Surah Al-Ikhlas: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k bot Menambah: it:Al-Ikhlāṣ |
Soufiyouns (bicara | kontrib) + {{Authority control}} |
||
(65 revisi perantara oleh 36 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
▲| nama_lain = ''Qul Huwallah'', ''Nisbatur Rabbi''<ref>Thabathaba'i, Allamah MH. 1987. ''Mengungkap Rahasia Al-Qur'an''. Bandung: Mizan</ref>, ''at-Tafrid''<ref name="C"/>, ''at-Tajrid''<ref name="C"/>, ''al-Wilayah''<ref name="C"/>, ''al-Ma'arifah''<ref name="C"/>, ''al-Jamal''<ref name="C"/>, ''Qasyqasy''<ref name="C"/>, ''al-Mudzakkirah''<ref name="C"/>, ''as-Shamad''<ref name="C"/>, ''al-Amin''<ref name="C">"Nama-nama lain dari Surah Al-Ikhlas", ''Hidayah'', Februari 2009</ref>
[[Berkas:Surat Al-Ikhlas - Maghribi script.jpg|thumb|200px|right|Kalligrafi Surah al-Ikhlas naskah Maghribi tulisan abad ke-18]]▼
'''Surah Al-Ikhlas''' ([[bahasa Arab|Arab]]:'''الإخلاص''', "Memurnikan Keesaan Allah") adalah [[surah]] ke-112 dalam [[al-Qur'an]]. Surah ini tergolong surah [[Makkiyah]], terdiri atas 4 ayat dan pokok isinya adalah menegaskan [[tauhid|keesaan]] [[Allah]] sembari menolak segala bentuk penyekutuan terhadap-Nya. Kalimat inti dari surah ini, "Allahu ahad, Allahus shamad" (Allah Maha Esa, Allah tempat bergantung), sering muncul dalam uang dinar emas pada zaman Kekhalifahan dahulu. Sehingga, kadang kala kalimat ini dianggap sebagai slogan negara Khilafah Islamiyah, bersama dengan dua kalimat [[Syahadat]]. ▼
▲'''Surah Al-Ikhlas''' (
Ada beberapa [[hadits]] yang menjelaskan [[Asbabun Nuzul]] surah ini yang mana seluruhnya mengacu pada inti yang sama yaitu jawaban atas permintaan penggambaran sifat-sifat [[Allah]] dimana Allah itu Esa ({{Quran-s|Al-Ikhlas|112|1}}), segala sesuatu tergantung pada-Nya ({{Quran-s|Al-Ikhlas|112|2}}), tidak beranak dan diperanakkan ({{Quran-s|Al-Ikhlas|112|3}}), dan tidak ada yang setara dengan Dia ({{Quran-s|Al-Ikhlas|112|4}}). ▼
== Latar belakang ==
Dilihat dari peristiwa paling pertama, [[Abdullah bin Mas'ud]] meriwayatkan bahwa sekelompok [[Bani Quraisy]] pernah meminta Nabi Muhammad untuk menjelaskan leluhur Allah dan kemudian turun surah ini. Riwayat lain bersumber dari [[Ubay bin Ka'ab]] dan [[Jarir bin Abdillah]] yang menyebutkan bahwa kaum Musyrikin berkata kepada [[Nabi Muhammad]], ''"Jelaskan kepada kami sifat-sifat Tuhanmu."'' Kemudian turun surah ini untuk menjelaskan permintaan itu.<ref>Musnad Ahmad, Ibnu Abi Harim, Ibnu Jarir, Tirmidhi, Bukhari dalam At-Tarikh, Ibnu al-Mundhir, Hakim, Baihaqi</ref> Dalam hadits ini, hadits yang bersumber dari Jarir bin Abdullah dijadikan dalil bahwa surah ini [[Makkiyah]]. Selain itu dari [[Ibnu Abbas]] dan [[Sa'id bin Jubair]] menyebutkan bahwa kaum [[Yahudi]] yang diantaranya Kab bin Ashraf dan Huyayy bin Akhtab datang menemui Nabi dan bertanya hal yang sama dengan hadits pertama, kemudian turun surah ini.<ref>Ibnu Abi Hatim, Ibnu Adi, Baihaqi dalam Al-Asma was-Sifat</ref> Dalam hadits ini Sa'id bin Jubair menegaskan bahwa surah ini termasuk [[Madaniyah]]. Dan juga riwayat [[Qatadah]] menyebutkan Nabi Muhammad didatangi [[kaum Ahzab]] (Persekutuan antara kaum [[Bani Quraisy]], [[Yahudi|Yahudi Madinah]], [[Bani Ghatafan]] dari [[Thaif]] dan Munafiqin Madinah dan beberapa suku sekitar [[Makkah]]) yang juga menyanyakan gambaran Allah dan diikuti dengan turunnya surah ini. ▼
▲[[Berkas:Surat Al-Ikhlas -
▲Ada beberapa [[hadits|hadis]] yang menjelaskan [[Asbabun Nuzul|Asbabunnuzul]] surah ini yang mana seluruhnya mengacu pada inti yang sama yaitu jawaban atas permintaan penggambaran sifat-sifat [[Allah]]
▲Dilihat dari peristiwa paling pertama, [[Abdullah bin Mas'ud]] meriwayatkan bahwa sekelompok [[Bani Quraisy]] pernah meminta Nabi Muhammad untuk menjelaskan leluhur Allah dan kemudian turun surah ini. Riwayat lain bersumber dari [[Ubay bin Ka'ab]] dan [[Jarir bin Abdillah]] yang menyebutkan bahwa kaum Musyrikin berkata kepada [[Nabi Muhammad]], ''"Jelaskan kepada kami sifat-sifat Tuhanmu."'' Kemudian turun surah ini untuk menjelaskan permintaan itu.<ref>Musnad Ahmad, Ibnu Abi Harim, Ibnu Jarir, Tirmidhi, Bukhari dalam At-Tarikh, Ibnu al-Mundhir, Hakim, Baihaqi</ref> Dalam hadits ini, hadits yang bersumber dari Jarir bin Abdullah dijadikan dalil bahwa surah ini [[Makkiyah]]. Selain itu dari [[Ibnu Abbas]] dan [[Sa'id bin Jubair]] menyebutkan bahwa kaum [[Yahudi]] yang diantaranya Kab bin Ashraf dan Huyayy bin Akhtab datang menemui Nabi dan bertanya hal yang sama dengan hadits pertama, kemudian turun surah ini.<ref>Ibnu Abi Hatim, Ibnu Adi, Baihaqi dalam Al-Asma was-Sifat</ref> Dalam hadits ini Sa'id bin Jubair menegaskan bahwa surah ini termasuk [[Madaniyah]]. Dan juga riwayat [[Qatadah]] menyebutkan Nabi Muhammad didatangi [[kaum Ahzab]] (Persekutuan antara kaum [[Bani Quraisy]], [[Yahudi|Yahudi Madinah]], [[Bani Ghatafan]] dari [[Thaif]] dan Munafiqin Madinah dan beberapa suku sekitar [[Makkah]]) yang juga
Karena adanya berbagai sumber yang berbeda, status surah ini Makkiyah atau Madaniyah masih dipertanyakan dan seolah-olah sumber-sumbernya tampak kotradiksi satu-sama lain. Menurut [[Abul A'la Maududi]], dari hadits-hadits yang meriwayatkannya, dilihat dari peristiwa yang paling awal terjadi, surah ini termasuk [[Makkiyah]]. Peristiwa yang pertama terjadi yaitu pada [[Muhammad di Mekkah|periode awal Islam di Mekkah]] yaitu ketika [[Bani Quraisy]] menanyakan leluhur Allah. Kemudian peristiwa berikutnya terjadi di Madinah dimana orang Nasrani atau orang Arab lain menanyakan gambaran Allah dan kemudian turun surah ini. Menurut Madudi, sumber-sumber yang berlainan tersebut menujukkan bahwa surah itu diturunkan berulang-ulang. Jika di suatu tempat ada Nabi Muhammad dan ada yang mengajukan pertanyaan yang sama dengan peristiwa sebelumnya, maka ayat atau surah yang sama akan diwahyukan kembali untuk menjawab pertanyaan tersebut. Selain itu, bukti bahwa surah ini Makkiyah adalah ketika [[Bilal bin Rabah]] disiksa majikannya Umayyah bin Khalaf setelah memeluk Islam. Saat disiksa ia menyeru, "Allahu Ahad, Allahu Ahad!!" (Allah Yang Maha Esa, Allah Yang Maha Esa!!). Peristiwa ini terjadi di Mekkah dalam periode awal Islam sehingga menunjukkan bahwa surah ini pernah diturunkan sebelumnya dan Bilal terinspirasi ayat surah ini.<ref>''The Noble Qur'an''. Madudi's Introduction of Al-Ikhlas.</ref>▼
▲Karena adanya berbagai sumber yang berbeda, status surah ini Makkiyah atau Madaniyah masih dipertanyakan dan seolah-olah sumber-sumbernya tampak kotradiksi satu-sama lain. Menurut [[Abul A'la Maududi]], dari hadits-hadits yang meriwayatkannya, dilihat dari peristiwa yang paling awal terjadi, surah ini termasuk [[Makkiyah]]. Peristiwa yang pertama terjadi yaitu pada [[Muhammad di Mekkah|periode awal Islam di Mekkah]] yaitu ketika [[Bani Quraisy]] menanyakan leluhur Allah. Kemudian peristiwa berikutnya terjadi di Madinah
Pendapat lain yaitu menurut [[as-Suyuthi]]. Menurutnya kata "al-Musyrikin" dalam hadits yang bersumber dari Ubay bin Ka'ab tertuju pada Musyrikin dari kaum Ahzab, sehingga mengindikasikan bahwa surah ini Madaniyyah sesuai dengan hadits Ibnu Abbas. Dan dengan begitu menurutnya tidak ada pertentangan antara dua hadits tersebut jika surah ini Madaniyah. Keterangan ini diperkuat juga oleh riwayat [[Abus Syaikh]] di dalam [[Kitab al-Adhamah]] dari Aban yang bersumber dari Anas yang meriwayatkan bahwa [[Yahudi|Yahudi Khaibar]] datang menemui Nabi dan berkata, "Hai Abal Qasim! Allah menjadikan malaikat dari cahaya hijab, [[Adam]] dari tanah hitam, Iblis dari api yang menjulang, langit dari asap, dan bumi dari buih air. Cobalah terangkan kepada kami tentang Tuhanmu." Nabi tidak menjawab dan kemudian Jibril membawa wahyu surah ini untuk menjawab permintaan Yahudi Khaibar.<ref>Al-Qur'an Digital. Ver.2.1. Surah Al-Ikhlas:1</ref>
Baris 32 ⟶ 17:
Dalam beberapa hadits dikatakan bahwa [[Nabi Muhammad]] pernah bersabda bahwa [[pahala]] membaca sekali surah Al-Ikhlas sama dengan membaca sepertiga [[Al-Qur'an]] sehingga membaca 3 kali surah ini sama dengan [[Khatam|mengkhatam Al-Qur'an]]. Kisah terkait hadits itu terekam dalam beberapa kisah. Seperti kisah ketika Nabi bertanya kepada sahabatnya untuk mengkhatam Al-Qur'an dalam semalam. [[Umar bin Khattab|Umar]] menganggap mustahil hal itu, namun begitu [[Ali bin Abu Thalib|Ali]] menyanggupinya. Umar kemudian menganggap Ali belum mengerti maksud Nabi karena masih muda. Ali kemudian membaca surah Al-Ikhlas sebanyak 3 kali dan Nabi Muhammad membetulkan itu. Dalam hadits-hadits terkait hal ini, keutamaan surah Al-Ikhlas sangat memiliki peran dalam Al-Qur'an sehingga sekali membacanya sama dengan membaca sepertiga Al-Qur'an.
Riwayat [[Anas bin Malik]] juga merekam kisah berkaitan surah Al-Ikhlas yaitu
* Arti keesaan Tuhan (1–4)
{{Teks quran blok |s=112 |nama surat=y |basmalah=y
|a1=1
|t1=Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah Yang Maha Esa.
|a2=2
|t2=Allah tempat meminta segala sesuatu.
|a3=3
|t3=(Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan,
|a4=4
|t4=dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia."
|attr="[https://quran.com/112 Surah Al-Ikhlas]" Quran.com}}
== Referensi ==
Baris 46 ⟶ 42:
== Pranala luar ==
{{wikisource|Al-Qur'an/Al-Ikhlas|Surah Al-Ikhlas}}
{{Sura|112|[[Surah Al-Lahab]]|[[Surah Al-Falaq]]}}
{{
{{Authority control}}
{{Qur'an-stub}}▼
[[Kategori:Tauhid]]
▲{{Qur'an-stub}}
▲[[en:Al-Ikhlas]]
▲[[ms:Surah Al-Ikhlas]]
|