Revolusi Prancis: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Thijs!bot (bicara | kontrib)
Herryz (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
 
(379 revisi antara oleh lebih dari 100 100 pengguna tak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox historical event
'''Revolusi Perancis''' adalah masa dalam [[sejarah Perancis]] antara tahun [[1789]] dan [[1799]] di mana para [[demokrasi|demokrat]] dan pendukung [[republikanisme]] menjatuhkan [[monarki absolut]] di [[Perancis]] dan [[Gereja Katolik Roma]] dipaksa menjalani restrukturisasi yang radikal.
|Event_Name = Revolusi Prancis<br /> ''Révolution française''
|Image_Name = Anonymous - Prise de la Bastille.jpg
|Image_Caption = [[Penyerbuan Bastille]], 14 Juli 1789.
|Participants = Rakyat Prancis
|Location = [[Prancis]]
|Date = 1789–1799
|Result = * Dihapuskannya kekuasaan raja, aristokrat, gereja, dan digantikan oleh republik demokratik sekuler dan radikal yang lebih otoriter dan termiliteristik.
* Perubahan sosial radikal yang berdasarkan pada prinsip-prinsip [[nasionalisme]], [[demokrasi]], dan [[Zaman Pencerahan|Pencerahan]] mengenai [[kewarganegaraan]] dan [[hak asasi manusia|hak asasi]].
* Naiknya [[Napoleon Bonaparte]].
* [[Perang Revolusi Prancis|Konflik bersenjata]] dengan negara-negara [[Eropa]] lainnya.
}}
{{Sejarah Prancis}}
 
'''Revolusi Prancis''' ({{lang-fr|Révolution française}}; 1789–1799), adalah suatu periode pergolakan politik dan sosial [[Radikalisme politik|radikal]] di [[Prancis]] yang memiliki dampak abadi terhadap [[sejarah Prancis]], dan lebih luas lagi, terhadap [[Eropa]] secara keseluruhan. Revolusi ini merupakan salah satu dari revolusi besar dunia yang mampu mengubah tatanan kehidupan masyarakat.<ref>{{Cite news|last=Welianto|first=Ari|title=Penyebab Terjadinya Revolusi Perancis|url=https://www.kompas.com/skola/read/2020/05/27/160000869/penyebab-terjadinya-revolusi-perancis|work=[[Kompas.com]]|language=id|access-date=2020-08-31|editor-last=Welianto|editor-first=Ari}}</ref> [[Monarki absolut]] yang telah memerintah Prancis selama berabad-abad runtuh dalam waktu tiga tahun. Rakyat Prancis mengalami transformasi sosial politik yang epik; [[feodalisme]], [[aristokrasi]], dan [[monarki mutlak]] diruntuhkan oleh kelompok politik radikal [[sayap kiri]], oleh [[Sans-culottes|massa di jalan-jalan]], dan oleh masyarakat petani di perdesaan.<ref>{{cite web|title=French Revolution|url=http://faculty.ucc.edu/egh-damerow/french_revolution.htm|access-date=2013-05-05|archive-date=2013-05-24|archive-url=https://web.archive.org/web/20130524140750/http://faculty.ucc.edu/egh-damerow/french_revolution.htm|dead-url=yes}}</ref>
Meski Perancis kemudian akan berganti sistem antara [[republik]], [[kekaisaran]], dan [[monarki]] selama 75 tahun setelah [[Republik Pertama Perancis]] jatuh dalam [[kudeta]] yang dilakukan oleh [[Napoleon Bonaparte]], revolusi ini dengan jelas mengakhiri ''ancien régime'' ([[bahasa Indonesia]]: Rezim Lama; merujuk kepada kekuasaan dinasti seperti [[Valois]] dan [[Bourbon]]), dan menjadi lebih penting daripada revolusi-revolusi berikutnya yang terjadi di Perancis.
 
Ide-ide lama yang berhubungan dengan tradisi dan hierarki monarki, aristokrat, dan Gereja Katolik digulingkan secara tiba-tiba dan digantikan oleh prinsip-prinsip baru; [[Liberté, égalité, fraternité]] (kebebasan, persamaan, dan persaudaraan). Ketakutan terhadap penggulingan menyebar pada monarki lainnya di seluruh Eropa, yang berupaya mengembalikan tradisi-tradisi monarki lama untuk mencegah pemberontakan rakyat. Pertentangan antara pendukung dan penentang Revolusi terus terjadi selama dua abad berikutnya.
 
Di tengah-tengah krisis keuangan yang melanda Prancis, [[Louis XVI]] naik takhta pada tahun 1774. Pemerintahan Louis XVI yang tidak kompeten semakin menambah kebencian rakyat terhadap monarki. Didorong oleh sedang berkembangnya ide [[Zaman Pencerahan|Pencerahan]] dan sentimen radikal, Revolusi Prancis pun dimulai pada tahun 1789 dengan diadakannya pertemuan ''[[Etats-Généraux 1789|Etats-Généraux]]'' pada bulan Mei. Tahun-tahun pertama Revolusi Prancis diawali dengan diproklamirkannya [[Sumpah Lapangan Tenis]] pada bulan Juni oleh ''Etats'' Ketiga, diikuti dengan [[Penyerbuan Bastille|serangan terhadap Bastille]] pada bulan Juli, [[Deklarasi Hak Asasi Manusia dan Warga Negara]] pada bulan Agustus, dan [[Mars perempuan di Versailles|mars kaum wanita di Versailles]] yang memaksa istana kerajaan pindah kembali ke Paris pada bulan Oktober. Beberapa tahun kedepannya, Revolusi Prancis didominasi oleh perjuangan kaum liberal dan sayap kiri pendukung monarki yang berupaya menggagalkan reformasi.
 
[[Republik Prancis Pertama|Sebuah negara republik]] didirikan pada bulan Desember 1792 dan Raja Louis XVI dieksekusi setahun kemudian. [[Perang Revolusi Prancis]] dimulai pada tahun 1792 dan berakhir dengan kemenangan Prancis secara spektakuler. Prancis berhasil menaklukkan [[Semenanjung Italia]], [[Negara-Negara Rendah]], dan sebagian besar wilayah di sebelah barat [[Rhine]]{{ndash}}prestasi terbesar Prancis selama berabad-abad.
 
Secara internal, sentimen radikal Revolusi berpuncak pada naiknya kekuasaan [[Maximilien Robespierre]], [[Klub Jacobin|Jacobin]], dan kediktatoran virtual oleh [[Komite Keamanan Publik]] selama [[Pemerintahan Teror]] dari tahun 1793 hingga 1794. Selama periode ini, antara 16.000 hingga 40.000 rakyat Prancis tewas.<ref>Donald Greer, ''The Incidence of the Terror during the French Revolution: A
Statistical Interpretation'' (1935).</ref> Setelah jatuhnya Jacobin dan pengeksekusian Robespierre, [[Direktori Prancis|Direktori]] mengambilalih kendali negara pada 1795 hingga 1799, lalu ia digantikan oleh Konsulat di bawah pimpinan [[Napoleon Bonaparte]] pada tahun 1799.
 
Revolusi Prancis telah menimbulkan dampak yang mendalam terhadap perkembangan [[sejarah Modern]]. Pertumbuhan republik dan [[demokrasi liberal]], menyebarnya [[sekularisme]], perkembangan [[ideologi]] modern, dan penemuan gagasan [[perang total]] adalah beberapa warisan Revolusi Prancis.<ref>{{Cite book|title=The First Total War: Napoleon's Europe and the birth of warfare as we know it|last=Bell|first=David Avrom|year=2007|publisher=Houghton Mifflin Harcourt|location=New York|isbn=0-618-34965-0|page=[https://archive.org/details/firsttotalwarnap00bell/page/51 51]|url=https://archive.org/details/firsttotalwarnap00bell|quote=The French Revolution, which began in 1789 and led to the total war of 1792–1815.... }}</ref> Peristiwa berikutnya yang juga terkait dengan Revolusi ini adalah [[Peperangan era Napoleon|Perang Napoleon]], dua peristiwa restorasi monarki terpisah; [[Restorasi Bourbon]] dan [[Monarki Juli]], serta dua revolusi lainnya pada tahun [[Revolusi Juli|1834]] dan [[Revolusi Prancis 1848|1848]] yang melahirkan [[Prancis modern]].
 
== Penyebab ==
{{Main|Penyebab Revolusi Prancis}}
[[Berkas:Ludvig XVI av Frankrike porträtterad av AF Callet.jpg|jmpl|ki|Pemerintah Prancis menghadapi krisis keuangan pada tahun 1780-an, dan [[Louis XVI dari Prancis|Louis XVI]] dikritik karena tidak mampu menangani masalah ini.]]
 
Sebagian besar [[sejarawan]] berpendapat bahwa sebab utama Revolusi Prancis adalah ketidakpuasan terhadap ''[[Ancien Régime]]''. Lebih khusus, para sejarawan juga menekankan adanya konflik kelas dari perspektif [[Marxis]]; hal yang umum terjadi pada akhir abad ke-19. Perekonomian yang tidak sehat, panen yang buruk, kenaikan harga pangan, dan sistem transportasi yang tidak memadai adalah hal-hal yang memicu kebencian rakyat terhadap pemerintah. Rentetan peristiwa yang mengarah ke revolusi dipicu oleh kebangkrutan pemerintah karena sistem pajak yang buruk dan utang yang besar akibat keterlibatan Prancis dalam berbagai perang besar. Upaya Prancis dalam menantang [[Inggris]]{{ndash}}kekuatan militer utama di dunia pada saat itu{{ndash}}dalam [[Perang Tujuh Tahun]] berakhir dengan bencana, menyebabkan hilangnya jajahan Prancis di [[Amerika Utara]] dan hancurnya Angkatan Laut Prancis. Tentara Prancis dibangun kembali dan kemudian berhasil menang dalam [[Perang Revolusi Amerika]], tetapi perang ini sangat mahal dan secara khusus tidak menghasilkan keuntungan yang nyata bagi Prancis. Sistem keuangan Prancis terpuruk dan kerajaan tidak mampu menangani utang negara yang besar. Karena dihadapkan pada krisis keuangan ini, menteri keuangan Charles-Alexandre de Calonne menyarankan raja untuk memanggil [[Majelis Bangsawan]] pada 1787, pertama kalinya selama lebih dari satu abad.<ref name=":0">{{Cite book|last=Stone|first=Bailey|date=1994|title=The Genesis of the French Revolution: A Global Historical Interpretation|url=https://archive.org/details/genesisoffrenchr0000ston_k4x0|location=Cambridge|publisher=Cambridge University Press|pages=[https://archive.org/details/genesisoffrenchr0000ston_k4x0/page/148 148]-195|chapter=The approaches to revolution, 1774–1788: the sociopolitical challenge|url-status=live}}</ref> Majelis Bangsawan bertemu dua kali, yakni Februari 1787 dan November 1788. Calonne mengajukan proposal stimulus ekonomi dan reformasi pajak, tetapi proposalnya ditolak. Menteri keuangan selanjutnya, Brienne, juga mengajukan serangkaian reformasi yang mirip. Ia berhasil melakukan beberapa reformasi, tetapi pajak tanah tanpa pengecualian ditolak oleh parlemen dan Majelis Bangsawan.<ref>{{Cite web|last=Llewellyn|first=Jennifer|last2=Thompson|first2=Steve|date=2019-09-18|title=The Assembly of Notables|url=https://alphahistory.com/frenchrevolution/assembly-of-notables/|website=Alpha History|language=en-US|access-date=2024-02-05}}</ref>
Banyak faktor yang menyebabkan revolusi ini. Sampai tingkat tertentu, orde yang lama terlalu kaku dalam menghadapi dunia yang berubah; penyebab lainnya ialah, orde ini jatuh karena ambisi dari kaum [[borjuis]] yang berkembang, ditambah dengan kaum petani, para buruh, dan individu dari semua kelas yang merasa disakiti, yang dipengaruhi oleh ide [[Pencerahan]]. Sementara revolusi berlangsung dan sementara kekuasaan beralih dari monarki ke badan [[legislatif]], kepentingan-kepentingan yang berbenturan dari kelompok-kelompok yang semula bersekutu ini kemudian menjadi sumber konflik dan pertumpahan darah.
 
Sementara itu, keluarga kerajaan hidup nyaman di [[Istana Versailles|Versailles]] dan terkesan acuh tak acuh terhadap krisis yang semakin meningkat. Meskipun secara teori pemerintahan [[Louis XVI dari Prancis|Raja Louis XVI]] berbentuk [[monarki absolut]], tetapi dalam praktiknya ia sering ragu-ragu dan akan mundur jika menghadapi oposisi yang kuat. [[Louis XVI]] memang berusaha mengurangi pengeluaran pemerintah, tetapi lawannya di ''[[parlement]]'' berhasil menggagalkan upayanya untuk memberlakukan reformasi yang lebih luas. Penentang kebijakan Louis semakin banyak dan berupaya menjatuhkan kerajaan dengan berbagai cara, misalnya dengan membagikan pamflet yang melaporkan informasi palsu dan dilebih-lebihkan untuk mengkritik pemerintah dan aparatnya, yang semakin memperkuat opini publik dalam melawan monarki.<ref name="britannicatraite">{{cite web|url=http://www.britannica.com/EBchecked/topic/602094/traite|title=Encyclopædia Britannica&nbsp;— Traite|accessdate=16 October 2008}}</ref>
Sebab-sebab Revolusi Perancis mencakup hal-hal di bawah ini:
 
Faktor lainnya yang dianggap sebagai penyebab Revolusi Prancis adalah kebencian terhadap pemerintah, yang muncul seiring dengan berkembangnya cita-cita [[Zaman Pencerahan|Pencerahan]]. Ini termasuk kebencian terhadap absolutisme [[kerajaan]]; kebencian oleh masyarakat petani, buruh, dan [[kaum borjuis]] terhadap hak-hak istimewa yang dimiliki oleh kaum bangsawan; kebencian terhadap [[Gereja Katolik]] atas pengaruhnya dalam kebijakan publik dan di lembaga-lembaga negara; keinginan untuk memperjuangkan [[kebebasan beragama]]; kebencian para pendeta perdesaan miskin terhadap uskup aristokrat; keinginan untuk mewujudkan kesetaraan sosial, politik, ekonomi, serta (khususnya saat Revolusi berlangsung) [[republikanisme]]; kebencian terhadap Ratu [[Marie Antoinette]], yang dituduh sebagai seorang pemboros dan mata-mata [[Kekaisaran Romawi Suci|Austria]]; serta kemarahan terhadap Raja karena memecat bendahara keuangan [[Jacques Necker]], salah satu orang yang dianggap sebagai wakil rakyat di kerajaan.<ref>William Doyle, ''The Oxford History of the French Revolution'' (2nd ed. 2003), hal.73–74</ref>
 
== Pra-revolusi ==
=== Krisis keuangan ===
[[Berkas:Troisordres.jpg|jmpl|Karikatur ''Etats'' Ketiga yang membawa ''Etats'' Pertama (pendeta) dan ''Etats'' Kedua (bangsawan) di punggungnya.]]
 
[[Louis XVI]] naik takhta menjadi raja Prancis di tengah-tengah [[krisis keuangan]]; negara sudah hampir bangkrut dan pengeluaran negara melebihi pendapatan.<ref>Frey, hal. 3</ref> Krisis ini terutama sekali disebabkan oleh keterlibatan Prancis dalam [[Perang Tujuh Tahun]] dan [[Perang Revolusi Amerika]].<ref>{{cite web|url=http://www.sparknotes.com/history/european/frenchrev/section1.html|title=France's Financial Crisis: 1783–1788|accessdate=26 October 2008}}</ref> Pada bulan Mei [[1776]], menteri keuangan [[Anne Robert Jacques Turgot, Baron de Laune|Turgot]] dipecat setelah ia gagal melaksanakan reformasi keuangan. Setahun kemudian, seorang warga asing bernama [[Jacques Necker]] ditunjuk menjadi Bendahara Keuangan. Necker tidak bisa menjadi menteri keuangan resmi karena ia adalah seorang [[Protestan]].{{butuh rujukan}}
 
Necker menyadari bahwa sistem pajak di Prancis sangat [[pajak regresif|regresif]]; masyarakat kelas bawah dikenakan pajak yang lebih besar,<ref name="Hib35">Hibbert, hal. 35, 36</ref> sementara kaum bangsawan dan pendeta diberikan banyak pengecualian.<ref name="Frey2">Frey, hal. 2</ref> Necker beranggapan bahwa pembebasan pajak untuk kaum bangsawan dan pendeta harus dikurangi, dan mengusulkan untuk meminjam lebih banyak uang agar permasalahan keuangan negara bisa teratasi. Necker menerbitkan sebuah laporan untuk mendukung anggapannya ini, yang menunjukkan bahwa defisit negara menembus angka 36 juta livre. Necker juga mengusulkan pembatasan kekuasaan ''[[parlement]]''.<ref name="Hib35"/>
 
Usulan Necker ini tidak diterima dengan baik oleh para menteri Raja, dan Necker, yang berharap bisa memperkuat posisinya, berpendapat bahwa ia harus diangkat sebagai menteri, tetapi Raja menolaknya. Necker dipecat dan [[Charles Alexandre de Calonne]] ditunjuk menjadi bendahara yang baru.<ref name="Hib35"/> Calonne dengan cepat menyadari situasi keuangan negara yang sedang kritis dan mengusulkan pembentukan [[kode pajak]] yang baru.<ref name="D34">Doyle, ''The French Revolution: A very short introduction'', hal. 34</ref>
 
Usulan Calonne ini termasuk penarikan [[pajak bumi dan bangunan|pajak bumi]] yang konsisten, yang juga dipungut pada kaum bangsawan dan pendeta. Karena ditentang oleh ''parlement'', Calonne mengadakan pertemuan dengan [[Majelis Bangsawan]], berharap mendapat dukungan. Namun bukannya mendukung rencana Calonne, Majelis malah melemahkan posisi Calonne dengan mengkritiknya.<ref name=":0" /> Sebagai tanggapan, untuk pertama kalinya sejak 1614, Raja memanggil [[Etats-Généraux 1789|''Etats-Généraux'' pada bulan Mei 1789]]. Pemanggilan ini sekaligus menjadi pertanda bahwa [[Wangsa Bourbon|monarki Bourbon]] sedang dalam keadaan lemah dan tunduk pada tuntutan rakyatnya.<ref name="D36">Doyle 2003, hal. 93</ref>
 
=== ''Etats-Généraux'' 1789 ===
{{Main|Etats-Généraux 1789}}
 
''Etats-Généraux'' (wakil rakyat dari berbagai golongan) terbagi menjadi tiga golongan (''etats''): pendeta (''Etats'' Pertama), kaum bangsawan (''Etats'' Kedua), dan sisanya adalah rakyat biasa Prancis (''Etats'' Ketiga).<ref name="Frey 4"/> Dalam pertemuan terakhir ''Etats-Généraux'' pada tahun 1614, masing-masing golongan memiliki satu suara, dan dua diantaranya bisa membatalkan suara ketiga. ''Parlement'' Paris khawatir bahwa pemerintah akan berusaha meng-''[[gerrymandering|gerrymander]]'' majelis untuk mencurangi hasil. Oleh sebab itu, mereka memutuskan bahwa susunan ''Etats'' harus sama dengan susunan 1614.<ref name="D38">Doyle 2001, hal. 38</ref> Aturan ''Etats'' 1614 ini berbeda dengan praktik pada majelis daerah; di daerah-daerah, masing-masing anggota memiliki satu suara dan ''Etats'' Ketiga memiliki anggota dua kali lipat lebih banyak dari ''Etats'' lainnya. Sebagai contoh, di [[Dauphiné]], majelis provinsi sepakat untuk menggandakan jumlah anggota ''Etats'' Ketiga, mengadakan pemilihan keanggotaan, dan memperbolehkan satu suara per anggota, bukannya satu suara per ''etats''.<ref>Doyle 1989, hal.89</ref>
 
Sebelum pertemuan berlangsung, "Komite Tiga Puluh", sebuah kelompok liberal yang beranggotakan warga Paris, mulai melakukan agitasi terhadap suara ''etats''. Kelompok ini sebagian besarnya terdiri dari orang-orang kaya, dan mereka berpendapat bahwa sistem suara di ''Etats-Généraux'' harus sama dengan sistem yang berlaku di Dauphiné. Kelompok ini beranggapan bahwa sistem lama sudah tidak efisien karena "rakyatlah yang berdaulat".<ref name="Neely 56">Neely, hal. 56</ref> Necker lalu menggelar Sidang Kedua Majelis, yang menghasilkan keputusan penolakan terhadap usulan perwakilan ganda, dengan suara 111-333.<ref name="Neely 56"/><ref name=h42>Hibbert, hal.42–45</ref>
 
Pemilihan diadakan pada musim semi 1789; persyaratan hak pilih untuk ''Etats'' Ketiga adalah harus laki-laki kelahiran Prancis atau [[naturalisasi]], setidaknya berusia 25 tahun, berkediaman di lokasi tempat pemilihan berlangsung, dan membayar pajak.
<blockquote>
''Pour être électeur du tiers état, il faut avoir 25 ans, être français ou naturalisé, être domicilié au lieu de vote et compris au rôle des impositions.''<ref>[http://www.assemblee-nationale.fr/histoire/suffrage_universel/suffrage-1789.asp Assemblée Nationale (French)]</ref>
</blockquote>
 
Pemilihan menghasilkan 1.201 delegasi, yang terdiri dari: 291 bangsawan, 300 pendeta, dan 610 anggota ''Etats'' Ketiga.<ref name=h42/> Untuk mengarahkan delegasi, "Dokumen Keluhan" (''Cahiers de Doléances'') disusun sebagai pengarah yang memuat daftar permasalahan yang dihadapi negara.<ref name="Frey 4">Frey, hal. 4, 5</ref><ref name="D38"/><ref name="Neely35">Neely, hal. 63, 65</ref>
 
Pamflet yang disebarkan oleh para bangsawan dan pendeta liberal semakin merebak setelah dicabutnya penyensoran pers.<ref name="Neely 56"/> [[Abbé Sieyès]], seorang teoretikus dan pendeta Katolik, berpendapat mengenai betapa pentingnya keberadaan ''Etats'' Ketiga dalam pamflet ''Qu'est-ce que le tiers état?'' (bahasa Inggris: "[[What is the Third Estate?]]"), yang diterbitkan pada bulan Januari 1789. Ia menegaskan: "Apa itu ''Etats'' Ketiga? Segalanya. Apa posisinya dalam tatanan politik? Tidak ada. Ia ingin menjadi apa? Sesuatu."<ref name="D38"/><ref>Furet, hal. 45</ref>
[[Berkas:Estatesgeneral.jpg|jmpl|ka|Pertemuan ''Etats-Généraux'' pada tanggal 5 Mei [[1789]] di [[Versailles]].]]
 
''Etats-Généraux'' kembali menggelar pertemuan di Grands Salles des Menus-Plaisirs, [[Versailles]], pada tanggal 5 Mei 1789. Pertemuan ini dibuka dengan pidato tiga jam oleh Necker. ''Etats'' Ketiga menuntut agar verifikasi deputi secara kredensial harus dilakukan bersama oleh semua deputi, bukannya masing-masing ''etats'' memverifikasi anggotanya secara internal; negosiasi dengan ''etats'' lainnya gagal mewujudkan hal ini.<ref name="Neely35"/> Golongan rakyat jelata bersitegang dengan kaum pendeta yang menjawab kalau mereka membutuhkan lebih banyak waktu untuk memutuskan. Necker pada akhirnya memutuskan bahwa setiap ''etats'' harus memverifikasi anggotanya masing-masing dan "Raja bertindak sebagai penengah".<ref name="Hib54">Hibbert, hal. 54</ref> Namun, negosiasi dengan dua ''etats'' lainnya tetap tidak berhasil.<ref>Schama 2004, hal.300–301</ref>
 
=== Majelis Nasional (1789) ===
{{Main|Majelis Nasional (Revolusi Prancis)}}
[[Berkas:Le Serment du Jeu de paume.jpg|jmpl|ka|Majelis Nasional mengambil [[Sumpah Lapangan Tenis]] (sketsa oleh [[Jacques-Louis David]]).]]
 
Pada 10 Juni 1789, Abbé Sieyès pindah keanggotaan menjadi ''Etats'' Ketiga, dan sekarang mengikuti pertemuan sebagai ''Communes'' (Rakyat Biasa). Ia mengajak dua ''etats'' lainnya untuk ikut serta, tetapi ajakannya ini tidak diindahkan.<ref>John Hall Stewart. ''A Documentary Survey of the French Revolution''. New York: Macmillan, 1951, hal. 86.</ref> ''Etats'' Ketiga yang sekarang menjadi lebih radikal mendeklarasikan diri sebagai [[Majelis Nasional (Revolusi Prancis)|Majelis Nasional]], majelis yang bukan berasal dari ''etats'', tetapi dari golongan "Rakyat". Mereka mengajak yang lainnya untuk bergabung, tetapi menegaskan bahwa "dengan atau tanpa bantuan, mereka tetap akan mengatasi permasalahan bangsa."<ref>Schama 2004, hal.303</ref>
 
Dalam upayanya untuk tetap mengontrol dan mencegah Majelis mengadakan pertemuan, Louis XVI memerintahkan penutupan Salle des États, tempat Majelis biasanya mengadakan pertemuan. Di saat yang bersamaan, cuaca tidak memungkinkan Majelis untuk menggelar pertemuan di luar ruangan, sehingga Majelis pada akhirnya memindahkan pertemuan mereka ke sebuah lapangan [[tenis]] dalam ruangan. Di tempat ini, mereka mengambil [[Sumpah Lapangan Tenis]] pada 20 Juni 1789, yang menyatakan bahwa Majelis tidak akan berpisah hingga mereka bisa memberikan sebuah [[konstitusi]] bagi Prancis.<ref name="Schama">Schama 2004, hal.312</ref>
 
Mayoritas perwakilan pendeta segera bergabung dengan Majelis, serta 47 orang dari kaum bangsawan. Pada tanggal 27 Juni, pihak kerajaan secara terang-terangan telah menunjukkan penentangannya terhadap Majelis, dan sejumlah besar pasukan militer mulai diterjunkan ke seantero [[Paris]] dan Versailles. Dukungan bagi Majelis juga mengalir dari warga Paris dan dari kota-kota lainnya di Prancis. Pada tanggal 9 Juli, majelis itu disusun kembali menjadi [[Majelis Konstituante Nasional]].<ref name="Schama" />
 
== Majelis Konstituante Nasional (1789–1791) ==
{{Main|Majelis Konstituante Nasional}}
 
=== Penyerbuan Bastille ===
{{Main|Penyerbuan Bastille}}
 
Penyerbuan Bastille menjadi pertanda dimulainya Revolusi Perancis''.''<ref>{{Cite news|title=Sejarah Revolusi Perancis Bermula dari Penyerbuan Penjara Bastille|url=https://tirto.id/sejarah-revolusi-perancis-bermula-dari-penyerbuan-penjara-bastille-cN53|work=[[Tirto|Tirto.id]]|language=id|access-date=2020-08-31}}</ref> Setelah sidang parlemen, Louis XVI justru melakukan blunder dengan memecat Menteri Keuangan Jacques Necker. Sementara itu, Necker semakin dimusuhi oleh keluarga kerajaan Prancis karena dianggap memanipulasi opini publik secara terang-terangan. Ratu [[Marie Antoinette]], adik Raja [[Charles X dari Prancis|Comte d'Artois]], dan anggota konservatif lainnya dari [[dewan privy]] mendesak Raja agar memecat Necker sebagai penasihat keuangan. Pada 11 Juli 1789, setelah Necker menerbitkan laporan keuangan pemerintah kepada publik, Raja memecatnya, dan segera merestrukturisasi kementerian keuangan tidak lama berselang.<ref>Schama 2004, hal.317</ref>
 
Kebanyakan warga Paris menganggap bahwa tindakan Louis secara tak langsung ditujukan pada Majelis dan segera memulai pemberontakan terbuka setelah mereka mendengar kabar tersebut pada keesokan harinya. Mereka juga khawatir terhadap banyaknya tentara{{ndash}}kebanyakan tentara asing{{ndash}}yang ditugaskan untuk menutup Majelis Konstituante Nasional. Dalam sebuah pertemuan di Versailles, Majelis bersidang secara non-stop untuk berjaga-jaga jika nanti tempat pertemuan digusur secara tiba-tiba. Paris dengan cepat dipenuhi oleh berbagai kerusuhan, kekacauan, dan penjarahan. Massa juga mendapat dukungan dari beberapa [[Gardes Françaises|Garda Prancis]] yang dipersenjatai dan dilatih sebagai tentara.<ref>Schama 2004, hal.331</ref>
[[Berkas:Declaration of Human Rights.jpg|jmpl|[[Deklarasi Hak Asasi Manusia dan Warga Negara]], 26 Agustus 1789.]]
 
Pada tanggal [[14 Juli]], para pemberontak mengincar sejumlah besar senjata dan amunisi di benteng dan penjara [[Bastille]], yang juga dianggap sebagai simbol kekuasaan monarki. Setelah beberapa jam pertempuran, benteng jatuh ke tangan pemberontak pada sore harinya. Meskipun terjadi gencatan senjata untuk mencegah pembantaian massal, Gubernur Marquis [[Bernard de Launay]] dipukuli, ditusuk, dan dipenggal, kepalanya diletakkan di ujung tombak dan diarak ke sekeliling kota. Walaupun hanya menahan tujuh tahanan (empat pencuri, dua bangsawan yang ditahan karena tindakan tak bermoral, dan seorang tersangka pembunuhan), Bastille telah menjadi simbol kebencian terhadap ''[[Ancien Régime]]''. Di [[Hôtel de Ville, Paris|Hôtel de Ville]] (balai kota), massa menuduh ''[[Provost (sipil)|prévôt des marchands]]'' (setara dengan wali kota) [[Jacques de Flesselles]] sebagai pengkhianat, dan membantainya.<ref>Schama 2004, hal.344</ref>
 
Raja Louis yang khawatir dengan tindak kekerasan terhadapnya mundur untuk sementara waktu. [[Marquis de la Fayette]] mengambilalih komando Garda Nasional di Paris. [[Jean-Sylvain Bailly]], presiden Majelis pada saat [[Sumpah Lapangan Tenis]], menjadi wali kota di bawah struktur pemerintahan baru yang dikenal dengan [[komune]]. Raja mengunjungi Paris pada tanggal 17 Juli dan menerima sebuah simpul pita [[Bendera Prancis|triwarna]], diiringi dengan teriakan ''Vive la Nation'' ("Hidup Bangsa") dan ''Vive le Roi'' ("Hidup Raja").<ref>Schama 2004, hal.357</ref>
 
Necker kembali menduduki jabatannya, tetapi kejayaannya berumur pendek. Necker memang seorang ahli keuangan yang cerdik, tetapi sebagai politisi, ia kurang terampil. Necker dengan cepat kehilangan dukungan rakyat setelah menuntut amnesti umum.<ref>Schama 2004, hal.248</ref>
 
Setelah kemenangan Majelis, situasi di Prancis masih tetap memburuk. Kekerasan dan penjarahan terjadi di seantero negeri. Kaum bangsawan yang mengkhawatirkan keselamatan mereka berbondong-bondong pindah ke negara tetangga. Dari negara-negara tersebut, para ''[[émigré]]'' ini mendanai kelompok-kelompok kontra-revolusi di Prancis dan mendesak monarki asing untuk memberikan dukungan pada [[kontra-revolusi]].<ref>Lefebvre, hal.187–188.</ref>
 
Pada akhir Juli, semangat [[kedaulatan rakyat]] telah menyebar di seluruh Prancis. Di daerah pedesaan, rakyat jelata mulai membentuk milisi dan mempersenjatai diri melawan invasi asing: beberapa di antaranya menyerang [[chateau|châteaux]] kaum bangsawan sebagai bagian dari pemberontakan agraria umum yang dikenal dengan ''"la Grande Peur"'' ("[[Ketakutan Besar]]"). Selain itu, rumor liar dan paranoia kolektif menyebabkan meluasnya kerusuhan dan kekacauan sipil yang berkontribusi terhadap runtuhnya hukum dan kacaunya ketertiban.<ref>Hibbert, 93</ref>
 
=== Perumusan konstitusi baru ===
 
Pada tanggal 4 Agustus 1789, Majelis Konstituante Nasional menghapuskan [[feodalisme]] (meskipun pada saat itu telah terjadi pemberontakan petani yang hampir mengakhiri feodalisme). Keputusan ini dituangkan dalam dokumen yang dikenal dengan [[Dekret Agustus]], yang menghapuskan seluruh hak istimewa kaum ''Estate'' Kedua dan hak ''[[:wikt:tithe|dîme]]'' (menerima zakat) yang dimiliki oleh ''Estate'' Pertama. Hanya dalam waktu beberapa jam, bangsawan, pendeta, kota, provinsi, dan perusahaan kehilangan hak-hak istimewanya.<ref>{{Cite book|last=Stone|first=Bailey|date=1994|title=The Genesis of the French Revolution: A Global Historical Interpretation|url=https://archive.org/details/genesisoffrenchr0000ston_k4x0|location=Cambridge|publisher=Cambridge University Press|pages=[https://archive.org/details/genesisoffrenchr0000ston_k4x0/page/196 196]-235|chapter=The onset of revolution: from August 1788 to October 1789|url-status=live}}</ref>
 
Pada tanggal 26 Agustus 1789, Majelis menerbitkan [[Deklarasi Hak Asasi Manusia dan Warga Negara]], yang memuat pernyataan prinsip, bukannya konstitusi dengan efek hukum. Majelis Konstituante Nasional tidak hanya berfungsi sebagai [[legislatif]], tetapi juga sebagai [[Majelis konstituen|badan untuk menyusun konstitusi baru]].{{butuh rujukan}}
 
Necker, Mounier, Lally-Tollendal dan yang lainnya tidak berhasil mencapai kesepakatan dengan senat, yang keanggotaannya ditunjuk oleh Raja dan dicalonkan oleh rakyat. Sebagian besar bangsawan mengusulkan agar [[majelis tinggi]] dipilih oleh kaum bangsawan. Sidang segera dilakukan pada hari itu, yaang memutuskan bahwa Prancis akan memiliki majelis tunggal dan unikameral. Kekuasaan Raja terbatas hanya untuk "menangguhkan [[veto]]"; ia bisa menunda implementasi undang-undang, tetapi tidak bisa membatalkannya. Pada akhirnya, Majelis menggantikan [[Provinsi di Prancis|provinsi]] bersejarah di Prancis dengan 83 ''départements,'' yang dikelola secara seragam menurut daerah dan jumlah penduduk.{{butuh rujukan}}
 
Di tengah kegiatan Majelis yang disibukkan dengan urusan konstitusional, krisis keuangan terus berlanjut, sebagian besarnya belum terselesaikan, dan [[defisit]] negara semakin meningkat. [[Honoré Gabriel Riqueti, comte de Mirabeau|Honoré Mirabeau]] kemudian memimpin gerakan untuk mengatasi permasalahan ini, dan Majelis memberi Necker hak penuh untuk mengelola keuangan negara.{{butuh rujukan}}
 
=== Mars perempuan di Versailles ===
{{Main|Mars perempuan di Versailles}}
[[Berkas:Women's March on Versailles01.jpg|jmpl|264px|Lukisan Mars perempuan di Versailles, 5 Oktober 1789.]]
 
Dipicu oleh rumor telah diinjak-injaknya simpul pita nasional saat penerimaan pengawal Raja pada tanggal 1 Oktober 1789, kerumunan perempuan mulai berkumpul di pasar Paris pada tanggal 5 Oktober 1789. Kerumunan pertama berbaris menuju [[Hôtel de Ville, Paris|Hôtel de Ville]], menuntut agar pejabat kota segera menindak permasalahan mereka.<ref>Doyle 1989, hal.121</ref> Para perempuan ini mencurahkan segala permasalahan ekonomi yang mereka hadapi, terutama masalah kekurangan roti. Mereka juga menuntut agar kerajaan menghentikan upayanya dalam memblokir Majelis Nasional, dan menyerukan agar Raja dan keluarganya segera pindah ke Paris sebagai bentuk itikad baik dalam mengatasi kemiskinan yang semakin meluas.
 
Karena mendapatkan respon yang tidak memuaskan dari pejabat kota, sebanyak 7.000 wanita bergerak menuju Versailles dengan membawa [[meriam]] dan berbagai senjata ringan. Sekitar 20.000 pasukan Garda Nasional di bawah komando La Fayette ditugaskan untuk mengawasi jalannya protes, tetapi situasi menjadi tidak terkendali. Massa yang marah menyerbu istana, membunuh beberapa penjaga. La Fayette akhirnya berhasil membujuk Raja untuk menyetujui permintaan massa, dan Raja beserta keluarganya bersedia untuk kembali ke Paris. Pada tanggal 6 Oktober 1789, Raja dan keluarga kerajaan pindah dari Versailles ke Paris di bawah "perlindungan" dari Garda Nasional.<ref>Doyle 1989, hal.122</ref>
 
=== Revolusi dan Gereja ===
{{Main|Dekristenisasi Prancis selama Revolusi Prancis|Konstitusi Sipil Pendeta}}
[[Berkas:Decret de l'Assemblée National qui supprime les Ordres Religieux et Religieuses.jpg|jmpl|Dalam karikatur ini, biarawan dan biarawati menikmati kebebasan mereka setelah dekret 16 Februari 1790.]]
 
Revolusi ini menyebabkan perubahan besar kekuasaan, dari yang sebelumnya dikuasai oleh [[Gereja Katolik Roma]] menjadi dikuasai negara. Berdasarkan ''[[Ancien Régime]]'', Gereja menjadi pemilik tanah terbesar di Prancis, memiliki sekitar 10% tanah kerajaan.<ref name="ReferenceA">Censer and Hunt, Liberty, Equality, Fraternity: Exploring the French Revolution, 4.</ref> Gereja dibebaskan dari kewajiban membayar pajak kepada pemerintah, dan juga berhak menerima ''dîme'' ([[zakat]]) 10% dari [[pajak penghasilan]], sering kali dikumpulkan dalam bentuk bahan pangan, dan hanya sebagian kecil dari ''dîme'' tersebut yang diberikan kepada masyarakat miskin.<ref name="ReferenceA"/> Kekuatan dan kekayaan Gereja yang begitu besar telah menimbulkan kebencian dari beberapa kelompok. Kelompok minoritas penganut [[Protestan]] yang tinggal di Prancis seperti [[Huguenots]], menginginkan rezim yang anti-Katolik dan berhasrat untuk membalas dendam kepada para pendeta yang melakukan diskriminasi terhadap mereka. Pemikir Pencerahan seperti [[Voltaire]] membantu mengobarkan semangat anti-Katolik dengan merendahkan Gereja Katolik dan mendestabilisasi monarki Prancis.<ref>Censer and Hunt, Liberty, Equality, Fraternity: Exploring the French Revolution, 16.</ref> Menurut sejarawan [[John McManners]], "Pada abad kedelapan belas, takhta Prancis dan altar berhubungan erat; dan hubungan ini runtuh..."<ref>John McManners, The French Revolution and the Church, 5.</ref>
 
Kebencian terhadap Gereja melemah kekuatannya saat dibukanya pertemuan ''Etats-Généraux'' pada bulan Mei 1789. Gereja memiliki sekitar 130.000 anggota pendeta dalam ''Etats'' Pertama. Ketika [[Majelis Nasional (Revolusi Prancis)|Majelis Nasional]] didirikan pada bulan Juni 1789 oleh ''Etats'' Ketiga, para pendeta memilih untuk bergabung dengan Majelis.<ref>John McManners, The French Revolution and the Church, 50, 4.</ref> Majelis Nasional mulai memberlakukan reformasi sosial dan ekonomi. Undang-undang baru pada tanggal 4 Juli 1789 menghapuskan kewenangan gereja untuk memungut zakat. Dalam upayanya untuk mengatasi krisis keuangan, pada tanggal 2 November 1789, Majelis memutuskan bahwa properti Gereja menjadi "milik negara".<ref>National Assembly legislation cited in John McManners, The French Revolution and the Church, 27.</ref> Properti ini digunakan untuk mendukung peredaran mata uang baru, [[assignats]]. Dengan demikian, mulai saat itu keberlangsungan Gereja juga menjadi tanggungjawab negara, termasuk membayar para pendeta untuk merawat orang-orang miskin, orang sakit, dan yatim piatu.<ref>John McManners, The French Revolution and the Church, 27.</ref> Pada bulan Desember, Majelis mulai menjual tanah-tanah milik Gereja kepada penawar tertinggi untuk meningkatkan pendapatan negara. Hal ini efektif menaikkan nilai assignats sebesar 25% dalam waktu dua tahun.<ref name="ReferenceB">Censer and Hunt, Liberty, Equality, Fraternity: Exploring the French Revolution, 61.</ref> Pada musim gugur 1789, undang-undang baru yang menghapuskan [[sumpah monastik]] dirumuskan, dan pada 13 Februari 1790, semua ordo keagamaan dibubarkan.<ref>Emmet Kennedy, A Cultural History of the French Revolution, 148.</ref> Para [[biarawan]] dan [[biarawati]] disarankan untuk kembali ke kehidupan pribadi mereka, dan beberapa di antaranya akhirnya menikah.<ref name="ReferenceC">Censer and Hunt, Liberty, Equality, Fraternity: Exploring the French Revolution, 92.</ref>
 
[[Konstitusi Sipil Pendeta]], yang disahkan pada tanggal 12 Juli 1790, menetapkan bahwa pendeta adalah pekerja negara. Keputusan ini membentuk sistem pemilihan pastor dan uskup paroki, serta menetapkan upah bagi para pendeta. Sebagian besar pendeta Katolik keberatan dengan sistem pemilihan ini karena hal itu berarti bahwa mereka secara efektif menolak otoritas [[Paus (Katolik Roma)|Paus]] di Roma atas Gereja Prancis. Akhirnya, pada bulan November 1790, Majelis Nasional mulai mewajibkan "sumpah setia pada Konstitusi Sipil" bagi semua pendeta Katolik.<ref name="ReferenceC"/> Hal ini menyebabkan timbulnya perpecahan antara pendeta yang mengambil sumpah dengan pendeta yang tetap setia kepada Paus. Secara keseluruhan, 24% dari semua pendeta di Prancis telah mengambil sumpah.<ref>Emmet Kennedy, A Cultural History of the French Revolution, 151.</ref> Pendeta yang menolak bersumpah setia pada konstitusi akan "dibuang, dideportasi secara paksa, atau dieksekusi dengan tuduhan pengkhianat."<ref name="ReferenceB"/> [[Paus Pius VI]] tidak pernah mengakui Konstitusi Sipil Pendeta ini, yang berakibat pada semakin terisolasinya Gereja Prancis. Selama [[Pemerintahan Teror]], upaya besar-besaran de-Kristianisasi di Prancis terjadi, termasuk memenjarakan dan membantai para pendeta, serta pengrusakan Gereja dan gambar-gambar relijius di seluruh Prancis. Upaya untuk menggantikan kedudukan Gereja Katolik dilakukan, misalnya dengan mengganti festival agama dengan festival sipil. Pembentukan [[Kultus Akal Budi]] adalah langkah terakhir dalam de-Kristenisasi radikal di Prancis. Peristiwa ini menyebabkan munculnya kekecewaan dan penentangan terhadap Revolusi di seluruh Prancis. Warga sering kali menolak de-Kristenisasi dengan cara menyerang agen revolusioner dan menyembunyikan pendeta yang sedang diburu. Pada akhirnya, [[Maximilien Robespierre|Robespierre]] dan [[Komite Keamanan Publik]] dipaksa untuk menentang kampanye dengan menggantikan Kultus Akal Budi yang bersifat [[deisme|deistik]], walaupun masih non-Kristen.<ref>Censer and Hunt, Liberty, Equality, Fraternity: Exploring the French Revolution, 92–94.</ref> [[Konkordat 1801]] antara Napoleon dan Gereja mengakhiri periode de-Kristenisasi dan mulai membentuk aturan-aturan yang mengatur mengenai hubungan antara Gereja Katolik dengan negara, yang tetap berlaku hingga tahun 1905, kemudian diubah oleh [[Republik Ketiga Prancis|Republik Ketiga]] dengan memisahkan urusan Gereja dengan urusan negara pada tanggal 11 Desember 1905. Penganiayaan terhadap pendeta menyebabkan munculnya gerakan-gerakan kontra-revolusi, yang berpuncak dalam [[Perang Vendee|Pemberontakan Vendee]].
 
<!--
'''Revolusi Prancis''' adalah masa dalam [[sejarah Prancis]] antara tahun [[1789]] dan [[1799]] di mana para [[demokrasi|demokrat]] dan pendukung [[republikanisme]] menjatuhkan [[monarki absolut]] di [[Prancis]] dan memaksa [[Gereja Katolik Roma]] menjalani restrukturisasi yang radikal.
 
Meski Prancis kemudian akan berganti sistem antara [[republik]], [[kekaisaran]], dan [[monarki]] selama 1 bulan setelah [[Republik Pertama Prancis]] jatuh dalam [[kudeta]] yang dilakukan oleh [[Napoleon Bonaparte]], revolusi ini dengan jelas mengakhiri ''ancien régime'' ([[bahasa Indonesia]]: Rezim Lama; merujuk kepada kekuasaan dinasti seperti [[Valois]] dan [[Bourbon]]) dan menjadi lebih penting daripada revolusi-revolusi berikutnya yang terjadi di Prancis.{{butuh rujukan}}
 
== Penyebab ==
Banyak faktor yang menyebabkan revolusi ini. Salah satu di antaranya adalah karena sikap orde yang lama terlalu kaku dalam menghadapi dunia yang berubah. Penyebab lainnya adalah karena ambisi yang berkembang dan dipengaruhi oleh ide [[Pencerahan]] dari kaum [[borjuis]], kaum petani, para buruh, dan individu dari semua kelas yang merasa disakiti. Sementara revolusi berlangsung dan kekuasaan beralih dari monarki ke badan [[legislatif]], kepentingan-kepentingan yang berbenturan dari kelompok-kelompok yang semula bersekutu ini kemudian menjadi sumber konflik dan pertumpahan darah.
 
Sebab-sebab Revolusi Prancis mencakup hal-hal di bawah ini:
* Kemarahan terhadap [[absolutisme politik|absolutisme]] kerajaan.
* Kemarahan terhadap [[sistem seigneurialisme]] di kalangan kaum petani, para buruh, dan sampaidan—sampai batas tertentu, kaumtertentu—kaum borjuis.
* Bangkitnya gagasan-gagasan [[Pencerahan]]
* [[Utang]] nasional yang tidak terkendali, yang disebabkan dan diperparah oleh sistem [[pajak]] yang tak seimbang.
* Situasi ekonomi yang buruk, sebagian disebabkan oleh keterlibatan PerancisPrancis dan bantuan terhadap [[Revolusi Amerika]].
* Kelangkaan [[makanan]] dipada bulan-bulan menjelang revolusi.
* Kemarahan terhadap hak-hak istimewa kaum bangsawan dan dominasi dalam kehidupan publik oleh kelas profesional yang ambisius.
* Kebencian terhadap intoleransi agama.
* Kegagalan Louis XVI untuk menangani gejala-gejala ini secara efektif.
 
Aktivitas proto-revolusioner bermula ketika raja Prancis [[Louis XVI dari Prancis|Louis XVI]] (memerintah [[1774]]-[[1792]]) menghadapi krisis dana kerajaan. Keluarga raja Prancis, yang secara keuangan sama dengan negara Prancis, memiliki utang yang besar. Selama pemerintahan [[Louis XV dari Prancis|Louis XV]] ([[1715]]-[[1774]]) dan Louis XVI sejumlah menteri, termasuk [[Anner Robert Jacques Turgot, Baron de Laune|Turgot]] (Pengawas Keuangan Umum [[1774]]-[[1776]]) dan [[Jacques Necker]] (Direktur-Jenderal Keuangan [[1777]]-[[1781]]), mengusulkan sistem perpajakan Prancis yang lebih seragam, tetapi gagal. Langkah-langkah itu mendapatkan tantangan terus-menerus dari ''[[parlement]]'' (pengadilan hukum), yang didominasi oleh "Para Bangsawan", yang menganggap diri mereka sebagai pengawal nasional melawan pemerintahan yang sewenang-wenang, dan juga dari fraksi-fraksi pengadilan. Akibatnya, kedua menteri itu akhirnya diberhentikan. [[Charles Alexandre de Calonne]], yang menjadi Pengawas Umum Keuangan pada [[1783]], mengembangkan strategi pengeluaran yang terbuka sebagai cara untuk meyakinkan calon kreditur tentang kepercayaan dan stabilitas keuangan Prancis.
[[Gambar:Taking of the Bastille.jpg|right|350px|thumb|Penyerbuan penjara Bastille, 14 Juli 1789]]
 
Namun, setelah Callone melakukan peninjauan yang mendalam terhadap situasi keuangan Prancis, menetapkan bahwa hal itu tidak mungkin dilakukan, dan karenanya ia mengusulkan [[pajak tanah]] yang seragam sebagai cara untuk memperbaiki keuangan Prancis dalam jangka panjang. Dalam jangka pendek, dia berharap bahwa dukungan dari Dewan Kaum Terkemuka yang dipilih raja akan mengemalikan kepercayaan akan keuangan Prancis, dan dapat memberikan pinjaman hingga pajak tanah mulai memberikan hasilnya dan memungkinkan pembayaran kembali dari utang tersebut.
Aktivitas proto-revolusioner bermula ketika raja Perancis [[Louis XVI dari Perancis|Louis XVI]] (memerintah [[1774]]-[[1792]]) menghadapi krisis dana kerajaan. Keluarga raja Perancis, yang secara keuangan sama dengan negara Perancis, memiliki utang yang besar. Selama pemerintahan [[Louis XV dari Perancis|Louis XV]] ([[1715]]-[[1774]]) dan Louis XVI sejumlah menteri, termasuk [[Anner Robert Jacques Turgot, Baron de Laune|Turgot]] (Pengawas Keuangan Umum [[1774]]-[[1776]]) dan [[Jacques Necker]] (Direktur-Jenderal Keuangan [[1777]]-[[1781]]), mengusulkan sistem perpajakan Perancis yang lebih seragam, namun gagal. Langkah-langkah itu mendapatkan tantangan terus-menerus dari ''[[parlement]]'' (pengadilan hukum), yang didominasi oleh "Para Bangsawan", yang menganggap diri mereka sebagai pengawal nasional melawan pemerintahan yang sewenang-wenang, dan juga dari fraksi-fraksi pengadilan. Akibatnya, kedua menteri itu akhirnya diberhentikan. [[Charles Alexandre de Calonne]], yang menjadi Pengawas Umum Keuangan pada [[1783]], mengembangkan strategi pengeluaran yang terbuka sebagai cara untuk meyakinkan calon kreditur tentang kepercayaan dan stabilitas keuangan Perancis.
 
Meskipun Callone meyakinkan raja akan pentingnya pembaharuannya, Dewan Kaum Terkemuka menolak untuk mendukung kebijakannya, dan berkeras bahwa hanya lembaga yang betul-betul representatif, seyogyanya ''[[Estates-General]]'' (wakil-wakil berbagai golongan) Kerajaan, dapat menyetujui pajak baru. Raja, yang melihat bahwa Callone akan menjadi masalah baginya, memecatnya dan menggantikannya dengan [[Étienne Charles de Loménie de Brienne]], Uskup Agung Toulouse, yang merupakan pemimpin oposisi di Dewan. Brienne sekarang mengadopsi pembaruan menyeluruh, memberikan berbagai hak sipil (termasuk kebebasan beribadah kepada kaum Protestan), dan menjanjikan pembentukan ''Etats-Généraux'' dalam lima tahun, tetapi ssementara itu juga mencoba melanjutkan rencana Calonne. Ketika langkah-langkah ini ditentang di ''Parlement'' Paris (sebagian karena Raja tidak bijaksana), Brienne mulai menyerang, mencoba membubarkan seluruh "parlement" dan mengumpulkan pajak baru tanpa peduli terhadap mereka. Ini menyebabkan bangkitnya perlawanan massal di banyak bagian di Prancis, termasuk "Day of the Tiles" yang terkenal di [[Grenoble]]. Yang lebih penting lagi, kekacauan di seluruh Prancis meyakinkan para kreditor jangka-pendek. Keuangan Prancis sangat tergantung pada mereka untuk mempertahankan kegiatannya sehari-hari untuk menarik pinjaman mereka, menyebabkan negara hampir bangkrut, dan memaksa Louis dan Brienne untuk menyerah.
Namun, setelah Callone melakukan peninjauan yang mendalam terhadap situasi keuangan Perancis, menetapkan bahwa hal itu tidak mungkin dilakukan, dan karenanya ia mengusulkan [[pajak tanah]] yang seragam sebagai cara untuk memperbaiki keuangan Perancis dalam jangka panjang. Dalam jangka pendek, dia berharap bahwa dukungan dari Dewan Kaum Terkemuka yang dipilih raja akan mengemalikan kepercayaan akan keuangan Perancis, dan dapat memberikan pinjaman hingga pajak tanah mulai memberikan hasilnya dan memungkinkan pembayaran kembali dari utang tersebut.
 
Meskipun Callone meyakinkan raja akan pentingnya pembaharuannya, Dewan Kaum Terkemuka menolak untuk mendukung kebijakannya, dan berkeras bahwa hanya lembaga yang betul-betul representatif, seyogyanya ''[[Estates-General]]'' (wakil-wakil berbagai golongan) Kerajaan, dapat menyetujui pajak baru. Raja, yang melihat bahwa Callone akan menjadi masalah baginya, memecatnya dan menggantikannya dengan [[Étienne Charles de Loménie de Brienne]], Uskup Agung Toulouse, yang merupakan pemimpin oposisi di Dewan. Brienne sekarang mengadopsi pembaruan menyeluruh, memberikan berbagai hak sipil (termasuk kebebasan beribadah kepada kaum Protestan), dan menjanjikan pembentukan ''Etats-Généraux'' dalam lima tahun, tetapi ssementara itu juga mencoba melanjutkan rencana Calonne. Ketika langkah-langkah ini ditentang di ''Parlement'' Paris (sebagian karena Raja tidak bijaksana), Brienne mulai menyerang, mencoba membubarkan seluruh "parlement" dan mengumpulkan pajak baru tanpa peduli terhadap mereka. Ini menyebabkan bangkitnya perlawanan massal di banyak bagian di Perancis, termasuk "Day of the Tiles" yang terkenal di [[Grenoble]]. Yang lebih penting lagi, kekacauan di seluruh Perancis meyakinkan para kreditor jangka-pendek. Keuangan Prancis sangat tergantung pada mereka untuk mempertahankan kegiatannya sehari-hari untuk menarik pinjaman mereka, menyebabkan negara hampir bangkrut, dan memaksa Louis dan Brienne untuk menyerah.
 
Raja setuju pada [[8 Agustus]] [[1788]] untuk mengumpulkan ''Estates-General'' pada Mei [[1789]] untuk pertama kalinya sejak [[1614]]. Brienne mengundurkan diri pada [[25 Agustus]] [[1788]], dan Necker kembali bertanggung jawab atas keuangan nasional. Dia menggunakan posisinya bukan untuk mengusulkan langkah-langkah pembaruan yang baru, melainkan untuk menyiapkan pertemuan wakil-wakil nasional.
Baris 30 ⟶ 155:
== Sejarah ==
=== Etats-Généraux 1789 ===
''Untuk {{untuk|penjelasan lebih terinci mengenai peristiwa-peristiwa pada [[8 Agustus]] [[1788]]- [[17 Juni]] [[1789]], lihat [[|Etats-Généraux 1789]]''}}
 
Pembentukan ''Etats-Généraux'' menyebabkan berkembangnya keprihatinan pada pihak oposisi bahwa pemerintah akan berusaha seenaknya membentuk sebuah Dewan sesuai keinginannya. Untuk menghindarinya, ''Parlement'' Paris, setelah kembali ke kota dengan kemenangan, mengumumkan bahwa ''Etats-Généraux'' harus dibentuk sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dalam pertemuan sebelumnya. Meskipun kelihatannya para politikus tidak memahami "ketentuan-ketentuan 1614" ketika mereka membuat keputusan ini, hal ini membangkitkan kehebohan. Estates [[1614]] terdiri dari jumlah wakil yang sama dari setiap kelompok dan pemberian suara dilakukan menurut urutan, yaitu [[Kelompok Pertama]] (para rohaniwan), [[Kelompok Kedua]] (para bangsawan), dan [[Kelompok Ketiga]] (lain-lain), masing-masing mendapatkan satu suara.
 
Segera setelah itu, "Komite Tiga Puluh", sebuah badan yang terdiri atas
penduduk Paris yang liberal, mulai melakukan agitasi melawannya, menuntut agar Kelompok Ketiga digandakan dan pemungutan suara dilakukan per kepala (seperti yang telah dilakukan dalam berbagai dewan perwakilan daerah). Necker, yang berbicara untuk pemerintah, mengakui lebih jauh bahwa Kelompok Ketiga harus digandakan, tetapi masalah pemungutan suara per kepala harus diserahkan kepada pertemuan Etats sendiri. Namun kemarahan yang dihasilkan oleh pertikaian itu tetap mendalam, dan pamflet-pamflet, seperti tulisan [[Abbé Sieyès]] ''Apakah Kelompok Ketiga itu?'' yang berpendapat bahwa ordo-ordo yang memiliki hak-hak istimewa adalah parasit, dan Kelompok Ketiga adalah bangsa itu sendiri, membuat kemarahan itu tetap bertahan.
 
Ketika Etats-Généraux bertemu di [[Versailles]] pada [[5 Mei]] [[1789]], pidato-pidato panjang oleh Necker dan Lamoignon, yang bertugas menyimpan meterai, tidak banyak membantu untuk memberikan bimbingan kepada para wakil, yang dikembalikan ke tempat-tempat pertemuan terpisah untuk membuktikan kredensi para panggotanya. Pertanyaan tentang apakah pemilihan suara akhirnya akan dilakukan per kepala atau diambil dari setiap orde sekali lagi disingkirkan untuk sementara waktu, tetapi Kelompok Ketiga kini menuntut agar pembuktian kredensi itu sendiri harus dilakukan sebagai kelompok. Namun, perundingan-perundingan dengan kelompok-kelompok lain untuk mencapai hal ini tidak berhasil, karena kebanyakan rohaniwan dan kaum bangsawan tetap mendukung pemungutan suara yang diwakili oleh setiap orde.
 
=== Majelis Nasional ===
{{Untuk|gambaran lebih jelas tentang peristiwa [[17 Juni]] - [[9 Juli]] [[1789]]|Majelis Nasional (Revolusi)}}
 
Pada tanggal [[28 Mei]] 1789, Romo [[Emmanuel Joseph Sieyès|Sieyès]] memindahkan Estate Ketiga itu, kini bertemu sebagai ''Communes'' (bahasa Indonesia: "Majelis Perwakilan Rendah"), memulai pembuktian kekuasaannya sendiri dan mengundang 2 estate lainnya untuk ambil bagian, tetapi bukan untuk menunggu mereka. Mereka memulai untuk berbuat demikian, menyelesaikan proses itu pada tanggal [[17 Juni]]. Lalu mereka mengusulkan langkah yang jauh lebih radikal, menyatakan diri sebagai [[Majelis Nasional (Revolusi Prancis)|Majelis Nasional]], majelis yang bukan dari estate namun dari "rakyat". Mereka mengundang golongan lain untuk bergabung dengan mereka, tetapi kemudian nampak jelas bahwa mereka cenderung memimpin urusan luar negeri dengan atau tanpa mereka.
 
Louis XVI menutup Salle des États di mana majelis itu bertemu. Majelis itu memindahkan pertemuan ke lapangan tenis raja, di mana mereka mereka mulai mengucapkan [[Sumpah Lapangan Tenis]] ([[20 Juni]] 1789), di mana mereka setuju untuk tidak berpisah hingga bisa memberikan sebuah [[konstitusi]] untuk Prancis. Mayoritas perwakilan dari pendeta segera bergabung dengan mereka, begitupun 57 anggota bangsawan. Dari tanggal [[27 Juni]] kumpulan kerajaan telah menyerah pada lahirnya, meski militer mulai tiba dalam jumlah besar di sekeliling [[Paris]] dan Versailles. Pesan dukungan untuk majelis itu mengalir dari Paris dan kota lainnya di Prancis. Pada tanggal [[9 Juli]], majelis itu disusun kembali sebagai [[Majelis Konstituante Nasional]].
Ketika Etats-Généraux bertemu di [[Versailles]] pada [[5 Mei]] [[1789]], pidato-pidato panjang oleh Necker dan Lamoignon, yang bertugas menyimpan meterai, tidak banyak membantu untuk memberikan bimbingan kepada para wakil, yang dikembalikan ke tempat-tempat pertemuan terpisah untuk membuktikan kredensi para panggotanya. Pertanyaan tentang apakah pemilihan suara akhirnya akan dilakukan per kepala atau diambil dari setiap orde sekali lagi disingkirkan untuk sementara waktu, namun Kelompok Ketiga kini menuntut agar pembuktian kredensi itu sendiri harus dilakukan sebagai kelompok. Namun, perundingan-perundingan dengan kelompok-kelompok lain untuk mencapai hal ini tidak berhasil, karena kebanyakan rohaniwan dan kaum bangsawan tetap mendukung pemungutan suara yang diwakili oleh setiap orde.
 
=== Majelis Konstituante Nasional ===
[[Berkas:Eugène Delacroix - La liberté guidant le peuple.jpg|right|thumb|[[Kemerdekaan Memimpin Rakyat]] ''(La liberté guidant le peuple)''.]]
 
<!--==== DewanSerbuan Nasionalke Bastille ====
{{Untuk|diskusi lebih jelas|Penyerbuan ke Bastille}}
[[Image:TennisCourtOath.jpg|thumb|right|Sketsa oleh [[Jacques-Louis David]] tentang Dewan Nasional yang mengambil Sumpah]]
 
Pada tanggal [[11 Juli]] 1789, Raja Louis, yang bertindak di bawah pengaruh bangsawan konservatif dari [[dewan kakus umum]]nya, begitupun permaisurinya [[Marie Antoinette]], dan saudaranya [[Charles X dari Prancis|Comte d'Artois]], membuang menteri reformis Necker dan merekonstruksi kementerian secara keseluruhan. Kebanyakan rakyat Paris, yang mengira inilah mulainya kup kerajaan, turut ke huru-hara terbuka. Beberapa anggota militer bergabung dengan khalayak; lainnya tetap netral.
''For a more detailed description of the events of [[June 17]] [[1789]] - [[July 9]] [[1789]], see [[National Assembly (French Revolution)|National Assembly]]''
 
Pada tanggal [[14 Juli]] 1789, setelah pertempuran 4 jam, massa menduduki [[penjara]] [[Bastille]], membunuh gubernur, Marquis [[Bernard de Launay]], dan beberapa pengawalnya. Walaupun orang Paris hanya membebaskan 7 tahanan; 4 pemalsu, 2 orang gila, dan seorang penjahat seks yang berbahaya, Bastille menjadi simbol potensial bagi segala sesuatu yang dibenci pada masa ''[[ancien régime]]''. Kembali ke [[Hôtel de Ville, Paris|Hôtel de Ville]] (balai kota), massa mendakwa ''[[Provost (sipil)|prévôt]] des marchands'' (seperti wali kota) [[Jacques de Flesselles]] atas pengkhianatan; pembunuhan terhadapnya terjadi ''dalam perjalanan'' ke sebuah pengadilan pura-pura di [[Palais Royal]].
On [[May 28]] 1789, the Abbé [[Emmanuel Joseph Sieyès|Sieyès]] moved that the Third Estate, now meeting as the ''Communes'' (English: "Commons"), proceed with verification of its own powers and invite the other two estates to take part, but not to wait for them. They proceeded to do so, completing the process on [[June 17]]. Then they voted a measure far more radical, declaring themselves the [[National Assembly (French Revolution)|National Assembly]], an assembly not of the Estates but of "the People". They invited the other orders to join them, but made it clear that they intended to conduct the nation's affairs with or without them.
 
Raja dan pendukung militernya mundur turun, setidaknya sejak beberapa waktu yang lalu. [[Marquis de la Fayette|Lafayette]] menerima komando Garda Nasional di Paris; [[Jean-Sylvain Bailly]], presiden Majelis Nasional pada masa [[Sumpah Lapangan Tenis]], menjadi wali kota di bawah struktur baru pemerintahan yang dikenal sebagai ''commune''. Raja mengunjungi Paris, di mana, pada tanggal [[27 Juli]], ia menerima kokade [[triwarna]], begitupun pekikan ''vive la Nation'' "Hidup Negara" diubah menjadi ''vive le Roi'' "Hidup Raja".
Louis XVI shut the Salle des États where the Assembly met. The Assembly moved their deliberations to the king's tennis court, where they proceeded to swear the [[Tennis Court Oath]] ([[June 20]], 1789), under which they agreed not to separate until they had given France a [[constitution]].A majority of the representatives of the clergy soon joined them, as did forty-seven members of the nobility. By [[June 27]] the royal party had overtly given in, although the military began to arrive in large numbers around [[Paris]] and Versailles. Messages of support for the Assembly poured in from Paris and other French cities. On [[July 9]], the Assembly reconstituted itself as the [[National Constituent Assembly]].
 
Namun, setelah kekacauan ini, para bangsawan, yang sedikit terjamin oleh rekonsiliasi antara raja dan rakyat yang nyata dan, seperti yang terbukti, sementara, mulai pergi dari negeri itu sebagai ''[[émigré]]'', beberapa dari mereka mulai merencanakan perang saudara di kerajaan itu dan menghasut koalisi Eropa menghadapi Prancis.
===The National Constituent Assembly===
[[Image:Eugène Delacroix - La liberté guidant le peuple.jpg|right|thumb|''[[Liberty Leading the People]]'']]
 
Necker, yang dipanggil kembali ke jabatannya, mendapatkan kemenangan yang tak berlangsung lama. Sebagai seorang pemodal yang cerdik namun bukan politikus yang lihai, ia terlalu banyak meminta dan menghasilkan amnesti umum, kehilangan sebagian besar dukungan rakyat dalam masa kemenangannya yang nyata.
====The storming of the Bastille====
''For a more detailed discussion, see [[Storming of the Bastille]]''
 
Menjelang akhir Juli huru-hara dan jiwa [[kedaulatan rakyat]] menyebar ke seluruh Prancis. Di daerah pedesaan, hal ini ada di tengah-tengah mereka: beberapa orang membakar akta gelar dan tak sedikit pun terdapat [[chateau|châteaux]], sebagai bagian pemberontakan petani umum yang dikenal sebagai "la Grande Peur" ([[Ketakutan Besar]]).
On [[July 11]] 1789, King Louis, acting under the influence of the conservative nobles of his [[privy council]], as well as his wife, [[Marie Antoinette]], and brother, the [[Charles X of France|Comte d'Artois]], banished the reformist minister Necker and completely reconstructed the ministry. Much of Paris, presuming this to be the start of a royal coup, moved into open rebellion. Some of the military joined the mob; others remained neutral.
 
==== Penghapusan feodalisme ====
On [[July 14]] 1789, after four hours of combat, the insurgents seized the [[Bastille]] [[prison]], killing the governor, Marquis [[Bernard de Launay]], and several of his guards. Although the Parisians released only seven prisoners; four forgers, two lunatics, and a dangerous sexual offender, the Bastille served as a potent symbol of everything hated under the ''[[ancien régime]]''. Returning to the [[Hôtel de Ville, Paris|Hôtel de Ville]] (city hall), the mob accused the ''[[Provost (civil)|prévôt]] des marchands'' (roughly, mayor) [[Jacques de Flesselles]] of treachery; his assassination took place ''en route'' to an ostensible trial at the [[Palais Royal]].
:''Untuk diskusi lebih rinci, lihat [[Revolusi Prancis dari penghapusan feodalisme ke Konstitusi Sipil Pendeta|Penghapusan feodalisme]].''
 
Pada tanggal [[4 Agustus]] 1789, Majelis Nasional menghapuskan [[feodalisme]], hak ketuanan Estate Kedua dan sedekah yang didapatkan oleh Estate Pertama. Dalam waktu beberapa jam, sejumlah bangsawan, pendeta, kota, provinsi, dan perusahaan kehilangan hak istimewanya.
The king and his military supporters backed down, at least for the time being. [[Marquis de la Fayette|Lafayette]] took up command of the National Guard at Paris; [[Jean-Sylvain Bailly]], president of the National Assembly at the time of the [[Tennis Court Oath]], became the city's mayor under a new governmental structure known as the ''commune''. The king visited Paris, where, on [[July 27]], he accepted a [[tricolore]] [[cockade]], as cries of ''vive la Nation'' "Long live the Nation" changed to ''vive le Roi'' "Long live the King".
 
Sementara akan ada tanda mundur, penyesalan, dan banyak argumen atas ''rachat au denier 30'' ("penebusan pada pembelian 30 tahun") yang dikhususkan dalam legislasi [[4 Agustus]], masalah masih mandek, meski proses penuh akan terjadi di 4 tahun yang lain.
Nonetheless, after this violence, nobles, little assured by the apparent and, as it proved, temporary reconciliation of king and people, started to flee the country as ''[[émigré]]s'', some of whom began plotting civil war within the kingdom and agitating for a European coalition against France.
 
==== Dekristenisasi ====
Necker, recalled to power, experienced but a short-lived triumph. An astute financier but a less astute politician, he overplayed his hand by demanding and obtaining a general amnesty, losing much of the people's favour in his moment of apparent triumph.
{{untuk|diskusi lebih jelas|Dekristenisasi Prancis selama Revolusi Prancis}}
 
Revolusi membawa perubahan besar-besaran pada kekuasaan dari [[Gereja Katolik Roma]] kepada negara. Legislasi yang berlaku pada tahun [[1790]] menghapuskan otoritas gereja untuk menarik [[pajak]] hasil bumi yang dikenal sebagai ''dîme'' (sedekah), menghapuskan hak khusus untuk pendeta, dan menyita kekayaan geraja; di bawah ''ancien régime'', gereja telah menjadi pemilik tanah terbesar di negeri ini. [[Konstitusi Sipil Pendeta|Legislasi berikutnya]] mencoba menempatkan pendeta di bawah negara, menjadikannya pekerja negeri. Tahun-tahun berikutnya menyaksikan penindasan penuh kekerasan terhadap para pendeta, termasuk penahanan dan pembantaian para [[pendeta]] di seluruh Prancis. [[Concordat 1801]] antara Napoleon dan gereja mengakhiri masa dekristenisasi dan mendirikan aturan untuk hubungan antara Gereja Katolik dan Negara Prancis yang berlangsung hingga dicabut oleh [[Republik Ketiga]] pada [[pemisahan gereja dan agama]] pada tanggal [[11 Desember]] [[1905]].-->
By late July insurrection and the spirit of [[popular sovereignty]] spread throughout France. In rural areas, many went beyond this: some burned title-deeds and no small number of [[chateau|châteaux]], as part of a general agrarian insurrection known as "la Grande Peur" (the [[Great Fear]]).
 
=== Kemunculan berbagai faksi ===
====The abolition of feudalism====
{{untuk|diskusi lebih jelas|Majelis Konstituante Nasional}}
''For a more detailed discussion, see [[French Revolution from the abolition of feudalism to the Civil Constitution of the Clergy#The abolition of feudalism|The abolition of feudalism]].''
 
Faksi-faksi dalam majelis tersebut mulai bermunculan. Kaum [[keningratan|ningrat]] [[Jacques Antoine Marie Cazalès]] dan pendeta [[Jean-Sifrein Maury]] memimpin yang kelak dikenal sebagai [[politik sayap kanan|sayap kanan]] yang menentang revolusi. "Royalis Demokrat" atau ''Monarchien'', bersekutu dengan Necker, cenderung mengorganisir Prancis sejajar garis yang mirip dengan model [[Konstitusi Britania Raya|Konstitusi Inggris]]: mereka termasuk [[Jean Joseph Mounier]], [[Comte de Lally-Tollendal]], [[Comte de Clermont-Tonnerre]], dan [[Pierre Victor Malouet]], Comte de Virieu.{{butuh rujukan}}
On [[August 4]], 1789, the National Assembly abolished [[feudalism]], sweeping away both the seigneurial rights of the Second Estate and the [[tithe]]s gathered by the First Estate. In the course of a few hours, nobles, clergy, towns, provinces, companies, and cities lost their special privileges.
 
"Partai Nasional" yang mewakili faksi tengah atau kiri-tengah majelis tersebut termasuk [[Honoré Mirabeau]], Lafayette, dan Bailly; sedangkan [[Adrien Duport]], [[Antoine Pierre Joseph Marie Barnave|Barnave]] dan [[Alexander Lameth]] mewakili pandangan yang lebih ekstrem.{{Cn}} Sementara itu, terdapat seorang tokoh radikalisme di faksi kiri yakni seorang pengacara bernama [[Arras]] [[Maximilien Robespierre]].<ref>{{Cite book|last=Syaefudin, M., Pudjitriherwanti, A., dan Asikin, S.|date=2020|url=https://lib.unnes.ac.id/43787/1/HAKI%20DAN%20BUKU%20SEJARAH%20PRANCIS.pdf|title=Sejarah Prancis: Pergulatan Peradaban Benua Biru|location=Bantul|publisher=Penerbit Samudra Biru|editor-last=Surahmat|pages=298|url-status=live}}</ref>
While there would follow retreats, regrets, and much argument over the ''rachat au denier 30'' ("redemption at a thirty-years' purchase") specified in the legislation of [[August 4]], the course now remained set, although the full process would take another four years.
 
[[Emmanuel Joseph Sieyès|Sieyès]] memimpin pengusulan legislasi pada masa ini dan berhasil menempa konsensus selama beberapa waktu antara pusat politik dan [[politik sayap kiri|pihak kiri]].{{butuh rujukan}}
====Dechristianisation====
''For a more detailed discussion, see [[Dechristianisation of France during the French Revolution]].''
 
Di Paris, sejumlah komite, wali kota, majelis perwakilan, dan distrik-distrik perseorangan mengklaim otoritas yang bebas dari yang. Kelas menengah [[Garda Nasional (Prancis)|Garda Nasional]] yang juga naik pamornya di bawah Lafayette juga perlahan-lahan muncul sebagai kekuatan dalam haknya sendiri, begitupun majelis yang didirikan sendiri lainnya.{{butuh rujukan}}
The revolution brought about a massive shifting of powers from the [[Roman Catholic Church]] to the state. Legislation enacted in [[1790]] abolished the Church's authority to levy a [[tax]] on crops known as the ''[[tithe|dîme]]'', cancelled special privileges for the clergy, and confiscated Church property; under the ''ancien régime'', the Church had been the largest landowner in the country. [[Civil Constitution of the Clergy|Subsequent legislation]] attempted to subordinate the clergy to the state, making them state employees. The ensuing years saw violent repression of the clergy, including the imprisonment and massacre of [[priest]]s throughout France. The [[Concordat of 1801]] between Napoleon and the Church ended the dechristianisation period and established the rules for a relationship between the Catholic Church and the French State that lasted until it was abrogated by the [[French Third Republic|Third Republic]] on the [[separation of church and state]] on [[December 11]], [[1905]].
 
Melihat model [[Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat]], pada tanggal [[26 Agustus]] 1789, majelis mendirikan [[Deklarasi Hak Asasi Manusia dan Warganegara]]. Seperti Deklarasi AS, deklarasi ini terdiri atas pernyataan asas daripada [[konstitusi]] dengan pengaruh resmi.{{butuh rujukan}}
====The appearance of factions====
''For a more detailed discussion, please see [[National Constituent Assembly]].''
 
=== Dari Peringatan Bonjour ke Kematian Mirabeau ===
Factions within the Assembly began to become clearer. The [[aristocracy|aristocrat]] [[Jacques Antoine Marie Cazalès]] and the abbé [[Jean-Sifrein Maury]] led what would become known as the [[right-wing politics|right wing]], the opposition to revolution. The "Royalist democrats" or ''monarchiens'', allied with Necker, inclined toward organising France along lines similar to the [[Constitution of the United Kingdom|British constitution]]al model: they included [[Jean Joseph Mounier]], the [[Comte de Lally-Tollendal]], the [[Comte de Clermont-Tonnerre]], and [[Pierre Victor Malouet]], Comte de Virieu.
''Untuk diskusi lebih detail tentang peristiwa antara [[14 Juli]] [[1790]] - [[30 September]] [[1791]], lihat [[Revolusi Prancis dari musim panas 1790 ke pendirian Majelis Legislatif|Dari peringatan Bastille ke kematian Mirabeau]].''
 
Majelis itu menghapuskan perlengkapan simbolik ''ancien régime'', baringan lapis baja, dll., yang lebih lanjut mengasingkan bangsawan yang lebih konservatif, dan menambahkan pangkat ''[[émigré]]''.{{butuh rujukan}}
The "National Party", representing the centre or centre-left of the assembly, included [[Honoré Mirabeau]], Lafayette, and Bailly; while [[Adrien Duport]], [[Antoine Pierre Joseph Marie Barnave|Barnave]] and [[Alexander Lameth]] represented somewhat more extreme views. Almost alone in his radicalism on the left was the [[Arras]] lawyer [[Maximilien Robespierre]].
 
Pada tanggal [[14 Juli]] [[1790]], dan beberapa hari berikutnya, kerumunan di [[Champ-de-Mars]] memperingati jatuhnya Bastille; Talleyrand melakukan sumpah massal untuk "setia pada negara, hukum, dan raja"; raja dan keluarga raja ikut serta secara aktif.{{butuh rujukan}}
The abbé [[Emmanuel Joseph Sieyès|Sieyès]] led in proposing legislation in this period and successfully forged consensus for some time between the political centre and the [[left-wing politics|left]].
 
Para pemilih awalnya memilih anggota [[Dewan Jenderal Prancis|Dewan Jenderal]] untuk bertugas dalam setahun, tetapi dengan [[Sumpah Lapangan Tenis]], ''commune'' tersebut telah sepakat tetap bertemu hingga Prancis memiliki konstitusi baru. Kelompok sayap kanan mengusulkan pemilu baru, tetapi Mirabeau menang, menegaskan bahwa status majelis itu telah berubah secara fundamental, dan tiada pemilu baru yang terjadi sebelum sempurnanya konstitusi.{{butuh rujukan}}
In Paris, various committees, the mayor, the assembly of representatives, and the individual districts each claimed authority independent of the others. The increasingly middle-class [[National Guard (France)|National Guard]] under Lafayette also slowly emerged as a power in its own right, as did other self-generated assemblies.
 
Pada akhir 1790, beberapa huru-hara kontrarevolusi kecil-kecilan pecah dan berbagai usaha terjadi untuk mengembalikan semua atau sebagian pasukan-pasukan terhadap revolusi yang semuanya gagal. Pengadilan kerajaan, dalam kata-kata [[François Mignet]], "mendorong setiap kegiatan antirevolusi dan tak diakui lagi." [http://www.outfo.org/literature/pg/etext06/8hfrr10.txt]
Looking to the [[United States Declaration of Independence]] for a model, on [[August 26]], 1789, the Assembly published the [[Declaration of the Rights of Man and of the Citizen]]. Like the U.S. Declaration, it comprised a statement of principles rather than a [[constitution]] with legal effect.
 
Militer menghadapi sejumlah kerusuhan internal: Jenderal [[François Claude Amour, marquis de Bouillé|Bouillé]] berhasil meredam sebuah pemberontakan kecil, yang meninggikan reputasinya (yang saksama) untuk simpatisan kontrarevolusi.{{butuh rujukan}}
====Towards a constitution====
''For a more detailed discussion, see [[French Revolution from the abolition of feudalism to the Civil Constitution of the Clergy#Towards a constitution|Towards a constitution]].''
 
Kode militer baru menerapkan peraturan kenaikan pangkat berdasarkan kompetensi dan senioritas mengubah peraturan lama yang menerapkan promosi lewat status kebangsawanan saja. Hal ini membawa pengaruh baik dalam kinerja korps perwira yang baru sekaligus membuat kelompok militer yang lama menjadi kelompok émigrés atau kontrarevolusi dari dalam.{{butuh rujukan}}
The National Constituent Assembly functioned not only as a [[legislature]], but also as a body to draft a new constitution.
 
Masa ini menyaksikan kebangkitan sejumlah "klub" politik dalam politik Prancis, yang paling menonjol di antaranya adalah [[Klub Jacobin]]: menurut [[1911 Encyclopædia Britannica]], 152 klub berafiliasi dengan Jacobin pada tanggal [[10 Agustus]] 1790. Saat Jacobin menjadi organisasi terkenal, beberapa pendirinya meninggalkannya untuk membentuk [[Klub '89]]. Para royalis awalnya mendirikan ''[[Club des Impartiaux]]'' yang berumur pendek dan kemudian ''[[Club Monarchique]]''. Klub ini gagal mengambil hati rakyat untuk mencari nama dengan membagi-bagikan roti; hasilnya, mereka sering menjadi sasaran protes dan sumber huru-hara, dan pemerintah kotamadya Paris akhirnya menutup Club Monarchique pada bulan Januari [[1791]].{{butuh rujukan}}
Necker, Mounier, Lally-Tollendal and others argued unsuccessfully for a [[senate]], with members appointed by the crown on the nomination of the people. The bulk of the nobles argued for an aristocratic [[upper house]] elected by the nobles. The popular party carried the day: France would have a single, unicameral assembly. The king retained only a "suspensive veto": he could delay the implementation of a law, but not block it absolutely.
 
Di tengah-tengah intrik itu, majelis terus berusaha untuk mengembangkan sebuah konstitusi. Sebuah organisasi yudisial membuat semua hakim sementara dan bebas dari tahta. Legislator menghapuskan jabatan turunan, kecuali untuk monarki sendiri. Pengadilan juri dimulai untuk kasus-kasus kejahatan. Raja akan memiliki kekuasaan khusus untuk mengusulkan perang, kemudian legislator memutuskan apakah perang diumumkan atau tidak. Majelis kemudian menghapus semua penghalang perdagangan dan menghapuskan [[gilda (perhimpunan)|gilda]], ketuanan, dan organisasi pekerja. Setiap orang kemudian berhak berdagang melalui pembelian surat izin; selain itu pemogokan menjadi ilegal.
The people of Paris thwarted Royalist efforts to block this new order: they marched on Versailles on [[October 5]] 1789. After various scuffles and incidents, the king and the royal family allowed themselves to be brought back from Versailles to Paris.
 
Di musim dingin 1791, untuk pertama kalinya majelis tersebut mempertimbangkan legislasi terhadap ''émigré''. Debat itu mengadu keamanan negara terhadap kebebasan perorangan untuk pergi. Mirabeau menang atas tindakan itu, yang disebutnya "patut ditempatkan di kode [[Drako]]." [http://www.outfo.org/literature/pg/etext06/8hfrr10.txt]
The Assembly replaced the historic [[Provinces of France|provinces]] with eighty-three ''[[département in France|département]]s'', uniformly administered and approximately equal to one another in extent and population.
 
Namun, Mirabeau meninggal pada tanggal [[2 Maret]] [[1791]]. Mignet berkata, "Tak seorang pun yang menyamainya dalam hal kekuatan dan popularitas," dan sebelum akhir tahun, Majelis Legislatif yang baru akan mengadopsi ukuran "drako" ini.{{butuh rujukan}}
Originally summoned to deal with a financial crisis, to date the Assembly had focused on other matters and only worsened the deficit. Mirabeau now led the move to address this matter, with the Assembly giving Necker complete financial dictatorship.
 
=== Pelarian ke Varennes ===
====Toward the Civil Constitution of the Clergy====
{{untuk|diskusi lebih jelas|Pelarian ke Varennes}}
''For a more detailed discussion, see [[Civil Constitution of the Clergy]].''
 
Louis XVI, yang ditentang pada masa revolusi, tetapi menolak bantuan yang kemungkinan berbahaya dari penguasa Eropa lainnya, membuat kesepakatan dengan Jenderal Bouillé yang setia kepada kerajaan untuk menjanjikannya pengungsian dan dukungan di kampnya di [[Montmedy]].{{butuh rujukan}}
To no small extent, the Assembly addressed the financial crisis by having the nation take over the property of the Church (while taking on the Church's expenses), through the law of [[December 2]], 1789. In order to rapidly monetise such an enormous amount of property, the government introduced a new paper currency, ''[[assignat]]s'', backed by the confiscated church lands.
 
Pada malam [[20 Juni]] [[1791]], keluarga kerajaan lari ke Tuileries. Namun, keesokan harinya, sang Raja yang terlalu yakin itu dengan sembrono menunjukkan diri. Dirinya dikenali dan ditangkap di [[Varennes]] (di ''[[département di Prancis|département]]'' [[Meuse]]) di akhir [[21 Juni]], ia dikembalikan ke Paris di bawah pengawalan.{{butuh rujukan}}
Further legislation on [[February 13]], 1790, abolished [[monastic vows]]. The [[Civil Constitution of the Clergy]], passed on [[July 12]], 1790 (although not signed by the king until [[December 26]], [[1790]]), turned the remaining clergy into employees of the State and required that they take an oath of loyalty to the constitution. The [[Civil Constitution of the Clergy]] also made the Catholic church an arm of the secular state.
 
[[Jérôme Pétion de Villeneuve|Pétion]], [[Marie Victor de Fay, Marquis de Latour-Maubourg|Latour-Maubourg]] dan [[Antoine Pierre Joseph Marie Barnave]] yang mewakili majelis, bertemu anggota kerajaan itu di [[Épernay]] dan kembali dengan mereka. Dari saat ini, Barnave menjadi penasihat dan pendukung keluarga raja.{{butuh rujukan}}
In response to this legislation, the archbishop of Aix and the bishop of Clermont led a walkout of clergy from the National Constituent Assembly. The [[pope]] never accepted the new arrangement, and it led to a schism between those clergy who swore the required oath and accepted the new arrangement ("jurors" or "constitutional clergy") and the "non-jurors" or "refractory priests" who refused to do so.
 
Saat mencapai Paris, kerumunan itu tetap hening. Majelis untuk sementara menangguhkan sang raja. Ia dan Ratu [[Marie Antoinette]] tetap ditempatkan di bawah pengawalan.{{butuh rujukan}}
====From the anniversary of the Bastille to the death of Mirabeau====
''For a more detailed discussion of the events of [[July 14]], [[1790]] - [[September 30]], [[1791]], see [[French Revolution from the summer of 1790 to the establishment of the Legislative Assembly#From the anniversary of the Bastille to the death of Mirabeau|From the anniversary of the Bastille to the death of Mirabeau]].''
 
Upaya melarikan diri berdampak besar pada opini publik; karena jelas Louis telah mencari perlindungan di Austria, Majelis sekarang menuntut sumpah setia kepada rezim, dan mulai mempersiapkan perang, sementara ketakutan akan 'mata-mata dan pengkhianat' menyebar luas.{{butuh rujukan}}
The Assembly abolished the symbolic paraphernalia of the ''ancien régime'', armorial bearings, liveries, etc., which further alienated the more conservative nobles, and added to the ranks of the ''[[émigré]]s''.
 
=== Hari-hari terakhir Majelis Konstituante Nasional ===
On [[July 14]], [[1790]], and for several days following, crowds in the [[Champ-de-Mars]] celebrated the anniversary of the fall of the Bastille; Talleyrand performed a mass; participants swore an oath of "fidelity to the nation, the law, and the king"; the king and the royal family actively participated.
''Untuk diskusi lebih jelas, silakan lihat [[Revolusi Prancis dari musim panas 1790 ke pendirian Majelis Legislatif|Hari-hari terakhir Majelis Konstituante Nasional]].''
 
Dengan sebagian besar anggota majelis yang masih menginginkan [[monarki konstitusional]] daripada [[republik]], sejumlah kelompok itu mencapai kompromi yang membiarkan Louis XVI tidak lebih dari penguasa boneka: ia terpaksa bersumpah untuk konstitusi, dan sebuah dekret menyatakan bahwa mencabut sumpah, mengepalai militer untuk mengumumkan perang atas bangsa, atau mengizinkan tiap orang untuk berbuat demikian atas namanya berarti turun tahta secara ''de facto''.{{butuh rujukan}}
The electors had originally chosen the members of the [[French Estates-General|Estates-General]] to serve for a single year, but by the [[Tennis Court Oath]], the ''communes'' had bound themselves to meet continuously until France had a constitution. Right-wing elements now argued for a new election, but Mirabeau carried the day, asserting that the status of the assembly had fundamentally changed, and that no new election should take place before completing the constitution.
 
[[Jacques Pierre Brissot]] mencadangkan sebuah petisi, bersikeras bahwa di mata bangsa Louis XVI dijatuhkan sejak pelariannya. Sebuah kerumunan besar berkumpul di [[Champ-de-Mars]] untuk menandatangani petisi itu. [[Georges Danton]] dan [[Camille Desmoulins]] memberikan pidato berapi-api. Majelis menyerukan pemerintah kotamadya untuk "memulihkan tatanan masyarakat". Garda Nasional di bawah komando Lafayette menghadapi kerumuman itu. Pertama kali para prajurit membalas serangan batu dengan menembak ke udara; kerumunan tidak bubar, dan Lafayette memerintahkan orang-orangnya untuk menembak ke kerumunan, menyebabkan pembunuhan sebanyak 50 jiwa.{{butuh rujukan}}
In late 1790, several small counter-revolutionary uprisings broke out and efforts took place to turn all or part of the army against the revolution. These uniformly failed. The royal court, in [[François Mignet]]'s words, "encouraged every anti-revolutionary enterprise and avowed none." [http://www.outfo.org/literature/pg/etext06/8hfrr10.txt]
 
Segera setelah pembantaian itu pemerintah menutup banyak klub patriot, seperti surat kabar radikal seperti ''[[L'Ami du Peuple]]'' milik [[Jean-Paul Marat]]. Danton lari ke Inggris; Desmoulins dan Marat lari bersembunyi.{{butuh rujukan}}
The army faced considerable internal turmoil: General [[François Claude Amour, marquis de Bouillé|Bouillé]] successfully put down a small rebellion, which added to his (accurate) reputation for counter-revolutionary sympathies.
 
Sementara itu, ancaman baru dari luar muncul: [[Leopold II, Kaisar Romawi Suci]], [[Friedrich Wilhelm II dari Prusia]], dan saudara raja [[Charles X dari Prancis|Charles-Phillipe, comte d'Artois]] mengeluarkan [[Deklarasi Pilnitz]] yang menganggap perkara Louis XVI seperti perkara mereka sendiri, meminta pembebasannya secara penuh dan pembubaran majelis itu, dan menjanjikan serangan ke Prancis atas namanya jika pemerintah revolusi menolak syarat tersebut.{{butuh rujukan}}
The new military code, under which promotion depended on seniority and proven competence (rather than on nobility) alienated some of the existing officer corps, who joined the ranks of the émigrés or became counter-revolutionaries from within.
 
Pernyataan itu secara langsung membahayakan Louis sendiri. Orang Prancis tidak mengindahkan perintah penguasa asing itu, dan ancaman militer hanya menyebabkan militerisasi perbatasan.
This period saw the rise of the political "clubs" in French politics, foremost among these the [[Jacobin Club]]: according to the [[1911 Encyclopædia Britannica]], one hundred and fifty-two clubs had affiliated with the Jacobins by [[August 10]], 1790. As the Jacobins became more of a broad popular organisation, some of its founders abandoned it to form the [[Club of '89]]. Royalists established first the short-lived ''[[Club des Impartiaux]]'' and later the ''[[Club Monarchique]]''. They attempted unsuccessfully to curry public favour by distributing bread; nonetheless, they became the frequent target of protests and even riots, and the Paris municipal authorities finally closed down the Club Monarchique in January [[1791]].
 
Justru sebelum "Pelarian ke Varennes", para anggota majelis telah menentukan peraturan untuk melarang para anggota untuk mengikuti pemilihan majelis yang baru, yaitu [[Majelis Legislatif Prancis|Majelis Legislatif]]. Kini mereka mengumpulkan sejumlah UU yang telah mereka sahkan ke dalam [[Konstitusi Prancis 1791]], menunjukkan keuletan yang luar biasa dalam memilih untuk tidak menggunakan hal ini sebagai kesempatan untuk amandemen utama, dan mengajukannya ke Louis XVI yang dipulihkan saat itu, yang langsung menyetujuinya. Louis menulis "Saya mengajak mempertahan Konstitutsi ini di dalam negeri, mempertahankannya dari semua serangan luar; dan memutuskan pengesahannya dari saya". Raja memuji majelis dan menerima tepukan tangan penuh antusias dari para anggota dan penonton. Majelis mengakhiri masa jabatannya pada tanggal [[29 September]] [[1791]].{{butuh rujukan}}
Amidst these intrigues, the Assembly continued to work on developing a constitution. A new judicial organisation made all magistracies temporary and independent of the throne. The legislators abolished hereditary offices, except for the monarchy itself. Jury trials started for criminal cases. The king would have the unique power to propose war, with the legislature then deciding whether to declare war. The Assembly abolished all internal trade barriers and suppressed guilds, masterships, and workers' organisations: any individual gained the right to practice a trade through the purchase of a license; strikes became illegal.
 
InMignet themenulis, winter of"Konstitusi 1791,... theadalah Assemblykarya considered, for the firstkelas timemenengah, legislationkemudian againstyang theterkuat; ''émigrés''.seperti Theyang debatediketahui pittedbenar, thekarena safetykekuatan ofyang themendominasi Statepernah againstmengambil thekepemilikan libertylembaga of individuals to leaveitu... MirabeauDalam carriedkonstitusi theini dayrakyat againstadalah the measuresumbernya, which he referred to as "worthy of being placed in thetetapi codetak ofmelaksanakan [[Draco]]apapun." [http://www.outfo.org/literature/pg/etext06/8hfrr10.txt]
 
== Majelis Legislatif dan kejatuhan monarki ==
However, Mirabeau died on [[March 2]] [[1791]]. In Mignet's words, "No one succeeded him in power and popularity," and before the end of the year, the new Legislative Assembly would adopt this "draconian" measure.
{{untuk|penjelasan lebih jelas tentang peristiwa antara [[1 Oktober]] [[1791]] - [[19 September]] [[1792]]|Majelis Legislatif dan jatuhnya monarki Prancis}}
 
====The FlightMajelis toLegislatif Varennes====
Di bawah Konstitusi 1791, Prancis berfungsi sebagai monarki konstitusional. Raja harus berbagi kekuasaan dengan [[Majelis Legislatif (Prancis)|Majelis Legislatif]] yang terpilih, tetapi ia masih bisa mempertahankan vetonya dan kemampuan memilih menteri.{{butuh rujukan}}
''For a more detailed discussion, see [[Flight to Varennes]].''
 
Majelis Legislatif pertama kali bertemu pada tanggal [[1 Oktober]] 1791, dan jatuh dalam keadaan kacau hingga kurang dari setahun berikutnya. Dalam kata-kata [[1911 Encyclopædia Britannica]]: "Dalam mencba memerintah, majelis sama sekali telah gagal. Majelis Legislatif membiarkan kekosongan keuangan, ketidakdisiplinan pasukan dan angkatan laut, dan rakyat yang rusak moralnya oleh huru-hara yang aman dan berhasil."{{butuh rujukan}}
Louis XVI, opposed to the course of the revolution, but rejecting the potentially treacherous aid of the other monarchs of Europe, cast his lot with General Bouillé, who condemned both the emigration and the assembly, and promised him refuge and support in his camp at [[Montmedy]].
 
Majelis Legislatif terdiri atas sekitar 245 anggota [[Feuillant]] (monarkis konstitusional) di [[politik sayap kanan|sisi kanan]], sekitar 136 [[Girondin]] (republikan liberal) dan [[Jacobin]] (revolusioner radikal) di [[politik sayap kiri|sisi kiri]], dan sekitar 345 wakil yang tak berafiliasi dengan faksi apapun. Faksi Jacobin dipimpin oleh Brissot dan biasa disebut ''Brissotins''.{{butuh rujukan}}
On the night of [[June 20]], 1791, the royal family fled the Tuileries. However, the next day the overconfident king had the imprudence to show himself. Recognised and arrested at [[Varennes]] (in the [[Meuse]] ''[[département in France|département]]'') late on [[21 June]], he returned to Paris under guard.
 
Meskipun merupakan minoritas di Majelis, kuasa atas komite-komite utama memungkinkan keluarga Brissotin memprovokasi Louis untuk menggunakan hak vetonya. Mereka pertama kali berhasil mengeluarkan keputusan menyita properti emigran, dan mengancam mereka dengan hukuman mati, kemudian raja memveto legislasi yang mengancam ''émigré'' dengan kematian ini.{{butuh rujukan}}
[[Jérôme Pétion de Villeneuve|Pétion]], [[Marie Victor de Fay, Marquis de Latour-Maubourg|Latour-Maubourg]], and [[Antoine Pierre Joseph Marie Barnave]], representing the Assembly, met the royal family at [[Épernay]] and returned with them. From this time, Barnave became a counselor and supporter of the royal family.
Majelis menyetujui sebuah dekrit yang memberikan waktu delapan hari kepada pendeta refraktori untuk mematuhi, atau menghadapi tuduhan 'konspirasi terhadap bangsa', tindakan yang ditentang bahkan oleh Robespierre. Ketika Louis memveto lagi, lawan-lawannya dapat menggambarkannya sebagai kebalikan dari reformasi secara umum, Setahun kemudian, ketidaksetujuan atas hal ini akan menimbulkan [[krisis konstitusi]].<ref>{{Cite web|title=The French Revolutionary Wars, 1792–1802|url=https://academic.oup.com/book/599/chapter/135318460|website=OUP Academic|language=en|access-date=2024-01-14}}</ref>
 
=== Perang ===
When they reached Paris, the crowd remained silent. The Assembly provisionally suspended the king. He and Queen [[Marie Antoinette]] remained held under guard.
Politik masa itu membawa Prancis secara tak terelakkan ke arah perang terhadap [[Austria]] dan sekutu-sekutunya. Sang Raja, kelompok Feuillant dan Girondin khususnya menginginkan perang. Sang Raja (dan banyak Feuillant bersamanya) mengharapkan perang akan menaikkan popularitasnya; ia juga merencanakan untuk memanfaatkan tiap kekalahan: yang hasilnya akan membuatnya lebih kuat. Kelompok kiri Girondin ingin menyebarkan revolusi ke seluruh Eropa. Hanya beberapa Jacobin radikal yang menentang perang, mereka lebih memilih konsolidasi dan mengembangkan revolusi di dalam negeri. Kaisar Austria [[Leopold II, Kaisar Romawi Suci|Leopold II]], saudara [[Marie Antoinette]], berharap menghindari perang, tetapi meninggal pada tanggal [[1 Maret]] [[1792]].{{butuh rujukan}}
 
Prancis menyatakan perang pada [[Austria]] ([[20 April]] [[1792]]) dan [[Prusia]] bergabung di pihak Austria beberapa minggu kemudian. [[Perang Revolusi Prancis]] telah dimulai dan Prancis menderita serangkaian kekalahan telak.{{butuh rujukan}}
====The last days of the National Constituent Assembly====
''For a more detailed discussion, please see [[French Revolution from the summer of 1790 to the establishment of the Legislative Assembly#The last days of the National Constituent Assembly|The last days of the National Constituent Assembly]].''
 
Dalam upaya untuk memobilisasi dukungan rakyat, pemerintah memerintahkan pendeta non-juri untuk bersumpah atau dideportasi, membubarkan [[Garda Konstitusi]] dan menggantinya dengan 20.000 fédérés ; Louis setuju untuk membubarkan Garda Konstitusi, tetapi memveto dua proposal lainnya, sementara Lafayette meminta Majelis untuk menekan faksi-faksi yang ada didalam Majelis.{{butuh rujukan}}
With most of the Assembly still favouring a [[constitutional monarchy]] rather than a [[republic]], the various groupings reached a compromise which left Louis XVI little more than a figurehead: he had perforce to swear an oath to the constitution, and a decree declared that retracting the oath, heading an army for the purpose of making war upon the nation, or permitting anyone to do so in his name would amount to ''de facto'' abdication.
 
Setelah pertempuran kecil awal berlangsung sengit untuk Prancis, pertempuran militer yang berarti atas perang itu terjadi saat [[Pertempuran Valmy]] yang terjadi antara Prancis dan Prusia ([[20 September]] 1792). Meski hujan lebat menghambat resolusi yang menentukan, artileri Prancis membuktikan keunggulannya. Namun, dari masa ini, Prancis menghadapi huru-hara dan monarki telah menjadi masa lalu.{{butuh rujukan}}
[[Jacques Pierre Brissot]] drafted a petition, insisting that in the eyes of the nation Louis XVI was deposed since his flight. An immense crowd gathered in the [[Champ-de-Mars]] to sign the petition. [[Georges Danton]] and [[Camille Desmoulins]] gave fiery speeches. The Assembly called for the municipal authorities to "preserve public order". The National Guard under Lafayette's command confronted the crowd. The soldiers first responded to a barrage of stones by firing in the air; the crowd did not back down, and Lafayette ordered his men to fire into the crowd, resulting in the killing of as many as fifty people.
 
=== Krisis konstitusi ===
In the wake of this massacre the authorities closed many of the patriotic clubs, as well as radical newspapers such as [[Jean-Paul Marat]]'s ''[[L'Ami du Peuple]]''. Danton fled to England; Desmoulins and Marat went into hiding.
[[Berkas:Jacques Bertaux - Prise du palais des Tuileries - 1793.jpg|jmpl|10 Agustus 1792 di Komune Paris]]
{{utama|10 Agustus (Revolusi Prancis)}}
 
Kemarahan rakyat meningkat ketika rincian [[Manifesto Brunswick]] yang dianggap menghina revolusi mencapai Paris pada tanggal 1 Agustus. Isi Manifesto itu antara lain berisi ancaman 'balas dendam yang tak terlupakan' jika ada yang menentang Sekutu dalam upaya memulihkan kekuasaan monarki.{{butuh rujukan}}
Meanwhile, a renewed threat from abroad arose: [[Leopold II, Holy Roman Emperor]], [[Frederick William II of Prussia]], and the king's brother [[Charles X of France|Charles-Phillipe, comte d'Artois]] issued the [[Declaration of Pilnitz]] which considered the cause of Louis XVI as their own, demanded his total liberty and the dissolution of the Assembly, and promised an invasion of France on his behalf if the revolutionary authorities refused its conditions.
 
Pada malam [[10 Agustus]] 1792, para pengacau, yang didukung oleh kelompok revolusioner baru [[Komuni Paris (Revolusi Prancis)|Commune Paris]], menyerbu Istana Tuileries, membunuh banyak [[Garda Swiss]] yang menjaga istana tersebut. Raja dan ratu akhirnya menjadi tahanan dan sidang muktamar Majelis Legislatif menangguhkan monarki: tak lebih dari sepertiga wakil, hampir semuanya Jacobin.{{butuh rujukan}}
If anything, the declaration further imperiled Louis. The French people expressed no respect for the dictates of foreign monarchs, and the threat of force merely resulted in the militarisation of the frontiers.
 
Akhirnya sebagian besar pemerintahan nasional bergabung dengan commune. Saat commune mengirimkan sejumlah kelompok pembunuh ke penjara untuk menjagal 1400 korban, dan mengirimkan surat edaran ke kota lain di Prancis untuk mengikuti contoh mereka, Majelis hanya bisa melancarkan perlawanan yang lemah. Keadaan ini berlangsung terus menerus hingga [[Konvensi Nasional Prancis|Konvensi]], yang diminta membuat konstitusi baru, bertemu pada tanggal [[20 September]] 1792 dan menjadi pemerintahan ''de facto'' baru di Prancis. Pada hari berikutnya konvensi itu menghapuskan monarki dan mendeklarasikan republik. Tanggal ini kemudian diadopsi sebagai awal [[Tahun Satu]] dari [[Kalender Revolusi Prancis]].{{butuh rujukan}}
Even before the "Flight to Varennes" the Assembly members had determined to debar themselves from the legislature that would succeed them, the [[French Legislative Assembly|Legislative Assembly]]. They now gathered the various constitutional laws they had passed into a single constitution, showed remarkable fortitude in choosing not to use this as an occasion for major revisions, and submitted it to the recently restored Louis XVI, who accepted it, writing "I engage to maintain it at home, to defend it from all attacks from abroad; and to cause its execution by all the means it places at my disposal". The king addressed the Assembly and received enthusiastic applause from members and spectators. The Assembly set the end of its term for [[September 29]] [[1791]].
 
== Republik Pertama (1792-1795) ==
Mignet has written, "The constitution of 1791... was the work of the middle class, then the strongest; for, as is well known, the predominant force ever takes possession of institutions... In this constitution the people was the source of all powers, but it exercised none." [http://www.outfo.org/literature/pg/etext06/8hfrr10.txt]
[[Berkas:LouisXVIExecutionBig.jpg|jmpl|Eksekusi Louis XVI]]
{{untuk|penjelasan lebih lanjut tentang peristiwa antara [[20 September]] [[1792]]- [[26 September]] [[1795]]|Konvensi Nasional|Pembantaian September}}
 
Akhir Agustus, [[Pemilihan Konvensi Nasional Prancis 1792|Pemilihan Konvensi]] digelar. Kelompok ''Brissotins'' terpecah menjadi dua kelompok, yaitu [[Girondins]] moderat pimpinan Brissot dan kelompok ''[[Montagnards]]'' radikal yang dipimpin Robespierre, [[Georges Danton]] dan [[Jean-Paul Marat]].
===The Legislative Assembly and the fall of the Monarchy===
Kuasa legislatif di [[Republik Prancis Pertama|Republik]] baru jatuh ke [[Konvensi Nasional]], sedangkan kekuasaan eksekutif kelak akan jatuh kepada [[Komite Keamanan Publik]], komite yang dibentuk untuk merespon pemberontakan royalis yang muncul di beberapa kota besar yang mengancam Republik. Kaum Girondin pun menjadi partai paling berpengaruh dalam konvensi dan komite itu.{{butuh rujukan}}
''For a more detailed description of the events of [[October 1]] [[1791]] - [[September 19]] [[1792]], see main article [[The Legislative Assembly and the fall of the French monarchy]].''
 
Dalam [[Manifesto Brunswick]], tentara kerajaan dan Prusia mengancam pembalasan ke penduduk Prancis jika hal itu menghambat langkah majunya atau dikembalikannya monarki. Sebagai akibatnya, Raja Louis dipandang berkonspirasi dengan musuh-musuh Prancis. Tanggal [[17 Januari]] [[1793]] menjadi hari diumumkannya tuntutan mati kepada Raja Louis yang diputuskan melakukan "konspirasi terhadap kebebasan publik dan keamanan umum" oleh mayoritas lemah di konvensi. Eksekusi dilakukan di ''Place de la Révolution'' pada tanggal 21 Januari. Permaisuri Louis yang kelahiran Austria, Marie Antoinette, menyusulnya ke guillotine pada tanggal [[16 Oktober]].{{butuh rujukan}}
====The Legislative Assembly====
Under the Constitution of 1791, France would function as a constitutional monarchy. The king had to share power with the elected [[Legislative Assembly (France)|Legislative Assembly]], but he still retained his royal veto and the ability to select ministers.
 
Eksekusi Raja menimbulkan reaksi dari negara konservatif Eropa lainnya. Mereka menyerukan penghancuran Revolusioner Prancis dan pada bulan Februari, Konvensi merespon dengan mengeluarkan Deklarasi Perang terhadap [[Kerajaan Britania Raya (1707–1800)|Kerajaan Britania Raya]] dan [[Republik Belanda]]. Beberapa negara lain juga menyatakan perang terhadap Prancis sekaligus menjadi awal dari [[Perang Koalisi Pertama]].{{butuh rujukan}}
The Legislative Assembly first met on [[October 1]], 1791, and degenerated into chaos less than a year later. In the words of the [[1911 Encyclopædia Britannica]]: "In the attempt to govern, the Assembly failed altogether. It left behind an empty treasury, an undisciplined army and navy, and a people debauched by safe and successful riot."
 
Saat perang bertambah sengit, harga naik dan [[sans-culottes]] (buruh miskin dan Jacobin radikal) memberontak; kegiatan kontrarevolusi mulai bermunculan di beberapa kawasan. Hal ini mendorong kelompok Jacobin merebut kekuasaan melalui ''[[kudeta|kup]]'' parlemen, yang ditunggangi oleh kekuatan yang didapatkan dengan menggerakkan dukungan publik terhadap faksi Girondin serta memanfaatkan kekuatan khayalak ''sans-culottes'' Paris. Persekutuan Jacobin dan unsur-unsur ''sans-culottes'' menjadi pusat yang efektif bagi pemerintahan baru membuat kebijakan menjadi lebih radikal.{{butuh rujukan}}
The Legislative Assembly consisted of about 165 [[Feuillant]]s (constitutional monarchists) on the [[Right-wing politics|right]], about 330 [[Girondist]]s (liberal republicans) and [[Jacobin]]s (radical revolutionaries) on the [[Left-wing politics|left]], and about 250 deputies unaffiliated with either faction.
 
[[Berkas:Badische Guillotine.JPG|jmpl|kiri|[[Guillotine]]: antara 18.000-40.000 jiwa dieksekusi selama [[Pemerintahan Teror]]]]
Early on, the king vetoed legislation that threatened the ''émigrés'' with death and that decreed that every [[non-juror|non-juring clergyman]] must take within eight days the civic oath mandated by the Civil Constitution of the Clergy. Over the course of a year, disagreements like this would lead to a [[constitutional crisis]].
[[Komite Keamanan Publik]] di bawah kendali [[Maximilien Robespierre]] serta faksi Jacobin menerapkan [[Pemerintahan Teror]] ([[1793]]-[[1794]]). Setidaknya 1200 jiwa menemui kematiannya dengan [[guillotine]] dsb; setelah tuduhan kontrarevolusi. Gambaran yang sedikit saja atas pikiran atau kegiatan kontrarevolusi (atau, pada kasus [[Jacques Hébert]], semangat revolusi yang melebihi semangat kekuasaan) bisa menyebabkan seseorang dicurigai, dan pengadilan tidak berjalan dengan teliti.{{butuh rujukan}}
 
Pada tahun 1794 [[Robespierre]] memerintahkan tokoh-tokoh Jacobin yang ultraradikal dan moderat dieksekusi; namun, sebagai akibatnya, dukungan rakyat terhadapnya benar-benar terkikis. Pada tanggal [[27 Juli]] [[1794]], orang-orang Prancis memberontak terhadap Pemerintahan Teror yang sudah kelewatan dalam [[Reaksi Thermidor]], yang menyebabkan anggota konvensi yang moderat menjatuhkan hukuman mati untuk Robespierre dan beberapa anggota terkemuka lainnya di Komite Keamanan Publik.{{butuh rujukan}}
====War====
The politics of the period inevitably drove France towards war with [[Austria]] and its allies. The King, the Feuillants and the Girondins specifically wanted to wage war. The King (and many Feuillants with him) expected war would increase his personal popularity; he also foresaw an opportunity to exploit any defeat: either result would make him stronger. The Girondins wanted to export the Revolution throughout Europe. Only some of the radical Jacobins opposed war, preferring to consolidate and expand the revolution at home. The Austrian emperor [[Leopold II, Holy Roman Emperor|Leopold II]], brother of [[Marie Antoinette]], may have wished to avoid war, but he died on [[March 1]], [[1792]].
 
Pemerintahan baru sebagian besar tersusun atas Girondis yang lolos dari teror, dan setelah merebut kekuasaan, mereka menuntut balas dengan penyiksaan yang juga dilakukan terhadap Jacobin yang telah membantu Robespierre, melarang Klub Jacobin dan menghukum mati sejumlah besar bekas anggotanya pada apa yang disebut sebagai [[Teror Putih]].{{butuh rujukan}}
France declared war on [[Austria]] ([[April 20]] [[1792]]) and [[Prussia]] joined on the Austrian side a few weeks later. The [[French Revolutionary Wars]] had begun.
 
Konvensi menyetujui "Konstitusi Tahun III" yang baru pada tanggal [[17 Agustus]] [[1795]]; sebuah [[plebisit]] meratifikasinya pada bulan September; dan mulai berpengaruh pada tanggal [[26 September]] [[1795]].{{butuh rujukan}}
After early skirmishes went badly for France, the first significant military engagement of the war occurred with the Franco-Prussian [[Battle of Valmy]] ([[September 20]] 1792). Although heavy rain prevented a conclusive resolution, the French artillery proved its superiority. However, by this time, France stood in turmoil and the monarchy had effectively become a thing of the past.
 
== Direktorat (1795-1799)==
====Constitutional Crisis====
{{untuk|informasi lebih banyak tentang peristiwa antara [[26 September]] [[1795]] - [[9 November]] [[1799]]|Direktorat Prancis}}
[[image:French_Revolution-1792-8-10.jpg|thumb|August 10, 1792, Paris Commune]]
:''Main articles: [[10th of August (French Revolution)]], [[September Massacres]]''
 
Konstitusi baru itu melantik [[Direktorat Prancis|''Directoire'']] ([[bahasa Indonesia]]: ''Direktorat'') dan menciptakan [[legislatur bikameral]] pertama dalam sejarah Prancis. Parlemen ini terdiri atas 500 perwakilan (''Conseil des Cinq-Cents''/Dewan Lima Ratus) dan 250 senator (''Conseil des Anciens''/Dewan Senior). Kuasa eksekutif dipindahkan ke 5 "direktur" itu, dipilih tahunan oleh ''Conseil des Anciens'' dari daftar yang diberikan oleh ''Conseil des Cinq-Cents''.{{butuh rujukan}}
On the night of [[August 10]] 1792, insurgents, supported by a new revolutionary [[Paris Commune (French Revolution)|Paris Commune]], assailed the Tuileries. The king and queen ended up prisoners and a rump session of the Legislative Assembly suspended the monarchy: little more than a third of the deputies were present, almost all of them Jacobins.
 
[[Rezim|Régime]] baru berhadapan dengan oposisi dari Jacobin dan royalis yang tersisa. Pasukan pemerintah meredam semua pemberontakan dan kegiatan kontrarevolusi. Dengan cara ini pasukan tersebut dan jenderalnya yang berhasil, [[Napoleon I dari Prancis|Napoleon Bonaparte]] memperoleh lebih banyak kekuasaan.{{butuh rujukan}}
What remained of a national government depended on the support of the insurrectionary Commune. When the Commune sent gangs of assassins into the prisons to butcher 1400 victims, and addressed a circular letter to the other cities of France inviting them to follow this example, the Assembly could offer only feeble resistance. This situation persisted until the [[French National Convention|Convention]], charged with writing a new constitution, met on [[September 20]], 1792 and became the new ''de facto'' government of France. The next day it abolished the monarchy and declared a republic. This date was later retroactively adopted as the beginning of [[Year One]] of the [[French Revolutionary Calendar]].
 
Pada tanggal [[9 November]] [[1799]] ([[18 Brumaire]] dari Tahun VIII) [[Napoleon]] mengadakan ''[[kup]]'' yang melantik dirinya sebagai [[Konsulat Prancis|Konsulat]]; secara efektif hal ini memulai kediktatorannya dan akhirnya di tahun (1804) mengangkat dirinya sebagai kaisar, yang membawa mendekati fase [[republikan]] spesifik pada masa Revolusi Prancis.{{butuh rujukan}}
===The Convention===
[[Image:LouisXVIExecutionBig.jpg|thumb|Execution of Louis XVI]]
''For a more detailed description of the events of [[September 20]] [[1792]]- [[September 26]] [[1795]], see [[National Convention]].''
 
== Dampak ==
The legislative power in the new republic fell to a National Convention, while the executive power came to rest in the [[Committee of Public Safety]]. The Girondins became the most influential party in the Convention and on the Committee.
 
=== Bidang agama ===
In the [[Brunswick Manifesto]], the Imperial and Prussian armies threatened retaliation on the French population should it resist their advance or the reinstatement of the monarchy. As a consequence, King Louis was seen as conspiring with the enemies of France. [[January 17]] [[1793]] saw King Louis condemned to death for "conspiracy against the public liberty and the general safety" by a weak majority in Convention. The [[January 21]] execution led to more wars with other European countries. Louis' Austrian-born queen, Marie Antoinette, would follow him to the guillotine on [[October 16]].
Revolusi Prancis menimbulkan sekularisme atas paham agama Kristen. Sekularisme ini kemudian menghilangkan agama dan mengubahnya menjadi bidang sosial dan bidang politik. Teologi Kristen yang menyatakan bahwa hanya agama Kristen satu-satunya agama yang benar, diubah dengan mengembangkan konsep [[inklusivisme]] dan [[pluralisme]]. Dalam bidang organisasi keagamaan, konsep agama formal dihilangkan dengan mengembangkan konsep agama sebagai aktivitas Dalam bidang kajian [[kitab suci]], kaum sekularis mengadakan dekonstruksi konsep Alkitab sebagai Firman Tuhan melalui [[hermeneutika]]. Lalu, mereka mengembangkan metode [[Kritik sejarah (Alkitab)|kritik sejarah atas Alkitab]].<ref>{{Cite book|last=Husaini|first=Adian|date=2005|title=Wajah Peradaban Barat: Dari Hegemoni Kristen ke Dominasi Sekuler Liberal|location=Jakarta|publisher=Gema Insani|isbn=978-602-250-517-4|pages=55-56|url-status=live}}</ref>
 
=== Bidang politik ===
When war went badly, prices rose and the [[sans-culottes]] (poor labourers and radical Jacobins) rioted; counter-revolutionary activities began in some regions. This encouraged the Jacobins to seize power through a parliamentary ''[[coup d'état | coup]]'', backed up by force effected by mobilising public support against the Girondist faction, and by utilising the mob power of the Parisian ''sans-culottes''. An alliance of Jacobin and ''sans-culottes'' elements thus became the effective centre of the new government. Policy became considerably more radical.
Dampa utama yang ditimbulkan revolusi Prancis terhadap sistem politik jelas berupa kekuasaan absolut yang sangat dikecam oleh rakyat. Lebih dari itu, paham liberal yang muncul dengan adanya revolusi Prancis sangat pesat menyebar hingga ke penjuru dunia seperti [[Spanyol]], Jerman, Rusia, Austria, dan Italia. Dengan adanya revolusi Prancis tumbuh pula paham demokrasi, parlementer, republik, dan lain sebagainya yang tentunya juga mulai tumbuh di negara lain.{{Butuh rujukan}}
 
=== Bidang sosial ===
[[Image:Badische Guillotine.JPG|thumb|left|[[Guillotine]]: between 18,000 to 40,000 people were executed during the [[Reign of Terror]]]]
Dalam perjuangan revolusi Prancis jelas dapat kita ketahui bahwa stratifikasi sosial di negara tersebut dihapuskan, memberikan hak dan kewajiban yang sama terhadap seluruh rakyat serta memberikan kebebasan dalam menentukan agama, [[pendidikan]], dan pekerjaan.{{Butuh rujukan}}
The [[Committee of Public Safety]] came under the control of [[Maximilien Robespierre]], and the Jacobins unleashed the [[Reign of Terror]] ([[1793]]-[[1794]]). At least 1200 people met their deaths under the [[guillotine]] or otherwise; after accusations of counter-revolutionary activities. The slightest hint of counter-revolutionary thoughts or activities (or, as in the case of [[Jacques Hébert]], revolutionary zeal exceeding that of those in power) could place one under suspicion, and the trials did not proceed scrupulously.
 
=== Bidang ekonomi ===
In 1794 [[Robespierre]] had ultra-radicals and moderate Jacobins executed; in consequence, however, his own popular support eroded markedly. On [[July 27]], [[1794]], the French people revolted against the excesses of the Reign of Terror in what became known as the [[Thermidorian Reaction]]. It resulted in moderate Convention members deposing and executing Robespierre and several other leading members of the Committee of Public Safety. The new government was predominantly made up of Girondists who had survived the Terror, and after taking power, they took revenge as well by persecuting even those Jacobins who had helped to overthrow Robespierre, banning the Jacobin Club, and executing many of its former members in what was known as the [[White Terror]].
Dihapusnya sistem gilde, yakni sistem dalam peraturan [[perdagangan]]. Dengan dihapusnya sistem ini maka perdagangan dan industri dapat berkembang dengan cukup baik di Prancis pasca revolusi Prancis.{{Butuh rujukan}}
 
Disisi lain kehidupan petani juga memiliki peningkatan, hal ini tidak lain karena dihapusnya pajak feodal dan selain sebagai penggarap tanah, petani juga diberikan hak untuk memiliki [[tanah]]. Dengan demikian pendapatan dan taraf hidup petani perlahan semakin meningkat.{{Butuh rujukan}}
The Convention approved the new "Constitution of the Year III" on [[August 17]] [[1795]]; a [[plebiscite]] ratified it in September; and it took effect on [[September 26]], [[1795]].
 
== Pengaruh Revolusi Prancis Terhadap Indonesia ==
===The Directory===
Salah satu wilayah yang terkena dampak positif dari terjadinya revolusi Prancis adalah Indonesia. Meskipun pada saat itu kedaulatan NKRI dan kemerdekaan Indonesia belum menemu jalannya, tetapi peristiwa revolusi Prancis memberikan inspirasi bagi para tokoh di Indonesia. Beberapa paham yang turut dijadikan sebagai motor penggerak massa mencari jalan Indonesia dalam kebabasan dan kemerdekaan adalah sebagai berikut:
''For more information on the events of [[September 26]] [[1795]] - [[November 9]] [[1799]], see [[French Directory]].''
=== Paham Nasionalisme ===
Sebagaimana catatan sejarah yang ada, paham nasionalisme muncul dan berkembang di daratan Eropa. Setelah adanya revolusi Prancis paham ini menyebar dengan cepat di daratan Asia dan Afrika, tidak terkecuali Indonesia dalam melawan negara imperialis Barat yang telah lama berkongko di Indonesia.{{butuh rujukan}}
 
Boedi Oetomo adalah salah satu organisasi nasional yang telah mengikuti paham nasionalisme dan berdiri pada tanggal 20 Mei 1908. Dari organisasi nasional pertama di Indonesia ini kemudian paham nasionalisme semakin terkenal dan menyebar di Indonesia sehingga bermunculan pergerakan nasional di Indonesia.{{butuh rujukan}}
The new constitution installed the [[French Directory |''Directoire'']] ([[English language|English]]: ''Directory'') and created the first [[bicameral legislature]] in French history. The parliament consisted of 500 representatives (the ''Conseil des Cinq-Cents'' (Council of the Five Hundred)) and 250 senators (the ''Conseil des Anciens'' (Council of Seniors)). Executive power went to five "directors," named annually by the ''Conseil des Anciens'' from a list submitted by the ''Conseil des Cinq-Cents''.
 
=== Paham Demokrasi ===
The new [[regime|régime]] met with opposition from remaining Jacobins and the royalists. The army suppressed riots and counter-revolutionary activities. In this way the army and its successful general, [[Napoleon I of France|Napoleon Bonaparte]] gained much power.
Meskipun tidak secara langsung terkena dampak dari terjadinya revolusi Prancis, tetapi secara tidak langsung paham demokrasi yang mulai muncul di Indonesia pada Abad ke-20 merupakan bukti menyebarnya paham demokrasi ke seluruh penjuru dunia. Hal ini dibuktikan pada saat pemerintah Belanda yang pada waktu itu berkuasa di Indonesia memutuskan kaum bumi putera wajib militer guna memperkuat keamanan. Mendengar keputusan tersebut yang terjadi pada tahun 1916 ini maka Boedi Oetomo mengirimkan wakilnya yakni Dwidjosewoyo untuk melakukan perundingan dan negosiasi terhadap para pemimpin Belanda di Indonesia. Dari hasil negosiasi tersebut pemerintah Belanda tidak jadi memberikan wajib militer bagi penduduk pribumi melainkan diganti dengan pendirian Volksraad yakni Dewan Perwakilan Rakyat Hindia Belanda yang diresmikan pada tanggal 16 bulan Desember tahun 1916.{{butuh rujukan}}
 
Selain hal tersebut diatas, bukti paham demokrasi muncul di Indonesia setelah adanya revolusi Prancis ialah adanya tuntutan Indonesia Ber-parlemen. Bentuk perjuangan dan asas yang dianut dalam sistem parlemen tetunya sedikit banyak terinspirasi oleh perjuangan rakyat Prancis pada masa revolusi Prancis. Dengan adanya paham ini kemudian partai-partai politik di Indonesia bergabung membentuk wadah baru yang disebut dengan Gabungan Politik Indonesia atau yang sering disingkat GAPI. Dalam perjuangannya GAPI menyerukan bahwa Indonesia Berparlemen. Hal ini dilakukan guna menghindari paham fasisme yang pada saat itu sangat meresahkan dunia khususnya pada masa perang dunia II.{{butuh rujukan}}
On [[November 9]] [[1799]] ([[18 Brumaire]] of the Year VIII) [[Napoleon]] staged the ''[[coup]]'' which installed the [[French Consulate|Consulate]]; this effectively led to his dictatorship and eventually (in 1804) to his proclamation as emperor, which brought to a close the specifically [[republic]]an phase of the French Revolution.
 
==See= alsoPersatuan ===
Sebagaimana kita ketahui bahwa revolusi Prancis dapat berjalan dengan lancar karena adanya persatuan dari rakyat-nya. Hal itu pula menginspirasi Indonesia untuk menumbuhkan sikap persatuan dalam perjuangan merebut kemerdekaan. Salah satu bukti awal lahirnya persatuan di Indonesia setelah adanya revolusi Prancis adalah digunakannya bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Hal ini diikrarkan oleh para pemuda Indonesia yang kemudian kita kenal dengan “Sumpah Pemuda”.{{butuh rujukan}}
*[[French Revolutionary Calendar]]
*[[French Revolutionary Wars]]
*[[Glossary of the French Revolution]]
*[[History of democracy]]
*[[List of people associated with the French Revolution]]
*[[List of people granted honorary French citizenship during the French Revolution]]
*[[Reactionary]]
*[[Timeline of the French Revolution]]
 
== Lihat pula ==
===Other revolutions in French history===
* [[Kalender Revolusi Prancis]]
*[[July Revolution]]
* [[Perang Revolusi Prancis]]
*[[The Revolutions of 1848 in France]]
* [[Daftar istilah Revolusi Prancis]]
*[[Paris Commune]] of 1871
* [[Sejarah demokrasi]]
*[[May 1968]], a noteworthy rebellion, though not quite a revolution -->
* [[Daftar tokoh Revolusi Prancis]]
* [[Daftar tokoh yang dianugerahi status warganegara terhormat Prancis selama Revolusi Prancis]]
* [[Reaksioner]]
* [[Garis waktu Revolusi Prancis]]
 
=== Revolusi lain dalam sejarah Prancis ===
==Tokoh-tokoh==
Beberapa tokoh dalam* [[Revolusi Perancis:Juli]]
* [[Revolusi 1848 di Prancis]]
*[[Jean-Baptiste Bernadotte|Jean-Baptiste Jules Bernadotte]], jendral, kelak menjadi [[Raja Swedia]]
* [[Jean-PaulKomune MaratParis]] 1871
* [[Mei 1968]], huru-hara yang cukup penting, meski tidak cukup untuk dikatakan sebagai revolusi
*[[Louis XVI dari Perancis]]
*[[Louis XVII dari Perancis]]
*[[Marie Antoinette]]
*[[Napoleon Bonaparte]]
*[[Voltaire]]
 
=== Revolusi besar lain dalam sejarah ===
==Lihat pula==
* [[Kalender Revolusi PerancisIndustri]]
* [[Revolusi Amerika]]
* [[Revolusi Komunis Cina|Revolusi Tiongkok]]
* [[Revolusi Rusia]]
* [[Revolusi Mesir]]
* [[Revolusi Indonesia]]
 
== Tokoh-tokoh ==
{{stub}}
Beberapa tokoh dalam Revolusi Prancis:
* [[Karl XIV Johan Bernadotte|Jean Baptiste Jules Bernadotte]], kelak menjadi Raja [[Swedia]]
* [[Jean-Paul Marat]]
* [[Louis XVI dari Prancis]]
* [[Louis XVII dari Prancis]]
* [[Marie Antoinette]]
* [[Napoleon Bonaparte]]
* [[Voltaire]]
 
== Referensi ==
[[Kategori:Sejarah Perancis]]
{{reflist|3}}
[[Kategori:Revolusi|Perancis]]
{{Revolusi Prancis}}
 
[[Kategori:Revolusi Prancis| ]]
[[af:Franse Rewolusie]]
[[Kategori:Perang kemerdekaan]]
[[ar:الثورة الفرنسية]]
[[Kategori:Revolusi]]
[[ast:Revolución Francesa]]
[[Kategori:Sejarah]]
[[bn:ফরাসী বিপ্লব]]
[[Kategori:Konflik tahun 1790-an]]
[[bs:Francuska revolucija]]
[[ca:Revolució Francesa]]
[[cs:Velká francouzská revoluce]]
[[cy:Y Chwyldro Ffrengig]]
[[da:Franske revolution]]
[[de:Französische Revolution]]
[[el:Γαλλική Επανάσταση]]
[[en:French Revolution]]
[[eo:Francaj revolucioj]]
[[es:Revolución Francesa]]
[[et:Suur Prantsuse revolutsioon]]
[[eu:Frantziako Iraultza]]
[[fa:انقلاب فرانسه]]
[[fi:Ranskan suuri vallankumous]]
[[fr:Révolution française]]
[[gl:Revolución Francesa]]
[[he:המהפכה הצרפתית]]
[[hr:Francuska revolucija]]
[[hu:Nagy francia forradalom]]
[[is:Franska byltingin]]
[[it:Rivoluzione francese]]
[[ja:フランス革命]]
[[ka:საფრანგეთის რევოლუცია]]
[[ko:프랑스 혁명]]
[[kw:Domhwelans Frynkek]]
[[lb:Franséisch Revolutioun]]
[[lt:Didžioji Prancūzų revoliucija]]
[[lv:Franču revolūcija]]
[[mt:Rivoluzzjoni Franċiża]]
[[nds:Franzöösche Revolutschoon]]
[[nl:Franse Revolutie]]
[[nn:Den franske revolusjonen]]
[[no:Den franske revolusjon]]
[[pl:Wielka Rewolucja Francuska]]
[[pt:Revolução Francesa]]
[[ro:Revoluţia franceză]]
[[ru:Великая французская революция]]
[[scn:Rivuluzzioni francisi]]
[[sh:Francuska revolucija]]
[[simple:French Revolution]]
[[sk:Francúzska revolúcia]]
[[sl:Francoska revolucija]]
[[sr:Француска револуција]]
[[sv:Franska revolutionen]]
[[th:การปฏิวัติฝรั่งเศส]]
[[tr:Fransız İhtilali]]
[[ur:انقلاب فرانس]]
[[vi:Cách mạng Pháp]]
[[yi:פראנצויזישע רעוואלוציע]]
[[zh:法国大革命]]