Ananggawarman: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Naval Scene (bicara | kontrib)
+{{fact}}
Rang Djambak (bicara | kontrib)
Lihat pula: Bagian dari pemeliharaan Kategori:Tokoh Minangkabau
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(44 revisi perantara oleh 23 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Ananggawarman''' adalah seorang raja di kerajaan [[Malayapura]] antara tahun [[1375]] sampai [[1417]].{{fact}} Ia adalah putra sekaligus pewaris dari [[Adityawarman]], sebagaimana tersebut dalam [[Prasasti Batusangkar]]. Setelah Ananggawarman, sekaliguspengaruh pewariskekuasaan kerajaanMajapahit dan agama [[MalayapuraHindu]] antara tahun -[[1375Buddha]] sampaiberangsur-angsur menghilang di wilayah kerajaan Pagaruyung atau [[1417Minangkabau]].{{fact}}
 
== Arti nama ==
Pada masa Ananggawarman<ref>Cheah Boon Kheng, Abdul Rahman Haji Ismail, (1998), ''Sejarah Melayu'', the Malaysian Branch of the Royal Asiatic Society.</ref>, kerajaan Majapahit mencoba menundukan kembali ''bhumi malayu'', hal ini dimulai pada tahun [[1409]], [[Majapahit]] yang saat itu di bawah kekuasaan [[Wikramawardhana]] (menantu [[Hayam Wuruk]]), sempat mengirim pasukan dalam jumlah besar untuk menaklukkan negeri ini. Ananggawarman dapat mengalahkan pasukan tersebut dalam pertempuran yang diperkirakan terjadi di [[Padang Sibusuk]], sebuah [[nagari]] di [[Kabupaten Sijunjung]]. Legenda-legenda [[Minangkabau]] menyebutkan peristiwa heroik ini<ref>A Dt. Batuah & A Dt. Madjoindo, (1959), ''Tambo Minangkabau dan Adatnya'', Jakarta: Balai Pustaka.</ref>.
Nama ''Ananggawarman'' berasal dari bahasa [[Sansekertabahasa Sanskerta]]. Artinya kurang lebih ialah "Yang perisainya tak berbadan".
 
== Masa pemerintahan ==
Menurut cerita adat (''tambo'') [[Minangkabau]], Ananggawarman adalah anak dari Adityawarman dan [[Puti Reno]] Jalito]]. Ananggawarman menikah dengan [[Puti]] Reno Dewi]], dan memiliki tiga orang putri yaitu Puti Panjang Rambuik, Puti Salareh Pinang Masak, dan Puti Bongsu. Ketiga putrinya kemudian menikah dengan para pemuka adat, yang kemudian membentuk kaum bangsawan Pagaruyung.{{fact}}
 
Pada masa Ananggawarman,<ref>Cheah Boon Kheng, Abdul Rahman Haji Ismail, (1998), ''Sejarah Melayu'', the Malaysian Branch of the Royal Asiatic Society.</ref>, kerajaan Majapahit mencoba menundukan kembali ''bhumi malayu'', hal ini dimulai pada tahun [[1409]], [[Majapahit]] yang saat itu di bawah kekuasaan [[Wikramawardhana]] (menantu [[Hayam Wuruk]]), sempat mengirim pasukan dalam jumlah besar untuk menaklukkan negeri ini. Ananggawarman dapat mengalahkan pasukan tersebut dalam pertempuran yang diperkirakan terjadi di [[Padang Sibusuk]], sebuah [[nagari]] di [[Kabupaten Sijunjung]]. Legenda-legenda [[Minangkabau]] menyebutkan peristiwa heroik ini.<ref>A Dt. Batuah & A Dt. Madjoindo, (1959), ''Tambo Minangkabau dan Adatnya'', Jakarta: Balai Pustaka.</ref>.
Menurut cerita adat (''tambo'') [[Minangkabau]], Ananggawarman adalah anak dari Adityawarman dan [[Puti Reno]] Jalito. Ananggawarman menikah dengan [[Puti]] Reno Dewi, dan memiliki tiga orang putri yaitu Puti Panjang Rambuik, Puti Salareh Pinang Masak, dan Puti Bongsu. Ketiga putrinya kemudian menikah dengan para pemuka adat, yang kemudian membentuk kaum bangsawan Pagaruyung.{{fact}}
 
Setelah meninggalnya Ananggawarman, pengaruh kekuasaan Majapahit dan agama [[Hindu]]-[[Buddha]] berangsur-angsur menghilang di wilayah kerajaan Pagaruyung atau [[Minangkabau]].
 
== ArtiPenerus namaAnanggawarman ==
 
Nama ''Ananggawarman'' berasal dari bahasa [[Sansekerta]]. Artinya kurang lebih ialah "Yang perisainya tak berbadan".
Karena Ananggawarman tidak mempunyai seorang putera pun, maka sepeninggalnya Pagaruyung mengalami huru-hara politik yang hebat seiring dengan kurangnya dukungan rakyat Pagaruyung atau Minangkabau terhadap sistem politik warisan Ananggawarman.
 
Minangkabau sebagai wilayah budaya atau Pagaruyung sebagai wilayah kekuasaan di Minangkabau mengalami kevakuman selama lebih dari satu abad kemudian. Di zaman ini banyak rakyat yang melakukan migrasi ke berbagai daerah rantau akibat ketidaknyamanan hidup di Luhak sebagai pusat kekuasaan. Sebagian merantau ke [[Kubuang Tigo Baleh]] terus ke Lubuk Kilangan dan sekitarnya (sebagian besar wilayah kota Padang sekarang) dan ke wilayah utara [[Bandar Sepuluh]], sebagian lain migrasi ke Sungai Pagu Muaro Labuh terus ke Bandar Sepuluh bertemu dengan rakyat [[Kesultanan Inderapura]] dan berbagai daerah lainnya.
 
Menurut Tambo Silsilah Raja-Raja Pagaruyung, penerus Ananggawarman adalah menantunya sendiri yang bernama [[Wijayawarman]]<ref>http://imansubud.blogspot.com/2013/05/adityawarman-di-tanah-minang.html</ref> atau bergelar Yang Dipertuan Maharaja Sakti I, suami dari Puti Reno Bungsu Silindung Bulan, putri bungsu Ananggawarman.
 
Polemik keberadaan kisah Bundo Kandung dan Cindur Mato diduga terjadi pada zaman kevakuman yang penuh misteri ini.
 
== Referensi ==
 
{{reflist}}
 
{{kotak mulai}}
{{kotak suksesi|jabatan=Raja Malayapura|tahun=1375–1417|pendahulu=[[Adityawarman]]|pengganti=- [[Wijayawarman]] }}
{{kotak selesai}}
 
== Lihat Pulapula ==
 
* [[Daftar Raja Pagaruyung]]
 
 
{{indo-bio-stub}}
<!-- DISIMPAN DAHULU MENUNGGU PEMBANDING RUJUKAN
==Ananggawarman dan Minangkabau==
Baris 27 ⟶ 38:
Dalam buku yang ditulis [[Gus Tf Sakai]] yang berjudul [[Tambo ; Sebuah Pertemuan]] disebutkan bahwa Ananggawarman menolak diberi gelar [[datuk]] karena ia ia mempunyai kekuasaan yang melampuai wilayah [[Minangkabau]]. Padahal sebelumnya ayahnya [[Adityawarman]] diberi gelar [[Datuk Ketumanggungan]] oleh [[Lembaga Adat Minangkabau]] pada masa itu karena ia adalah kemenakan dari seorang [[datuk]] dan raja Minangkabau yang bernama [[Angkerawarman]]
 
==Pranala Luarluar==
 
*http://www.facebook.com/note.php?note_id=210583450415&comments
*http://id.rodovid.org/wk/Istimewa:Tree/26496
Baris 35 ⟶ 47:
 
[[Kategori:Kerajaan Pagaruyung]]
[[Kategori:Bangsawan Minangkabau]]
[[Kategori:Dinasti Mauli]]
 
 
{{indoIndo-bio-stub}}
[[ms:Ananggawarman]]