku BuwonoPakubuwana IV]] juga inginberambisi mengembalikan keutuhan Mataram. Dalam langkah politiknya [[Paku BuwonoPakubuwana IV]] mengabaikan atas berdirinya Yogyakarta dengan mengangkat saudaranya menjadi Pangeran Mangkubumi, hal yang menyebabkan ketegangan dengan Hamengku BuwonoHamengkubuwana I. Setelah pengangkatan saudaranya menjadi Pangeranpangeran, [[Paku BuwonoPakubuwana IV]] juga tidak mengakui hak waris tahtatakhta adipati anom (putra Mahkota dimahkota) Yogyakarta. Pihak [[VOC]] mulai resah menghadapi raja baru tersebut karena ancaman perang terbuka di Jawa kembali bisa menyebabkan keuangan VOC terkuras kembali.
 
[[Paku BuwonoPakubuwana IV]] mengambil langkah konfrontatif dengan Yogyakarta dengan tidak mau mencabut nama "''Mangkubumi"'' untuk saudaranya. Memang dalam [[Perjanjian Giyanti]] tidak diatur secara permanen soal suksesi KasultananKesultanan Yogyakarta, sehingga sikap konfrontatif [[Paku BuwonoPakubuwana IV]] ini dapat dimengerti bahwa penguasa Surakarta memahami tanggung Jawabjawab Kerajaankerajaan.
 
Sikap konfrontatif [[Paku BuwonoPakubuwana IV]] ini beriring dengan munculnya penasehatpenasihat penasehatpenasihat spiritual yang beraliran keagamaan dan ini yang meresahkan [[VOC]] dan dua penguasa lainnya, karena ancaman perang yang meluluh lantahkan Jawa bisa terulang kembali.
 
Pada tahun [[1790]] Hamengkubuwana I dan [[Mangkunegara I]] (alias [[Mas Said]]) kembali bekerjabersekutu samabersama untuk pertama kalinya sejak zaman pemberontakan dulu. Mereka bersama [[VOC]] bergerak mengepung [[Pakubuwana IV]] di [[Surakarta]] karena [[Paku BuwonoPakubuwana IV]] memiliki penasehatpenasihat penasehat Spiritualspiritual yang membuat khawatir [[VOC]]. [[Pakubuwana IV]] akhirnya menyerah untuk membiarkan penasehat penasehatpenasihat spiritualnya dibubarkan oleh [[VOC]]. Ini adalah kerja sama dalam kepentingan yang sama yaitu mencegah bersatunya penasehatpenasihat spiritual dengan golongan Ningratbangsawan yang merupakan ancaman potensial pemberontakan kembali.
 
Hamengkubuwana I pernah berupaya agar putranya dikawinkan dengan putri [[Paku BuwonoPakubuwana III]] raja [[Surakarta]] dengan tujuan untuk bersatunyamempersatukan kembali Mataram namun gagal. [[Pakubuwana IV]] yang merupakan warispewaris daritakhta [[Paku BuwonoPakubuwana III]] lahir untuk menggantikan peran ayahnya.
 
== Sebagai Pahlawan Nasional ==
Hamengkubuwana I meninggal dunia tanggal [[24 Maret]] [[1792]]. Kedudukannya sebagai raja [[Yogyakarta]] digantikan putranya yang bergelar [[Hamengkubuwana II]].
 
Hamengkubuwana I adalah peletak dasar-dasar [[Kesultanan Yogyakarta]]. Ia dianggap sebagai rajasultan terbesar dari keluarga [[Mataram]]Yogyakarta sejaklayaknya [[Sultan Agung]]. [[Yogyakarta]] memang negeri baru namun kebesarannya waktu itu telah berhasil mengungguli [[Surakarta]]. Angkatan perangnya bahkan lebih besar daripada jumlah tentara [[VOC]] di [[Jawa]].
 
Hamengkubuwana I tidak hanya seorang rajasultan bijaksana yang ahli dalam strategi berperangperang, namuntetapi juga seorang pecinta keindahan. Karya arsitektur pada jamannya yang monumental adalah [[Taman Sari]] [[Keraton Yogyakarta]].[[ Taman Sari]] Yogyakarta di rancang oleh orang berkebangsaan Portugis yang terdampar di laut selatan dan menjadi ahli bangunan Kasultanankesultanan dengan nama Jawa [[Demang Tegis]].
 
Meskipun permusuhannya dengan [[Belanda]] berakhir damai namun bukan berarti ia berhenti membenci bangsa asing tersebut. Hamengkubuwana I pernah mencoba memperlambat keinginan [[Belanda]] untuk mendirikan sebuah benteng di lingkungan [[keraton Yogyakarta]]. Ia juga berusaha keras menghalangi pihak [[VOC]] untuk ikut campur dalam urusan pemerintahannya. Pihak [[Belanda]] sendiri mengakui bahwa perang melawan pemberontakan Pangeran Mangkubumi adalah perang terberat yang pernah dihadapi [[VOC]] di [[Jawa]] (sejak [[1619]] - [[1799]]).
 
Rasa benci Hamengkubuwana I terhadap penjajah asing ini kemudian diwariskan kepada [[Hamengkubuwana II]], raja selanjutnya. Maka, tidaklah berlebihan jika pemerintah [[Republik Indonesia]] menetapkan Sultan Hamengkubuwana I sebagai [[pahlawan nasional]] pada tanggal [[10]] [[November]] [[2006]] beberapa bulan sesudah gempa melanda wilayah Yogyakarta.<ref name="pahlawan">[http://www.indonesia.go.id/index.php/content/view/2585/701/ Profil Sembilan Orang Pahlawan Nasional] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20070310184112/http://www.indonesia.go.id/index.php/content/view/2585/701/ |date=2007-03-10 }}, 10 November 2006</ref>
 
<ref name="pahlawan">[http://www.indonesia.go.id/index.php/content/view/2585/701/ Profil Sembilan Orang Pahlawan Nasional], 10 November 2006</ref>
== Penghargaan ==
 
# {{Ribbon devices|ribbon=Bintang Mahaputera Adipurna rib.svg}} [[Bintang Mahaputera Adipurna]] (2006)
 
== Referensi ==
Baris 72 ⟶ 187:
* M.C. Ricklefs. 1991. ''Sejarah Indonesia Modern'' (terj.). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
* Purwadi. 2007. ''Sejarah Raja-Raja Jawa''. Yogyakarta: Media Ilmu
* Fredy Heryanto. 2007. Mengenal Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat
 
== Pranala luar ==
* [http://www.warintekjogja.com/kraton/hb1.htm Salah satu sumber artikel ini]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
 
{{kotak mulai}}
{{s-reg}}
{{kotak suksesi|jabatan = [[Raja KesultananSultan Yogyakarta]]|pendahulu = tidak ada-|pengganti = [[HamengkubuwonoHamengkubuwana II]]|tahun = 1755-1792}}
{{kotak selesai}}
 
{{Hamengkubuwana}}
{{Pahlawan Indonesia}}
 
{{DEFAULTSORT:Hamengkubuwono I, Sultan}}
[[Kategori:Meninggal usia 74]]
 
[[Kategori:Tokoh dari Sukoharjo]]
[[Kategori:Sultan Yogyakarta]]
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia]]
[[Kategori:Bangsawan Asia]]
 
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[en:Hamengkubuwono I]]
[[Kategori:Penerima Bintang Mahaputera Adipurna]]