Percandian Batujaya: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Peppcheese (bicara | kontrib)
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.9.2
 
(87 revisi perantara oleh 49 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
[[GambarBerkas:Candi Batujaya.jpg|thumbjmpl|Candi Jiwa di situs Percandian Batujaya]]
'''Kompleks Percandian Batujaya''' adalah sebuah suatu kompleks percandian [[Agama Buddha|Buddha]] kuno yang terletak di Kecamatan [[Batujaya, Karawang|Batujaya]] dan Kecamatan [[Pakisjaya, Karawang|Pakisjaya]], Kabupaten [[Karawang]], Provinsi [[Jawa Barat]]. Situs ini disebut percandian karena terdiri dari sekumpulan [[candi]] yang tersebar di beberapa titik. Candi-candi tersebut merupakan candi-candi tertua di [[Nusantara]]. Kompleks percandian dibangun pada zaman [[Kerajaan Tarumanagara]] yang bercorak [[Agama Hindu|Hindu]]. Pembangunan kompleks candi Buddha yang megah di kerajaan Hindu menunjukkan tingginya toleransi antar umat beragama pada masa itu.
 
== Lokasi ==
Candi atau lebih tepat disebut '''Kompleks Percandian Batujaya''' adalah sebuah situs peninggalan Buddha kuna yang terletak di kecamatan [[Batujaya, Karawang|Batujaya]] dan juga di kecamatan [[Pakisjaya, Karawang|Pakisjaya]], kabupaten [[Karawang]], provinsi [[Jawa Barat]]. Situs ini disebut percandian karena merupakan kompleks candi-candi yang berbeda-beda.
Situs Batujaya secara administratif terletak di perbatasan antara dua wilayah [[desa]], yaitu desaDesa [[Segaran, kecamatanBatujaya, Karawang|Segaran]], Kecamatan [[Batujaya, Karawang|Batujaya]] dan desaDesa Telagajaya[[Talagajaya, kecamatanPakisjaya, Karawang|Talagajaya]], Kecamatan [[Pakisjaya, Karawang|Pakisjaya]] di kabupaten[[Kabupaten Karawang]], [[Jawa Barat]]. Luas situs Batujaya ini diperkirakan sekitar 5lima [[kilometer|km]]<sup>2</sup>. Situs ini terletak di tengah-tengah daerah [[sawah|persawahan]] dan sebagian di bagiandekat permukiman penduduk dan tidak berada jauh dari garis pantai utara [[Jawa Barat]] (pantai ujung[[Ujung Karawang]]). Batujaya kurang lebih terletak 6enam kilometer dari pesisir utara dan sekitar 500 meter daridi utara [[sungai Citarum]]. Keberadaan sungai citarum ini memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap areakeadaan situs. Sebabsekarang karen tanah di daerah siniini tidak pernah kering sepanjang tahun, baik pada musim [[kemarau]] atauataupun pada [[musim hujan]].
 
Lokasi percandian ini jika ditempuh menggunakan kendaraan sendiri dan datang dari [[Jakarta]], dapat dicapai dengan mengambil [[Jalan Tol Jakarta-Cikampek|Jalan tol Cikampek]]. Keluar di gerbang tol Karawang Barat dan mengambil jurusan [[Rengasdengklok]]. Selanjutnya mengambil jalan ke arah Batujaya di suatu persimpangan. Walaupun jika ditarik garis lurus hanya berjarak sekitar 50&nbsp;km dari Jakarta, waktu tempuh dapat mencapai tiga jam<ref>[http://www.ils.fr/candi/indonesie/cangkuang_E.htm The temples of Western Java: Cangkuang, Batujaya, Cibuaya]</ref> karena kondisi jalan yang ada.
==Lokasi==
Situs Batujaya secara administratif terletak di perbatasan antara dua desa, yaitu desa Segaran, kecamatan Batujaya dan desa Telagajaya, kecamatan Pakisjaya di kabupaten Karawang, Jawa Barat. Luas situs Batujaya ini diperkirakan sekitar 5 [[kilometer|km]]<sup>2</sup>. Situs ini terletak di tengah-tengah daerah [[sawah|persawahan]] dan sebagian di bagian permukiman penduduk dan tidak berada jauh dari garis pantai utara Jawa Barat (pantai ujung Karawang). Batujaya kurang lebih terletak 6 kilometer dari pesisir utara dan sekitar 500 meter dari utara [[sungai Citarum]]. Keberadaan sungai citarum ini memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap area situs. Sebab tanah di daerah sini tidak pernah kering sepanjang tahun, baik pada musim [[kemarau]] atau pada [[musim hujan]].
 
Situs Batujaya terletak di lokasi yang relatif berdekatan dengan [[Situs Cibuaya]] (sekitar 15&nbsp;km di arah timur laut) yang merupakan peninggalan bangunan [[Hindu]] dan situs temuan pra-[[Agama Hindu|Hindu]] "[[Kebudayaan Buni]]" yang diperkirakan berasal dari masa abad pertama Masehi. Kenyataan ini seakan-akan mendukung tulisan [[Fa Hsien]], seorang bhiksu dari Cina yang berkunjung ke Pulau Jawa pada tahun 414 Masehi, yang menyatakan: "Di Ye-po-ti (transliterasi dari Jawa Dwipa, kemungkinan besar yang dimaksud adalah Kerajaan [[Tarumanagara]], kerajaan di Pulau Jawa yang berjaya pada masa itu) jarang ditemukan penganut Agama [[Buddha]], tetapi banyak dijumpai brahmana dan orang-orang beragama kotor (penganut kepercayaan lokal, animisme)".<ref name="Agustijanto">Agustijanto I. 2006. [http://www.budpar.go.id/filedata/858_1255-situsbatujaya11.pdf Komplek Percandian Batujaya Tempat Lahirnya Kebudayaan di Tatar Sunda]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }} Puslitbang Arkenas, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.</ref>
===Cara mengunjungi lokasi===
Jika menggunakan kendaraan sendiri, dan dari datang Jakarta, ambil [[jalan tol]] [[jalan tol Cikampek|Cikampek]]. Keluar di Karawang dan ambil jurusan Rengasdengklok. Sesampai di sini ambil jurusan Batujaya.
 
Lokasi candi ini dahulu merupakan danau atau rawa dan candi dibangun di tepian. Danau ini terbentuk akibat beralihnya [[Ci Tarum]] dari arah utara ke barat laut. Hal ini juga ditandakan dengan nama desa yang ada yaitu ''Segaran'' dan ''Telaga Jaya'' yang berarti laut atau badan air seperti danau dalam bahasa Sanskerta.
==Penelitian==
Situs Batujaya pertama kali ditemukan oleh tim [[arkeologi]] Fakultas Sastra [[Universitas Indonesia]] (sekarang disebut Fakultas Ilmu Budaya UI) pada tahun [[1984]]. Semenjak awal penelitian dari tahun [[1985]] sampai dengan tahun [[1999]], ditemukan tidak kurang dari 13 situs di desa Segaran dan 11 situs di Tegaljaya. Sehingga secara total ada 24 buah situs di kawasan ini.
 
== Penelitian ==
Sampai pada penelitian tahun [[2000]] baru 11 buah candi yang diteliti (ekskavasi) dan sampai saat ini masih banyak pertanyaan yang belum terungkap secara pasti mengenai kronologi, sifat keagamaan, bentuk, dan pola percandiannya. Meskipun begitu, dua candi di situs Batujaya telah dipugar dan sedang dipugar.
Situs Batujaya pertama kali diteliti oleh tim [[arkeologi]] Fakultas Sastra [[Universitas Indonesia]] (sekarang disebut Fakultas Ilmu Budaya UI) pada tahun [[1984]] berdasarkan laporan adanya penemuan benda-benda purbakala di sekitar gundukan-gundukan tanah di tengah-tengah sawah. Gundukan-gundukan ini oleh penduduk setempat disebut sebagai ''onur'' atau ''unur'' dan dikeramatkan oleh warga sekitar. Ekskavasi dan penelitian dilaksanakan oleh [[Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional]] (Puslit Arkenas) dan dibantu oleh [[EFEO]] (''École Français d’Extrême-Orient'') dan dukungan dana dari Ford Motor Company<ref>[http://media.ford.com/events/2003_grants_album.pdf Ford Motor Company Conservation and Environment Grants 1983-2003] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20080930071123/http://media.ford.com/events/2003_grants_album.pdf |date=2008-09-30 }}.Brosur.</ref> digunakan untuk kegiatan kajian situs ini.
 
Semenjak awal penelitian dari tahun [[1992]] sampai dengan tahun [[2006]] telah ditemukan 31 tapak situs sisa-sisa bangunan. Penamaan tapak-tapak itu mengikuti nama desa tempat suatu tapak berlokasi, seperti Segaran 1, Segaran 2, Telagajaya 1, dan seterusnya.<ref name="Agustijanto"/> Sampai pada penelitian tahun [[2000]] baru 11 buah candi yang diteliti (ekskavasi). Laporan Balai Penelitian Cagar Budaya (BPCB) Serang pada tahun 2014 menyebutkan ada 40 situs sisa bangunan (candi) yang ada di kawasan Batujaya.<ref>Ita Nina Winarsih & Dewi Mardiani. [https://www.republika.co.id/berita/nasional/jawa-barat-nasional/14/01/03/mytrfk-situs-candi-di-batujaya-tambah-jadi-40 Situs Candi di Batujaya Tambah Jadi 40]. Republika Online. Edisi Jumat 03 Jan 2014 19:16 WIB. Diakses 2 januari 2019.</ref> Sampai tahun 2016 diketahui terdapat 62 unur dan 51 di antaranya terkonfirmasi memiliki sisa-sisa bangunan. Banyaknya temuan ini menyisakan banyak pertanyaan yang belum terungkap secara pasti mengenai kronologi, sifat keagamaan, bentuk, dan pola percandian.
Saat ini ekskavasi dan penelitian dilaksanakan oleh tim gabungan Indonesia-Perancis. Hal ini antara lain dimungkinkan berkat bantuan EFEO (<i>École Français d’Extrême-Orient</i>).
 
Sampai 2014, empat candi di Situs Batujaya (Batujaya I atau Candi Jiwa, Batujaya V atau Candi Blandongan, Talagajaya I atau atau Batujaya VII atau Candi Serut, dan Talagajaya IV atau Batujaya VIII atau Segaran IX atau Candi Sumur) telah atau sedang dipugar.<ref>Perpustakaan Nasional. 2014. [http://candi.perpusnas.go.id/temples/deskripsi-jawa_barat-candi_situs_batujaya_1 Candi Situs Batujaya]. Diakses 2 Januari 2019.</ref>
==Arsitektur Bangunan==
Dari segi kualitas, candi di situs Batujaya tidaklah utuh secara umum sebagaimana layaknya sebagian besar bangunan candi. Bangunan-bangunan candi tersebut ditemukan hanya di bagian kaki atau dasar bangunan, kecuali sisa bangunan di situs Candi Blandongan.
 
== Bangunan dan temuan-temuan lainnya ==
Candi-candi yang sebagian besar masih berada di dalam tanah berbentuk gundukan bukit (juga disebut sebagai <i>unur</i> dalam [[bahasa Sunda]] dan [[bahasa Jawa]]). Ternyata candi-candi ini tidak memperlihatkan ukuran atau ketinggian bangunan yang sama.
[[Berkas:Bata Candi-candi Batujaya.JPG|jmpl|Candi-candi di Batujaya yang dibangun dengan menggunakan [[batu bata]] berisi [[sekam]] padi]]
Dari segi kualitas, candi di situs Batujaya tidaklah utuh secara umum sebagaimana layaknya sebagian besar bangunan candi. Bangunan-bangunan candi tersebut ditemukan hanya di bagian kaki atau dasar bangunan, kecuali sisa bangunan di situs Candi Blandongan.
 
Candi-candi yang sebagian besar masih berada di dalam tanah berbentuk gundukan bukit (juga disebut sebagai <i>''unur</i>'' dalam [[bahasa Sunda]] dan [[bahasa Jawa]]). Ternyata candi-candi ini tidak memperlihatkan ukuran atau ketinggian bangunan yang sama.
===Candi Jiwa===
Candi yang ditemukan di situs ini seperti candi Jiwa, struktur bagian atasnya menunjukkan bentuk seperti bunga padma (bunga teratai). Pada bagian tengahnya terdapat denah struktur melingkar yang sepertinya adalah bekas [[stupa]] atau lapik patung Buddha. Pada candi ini tidak ditemukan tangga, sehingga wujudnya mirip dengan stupa atau arca Buddha di atas bunga teratai yang sedang berbunga mekar dan terapung di atas air. Betuk seperti ini adalah unik dan belum pernah ditemukan di Indonesia.
 
BangunanBahan candibangunan Jiwacandi tidak terbuat dari batu, namunandesit dariseperti lempengancandi-lempengancandi di Jawa Tengah, melainkan terbuat dari batu bata.
 
==Penanggalan= Candi Jiwa ===
Candi yang ditemukan di situs ini seperti candi Jiwa, strukturStruktur bagian atasnya menunjukkan bentuk seperti bunga padma (bunga teratai). Pada bagian tengahnya terdapat denah struktur melingkar yang sepertinya adalah bekas [[stupa]] atau lapik patung [[Buddha]]. Pada candi ini tidak ditemukan tangga, sehingga wujudnya mirip dengan stupa atau arca Buddha di atas bunga teratai yang sedang berbunga mekar dan terapung di atas air. BetukBentuk seperti ini adalah unik dan belum pernah ditemukan di Indonesia.
Berdasarkan [[analisis radiometri Carbon 14]] pada [[artefak]]-artefak peninggalan di candi Blandongan, salah satu situs percandian Batujaya, diketahui bahwa kronologi paling tua berasal dari abad ke-2 [[Masehi]] dan yang paling muda berasal dari abad ke-12.
 
Seperti candi-candi Buddha pada umumnya, ritual persembahyangan di Candi Jiwa dilakukan dengan pradaksina, yaitu dengan posisi tangan anjali dan langkah penuh perhatian mengelilingi candi sebanyak 3 kali searah jarum jam. Dan candi jiwa saat ini sudah di pugar dan di perbaiki jadi terlihat lebih bagus dalam beberapa artikel dan media informasi diantaranya Karawangportal
Di samping pertanggalan absolut di atas ini, pertanggalan relatif berdasarkan bentuk [[paleografi]] tulisan beberapa prasasti yang ditemukan di situs ini dan cara analogi dan tipologi temuan-temuan arkeologi lainnya seperti keramik China, gerabah, votive tablet, lepa (pleister), hiasan dan arca-arca stucco dan bangunan bata banyak membantu.
Banyak photo-photo dan artikel yang menjelaskan candi jiwa.
 
=== Candi JiwaBlandongan ===
==Sumber rujukan==
Terletak sekitar 100 meter dari Candi Jiwa dan memiliki ukuran lebih luas. Candi Blandongan memiliki 4 buah tangga pada setiap sisinya. Bagian bawah bangunan terdapat selasar yang memisahkan dinding selasar dengan badan bangunan yang berlapik. Dilihat dari perbedaan struktur bangunan, fungsi Candi Blandongan berbeda dengan Candi Jiwa yang merupakan candi untuk ritual pemujaan kepada [[Siddhartha Gautama|Buddha Shakyamuni]] ([[Siddhartha Gautama]]). Candi Blandongan kemungkinan berfungsi sebagai candi pendharmaan raja, yakni Raja [[Purnawarman]].
*''Leaflet'' Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Serang Wilayah Kerja Propinsi Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta dan Lampung, 2003, ''Situs Percandian Batujaya, Kabupaten Karawang, Propinsi Jawa Barat''.
 
Walaupun Purnawarman beragama [[Agama Hindu|Hindu]] [[Waisnawa]] (aliran Agama [[Agama Hindu|Hindu]] yang menitikberatkan pada pemujaan terhadap Dewa [[Wisnu]]), sebagai seorang raja yang membawa kemakmuran bagi rakyatnya, bukan hal yang aneh jika beliau juga dihormati oleh penganut Agama [[Buddha]] dan dibuatkan candi pendharmaan (semisal [[Wisnuwardhana|Sri Jaya Wisnuwardhana]], Raja [[Kerajaan Singasari|Singasari]], didharmakan di [[Candi Jago]] yang bercorak [[Buddha]] dan di Candi Mleri yang bercorak [[Agama Hindu|Hindu]] [[Saiwa]]).
{{stub}}
 
=== Amulet Candi Blandongan ===
[[kategori:Candi]]
Pada saat dilakukan ekskavasi, ditemukan amulet-amulet di Candi Blandongan. Amulet-amulet tersebut memiliki bentuk, ukuran, dan hiasan yang sama, yang membedakan hanyalah ada atau tidaknya tulisan di bagian bawah amulet. Temuan lain yaitu lempengan emas 16 karat dengan tulisan Pallawa dan bahasa Sansekerta.
[[kategori:Buddhisme]]
 
Amulet biasanya digunakan sebagai penolak bala atau pembawa keberuntungan. Amulet-amulet yang ditemukan di Candi Blandongan berupa ukiran 6 sosok: di sisi atas terdiri dari 3 sosok [[Buddha]] dalam postur bersila dengan gestur meditasi (dhyana mudra); di sisi bawah tengah terdapat sosok [[Buddha]] dalam postur duduk dengan gestur menolak bala (abhaya mudra), di sebelah kanannya sosok Brahma Sahampati dan di sebelah kirinya sosok [[Sakka (Agama Buddha)|Dewa Sakra]] ([[Sakka (Agama Buddha)|Sakka]]) dalam posisi berdiri.
 
Amulet-amulet tersebut menceritakan peristiwa [[Mukjizat Ganda]] yang dilakukan oleh [[Siddhartha Gautama|Buddha Shakyamuni]] di kota Shrawasti (Savatthi). Berdasarkan cerita tersebut, Buddha Shakyamuni melakukan mukjizat air dan api di hadapan raja pada saat kontes dengan 6 guru agama lain, yaitu memancarkan api dari bagian atas tubuhnya dan aliran air dari bawah, dan kemudian memancar secara bergantian. Lidah api dan aliran air juga muncul bergantian dari sisi kanan dan dari kiri tubuhnya. Setelah menyaksikan kesaktian Sang Buddha, timbul keyakinan (shraddha/saddha) kepada Buddha dalam hati raja dan semua yang menyaksikan. Setelah itu Raja Naga Nanda dan Upananda menciptakan singgasana teratai untuk Sang Buddha. Sang Buddha pun duduk di atas singgasana teratai, didampingi oleh Brahma Sahampati di sisi kanan dan [[Sakka (Agama Buddha)|Dewa Sakra]] di sebelah kiri [[Buddha]]. Kemudian Sang Buddha menciptakan duplikasi teratai dan dirinya hingga memenuhi langit. Duplikasi Sang Buddha tersebut saling bertanya jawab Dharma (Dhamma) satu dengan yang lainnya, sehingga membuat mereka yang menyaksikan selain timbul keyakinan, juga mengerti ajaran Sang Buddha.
 
Dalam penggambaran di amulet, sosok Buddha berada di bagian bawah tengah, sedangkan duplikasi Sang Buddha digambarkan dalam 3 sosok Buddha dalam postur meditasi di bagian atas.
 
Kisah ini terdapat dalam sastra Diwyawadana (Divyavadana) berbahasa Sansekerta, di dalam kitab Pratiharya-sutra. Sastra Diwyawadana (Divyavadana) merupakan naskah Agama Buddha Aliran Mulasarwastiwada (Mulasarvastivada), yang tergolong sebagai aliran Srawakayana (Sravakayana). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Agama Buddha yang dianut pada zaman tersebut adalah Aliran Mulasarwastiwada (Mulasarvastivada).
 
== Penanggalan ==
Berdasarkan [[analisis radiometri Carbonkarbon 14]] pada [[artefak]]-artefak peninggalan di candiCandi Blandongan, salah satu situs percandian Batujaya, diketahui bahwa kronologi paling tua berasal dari abad ke-2 [[Masehi]] dan yang paling muda berasal dari abad ke-12 Masehi.
 
Di samping pertanggalan absolut di atas ini, pertanggalan relatif berdasarkan bentuk [[paleografi]] tulisan beberapa prasasti yang ditemukan di situs ini dan cara analogi dan tipologi temuan-temuan arkeologi lainnya seperti [[keramik]] ChinaCina, [[gerabah]], ''votive tablet'', [[lepa]] (pleister), hiasan dan arca-arca ''stucco'' dan bangunan bata banyak membantu.
 
Berdasarkan catatan dari [[Fa Hsien]], diketahui bahwa pada awal abad ke-4 masih sedikit sekali penganut Agama [[Buddha]] di Pulau Jawa, maka kecil sekali kemungkinan pembangunan kompleks candi [[Buddha]] dilakukan sebelum abad ke-4. Lokasi percandian mungkin sudah menjadi pusat pemujaan sejak abad ke-2 Masehi, namun pembangunan kompleks candi yang megah ini kemungkinan besar baru dimulai pada zaman keemasan Kerajaan [[Tarumanagara]], yakni pada masa pemerintahan Raja [[Purnawarman]] (tahun 395-434 Masehi) dan dilanjutkan secara bertahap oleh penerusnya hingga akhirnya ditinggalkan karena banjir bandang pada abad ke-7.
 
== Catatan kaki ==
{{reflist}}
 
== Sumber rujukan ==
* ''LeafletSitus Percandian Batujaya, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat'' (brosur Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Serang Wilayah Kerja PropinsiProvinsi Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta dan Lampung, 2003, ''Situs Percandian Batujaya, Kabupaten Karawang, Propinsi Jawa Barat'').
 
== Pranala luar ==
* Perpustakaan Nasional: ''[http://candi.pnri.go.id/jawa_barat/batujaya/batujaya.htm Candi Batujaya]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}''
* Kompas.com: ''[http://lipsus.kompas.com/ekspedisicitarum/read/2011/04/30/12574475/Batujaya.Sisa.Peradaban.Sungai.Purba Batujaya, Sisa Peradaban Sungai Purba]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}''; Sabtu, 30 April 2011, 12:57 WIB
* Inilah-Jabar: ''[http://www.inilahjabar.com/read/detail/1867724/candi-batujaya-karawang-bisa-masuk-warisan-dunia Candi Batujaya Karawang Bisa Masuk Warisan Dunia]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}''; Sabtu, 2 Juni 2012, 13:42 WIB
 
{{coor title dms|6|3|11.3|S|107|9|9.7|E}}
 
{{Candi Buddha Indonesia}}
 
[[Kategori:Candi di Jawa Barat|Batujaya]]
[[Kategori:Candi Buddha]]
[[Kategori:Situs arkeologi di Jawa Barat]]
[[Kategori:Situs arkeologi Sunda]]
[[Kategori:Kabupaten Karawang]]
[[Kategori:Batujaya, Karawang]]
[[Kategori:Pakisjaya, Karawang]]
 
[[en:Batujaya]]
[[fr:Site de Batujaya]]
[[gl:Complexo de Batujaya]]
[[jv:Situs Candhi Batujaya]]
[[su:Situs Batujaya]]