Sutan Sjahrir: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
(293 revisi antara oleh lebih dari 100 100 pengguna tak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{refimprove}}
{{Infobox PM
| name = Sutan Sjahrir
| image = Soetan Sjahrir 1948.jpg
| caption = Sjahrir pada tahun 1948
| office = Perdana Menteri Indonesia
| order = ke-1
| term_start = 14 November 1945
| term_end = 3 Juli 1947
| president = [[Soekarno]]
| predecessor = ''Tidak ada, jabatan baru''
| successor = [[Amir Sjarifoeddin]]
| office2 = Menteri Dalam Negeri Indonesia
| order2 = ke-2
| term_start2 = 14 November 1945
| term_end2 = 12 Maret 1946
| president2 = [[Soekarno]]
| predecessor2 = [[R.A.A. Wiranatakusumah]]
| successor2 = [[Sudarsono Mangoenadikoesoemo|Sudarsono]]
| office3 = Menteri Luar Negeri Indonesia
| order3 = ke-2
| term_start3 = 14 November 1945
| term_end3 = 3 Juli 1947
| president3 = [[Soekarno]]
| predecessor3 = [[Achmad Soebardjo]]
| successor3 = [[Agus Salim]]
| office4 = Ketua Komite Nasional Indonesia Pusat
| order4 = ke-2
| term_start4 = 17 Oktober 1945
| term_end4 = 14 November 1945
| predecessor4 = [[Kasman Singodimedjo]]
| successor4 = [[Soepeno]]
| birth_date = {{birth date|1909|3|5}}
| birth_place = [[Kota Padang Panjang|Padang Panjang]], [[Hindia Belanda]]
| death_date = {{death date and age|1966|4|9|1909|3|5}}
| death_place = [[Zürich]], Swiss
| nationality =
| party = [[Partai Sosialis Indonesia]]
| spouse = {{marriage|Maria Johanna Duchateau|1932|1932|reason=div}}<br />{{marriage|Siti Wahyunah|1951}}
| children = 2
| signature = Signature of Sutan Sjahrir.png
| governor-general =
| monarch =
| resting_place = [[Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata]]
| alma_mater = [[Universitas Amsterdam]]<br>[[Universitas Leiden]]
| occupation = {{hlist|Politikus|aktivis}}
}}
'''Sutan Syahrir''' (ejaan lama: ''Soetan Sjahrir'', {{lahirmati|[[Kota Padang Panjang|Padang Panjang]], [[Sumatera Barat]]|5|3|1909|[[Zürich]], [[Swiss]]|9|4|1966}}) adalah seorang politikus dan pemimpin revolusi kemerdekaan Indonesia yang menjabat sebagai [[Daftar Perdana Menteri Indonesia|Perdana Menteri Indonesia]] pertama dari tahun 1945 hingga 1947.<ref>Anwar, Rosihan (2010) ''Sutan Sjahrir: Demokrat Sejati, Pejuang Kemanusiaan'' (“Sutan Sjahrir: True Democrat, Fighter for Humanity”)[http://www.thejakartaglobe.com/arts/remembering-sutan-sjahrir/366483]</ref> Sebelumnya, ia adalah seorang organisator nasionalis Indonesia pada tahun 1930-an dan 1940-an. Tidak seperti beberapa rekannya, ia tidak mendukung [[Imperium Jepang|Jepang]] selama [[Pendudukan Jepang di Hindia-Belanda|pendudukan Jepang]] dan berjuang dalam perlawanan terhadap mereka. Ia dianggap sebagai seorang [[Idealisme|idealis]] dan intelektual.
Sjahrir mendirikan [[Partai Sosialis Indonesia]] pada tahun 1948. Ia meninggal dalam pengasingan sebagai tawanan politik dan dimakamkan di [[Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata|TMP Kalibata]], [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]. Sutan Sjahrir ditetapkan sebagai salah seorang [[Pahlawan nasional Indonesia|Pahlawan Nasional Indonesia]] pada tanggal 9 April 1966 melalui Keppres nomor 76 tahun 1966.<ref name="depsos.go.id">[http://www.depsos.go.id/modules.php?name=Pahlawan&opsi=mulai-1 Daftar Nama Pahlawan Nasional Republik Indonesia] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20120414053011/http://www.depsos.go.id/modules.php?name=Pahlawan&opsi=mulai-1 |date=2012-04-14 }}'', Departemen Sosial RI Online, [[Januari]] [[2010]]. Diakses 26 Agustus 2012.''</ref>
== Riwayat ==
Sjahrir lahir di [[Kota Padang Panjang|Padang Panjang]], [[Sumatera Barat]] dari pasangan Mohammad Rasad dengan gelar ''Maharaja Soetan bin Leman'' dan gelar ''Soetan Palindih'' dari [[Koto Gadang, IV Koto, Agam|Koto Gadang]], [[Kabupaten Agam|Agam]], [[Sumatera Barat]] dan Puti Siti Rabiah yang berasal dari negeri Natal, [[Kabupaten Mandailing Natal|Mandailing Natal]], [[Sumatera Utara]].<ref>{{Cite web |url=http://www.sutansjahrir.com/index.php?option=com_content&task=view&id=5&Itemid=6 |title=situs Sutan Sjahrir.com |access-date=2009-08-04 |archive-date=2013-12-08 |archive-url=https://web.archive.org/web/20131208140728/http://www.sutansjahrir.com/index.php?option=com_content&task=view&id=5&Itemid=6 |dead-url=yes }}</ref> Ayahnya menjabat sebagai penasehat [[sultan Deli]] dan kepala jaksa di ''[[landraad]]'' ([[pengadilan negeri]]) [[Kota Medan|Medan]]. Sjahrir bersaudara seayah dengan [[Rohana Kudus]], aktivis serta wartawan wanita yang terkemuka. Sjahrir bersaudara kandung dengan [[Soetan Sjahsam]], seorang makelar saham pribumi paling berpengalaman pada masanya dan [[Soetan Noeralamsjah]], seorang jaksa dan politikus [[Partai Indonesia Raya]] (Parindra).<ref>https://tirto.id/rumitnya-kisah-asmara-sutan-sjahrir-dan-maria-duchateau-cFTX</ref>
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Groepsportret met leerlingen van de openbare Muloschool TMnr 60016264.jpg|jmpl|kiri|300px|Sekolah MULO di Medan (sekitar tahun 1925)]]
Sjahrir mengenyam pendidikan di sekolah dasar ([[ELS]]) dan sekolah menengah ([[MULO]]) terbaik di [[Kota Medan|Medan]]. Hal ini mengantarkannya kepada berbagai buku-buku asing dan ratusan novel Belanda. Malamnya dia mengamen di Hotel De Boer (kini [[Grand Inna Medan]]), hotel khusus untuk tamu-tamu Eropa.
Pada 1926, ia selesai dari MULO, masuk sekolah lanjutan atas ([[AMS]]) di [[Kota Bandung|Bandung]]. Di sekolah itu, dia bergabung dalam [[Himpunan Teater Mahasiswa Indonesia (Batovis)]] sebagai [[sutradara]], [[Penulis naskah|penulis skenario]], dan juga [[Pemeran|aktor]]. Hasil mentas itu dia gunakan untuk membiayai sekolah yang ia dirikan, [[Tjahja Volksuniversiteit (Cahaya Universitas Rakyat)|''Tjahja Volksuniversiteit'' (Cahaya Universitas Rakyat)]].
Di kalangan siswa sekolah menengah (AMS) Bandung, Sjahrir menjadi seorang bintang. Sjahrir bukanlah tipe siswa yang hanya menyibukkan diri dengan buku-buku pelajaran dan pekerjaan rumah. Ia aktif dalam klub debat di sekolahnya. Sjahrir juga berkecimpung dalam aksi pendidikan melek huruf secara gratis bagi anak-anak dari keluarga tak mampu dalam ''Tjahja Volksuniversiteit''.
Aksi sosial Sjahrir kemudian menjurus jadi politis. Ketika para pemuda masih terikat dalam perhimpunan-perhimpunan kedaerahan, pada tanggal [[20 Februari]] [[1927]], Sjahrir termasuk dalam sepuluh orang penggagas pendirian himpunan pemuda nasionalis, ''Jong Indonesië''. Perhimpunan itu kemudian berubah nama jadi [[Pemuda Indonesia]] yang menjadi motor penyelenggaraan [[Kongres Pemuda]], kongres monumental yang mencetuskan [[Sumpah Pemuda]] pada 1928.
Sebagai siswa sekolah menengah, Sjahrir sudah dikenal oleh polisi Bandung sebagai pemimpin redaksi majalah Himpunan Pemuda Nasionalis. Dalam kenangan seorang temannya di AMS, Sjahrir kerap lari digebah polisi karena membandel membaca koran yang memuat berita pemberontakan PKI 1926; koran yang ditempel pada papan dan selalu dijaga polisi agar tak dibaca para pelajar sekolah.
Sjahrir melanjutkan pendidikan ke negeri [[Belanda]] di Fakultas Hukum, [[Universitas Amsterdam]]. Di sana, Sjahrir mendalami [[sosialisme]]. Secara sungguh-sungguh ia berkutat dengan teori-teori sosialisme. Ia akrab dengan Salomon Tas, Ketua Klub Mahasiswa Sosial Demokrat, dan istrinya Maria Duchateau, yang kelak dinikahi Sjahrir, meski sebentar. (Kelak Sjahrir menikah kembali dengan [[Poppy Syahrir|Poppy]], kakak tertua dari [[Soedjatmoko]] dan [[Miriam Boediardjo]]).
Dalam tulisan kenangannya, Salomon Tas berkisah perihal Sjahrir yang mencari teman-teman radikal, berkelana kian jauh ke kiri, hingga ke kalangan [[anarkis]] yang mengharamkan segala hal berbau [[kapitalisme]] dengan bertahan hidup secara kolektif – saling berbagi satu sama lain kecuali sikat gigi. Demi lebih mengenal dunia proletar dan organisasi pergerakannya, Sjahrir pun bekerja pada Sekretariat [[Federasi Buruh Transportasi Internasional]].
Selain menceburkan diri dalam sosialisme, Sjahrir juga aktif dalam [[Perhimpunan Indonesia]] (PI) yang ketika itu dipimpin oleh [[Mohammad Hatta]]. Di awal 1930, pemerintah [[Hindia Belanda]] kian bengis terhadap organisasi pergerakan nasional, dengan aksi razia dan memenjarakan pemimpin pergerakan di tanah air, yang berbuntut pembubaran [[Partai Nasional Indonesia]] (PNI) oleh aktivis PNI sendiri. Berita tersebut menimbulkan kekhawatiran di kalangan aktivis PI di Belanda. Mereka selalu menyerukan agar pergerakan jangan jadi melempem lantaran pemimpinnya dipenjarakan. Seruan itu mereka sampaikan lewat tulisan. Bersama Hatta, keduanya rajin menulis di ''[[Daulat Rakjat]]'', majalah milik [[Pendidikan Nasional Indonesia]], dan memisikan pendidikan rakyat harus menjadi tugas utama pemimpin politik.
{{cquote|"Pertama-tama, marilah kita mendidik, yaitu memetakan jalan menuju kemerdekaan," katanya.}}
Penghujung tahun 1931, Sjahrir meninggalkan kampusnya untuk kembali ke tanah air dan terjun dalam [[pergerakan nasional]]. Sjahrir segera bergabung dalam organisasi Partai Nasional Indonesia (PNI Baru), yang pada Juni 1932 diketuainya. Pengalaman mencemplungkan diri dalam dunia proletar ia praktikkan di tanah air. Sjahrir terjun dalam pergerakan buruh. Ia memuat banyak tulisannya tentang perburuhan dalam Daulat Rakyat. Ia juga kerap berbicara perihal pergerakan buruh dalam forum-forum politik. [[Mei 1933]], Sjahrir didaulat menjadi Ketua Kongres Kaum Buruh Indonesia.
Hatta kemudian kembali ke tanah air pada Agustus 1932, segera pula ia memimpin PNI Baru. Bersama Hatta, Sjahrir mengemudikan PNI Baru sebagai organisasi pencetak kader-kader pergerakan. Berdasarkan analisis pemerintahan kolonial Belanda, gerakan politik Hatta dan Sjahrir dalam PNI Baru justru lebih radikal ketimbang Soekarno dengan PNI-nya yang mengandalkan mobilisasi massa. PNI Baru, menurut polisi kolonial, cukup sebanding dengan organisasi Barat. Meski tanpa aksi massa dan agitasi; secara cerdas, lamban namun pasti, PNI Baru mendidik kader-kader pergerakan yang siap bergerak ke arah tujuan revolusionernya.
Karena takut akan potensi revolusioner PNI Baru, pada Februari 1934, pemerintah kolonial menangkap, memenjarakan, kemudian membuang Sjahrir, Hatta, dan beberapa pemimpin PNI Baru ke [[Kabupaten Boven Digoel|Boven Digoel]]. Hampir setahun dalam kawasan malaria di Papua itu, Hatta dan Sjahrir dipindahkan ke [[Banda Neira]] untuk menjalani masa pembuangan selama enam tahun.
== Masa pendudukan Jepang ==
Sementara Soekarno dan Hatta menjalin kerja sama dengan [[Jepang]], Sjahrir membangun jaringan gerakan bawah tanah anti-fasis. Sjahrir yakin Jepang tak mungkin memenangkan perang. Oleh karena itu, kaum pergerakan mesti menyiapkan diri untuk merebut kemerdekaan di saat yang tepat. Simpul-simpul jaringan gerakan bawah tanah kelompok Syahrir adalah kader-kader PNI Baru yang tetap meneruskan pergerakan dan kader-kader muda yakni para mahasiswa progresif.
Sastra, seorang tokoh senior pergerakan buruh yang akrab dengan Sjahrir, menulis:
{{cquote|Di bawah kepemimpinan Syahrir, kami bergerak di bawah tanah, menyusun kekuatan subjektif, sambil menunggu perkembangan situasi objektif dan tibanya saat-saat psikologis untuk merebut kekuasaan dan kemerdekaan.}}
Situasi objektif itu pun makin terang ketika Jepang makin terdesak oleh pasukan Sekutu. Sjahrir mengetahui perkembangan Perang Dunia dengan cara sembunyi-sembunyi mendengarkan berita dari stasiun radio luar negeri. Kala itu, semua radio tak bisa menangkap berita luar negeri karena disegel oleh Jepang. Berita-berita tersebut kemudian ia sampaikan ke Hatta. Sembari itu, Sjahrir menyiapkan gerakan bawah tanah untuk merebut kekuasaan dari tangan Jepang.
Sjahrir yang didukung para pemuda mendesak Soekarno dan Hatta untuk memproklamasikan kemerdekaan pada 15 Agustus karena Jepang sudah menyerah. Sjahrir siap dengan massa gerakan bawah tanah untuk melancarkan aksi perebutan kekuasaan sebagai simbol dukungan rakyat. Soekarno dan Hatta yang belum mengetahui berita menyerahnya Jepang, tidak merespon secara positif. Mereka menunggu keterangan dari pihak Jepang yang ada di Indonesia, dan proklamasi itu mesti sesuai prosedur lewat keputusan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang dibentuk oleh Jepang. Sesuai rencana PPKI, kemerdekaan akan diproklamasikan pada 24 September 1945. Sikap Soekarno dan Hatta tersebut mengecewakan para pemuda, sebab sikap itu berisiko kemerdekaan RI dinilai sebagai hadiah Jepang dan RI adalah
==
Revolusi menciptakan atmosfer amarah dan ketakutan, karena itu sulit untuk berpikir jernih. Sehingga sedikit sekali tokoh yang punya konsep dan langkah strategis meyakinkan guna mengendalikan kecamuk revolusi. Saat itu, ada dua orang dengan pemikirannya yang populer kemudian dianut banyak kalangan pejuang republik: Tan Malaka dan Sutan Sjahrir. Dua tokoh pergerakan kemerdekaan yang dinilai steril dari noda kolaborasi dengan Pemerintahan Fasis Jepang, meski kemudian bertentangan jalan dalam memperjuangan kedaulatan republik.
Tulisan-tulisan
Dan dia mengecam Soekarno. "Nasionalisme yang Soekarno bangun di atas solidaritas hierarkis, feodalistis: sebenarnya adalah fasisme, musuh terbesar kemajuan dunia dan rakyat kita." Dia juga mengejek gaya agitasi massa Soekarno yang menurutnya tak membawa kejernihan.
''Perjuangan Kita'' adalah karya terbesar
Terbukti kemudian, pada November ’45 Sjahrir didukung pemuda dan ditunjuk Soekarno menjadi formatur kabinet parlementer. Pada usia 36 tahun, mulailah lakon Sjahrir dalam panggung memperjuangkan kedaulatan Republik Indonesia, sebagai Perdana Menteri termuda di dunia, merangkap Menteri Luar Negeri dan Menteri Dalam Negeri.
== Penculikan ==
Penculikan Perdana Menteri Sjahrir merupakan peristiwa yang terjadi pada [[26 Juni]] [[1946]] di [[Kota Surakarta|Surakarta]] oleh kelompok oposisi [[Persatuan Perjuangan]] yang tidak puas atas diplomasi yang dilakukan oleh pemerintahan [[Kabinet Sjahrir II]] dengan [[Belanda|pemerintah Belanda]] karena sangat merugikan perjuangan Bangsa Indonesia saat itu. Kelompok ini menginginkan pengakuan kedaulatan penuh (Merdeka 100%) yang dicetuskan oleh [[Tan Malaka]]. Sedangkan kabinet yang berkuasa hanya menuntut pengakuan kedaulatan atas [[Jawa]] dan [[Pulau Madura|Madura]].
Kelompok Persatuan Perjuangan ini dipimpin oleh Mayor Jendral Soedarsono dan 14 pimpinan sipil, di antaranya [[Tan Malaka]] dari Persatuan Perjuangan bersama dengan Panglima besar Jendral Sudirman. Perdana Menteri Sjahrir ditahan di suatu rumah peristirahatan di Paras.
Presiden [[Soekarno]] sangat marah atas aksi penculikan ini dan memerintahkan Polisi Surakarta menangkap para pimpinan kelompok tersebut. Tanggal [[1 Juli]] 1946, ke-14 pimpinan berhasil ditangkap dan dijebloskan ke penjara Wirogunan.
Tanggal [[2 Juli]] 1946, tentara Divisi 3 yang dipimpin Mayor Jendral [[Soedarsono]] menyerbu penjara Wirogunan dan membebaskan ke 14 pimpinan penculikan.
Presiden Soekarno marah mendengar penyerbuan penjara dan memerintahkan Letnan Kolonel [[Soeharto]], pimpinan tentara di Surakarta, untuk menangkap Mayjen Soedarsono dan pimpinan penculikan. Lt. Kol. Soeharto menolak perintah ini karena dia tidak mau menangkap pimpinan/atasannya sendiri. Dia hanya mau menangkap para pemberontak kalau ada perintah langsung dari Kepala Staf militer RI, Jendral Soedirman. Presiden Soekarno sangat marah atas penolakan ini dan menjuluki Lt. Kol. Soeharto sebagai perwira keras kepala (''koppig'').
Lt. Kol. Soeharto berpura-pura bersimpati pada pemberontakan dan menawarkan perlindungan pada Mayjen Soedarsono dan ke 14 orang pimpinan di markas resimen tentara di Wiyoro. Malam harinya Lt. Kol. Soeharto membujuk Mayjen Soedarsono dan para pimpinan pemberontak untuk menghadap Presiden RI di Istana Presiden di Jogyakarta. Secara rahasia, Lt. Kol. Soeharto juga menghubungi pasukan pengawal Presiden dan memberitahukan rencana kedatangan Mayjen Soedarsono dan pimpinan pemberontak.
Tanggal [[3 Juli]] 1946, Mayjen Soedarsono dan pimpinan pemberontak berhasil dilucuti senjatanya dan ditangkap di dekat Istana Presiden di [[Kota Yogyakarta|Yogyakarta]] oleh pasukan pengawal presiden. Peristiwa ini lalu dikenal sebagai [[Peristiwa 3 Juli 1946|pemberontakan 3 Juli 1946]] yang gagal.
== Diplomasi Sjahrir ==
[[Berkas:Soetan Sjahrir 1969 Indonesia stamp.jpg|jmpl|Perangko Sutan Sjahrir 15 Rupiah edisi tahun 1969]]
Setelah kejadian penculikan Sjahrir hanya bertugas sebagai Menteri Luar Negeri, tugas sebagai Perdana Menteri diambil alih Presiden Soekarno. Namun, pada tanggal [[2 Oktober]] [[1946]], Presiden menunjuk kembali Sjahrir sebagai Perdana Menteri agar dapat melanjutkan [[Perundingan Linggarjati]] yang akhirnya ditandatangani pada [[15 November]] [[1946]].
Tanpa Sjahrir, Soekarno bisa terbakar dalam lautan api yang telah ia nyalakan. Sebaliknya, sulit dibantah bahwa tanpa Bung Karno, Syahrir tidak berdaya apa-apa.
Sjahrir mengakui Soekarno-lah pemimpin republik yang diakui rakyat. Soekarno-lah pemersatu bangsa Indonesia. Karena agitasinya yang menggelora, rakyat di bekas teritori Hindia Belanda mendukung revolusi. Kendati demikian, kekuatan raksasa yang sudah dihidupkan Soekarno harus dibendung untuk kemudian diarahkan secara benar, agar energi itu tak meluap dan justru merusak.
Sebagaimana argumen Bung Hatta bahwa revolusi mesti dikendalikan; tak mungkin revolusi berjalan terlalu lama, revolusi yang mengguncang ‘sendi’ dan ‘pasak’ masyarakat jika tak dikendalikan maka akan meruntuhkan seluruh ‘bangunan’.
Agar Republik Indonesia tak runtuh dan perjuangan rakyat tak menampilkan wajah bengis, Sjahrir menjalankan siasatnya. Di pemerintahan, sebagai ketua Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP KNIP), ia menjadi arsitek perubahan Kabinet Presidensil menjadi Kabinet Parlementer yang bertanggung jawab kepada KNIP sebagai lembaga yang
Dengan siasat-siasat tadi, Sjahrir menunjukkan kepada dunia internasional bahwa revolusi Republik Indonesia adalah perjuangan suatu bangsa yang beradab dan demokratis di tengah suasana kebangkitan bangsa-bangsa melepaskan diri dari cengkeraman kolonialisme pasca-Perang Dunia II. Pihak Belanda kerap melakukan propaganda bahwa orang-orang di Indonesia merupakan gerombolan yang brutal, suka membunuh, merampok, menculik, dll. Karena itu sah bagi Belanda, melalui NICA, menegakkan tertib sosial sebagaimana kondisi Hindia Belanda sebelum Perang Dunia II. Mematahkan propaganda itu, Sjahrir menginisiasi penyelenggaraan pameran kesenian yang kemudian diliput dan dipublikasikan oleh para wartawan luar negeri.
Ada satu cerita perihal sikap konsekuen pribadi Sjahrir yang anti-kekerasan. Di pengujung Desember 1946, Perdana Menteri Sjahrir dicegat dan ditodong pistol oleh serdadu NICA. Saat serdadu itu menarik pelatuk, pistolnya macet. Karena geram, dipukullah Sjahrir dengan gagang pistol. Berita itu kemudian tersebar lewat Radio Republik Indonesia. Mendengar itu, Sjahrir dengan mata sembab membiru memberi peringatan keras agar siaran itu dihentikan, sebab bisa berdampak fatal dibunuhnya orang-orang Belanda di kamp-kamp tawanan oleh para pejuang republik, ketika tahu pemimpinnya dipukuli.
Meski jatuh-bangun akibat berbagai tentangan di kalangan bangsa sendiri, [[Kabinet Sjahrir I]],
Jalan berliku diplomasi diperkeruh dengan gempuran [[Agresi Militer Belanda I|aksi militer Belanda]] pada [[21 Juli]] [[1947]]. Aksi
Pada [[14 Agustus]] [[1947]] Sjahrir berpidato di muka sidang [[Dewan
Van Kleffens dianggap gagal membawa kepentingan Belanda dalam sidang Dewan Keamanan PBB. Berbagai kalangan Belanda menilai kegagalan itu sebagai kekalahan seorang diplomat ulung yang berpengalaman di gelanggang internasional dengan seorang diplomat muda dari negeri yang baru saja lahir. Van Kleffens pun ditarik dari posisi sebagai wakil Belanda di PBB menjadi duta besar Belanda di [[Turki]].
Sjahrir populer di kalangan para wartawan yang meliput sidang Dewan Keamanan PBB, terutama wartawan-wartawan yang berada di Indonesia semasa revolusi. Beberapa surat kabar menamakan Sjahrir sebagai ''The Smiling Diplomat''.
Sjahrir mewakili Indonesia di PBB selama satu bulan, dalam dua kali sidang. Pimpinan delegasi Indonesia selanjutnya diwakili oleh Lambertus Nicodemus Palar (L.N.) Palar sampai tahun 1950.<ref>[http://www.sinarharapan.co.id/berita/0508/24/opi02.html, Sinar Harapan Online, 24 Agustus 2005, ''Tanggapan untuk Bung Marzuki Usman (1), Bangsa yang Kurang Pandai Berterima Kasih?'']{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>
== Partai Sosialis Indonesia ==
Selepas memimpin kabinet, Sutan Sjahrir diangkat menjadi penasihat Presiden [[Soekarno]] sekaligus Duta Besar Keliling. Pada tahun [[1948]] Sjahrir mendirikan [[Partai Sosialis Indonesia]] (PSI) sebagai partai alternatif selain partai lain yang tumbuh dari gerakan komunis internasional. Meskipun PSI berhaluan kiri dan mendasarkan pada ajaran [[Marx]]-[[Engels]], ia menentang sistem kenegaraan [[Uni Soviet]]. Menurutnya pengertian sosialisme adalah menjunjung tinggi derajat kemanusiaan, dengan mengakui dan menjunjung persamaan derajat tiap manusia
== Hobi dirgantara dan musik ==
Meskipun perawakannya kecil, yang oleh teman-temannya sering dijuluki ''Si Kancil'', Sutan Sjahrir adalah salah satu penggemar olahraga dirgantara, pernah menerbangkan pesawat kecil dari Jakarta ke Yogyakarta pada kesempatan kunjungan ke Yogyakarta. Di samping itu juga senang sekali dengan musik klasik. Ia juga bisa memainkan biola.
== Akhir hidup ==
[[Berkas:Soetan Sjahrir - TMPNU Kalibata 2.jpg|jmpl|Foto makam Sutan Sjahrir di TMPNU Kalibata]]
Tahun 1955 PSI gagal mengumpulkan suara dalam [[Pemilu di Indonesia#Pemilu 1955|pemilihan umum]] pertama di Indonesia. Setelah kasus PRRI tahun 1958,<ref>[http://books.google.com/books?id=SawyrExg75cC&pg=PA328&dq=sjahrir+prri+permesta&hl=de&sig=Xvy1bC5SNiHKfMUICFLRmJqF2Lw Robert Cribb, Audrey Kahin ''Historical Dictionary of Indonesia'', Metuchen, N.J.: Scarecrow Press, 1992]</ref> hubungan Sutan Sjahrir dan Presiden [[Soekarno]] memburuk sampai akhirnya PSI dibubarkan tahun 1960. Tahun 1962 hingga 1965, Sjahrir ditangkap dan dipenjarakan tanpa diadili sampai menderita ''stroke''. Setelah itu Sjahrir diizinkan untuk berobat ke [[Zürich]], [[Swiss]]. Salah seorang kawan dekat yang pernah menjabat wakil ketua PSI [[Sugondo Djojopuspito]] mengantarkannya ke [[Bandara Kemayoran]] dan Sjahrir memeluk [[Sugondo Djojopuspito|Sugondo]] dengan air mata. Syahrir meninggal di Zurich, Swiss, 9 April 1966 pada usia 57 tahun. Ia meninggal dalam pengasingan sebagai tawanan politik dan dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta.<ref>[https://kumparan.com/sudahtahubelum/109-tahun-lalu-lahirnya-pahlawan-indonesia-sutan-syahrir/full]</ref>
== Gelar Pahlawan Nasional ==
Sebagai balas jasa ditanggal yang sama tepat ketika Sutan Syahrir meninggal dunia, pemerintah Indonesia menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional Indonesia kepada Sutan Syahrir atas jasa-jasanya sebagai salah satu pendiri Republik Indonesia melalui melalui Keppres nomor 76 tahun 1966.<ref name="depsos.go.id"/>
== Karya ==
# Pikiran dan Perjuangan, tahun 1950 (kumpulan karangan dari Majalah ”Daulat Rakyat” dan majalah-majalah lain, tahun 1931 – 1940)
# Pergerakan Sekerja, tahun 1933
# Perjuangan Kita, tahun 1945
# Indonesische Overpeinzingen, tahun 1946 (kumpulan surat-surat dan karangan-karangan dari penjara Cipinang dan tempat pembuangan di Digul dan Banda-Neira, dari tahun 1934 sampau 1938). ([https://www.dbnl.org/tekst/sjah001indo01_01/index.php Versi digital dan dbnl])
# Renungan Indonesia, tahun 1951 (diterjemahkan dari Bahasa Belanda: ''Indonesische Overpeinzingen'' oleh [[Hans Bague Jassin|HB Yassin]])
# Out of Exile, tahun 1949 (terjemahan dari ”Indonesische Overpeinzingen” oleh Charles Wolf Jr. dengan dibubuhi bagian ke-2 karangan Sutan Sjahrir)
# Renungan dan Perjuangan, tahun 1990 (terjemahan HB Yassin dari ''Indonesische Overpeinzingen'' dan Bagian II ''Out of Exile'')
# Sosialisme dan Marxisme, tahun 1967 (kumpulan karangan dari majalah “Suara Sosialis” tahun 1952 – 1953)
# Nasionalisme dan Internasionalisme, tahun 1953 (pidato yang diucapkan pada Asian Socialist Conference di Rangoon, tahun 1953)
# Karangan–karangan dalam "Sikap", "Suara Sosialis" dan majalah–majalah lain
# Sosialisme Indonesia Pembangunan, tahun 1983 (kumpulan tulisan Sutan Sjahrir diterbitkan oleh Leppenas)
== Jabatan ==
# [[Perdana Menteri Indonesia|Perdana Menteri]] pertama [[Republik Indonesia]]
# Ketua [[Partai Sosialis Indonesia]] (PSI)
# Ketua delegasi Republik Indonesia pada [[Perundingan Linggarjati]]
# Duta Besar Keliling (''Ambassador-at-Large'') Republik Indonesia
== Dalam budaya populer ==
* Dalam film ''[[Soekarno (film)|Soekarno]]'' (2013), Sutan Sjahrir diperankan oleh [[Tanta Ginting]].
== Referensi ==
{{reflist}}
== Bacaan rujukan ==
* Legge, J.D. Kaum Intelektual dan Perjuangan Kemerdekaan. Peranan Kelompok Sjahrir. Jakarta, Pustaka Utama Grafiti, 1993.
* Lampau dan Datang. Pidato Mohammad Hatta pada penerimaan gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Gadjah Mada, 1956
Baris 85 ⟶ 191:
* Rudolf Mrazek. Sjahrir: Politik dan Pengasingan di Indonesia. Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 1996.
==
{{wikiquote-id}}
* {{id}} [http://www.suaramerdeka.com/cybernews/layar/tokoh/tokoh2.html Sutan Sjahrir, Nasib Getir Burung Kelana] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20060219175833/http://www.suaramerdeka.com/cybernews/layar/tokoh/tokoh2.html |date=2006-02-19 }}
* {{id}} [http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/0305/09/0803.htm Tabiat yang Kita Warisi] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20050507151757/http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/0305/09/0803.htm |date=2005-05-07 }}
* {{en}} [http://encarta.msn.com/encyclopedia_761584298/sjahrir_sutan.html "Sutan Sjahrir," Microsoft® Encarta® Online Encyclopedia 2007] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20050506215420/http://encarta.msn.com/encyclopedia_761584298/Sjahrir_Sutan.html |date=2005-05-06 }}
{{
{{s-off}}
{{Kotak_suksesi|jabatan = [[Ketua Komite Nasional Indonesia Pusat]]|tahun =1945|pendahulu = [[Kasman Singodimedjo]]|pengganti =[[Soepeno]]}}
{{S-new|office}}
{{S-ttl|title=[[Perdana Menteri Indonesia]]|years=1945–1947}}
{{S-aft|after=[[Amir Sjarifoeddin]]}}
{{Kotak_suksesi|jabatan = [[Menteri Luar Negeri Indonesia]]|tahun =1945–1947|pendahulu = [[Achmad Soebardjo]]|pengganti =[[Agus Salim]]}}
{{Kotak_suksesi|jabatan = [[Menteri Dalam Negeri Indonesia]]|tahun =1945–1946|pendahulu = [[R.A.A. Wiranatakusumah]]|pengganti =[[Sudarsono Mangoenadikoesoemo|Sudarsono]]}}
{{End}}
{{
{{Pahlawan Indonesia}}{{Menteri Dalam Negeri Indonesia}}{{Authority control}}
{{DEFAULTSORT:Syahrir, Sutan}}
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia]]
[[Kategori:Ideolog Indonesia]]
[[Kategori:Politikus Hindia Belanda]]
[[Kategori:Tahanan politik Hindia Belanda]]
[[Kategori:Tokoh pejuang yang dibuang]]
[[Kategori:Politikus Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh sosialis Indonesia]]
[[Kategori:Politikus Partai Sosialis Indonesia]]
[[Kategori:Perdana Menteri Indonesia]]
[[Kategori:Menteri Dalam Negeri Indonesia]]
[[Kategori:Menteri Luar Negeri Indonesia]]
[[Kategori:Duta besar Indonesia]]
[[Kategori:Cerdik Pandai Minangkabau]]
[[Kategori:Tokoh Minangkabau]]
[[Kategori:Tokoh dari Padang Panjang]]
[[Kategori:Keturunan Koto Gadang]]
[[Kategori:Sutan]]
[[Kategori:Penerima Bintang Republik Indonesia Adipradana]]
|