Mangkunegara VI: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
RaFaDa20631 (bicara | kontrib)
 
(154 revisi perantara oleh 40 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{No footnotes|date=Juni 2021}}{{Infobox royalty|name=KGPAA Mangkunegara VI<br/>{{jav|ꦩꦁꦏꦸꦤꦒꦫ꧇꧖꧇}}|death_date={{death date and age|1928|06|25|1857|03|01}}|alt=|caption=Potret KGPAA Mangkunegara VI, {{circa|1895}}|succession=[[Mangkunagara|Adipati Mangkunegaran]] ke-6|reign=21 November 1896 - 11 Januari 1916 (19 tahun)|coronation=|predecessor=[[Mangkunegara V]]|successor=[[Mangkunegara VII]]|birth_name=B.R.M. Suyitno|birth_date={{birth date|1857|03|01}}|religion=Islam|death_place=[[Kota Surabaya]], Jawa Timur, Hindia Belanda<ref>{{cite news|url=https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-5681835/mengapa-kgpaa-mangkunegara-vi-tak-dimakamkan-di-mangadeg-atau-girilayu|title=Mengapa KGPAA Mangkunegara VI Tak Dimakamkan di Mangadeg atau Girilayu?|date=2021-08-14|access-date=2021-08-19|first=A.|last=Purnomo|work=detik.com}}</ref>|birth_place=[[Pura Ageng Mangkunegaran]], Surakarta Hadiningrat Jawa Tengah /Hindia Belanda|title=Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Arya|era dates=Wangsa Mangkunegoro Mataram|posthumous name=(KGPAA) Sri Gusti Kanjeng Pangeran Adipati Aryo Mangkunegoro Ingkang Kaping Enem (VI)|temple name=Astana Oetara Surakarta Hadiningrat Jawa Tengah|house=Puro Ageng Mangkunegoro Surakarta Hadiningrat Jawa Tengah|father=[[Mangkunegara IV]]|occupation=Adipati (Pemimpin Puro Ageng Mangkunegoro Surakarta Hadiningrat Jawa Tengah)|image=COLLECTIE TROPENMUSEUM De vorst Mangkoe Negoro VI bestuurder van het gebied Mangkoe Negaram op vijfenveertigjarige leeftijd TMnr 10001300.jpg|mother=R.Ay. Dunuk}}'''Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara VI''' (1896-1916) bernama kecil '''RM Suyitno''' atau '''KPA Dayaningrat''', adalah adik dari [[Mangkunegara V|KGPAA Mangkunegara V]] dan memerintah di [[Mangkunegaran]] sebelum kemudian digantikan oleh keponakannya, KGPAA Mangkune[[Mangkunegara VII|gara VII]]. Lahir [[1 Maret]] [[1857]], adalah anak dari [[Mangkunegara IV|KGPA Mangkunegara IV]] dan RAy Dunuk, putri dari [[Mangkunegara III|KGPAA Mangkunegara III]].
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De vorst Mangkoe Negoro VI bestuurder van het gebied Mangkoe Negaram op vijfenveertigjarige leeftijd TMnr 10001300.jpg|thumb|200px|K.G.P.A.A. Mangkunegara VI.]]
== Asal-Usul ==
[[Mangkunegara VI]] (1881-1896) adalah adik dari [[Mangkunegara V]] dan memerintah di [[Mangkunegaran]] sebelum kemudian digantikan oleh keponakannya [[Mangkunegara VII]].Ayahnya adalah [[Mangkunegara IV]] dan ibundanya adalah [[Ray. Dunuk]] putri dari [[Mangkunegara III]]
 
== Naik takhta ==
Mangkunegara V tidak digantikan oleh putranya langsung karena puteranya belum mencapai kematangan untuk berkuasa. Menurut [[Gondosuputran]] tampilnya [[Mangkunegara VI]] sebagai penguasa menggantikan kakaknya adalah pesan dari ayahandanya [[Mangkunegara IV]] yang disampaikan oleh ibundanya [[Ray. Dunuk]] agar [[Mangkunegara V]] penerusnya adalah yang berasal dari [[Mangkunegara IV]].
 
Mangkunegara VI naik takhta menggantikan kakanya, Mangkunegara V, diusianya sekitar 40 tahun. Menjadi hal yang biasa di dalam tradisi Mangkunegaran, bahwa Mangkunegara yang turun takhta karena usia lanjut atau meninggal tidak selalu digantikan oleh putra tertuanya. Kebiasaan ini sudah dimulai sejak Mangkunegara I yang digantikan oleh cucunya yang menjadi Mangkunegara II. Begitu pula dengan Mangkunegara IV yang merupakan sepupu Mangkunegara III. Berikutnya Mangkunegara VII adalah keponakan dari Mangkunegara VI, anak dari Mangkunegara V, tetapi bukan putra tertuanya.
== Tampil Sebagai Penguasa ==
[[Mangkunegara VI]] selanjutnya tampil sebagai penguasa yang membawa pembaharuan dan perubahan.Berbeda dengan kakaknya [[Mangkunegara V]] yang mengedepankan [[Kesenian]], Mangkunegara VI lebih mengedepankan keuangan dan ekonomi sehingga '''Kas''' kerajaan yang di jaman kakaknya memerintah hampir kosong oleh Mangkunegara VI digemukan kembali.Segala macam kebutuhan yang menghisap keuangan dan tidak terlalu utama disingkirkan untuk efisiensi.Keuangan [[Mangkunegaran]] pada masa itu sedang jatuh akibat kurang tertib nya manajemen pengelolaan dalam bisnisnya. Disamping itu harga gula di pasaran dunia juga sedang jatuh karena mendapat pesaing baru dari Brasilia.Pada Masa '''Mangkunegara''' ke VI ini hutang kerajaan yang ditinggalkan pendahulunya dapat dilunasi.
 
=== Tampil Sebagai Penguasa Mangkunegaran ===
Mangkunegara VI juga mempelopori model penampilan dengan pemotongan rambut yang pendek dengan memotong rambutnya sendiri dan semua pejabat serta kawula diwajibkan untuk tidak memelihara rambut panjang bagi laki laki. Sembah sungkem kepada atasan juga dirubah tidak berkali kali tetapi cukup tiga kali.Ikatan dengan '''Kasunanan''' yang mewajibkan '''Mangkunegara''' harus menghadap setiap persidangan kerajaan diputus sehingga '''Mangkunegaran''' selain otonom juga menjadi pesaing semakin serius dalam memperebutkan hegemoni kebudayaan di [[Jawa]].
[[Mangkunegara VI]] mulai bertakhta pada tanggal 21 November 1896, dan selanjutnya tampil sebagai penguasa yang membawa pembaharuan dan perubahan. Berbeda dengan kakaknya [[Mangkunegara V]] yang mengedepankan [[Keseniankesenian]], Mangkunegara VI lebih mengedepankan keuangan dan ekonomi sehingga '''Kas'''kas kerajaan yang dipada jamanzaman kakaknya memerintah hampir kosong oleh Mangkunegara VI digemukandigemukkan kembali. Segala macam kebutuhan yang menghisap keuangan dan tidak terlalu utama disingkirkan untuk efisiensi. Keuangan [[Mangkunegaran]] pada masa itu sedang jatuh akibat kurang tertib nyatertibnya manajemen pengelolaan dalam bisnisnya. Disamping itu, harga gula di pasaran dunia juga sedang jatuh karena mendapat pesaing baru dari BrasiliaBrasil. Pada Masamasa '''Mangkunegara''' ke VI ini, hutangutang kerajaan yang ditinggalkan pendahulunya dapat dilunasi.
 
Mangkunegara VI juga mempelopori model penampilan dengan pemotongan rambut yang pendek dengan memotong rambutnya sendiri dan semua pejabat serta kawula diwajibkan untuk tidak memelihara rambut panjang bagi laki laki. Sembah sungkem kepada atasan juga dirubahdiubah tidak berkali -kali, tetapi cukup tiga kali. Ikatan dengan '''Kasunanan''' yang mewajibkan '''Mangkunegara''' harus menghadap setiap persidangan kerajaan diputus sehingga '''Mangkunegaran''' selain otonom juga menjadi pesaing semakin serius dalam memperebutkan hegemoni kebudayaan di [[Jawa]].
Sebelum Mangkunegara VI bertahta sistem pertemuan dengan duduk dilantai dan pada masa pemerintahannya dirubah dengan sistem duduk di kursi dan hal ini adalah yang pertama kali sejak Mangkunegaran berdiri.Mangkunegara VI pula di Mangkunegaran yang memberi ijin kerabat untuk memeluk Agama [[Kristen]].
== Mengundurkan diri Sebagai Penguasa ==
Pemerintahannya yang tampil dengan banyak perubahan dan anti Belanda pada berkesudahan dengan ketegangan dan tragis. Mangkunegara VI memiliki putera dan putri; RM. Sujana Handayaningrat dan Ray. Suwasti Surahatmana. Ketika Mangkunegara VI berkehendak menjadikan putranya sebagai calon penggantinya beliau di veto oleh kelompok kerabat Pangeran dan Belanda. Akhirnya Mangkunegara VI mengundurkan diri dan bermukim di Surabaya.Mangkunegara VI adalah satu satunya raja di Mangkunegaran yang mengundurkan diri atas kehendak sendiri (Media Komunikasi Keluarga Ex-HIK Yogyakarta, 1987).
 
Sebelum Mangkunegara VI bertahtabertakhta, sistem pertemuan dengan duduk dilantai dan pada masa pemerintahannya dirubahdiubah dengan sistem duduk di kursi dan hal ini adalah yang pertama kali sejak Mangkunegaran berdiri. Mangkunegara VI pula di Mangkunegaranpulalah yang memberi ijinizin bagi kerabat pura untuk memeluk Agamaagama [[Kristen]].
Ketika wafat Mangkunegara VI tidak disemayamkan di [[Astana Mangadeg]] atau [[Astana Girilayu]] melainkan di [[Astana Oetoro]] '''Nayu''' Surakarta. Di Mangkunegaran yang bertahta selanjutnya adalah keponakannya yaitu [[RMA.Suryosuparta]] sebagai [[Mangkunegara VII]].
 
== Pemerintahan ==
== Perekonomian Mangkunegaran ==
Terhitung 1 Juni 1899 semua kepengurusan perusahaan perusahaan [[Mangkunegaran]] kembali lagi ke Praja Mangkunegaran dengan pengendali langsung oleh [[Mangkunegara VI]] yang memisahkan antara keuangan perusahaan dan keuangan kerajaan. Akibat dari kebijakan penguasa '''Mangkunegaran''' ini, semua perusahaan berada dalam kontrol seorang [[superintenden]] (Wasino, 2008) dan campur tangan Residen Belanda dalam keuangan perusahaan berakhir.
 
=== Perekonomian Mangkunegaran ===
Konflik antara Residen dengan Mangkunegara VI sering terjadi dalam tarik ulur karena pihak '''Mangkunegaran''' yang memiliki otonomi pengaturan menolak campur tangan Residen.Residen Surakarta [[Van Wijk]] melakukan intervensi dengan cara pihak '''Mangkunegaran''' diwajibkan untuk konsultasi dalam melakukan anggaran keuangan kerajaan.
Terhitung 1 Juni 1899 semua kepengurusan perusahaan perusahaan [[Mangkunegaran]] kembali lagi ke Praja Mangkunegaran dengan pengendali langsung oleh [[Mangkunegara VI]] yang memisahkan antara keuangan perusahaan dan keuangan kerajaan. Akibat dari kebijakan penguasa '''Mangkunegaran''' ini, semua perusahaan berada dalam kontrol seorang [[superintenden]] (Wasino, 2008) dan campur tangan Residenresiden Belanda dalam keuangan perusahaan berakhir. Sektor-sektor ekonomi pedesaan tradisional diubah menjadi modern dengan jalan memperbanyak perkebunan dengan ditanami kopi, nila, tebu, atau gula di wilayah Praja ([[Denys Lombard|Lombard]], 1996). Kondisi wilayah Mangkunegaran yang agraris difungsikan dan dikelola dengan prinsip keteraturan warisan ayahnya.
 
Konflik antara Residen dengan Mangkunegara VI sering terjadi dalam tarik ulur karena pihak '''Mangkunegaran''' yang memiliki otonomi pengaturan menolak campur tangan Residen. Residen Surakarta [[Van Wijk]] melakukan intervensi dengan cara pihak '''Mangkunegaran''' diwajibkan untuk konsultasi dalam melakukan anggaran keuangan kerajaan. Disamping itu Mangkunegara'' ''VI juga pernah melakukan penyitaan terhadap Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (perusahaan kereta api swasta Belanda), yang tidak mampu membayar pajak untuk tanah-tanah yang disewanya.
== Keamanan Wilayah ==
 
==== Politik Dan Kebijakan Pemerintahan ====
Para gerombolan kecu-bandit yang telah lama beroperasi di wilayah Mangkunegaran dan sekitarnya mulai berhitung ulang dengan tampilnya Mangkunegara VI.Raja yang digosipkan kikir/pelita dalam keuangan ini terhadap kelompok hitam menghadapinya dengan tangan besi.Para Polisi Praja yang bertugas dan bertanggung jawab terhadap keamanan tidak tanggung tanggung kena sanksi oleh sang raja bila sampai kalah menghadapi para gerombolan tersebut. Kekalahan para penjaga keamanan wilayah merupakan suatu petaka yang meresahkan karena selain menjarah harta benda para berandal-kecu-bandit juga melakukan pembunuhan dan perkosaan.
 
===== 1. Politik Ikat Pinggang =====
Operasi polisional bersama dengan '''Kasunanan''' di perbatasan tidak jarang berakhir dengan konfliknya '''Mangkunegara VI''' dengan Residen Surakarta karena karena pihak Residen yang menjadi polisional di Kasunanan tidak bersungguh hati sehingga kawanan perampok/berandal yang lari di perbatasan wilayah begitu masuk Kasunanan sudah dapat ditengarai bakal membikin kerusuhan kembali karena tidak ada tindakan menghukumnya.
Politik ikat pinggang menerangkan pada maksud bahwa demi menyelamatkan Mangkunegaran dari keterpurukan dan kebangkrutan sebagai suatu kadipaten, maka efisiensi penggunaan keuangan diupayakan untuk ditekan sedemikian rupa sehingga keterpurukan yang mengancam pada kebangkrutan dapat diatasi.
 
'''2. Kebijakan Praja'''
Pasca perang Jawa 1830 dengan menjamurnya perluasan perkebunan, para berandal/kecu/perampok lokal yang kecewa semakin tumbuh berkembang di wilayah kerajaan dan kadipaten.Dalam masa ini dikenal jenis bandit bandit pedesaan sebagai '''kecu''' dan dan '''koyok''' (Suara Merdeka, 2009). Kecu adalah sebutan kecu mengacu pada sekawanan orang yang beroperasi menjarah rayah secara paksa korban dengan penyiksaan dan pembunuhan sedang koyok mengacu pada pengertian kecu tetapi jumlah orang nya terbatas/sedikit (Suhartono, 1995).
 
Kebijakan yang diterapkan sehubungan dengan target memperoleh kembali perolehan yang memadai menyebabkan sang penguasa memperoleh predikat sebagai penguasa dan pedagang (Tempo, 16 Mei 1987), hal mana yang demikian ini kemudian hari ditiru dan diikuti oleh Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Dari aktivitas penguasa yang juga berperan sebagai seorang saudagar di kalangan Jawa sering terungkap istilah ''ndoro Bakulan''.
Pada tahun 1872 di wilayah Mangkunegaran tercatat ada 24 peristiwa yang dilakukan oleh para kecu dan koyok (Wasino, 2008). Bila dalam setahun ada 24 kriminalitas bisa dihitung dalam setiap bulan terjadi kejahatan perampasan dan pembunuhan. Puncak kegeraman Mangkunegara VI terjadi ketika sekawanan kecu Pada 15 November 1873 mengamuk dan membunuh istri tua seorang bekel di Desa Kretek, Sragen. '''Mangkunegara VI''' langsung tunjuk hidung bahwa polisi praja kurang bersungguh sungguh dalam menjalankan tugas kerajaan (Suara Merdeka, 2009)
 
Semua tanah di wilayah Mangkunegaran dicabut dari tradisi dan dijadikan perkebunan-perkebunan yang menghasilkan di pasaran dunia.
== PUSTAKA ==
1. Gema Edisi Yubileum HIK Yogyakarta 60 tahun, Juli 1987, dalam:Media Komunikasi Keluarga Ex-HIK Yogyakarta, 1987.
 
'''3. Kebijakan Dalam Reorganisasi Legiun'''
2. Damar Pustaka, Sufism in Javanese spiritual life; '''Literary Study based on Serat Wedhatama written by K.G.P.A.A. Mangkunegara IV'''.
 
Jabatan Komandan Utama [[Legiun Mangkunegaran]] secara otomatis berada di tangan Mangkunegara yang sedang bertakhta dengan pangkat Kolonel. Di bawah Komandan Utama adalah Wakil Komandan yang pada waktu itu dijabat oleh KPH Gondosuputra. Perampingan organisasi untuk kesesuaian anggaran dijalankan oleh Mangkunegara VI dengan menghapus jabatan Wakil Komandan. KPH Gondosuputra, oleh Mangkunegara VI diberhentikan dengan hormat sebagai pensiunan Letnan Kolonel Wakil Komandan [[Legiun Mangkunegaran]]
3. Haryanto, S.,Pratiwimba adhiluhung;'''Sejarah dan Perkembangan Wayang''',
Jakarta :Djambatan, 1988
 
'''4. Sewa Tanah'''
4. Soetomo (Raden), Paul W. Van der Veur, '''Kenang-kenangan Dokter Soetomo''', Jakarta: Penerbit Sinar Harapan, 1984
 
Sewa tanah yang dijalankan oleh penguasa Mangkunegaran yang keenam adalah sewa tanah di Banjarsari, Surakarta. Tanah ini disewakan kepada bangsa Belanda untuk digunakan sebagai pemukiman elit. Dengan tumbuhnya pemukiman elit, tanah di Banjarsari menjadi Villa park yang menghasilkan pemasukan finansial bagi praja.
5. Samad, Bahrin, Suka duka pelajar Indonesia di Jepang sekitar Perang Pasifik, 1942-1945,Collection of accounts of Indonesian alumni from Japanese universities, 1942-1945.
 
== Mengundurkan diri Sebagai Penguasa ==
6. Ktut Sudiri Panyarikan,Dr. Saharjo, S.H., Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional, 1983
Pemerintahannya yang tampil dengan banyak perubahan dan anti Belanda pada berkesudahan dengan ketegangan dan tragis. Mangkunegara VI memiliki putera dan putri;: RM.KPA SujanaSuyono Handayaningrat dan Ray.BRAy Suwasti SurahatmanaHatmosurono. Ketika Mangkunegara VI berkehendak menjadikan putranya sebagai calon penggantinyapengganti beliaudia di -''veto'' oleh kelompok kerabat Pangeran dan Belanda. Akhirnya Mangkunegara VI mengundurkan diri dan bermukim di Surabaya. Mangkunegara VI adalah satu -satunya raja di Mangkunegaran yang mengundurkan diri atas kehendak sendiri (Media Komunikasi Keluarga Ex-HIK Yogyakarta, 1987). Dalam kesaksian Partini dikatakan bahwa Mangkunegara VI pada bulan 11 Januari 1916 mengundurkan diri secara diam-diam dan berangkat dengan seluruh keluarganya menuju Surabaya ( Singgih, Pamoentjak, Roswitha, 1986)
 
7. The Journal of Asian studies, Volume 47, Association for Asian Studies, 1988
 
Di Surabaya, putra dan menantu Mangkunegara VI yaitu KPA Suyono Handayaningrat dan RMP Hatmosurono aktif dalam pergerakan Budi Utomo dan bersama dengan Dr. Sutomo mendirikan partai politik bernama Parindra.
8. Sutan takdir Alisyahbana, Achdiad Kartamiharja,'''Polemik kebudayaan''': pergulatan pemikiran terbesar dalam sejarah kebangsaan, JAKARTA: PT Balai Pustaka, 2008
 
Ketika wafat Mangkunegara VI tidak disemayamkan di [[Astana Mangadeg]] atau [[Astana Girilayu]] melainkan di [[Astana Oetoro]]Utoro '''Nayu''', Surakarta. Di Mangkunegaran yang bertahtabertakhta selanjutnya adalah keponakannya yaitu [[RMA Suryasuparta|RMA.Suryosuparta Suryasuparta]] sebagai [[Mangkunegara VII]]. Mangkunegara VI memilih Surabaya sebagai tempat pada hari tua nya untuk mempersiapkan putra dan menantunya melanjutkan konsep tata negara yang tidak dapat dilaksanakan melalui sebuah Kadipaten.
9. Wasino, '''Kapitalisme bumi putra: perubahan masyarakat Mangkunegaran''', Yogyakarta:LKIS, 2008
 
== Bacaan lain ==
10. Suara Merdeka, Semarang, 4 November 2009
1.# Gema Edisi Yubileum HIK Yogyakarta 60 tahun, Juli 1987, dalam:Media Komunikasi Keluarga Ex-HIK Yogyakarta, 1987.
2.# Damar Pustaka, Sufism in Javanese spiritual life; '''Literary Study based on Serat Wedhatama written by K.G.P.A.A. Mangkunegara IV'''.
3.# Haryanto, S.,Pratiwimba adhiluhung;'''Sejarah dan Perkembangan Wayang''',Jakarta:Djambatan, 1988
4.# Soetomo (Raden), Paul W. Van der Veur, '''Kenang-kenangan Dokter Soetomo''', Jakarta: Penerbit Sinar Harapan, 1984.
5.# Samad, Bahrin, Suka duka pelajar Indonesia di Jepang sekitar Perang Pasifik, 1942-1945,Collection of accounts of Indonesian alumni from Japanese universities, 1942-1945.
6.# Ktut Sudiri Panyarikan,Dr. Saharjo, S.H., Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional, 1983.
7.# The Journal of Asian studies, Volume 47, Association for Asian Studies, 1988.
8.# Sutan takdir Alisyahbana, Achdiad Kartamiharja,'''Polemik kebudayaan''': pergulatan pemikiran terbesar dalam sejarah kebangsaan, JAKARTA: PT Balai Pustaka, 2008.
9.# Wasino, '''Kapitalisme bumi putra: perubahan masyarakat Mangkunegaran''', Yogyakarta:LKIS, 2008.
10.# Suara Merdeka, Semarang, 4 November 2009.
11.# Pranoto, W. Suhartono, '''Bandit-Bandit Pedesaan di Jawa''', study historis 1850-1942, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010.
# Suryo Danisworo,Hendri Tanjung, Membuat Tempat Kerja Feel at Home: 7 Prinsip Suryo Management , Jakarta: GRASINDO, 2004.
# Denys Lombard, Nusa Jawa: Silang Budaya, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996.
# Penguasa Sebagai Pengusaha, TEMPO, 16 Mei 1987.
# Dwipayana, Ari, AAG.,Bangsawan dan Kuasa;Kembalinya Para Ningrat di Dua Kota,Yogyakarta: IRE PRESS, 2004.
# Singgih,Pamoentjak,Roswitha,Partini: Tulisan Kehidupan Seorang Putri Mangkunegaran, berdasarkan cerita Partini,Jakarta:Djambatan, 1986.
# Sumarni,Sri,Nanik,Mangkunagaran WirengDance 1757–1987:A Historical Study www.j-armonia.com
# Suara Merdeka - Semarang: Rabu, 18 September 2002
 
{{S-start}}
11. Pranoto, W. Suhartono, '''Bandit-Bandit Pedesaan di Jawa''', study historis 1850-1942, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010.
{{s-reg}}
{{Succession box|jabatan=[[Mangkunegara|Adipati Mangkunegaran]]|pendahulu =[[Mangkunegara V]]|pengganti=[[Mangkunegara VII]]|tahun=1896—1916}}
{{indo-bio-stub}}
{{End}}
{{Mangkunegara}}
 
[[Kategori:MangkunegaranMangkunegara]]